Rabu, 20 Desember 2006 02:36:59
* 62 DAS kritis
* Batam diterjang banjir besar
* Jalinteng Sumatera putus
Jakarta, BPost
Bencana alam yang datang silih berganti di negara ini, tampaknya tak segera berakhir. Sebaliknya, bencana alam baik itu gempa, banjir dan tanah longsor diperkirakan terus terjadi dan meluluhlantakkan Nusantara.
Staf Ahli Menteri Pekerjaan Umum, Adi Sarwoko di Jakarta, Selasa (19/12), mengungkapkan sebanyak 62 daerah aliran sungai (DAS) di seluruh Indonesia berada dalam kondisi kritis. Akibatnya, bencana banjir dan longsor masih menjadi ancaman di berbagai daerah termasuk Kalimantan.
DAS kritis itu tersebar di 24 provinsi, antara lain 16 DAS di Sumatera, 17 DAS di Jawa, empat DAS di Kalimantan, 12 DAS di Sulawesi, enam DAS di Nusa Tenggara, satu DAS di Bali, dua DAS di Maluku dan empat DAS di Papua. "Masyarakat yang tinggal di sekitar DAS harus waspada, terlebih jika terjadi hujan deras," tegasnya.
Sebelumnya, Kepala Bidang Gempa Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Pusat, Suharjono juga mengingatkan, hampir seluruh daerah di Indonesia bisa terkena gempa. "Hampir semua daerah terancam. Apalagi saat ini telah turun hujan yang bisa menyebabkan tanah longsor. Rumah-rumah yang telah retak hendaknya diwaspadai karena rawan roboh," ujarnya.
Ditambahkan Plt Deputi Bidang Pemulihan Bakornas PB, Tabrani, kondisi alam yang kritis tersebut bertambah rentan karena 13,37% masyarakat Indonesia bermukim di daerah rawan bencana. "Ke depan, sistem deteksi dini (early warning system) bencana perlu dipahami seluruh masyarakat," ujarnya.
Pernyataan-pernyataan ini bukan sekadar prediksi. Kenyataannya, dalam dua hari terakhir, bencana alam terjadi di Pulau Sumatera. Bahkan tujuh orang tewas karena gempa 5,7 Skala Richter yang terjadi Kecamatan Muara Sipongi, Mandailing Natal, Sumut. Di hari yang sama, Aceh dan Padang juga diguncang gempa meski tidak menimbulkan korban jiwa.
7 Daerah
Ancaman pun mengarah ke Banua. Hujan yang mulai mengguyur Kalsel, menjadi momok. Musibah banjir dan tanah longsor dipastikan bakal terulang kembali seperti tahun-tahun sebelumnya.
Hal itu dikatakan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bappedalda) Kalsel Rahmadi Kurdi kepada BPost. Menurutnya ada tujuh daerah yang rawan banjir dan tanah longsor saat musim hujan.
"Di Kalsel ini yang paling rawan musibah khususnya banjir dan tanah longsor ada 7 kabupaten. Yakni, Banjar, Batola, Tapin, Tabalong, Barabai, Tanah Bumbu dan Kotabaru," ujarnya.
Hal ini disebabkan faktor geografis daerah tersebut yang lebih rendah dibandingkan daerah lain. Selain itu, hutan-hutan di daerah tersebut sudah gundul.
"Dulu, meski airnya meluber jarang banjir dan tanah longsor. Karena resapannya masih besar. Dalam sekejap air langsung habis, karena masih banyak pohon. Sekarang sudah habis semua," tuturnya.
Kesbang Linmas Kalsel Hadi Susilo menambahkan banjir yang menghantui Kalsel lebih banyak dipengaruhi oleh 3 DAS yang sudah tidak mampu lagi menahan luberan air dari hulu. Ketiga DAS itu adalah DAS Barito yang biasanya mengaliri Marabahan, Hulu Sungai Utara (HSU), Kabupaten Banjar dan Kota Banjarmasin. Kemudian DAS Cengal yang terletak di Tanah Bumbu. DAS ini biasanya mengaliri daerah Sampanahan hingga Satui.
Selain itu DAS Balangan, yang mengaliri daerah Tabalong dan Amuntai. Ketiga DAS tersebut sangat vital utamanya saat musim hujan seperti sekarang ini. "Ada tiga DAS sebetulnya yang rawan dan mudah menimbulkan banjir di daerah sekitarnya. Jadi kalau ketiga DAS tersebut tidak mampu menahan air, maka daerah sekitarnya bakal banjir," ujarnya.
Batam Banjir
Kemarin, giliran Batam yang terkena bencana alam berupa banjir besar akibat hujan deras yang turun sejak Minggu hingga Selasa. Air setinggi 1-2 meter sempat melumpuhkan Kota Batam. Banjir paling parah terjadi di Jalan Gajah Mada, Simpang Jam arah Batam Center ke Sekupang. Di sini genangan air setinggi 2 meter. Air datang dengan deras dari bebukitan gundul di sekitar Simpang Jam.
Banjir yang terjadi pada pukul 09.30 WIB tersebut juga menyebabkan kemacetan sejauh satu kilometer, dari empat arah ke Nagoya, Batam Center, Muka Kuning, dan Sekupang.
Di tempat lain, yaitu di perumahan Tanjung Piayu terjadi longsor akibat hujan lebat. Ratusan karyawan yang bekerja di Batamindo Invesment Cakrawala (BIC) terpaksa harus pulang ke rumah mereka masing-masing akibat dihadang longsoran tanah yang datang dari arah bukit gundul yang ada di sekitar kawasan tersebut.
Banjir besar pernah melanda Batam pada 2004 dan awal Januari 2006. Saat itu hujan deras selama tiga hari berturut-turut menyebabkan banjir dan longsor merata terjadi di kota tersebut. Akibatnya seorang tewas terseret arus air dan seorang lainnya akibat tertimpa reruntuhan rumah.
Jalinteng Putus
Bencana tanah longsor juga mengakibatkan jalan lintas tengah (Jalinteng) Sumatera yang menghubungkan Sumatera Barat (Sumbar) dengan Riau putus total. Jalan di Nagari (desa) Tanjung Pauh, Kecamatan Pangkalan, Kabupaten Limapuluh Kota, Riau ini tertutup gundukan tanah dan batu sepanjang 200 meter dengan ketinggian 15 meter. Diperkirakan tanah longsor di kawasan ini terkait dengan bencana di Mandailing Natal.
Wakil Bupati Limapuluh Kota Irfendi Arbi mengatakan belum bisa menyingkirkan gundukan tanah longsor itu karena hujan terus mengguyur dengan deras. "Bahkan tanah di jalan itu terus bergoyang sehingga kawasan yang longsor terus bertambah luas. Kita memperkirakan kondisi ini akan berlangsung sekitar sebulan. Sebab kondisi jalan sudah rusak parah dan tidak mungkin diperbaiki," kata Irfendi.
Akibat putusnya jalan negara itu, aktivitas perekonomian dari Sumbar ke Riau atau arah sebaliknya, terhenti. Setiap harinya jalan lintas tengah itu dilalui ratusan kendaraan dari Sumbar, mengangkut berbagai produk pertanian, perkebunan dan peternakan menuju Riau. dtc/kcm/mic/ant/coi
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Monday, December 25, 2006
PUTING BELIUNG LULUH-LANTAKKAN ALUH ALUH
Kamis, 14 Desember 2006 02:41:00
Mendung kelabu menyelimuti hati warga tiga desa di Kecamatan Aluh Aluh, Banjar. Desa mereka luluh-lantak disapu puting beliung. Puluhan rumah hancur dan seorang warga tertimpa pohon tumbang.
NYONYA Kusmini (47) tak bisa menyembunyikan kesedihannya. Warga Desa Podok ini terus menitikkan air mata, menunggui suaminya, Ruslan (51), yang tergolek lemah di IGD RSUD Ulin Banjarmasin.
Ruslan mengalami luka parah setelah tertimpa reruntuhan rumah yang hancur akibat disapu puting beliung, Selasa (12/12) petang. Ayah empat anak ini hingga malam tadi masih koma.
Menurut penuturan tetangga korban, Sahruni (43), saat hujan lebat, Ruslan sedang di rumah sendirian. Sedangkan istri dan empat anaknya berada di rumah keluarganya.
Di tengah derasnya air mengguyur, muncul angin kencang berputar-putar memorakporandakan kampung. Sebuah pohon kecapi yang berada di samping rumah Ruslan pun tak kuasa menahan kuatnya angin.
"Krak...," pohon roboh menimpa rumah. Ruslan tak kuasa menyelamatkan diri. Dia tertimpa reruntuhan rumah yang dibangun dengan keringatnya selama bertahun-tahun. Ketika hujan reda, warga ramai-ramai menolong Ruslan. Saat ditemukan, dia berada di bawah puing-puing rumahnya. "Kelihatannya saat itu dia sedang duduk di kursi. Saat ditemukan kursi tersebut ikut ringsek," kata Sahruni.
Selain rumah Ruslan, ada 26 rumah rusak parah dan 33 unit yang mengalami rusak ringan. Rumah-rumah yang berada di pinggiran Sungai Barito itu, porak poranda, hanya tinggal lantai.
Para pemilik rumah hanya bisa pasrah dengan peristiwa yang hampir tiap tahun terjadi di desa mereka itu.
Sebuah bangunan sekolah beserta rumah dinas guru yang berjarak 200 meter dari pusat permukiman warga pun ikut mengalami kerusakan di bagian terasnya.
"Kami awalnya tidak mengira kalau hujan yang disertai tiupan angin akan memorakporandakan rumah yang sudah kami huni puluhan tahun ini, " ungkap salah satu warga yang masih syok dengan peristiwa itu.
Warga yang mengalami musibah, Rabu (13/12) pagi terlihat sibuk mengumpulkan harta yang berhamburan serta kayu bekas bangunan rumah yang hancur.
Untuk sementara mereka mengungsi ke tempat tetangga desa untuk beristirahat pada malam hari. Tim kesehatan yang datang ke lokasi peristiwa memberikan bantuan obat-obatan dan melakukan pengecekan kesehatan warga. Banyak warga yang memar di bagian kepala serta tertusuk paku karena tertimpa reruntuhan rumah.
Bantuan berupa mi instan dan sembako terus berdatangan ke lokasi musibah yang disalurkan melalui kecamatan yang diangkut menggunakan kelotok dibantu petugas SAR. coi/ank/adi
Mendung kelabu menyelimuti hati warga tiga desa di Kecamatan Aluh Aluh, Banjar. Desa mereka luluh-lantak disapu puting beliung. Puluhan rumah hancur dan seorang warga tertimpa pohon tumbang.
NYONYA Kusmini (47) tak bisa menyembunyikan kesedihannya. Warga Desa Podok ini terus menitikkan air mata, menunggui suaminya, Ruslan (51), yang tergolek lemah di IGD RSUD Ulin Banjarmasin.
Ruslan mengalami luka parah setelah tertimpa reruntuhan rumah yang hancur akibat disapu puting beliung, Selasa (12/12) petang. Ayah empat anak ini hingga malam tadi masih koma.
Menurut penuturan tetangga korban, Sahruni (43), saat hujan lebat, Ruslan sedang di rumah sendirian. Sedangkan istri dan empat anaknya berada di rumah keluarganya.
Di tengah derasnya air mengguyur, muncul angin kencang berputar-putar memorakporandakan kampung. Sebuah pohon kecapi yang berada di samping rumah Ruslan pun tak kuasa menahan kuatnya angin.
"Krak...," pohon roboh menimpa rumah. Ruslan tak kuasa menyelamatkan diri. Dia tertimpa reruntuhan rumah yang dibangun dengan keringatnya selama bertahun-tahun. Ketika hujan reda, warga ramai-ramai menolong Ruslan. Saat ditemukan, dia berada di bawah puing-puing rumahnya. "Kelihatannya saat itu dia sedang duduk di kursi. Saat ditemukan kursi tersebut ikut ringsek," kata Sahruni.
Selain rumah Ruslan, ada 26 rumah rusak parah dan 33 unit yang mengalami rusak ringan. Rumah-rumah yang berada di pinggiran Sungai Barito itu, porak poranda, hanya tinggal lantai.
Para pemilik rumah hanya bisa pasrah dengan peristiwa yang hampir tiap tahun terjadi di desa mereka itu.
Sebuah bangunan sekolah beserta rumah dinas guru yang berjarak 200 meter dari pusat permukiman warga pun ikut mengalami kerusakan di bagian terasnya.
"Kami awalnya tidak mengira kalau hujan yang disertai tiupan angin akan memorakporandakan rumah yang sudah kami huni puluhan tahun ini, " ungkap salah satu warga yang masih syok dengan peristiwa itu.
Warga yang mengalami musibah, Rabu (13/12) pagi terlihat sibuk mengumpulkan harta yang berhamburan serta kayu bekas bangunan rumah yang hancur.
Untuk sementara mereka mengungsi ke tempat tetangga desa untuk beristirahat pada malam hari. Tim kesehatan yang datang ke lokasi peristiwa memberikan bantuan obat-obatan dan melakukan pengecekan kesehatan warga. Banyak warga yang memar di bagian kepala serta tertusuk paku karena tertimpa reruntuhan rumah.
Bantuan berupa mi instan dan sembako terus berdatangan ke lokasi musibah yang disalurkan melalui kecamatan yang diangkut menggunakan kelotok dibantu petugas SAR. coi/ank/adi
Banua Enam Rawan Banjir
Sabtu, 09 Desember 2006 03:32:28
* Januari puncak musim hujan
Banjarbaru, BPost
Enam kabupaten di Banua Enam harus bersiap-siap menghadapi curah hujan tinggi, yang memungkinkan terjadi banjir. Stasiun Klimatologi (Staklim) Kelas I Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) di Banjarbaru memperkirakan potensi hujan akan lebih banyak terjadi dimulai dari Kabupaten Tapin.
Kemudian menuju Hulu Sungai Selatan (HSS), HST, Balangan dan Tabalong serta sebagian wilayah Kabupaten Banjar arah Utara, bergeser ke Kotabaru dan Batulicin. Kawasan tersebut berpotensi mengalami intensitas hujan lebih tinggi dibandingkan daerah lain di Kalsel pada awal musim penghujan Desember ini.
Puncak hujan tinggi diperkirakan terjadi pertengahan Januari 2007. Mengenai kondisi cuaca Kalsel dan potensi terjadinya banjir di Tabalong dan HSU Forecaster Staklim I BMG Kalsel Irman Sonjaya, Jumat (8/12), mengatakan, perkiraan intensitas hujan di Banua enam dan daerah pesisir, pada puncak musim penghujan akan lebih dominan.
Kendati, awal musim penghujan sudah dimulai sekarang ini, hal itu belum dapat ditangkap maksimal. Pola angin cukup signifikan tersebar di enam Kabupaten di Hulu Sungai, Batu Licin dan Kotabaru kian menguatkan perkiraan Staklim BMG.
"Hujan saat ini memang masih belum merata. Cuma karena pola anginnya pada posisi konvergensi sebarannya mengarah di dua daerah itu, saya yakin bagian Utara Kalsel dan daerah pesisir berpotensi terjadi hujan dengan intensitas tinggi," jelas Irman.
Dari analisa data dikumpulkannya, sebaran angin secara otomatis membawa daerah itu diperkirakan dalam kategori rawan, dibandingkan daerah lainnya di Kalsel. Intensitas curah hujan di bagian Utara Kalsel dan pesisir bisa jadi akan mencapai 10 mililiter dalam 24 jam.
Dijelaskan, musim penghujan akan mencapai puncaknya pada pertengahan Januari. Saat itu, kawasan rawan bakal menemui hujan terus menerus selama empat hari berturut-turut dengan durasi bermacam-macam. Irman mengaku pesimis bakal terjadi hujan hebat seperti Desember 2005 lalu, yang intensitasnya sampai diatas 200 mili, karena hal itu belum ditemui.
Catatan Staklim pada dekade pertama Desember 2006, hujan paling deras hanya mencapai 14 mili. Iklim global kata Irman memang signifikan berpengaruh pada suhu di Kalsel. Topan Durian yang telah hilang di atas kepulauan Indonesia serta merta menghilangkan hawa panas di negeri ini, termasuk di Kalsel.
Sebagian wilayah telah tersapu hujan, namun BMG sempat menangkap gejala alam lain muncul di atas Irian, tepatnya di sekitar Pasific. Hingga saat ini, hal itu belum dapat ditentukan apakah ini akan berpengaruh atau tidak. niz
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
* Januari puncak musim hujan
Banjarbaru, BPost
Enam kabupaten di Banua Enam harus bersiap-siap menghadapi curah hujan tinggi, yang memungkinkan terjadi banjir. Stasiun Klimatologi (Staklim) Kelas I Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) di Banjarbaru memperkirakan potensi hujan akan lebih banyak terjadi dimulai dari Kabupaten Tapin.
Kemudian menuju Hulu Sungai Selatan (HSS), HST, Balangan dan Tabalong serta sebagian wilayah Kabupaten Banjar arah Utara, bergeser ke Kotabaru dan Batulicin. Kawasan tersebut berpotensi mengalami intensitas hujan lebih tinggi dibandingkan daerah lain di Kalsel pada awal musim penghujan Desember ini.
Puncak hujan tinggi diperkirakan terjadi pertengahan Januari 2007. Mengenai kondisi cuaca Kalsel dan potensi terjadinya banjir di Tabalong dan HSU Forecaster Staklim I BMG Kalsel Irman Sonjaya, Jumat (8/12), mengatakan, perkiraan intensitas hujan di Banua enam dan daerah pesisir, pada puncak musim penghujan akan lebih dominan.
Kendati, awal musim penghujan sudah dimulai sekarang ini, hal itu belum dapat ditangkap maksimal. Pola angin cukup signifikan tersebar di enam Kabupaten di Hulu Sungai, Batu Licin dan Kotabaru kian menguatkan perkiraan Staklim BMG.
"Hujan saat ini memang masih belum merata. Cuma karena pola anginnya pada posisi konvergensi sebarannya mengarah di dua daerah itu, saya yakin bagian Utara Kalsel dan daerah pesisir berpotensi terjadi hujan dengan intensitas tinggi," jelas Irman.
Dari analisa data dikumpulkannya, sebaran angin secara otomatis membawa daerah itu diperkirakan dalam kategori rawan, dibandingkan daerah lainnya di Kalsel. Intensitas curah hujan di bagian Utara Kalsel dan pesisir bisa jadi akan mencapai 10 mililiter dalam 24 jam.
Dijelaskan, musim penghujan akan mencapai puncaknya pada pertengahan Januari. Saat itu, kawasan rawan bakal menemui hujan terus menerus selama empat hari berturut-turut dengan durasi bermacam-macam. Irman mengaku pesimis bakal terjadi hujan hebat seperti Desember 2005 lalu, yang intensitasnya sampai diatas 200 mili, karena hal itu belum ditemui.
Catatan Staklim pada dekade pertama Desember 2006, hujan paling deras hanya mencapai 14 mili. Iklim global kata Irman memang signifikan berpengaruh pada suhu di Kalsel. Topan Durian yang telah hilang di atas kepulauan Indonesia serta merta menghilangkan hawa panas di negeri ini, termasuk di Kalsel.
Sebagian wilayah telah tersapu hujan, namun BMG sempat menangkap gejala alam lain muncul di atas Irian, tepatnya di sekitar Pasific. Hingga saat ini, hal itu belum dapat ditentukan apakah ini akan berpengaruh atau tidak. niz
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Awas, Banjir!
Sabtu, 09 Desember 2006 03:32:22
LINTAS KALIMANTAN
PELAIHARI - Warga Tanah Laut khususnya mereka yang bermukim dekat bantaran sungai harus waspada. Musibah banjir dimungkinkan terjadi lagi pada puncak musim penghujan tahun ini.
"Saya memang tidak memegang data prakiraan cuaca dan curah hujan, tapi dilihat dari perilaku alam selama ini, ada kemungkinan musim penghujan tahun ini berisiko banjir seperti tahun lalu," kata Kabag Lingkungan Hidup Setda Tala Ir H Zulkifli Chalid belum lama tadi.
Musim kemarau tahun ini tergolong panjang disertai temperatur tinggi dan kelembaban yang rendah. "Keadaan yang seperti itu biasanya akan diikuti kondisi berbalik pada musim penghujan. Kecenderungannya, akan balasan, seperti hujan lebat berkepanjangan," sebut Zulkifli.
Apalagi rencana pemecahan sungai (Sungai Asam Asam) urung dilaksanakan tahun ini karena terkendala penganggaran. Padahal pemecahan sungai itu sangat dibutuhkan agar air bah di musim penghujan cepat turun ke laut dan sebagian mengalir ke persawahan. roy
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
LINTAS KALIMANTAN
PELAIHARI - Warga Tanah Laut khususnya mereka yang bermukim dekat bantaran sungai harus waspada. Musibah banjir dimungkinkan terjadi lagi pada puncak musim penghujan tahun ini.
"Saya memang tidak memegang data prakiraan cuaca dan curah hujan, tapi dilihat dari perilaku alam selama ini, ada kemungkinan musim penghujan tahun ini berisiko banjir seperti tahun lalu," kata Kabag Lingkungan Hidup Setda Tala Ir H Zulkifli Chalid belum lama tadi.
Musim kemarau tahun ini tergolong panjang disertai temperatur tinggi dan kelembaban yang rendah. "Keadaan yang seperti itu biasanya akan diikuti kondisi berbalik pada musim penghujan. Kecenderungannya, akan balasan, seperti hujan lebat berkepanjangan," sebut Zulkifli.
Apalagi rencana pemecahan sungai (Sungai Asam Asam) urung dilaksanakan tahun ini karena terkendala penganggaran. Padahal pemecahan sungai itu sangat dibutuhkan agar air bah di musim penghujan cepat turun ke laut dan sebagian mengalir ke persawahan. roy
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Asap Selimuti Perumahan
Minggu, 03 Desember 2006 01:24
* Kebakaran lahan jalur Banjarmasin-Batola
* BPK kesulitan jinakkan api
Banjarmasin, BPost
Sabtu (2/12) siang, layanan telepon milik Barisan Sukarela Pemadam Kebakaran Banjarmasin berdering. Ketika diangkat, dari seberang terdengar suara seseorang minta tolong.
"Tolong Pak, ada kebakaran lahan. Apinya terus membesar dan sudah mendekati rumah warga dan sekolah," ujar si penelepon yang mengaku warga Puntik, Kabupaten Batola.
Tak lama kemudian, meluncurlah satu unit BPK Portable dari Sei Miai Tengah ke lokasi kebakaran yang berjarak sekitar 12 kilometer dari Kota Banjarmasin. BPK Semita datang tepat waktu, sehingga bangunan SD dan beberapa rumah warga terselamatkan.
Cuaca dua hari terakhir di Kota Banjarmasin dan sekitarnya memang panas menyengat. Api yang sebelumnya jauh dari perumahan warga tersebut dengan cepat membesar. Selain karena semak yang kering, angin berhembus sangat kencang.
Warga setempat berusaha memadamkan api dengan menggunakan cara manual. Mereka menyiram air ke semak yang terbakar dengan mengunakan ember. Sebagian lagi memukul-mukul dengan kayu. Namun usaha mereka sia-sia.
BPK Semita pun harus pontang-panting. Mereka harus melokalisir kebakaran agar tidak menjalar ke bangunan SDN Puntik Luar 2 dan perumahan. Namun, selesai di satu tempat, mereka harus memadamkan api di titik lainnya.
Beruntung tak lama kemudian BPK lain yakni, BPK Sei Miai Darat dan Ira Fire datang membantu. Dengan tiga unit, ternyata api tetap merajalela.
Akhirnya mereka memutuskan untuk melokalisir saja agar api tidak merambat rumah warga. Sayangnya, meski telah dikontak, tim dari Satkorlak Kalsel tidak ada yang turun ke lapangan.
Dalam waktu yang bersamaan, kebakaran di ruas jalan jalur Banjarmasin-Batola terdapat tiga titik. Akibat kebakaran lahan itu, jalan sempat tertutup asap pekat.
Belum kelar kebakaran di lokasi tersebut, instruksi melalui media radio Orari memanggil meminta bantuan mereka agar putar haluan ke Kompleks Taman Citra Raya, Desa Semangat Dalam, Batola yang berjarak sekitar lima kilometer dari lokasi semula.
Api yang membakar lahan di sekitar lokasi kompleks ini membubung tinggi dengan asap pekat. Warga setempat heboh karena, api telah mendekati perumahan. Bahkan, rumah-rumah di kompleks tersebut tak lagi terlihat karena tertutup asap.
Di lokasi ini, satu per satu BPK dari Kota Banjarmasin berdatangan membantu. Namun, mereka kesulitan dalam mencari sumber air. Beruntung, karena dikeroyok kru BPK yang tak kenal menyerah itu, api dapat dilokalisir.ais
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
* Kebakaran lahan jalur Banjarmasin-Batola
* BPK kesulitan jinakkan api
Banjarmasin, BPost
Sabtu (2/12) siang, layanan telepon milik Barisan Sukarela Pemadam Kebakaran Banjarmasin berdering. Ketika diangkat, dari seberang terdengar suara seseorang minta tolong.
"Tolong Pak, ada kebakaran lahan. Apinya terus membesar dan sudah mendekati rumah warga dan sekolah," ujar si penelepon yang mengaku warga Puntik, Kabupaten Batola.
Tak lama kemudian, meluncurlah satu unit BPK Portable dari Sei Miai Tengah ke lokasi kebakaran yang berjarak sekitar 12 kilometer dari Kota Banjarmasin. BPK Semita datang tepat waktu, sehingga bangunan SD dan beberapa rumah warga terselamatkan.
Cuaca dua hari terakhir di Kota Banjarmasin dan sekitarnya memang panas menyengat. Api yang sebelumnya jauh dari perumahan warga tersebut dengan cepat membesar. Selain karena semak yang kering, angin berhembus sangat kencang.
Warga setempat berusaha memadamkan api dengan menggunakan cara manual. Mereka menyiram air ke semak yang terbakar dengan mengunakan ember. Sebagian lagi memukul-mukul dengan kayu. Namun usaha mereka sia-sia.
BPK Semita pun harus pontang-panting. Mereka harus melokalisir kebakaran agar tidak menjalar ke bangunan SDN Puntik Luar 2 dan perumahan. Namun, selesai di satu tempat, mereka harus memadamkan api di titik lainnya.
Beruntung tak lama kemudian BPK lain yakni, BPK Sei Miai Darat dan Ira Fire datang membantu. Dengan tiga unit, ternyata api tetap merajalela.
Akhirnya mereka memutuskan untuk melokalisir saja agar api tidak merambat rumah warga. Sayangnya, meski telah dikontak, tim dari Satkorlak Kalsel tidak ada yang turun ke lapangan.
Dalam waktu yang bersamaan, kebakaran di ruas jalan jalur Banjarmasin-Batola terdapat tiga titik. Akibat kebakaran lahan itu, jalan sempat tertutup asap pekat.
Belum kelar kebakaran di lokasi tersebut, instruksi melalui media radio Orari memanggil meminta bantuan mereka agar putar haluan ke Kompleks Taman Citra Raya, Desa Semangat Dalam, Batola yang berjarak sekitar lima kilometer dari lokasi semula.
Api yang membakar lahan di sekitar lokasi kompleks ini membubung tinggi dengan asap pekat. Warga setempat heboh karena, api telah mendekati perumahan. Bahkan, rumah-rumah di kompleks tersebut tak lagi terlihat karena tertutup asap.
Di lokasi ini, satu per satu BPK dari Kota Banjarmasin berdatangan membantu. Namun, mereka kesulitan dalam mencari sumber air. Beruntung, karena dikeroyok kru BPK yang tak kenal menyerah itu, api dapat dilokalisir.ais
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Sunday, December 24, 2006
LINTAS KALIMANTAN
Selasa, 28 Nopember 2006 02:11:14
PELAIHARI - Warga di wilayah Kecamatan Jorong dan Kintap Kab. Tanahlaut harus waspada menyusul tibanya musim penghujan. Diperkirakan banjir bandang bakal terulang kembali seperti tahun lalu.
"Dilihat dari gejala alam yang ada saat ini, banjir seperti tahun lalu berpotensi terjadi kembali," sebut Kabag Lingkungan Hidup Setda Tala Ir H Zulkifli Chalid, pekan tadi.
Pejabat eselon III di Bumi Tuntung Pandang ini, memang mengaku tidak mengantongi data empiris, seperti prakiraan intensitas curah hujan. Namun dilihat dari perilaku kemarau yang cenderung panas berkepanjangan tahun ini, biasanya akan diikuti dengan hujan berkepanjangan pada musim pernghujan.
"Bila kemarau panjang, maka akan terjadi balasan pada musim hujan. Begitu perilaku alam yang akhir-akhir ini terjadi. Jadi, kemungkinan akan banjir lagi," sebut Zulkifli.
Apalagi kondisi alam yang terus menurun. Tegakkan pohon semakin berkurang yang secara langsung akan berimplikasi pada kecilnya serapan air. Akibatnya ketika hujan, air akan mengalir deras ke bawah (hilir). roy
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
PELAIHARI - Warga di wilayah Kecamatan Jorong dan Kintap Kab. Tanahlaut harus waspada menyusul tibanya musim penghujan. Diperkirakan banjir bandang bakal terulang kembali seperti tahun lalu.
"Dilihat dari gejala alam yang ada saat ini, banjir seperti tahun lalu berpotensi terjadi kembali," sebut Kabag Lingkungan Hidup Setda Tala Ir H Zulkifli Chalid, pekan tadi.
Pejabat eselon III di Bumi Tuntung Pandang ini, memang mengaku tidak mengantongi data empiris, seperti prakiraan intensitas curah hujan. Namun dilihat dari perilaku kemarau yang cenderung panas berkepanjangan tahun ini, biasanya akan diikuti dengan hujan berkepanjangan pada musim pernghujan.
"Bila kemarau panjang, maka akan terjadi balasan pada musim hujan. Begitu perilaku alam yang akhir-akhir ini terjadi. Jadi, kemungkinan akan banjir lagi," sebut Zulkifli.
Apalagi kondisi alam yang terus menurun. Tegakkan pohon semakin berkurang yang secara langsung akan berimplikasi pada kecilnya serapan air. Akibatnya ketika hujan, air akan mengalir deras ke bawah (hilir). roy
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
LINTAS KALIMANTAN
Selasa, 28 Nopember 2006 02:11:14
PELAIHARI - Warga di wilayah Kecamatan Jorong dan Kintap Kab. Tanahlaut harus waspada menyusul tibanya musim penghujan. Diperkirakan banjir bandang bakal terulang kembali seperti tahun lalu.
"Dilihat dari gejala alam yang ada saat ini, banjir seperti tahun lalu berpotensi terjadi kembali," sebut Kabag Lingkungan Hidup Setda Tala Ir H Zulkifli Chalid, pekan tadi.
Pejabat eselon III di Bumi Tuntung Pandang ini, memang mengaku tidak mengantongi data empiris, seperti prakiraan intensitas curah hujan. Namun dilihat dari perilaku kemarau yang cenderung panas berkepanjangan tahun ini, biasanya akan diikuti dengan hujan berkepanjangan pada musim pernghujan.
"Bila kemarau panjang, maka akan terjadi balasan pada musim hujan. Begitu perilaku alam yang akhir-akhir ini terjadi. Jadi, kemungkinan akan banjir lagi," sebut Zulkifli.
Apalagi kondisi alam yang terus menurun. Tegakkan pohon semakin berkurang yang secara langsung akan berimplikasi pada kecilnya serapan air. Akibatnya ketika hujan, air akan mengalir deras ke bawah (hilir). roy
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
PELAIHARI - Warga di wilayah Kecamatan Jorong dan Kintap Kab. Tanahlaut harus waspada menyusul tibanya musim penghujan. Diperkirakan banjir bandang bakal terulang kembali seperti tahun lalu.
"Dilihat dari gejala alam yang ada saat ini, banjir seperti tahun lalu berpotensi terjadi kembali," sebut Kabag Lingkungan Hidup Setda Tala Ir H Zulkifli Chalid, pekan tadi.
Pejabat eselon III di Bumi Tuntung Pandang ini, memang mengaku tidak mengantongi data empiris, seperti prakiraan intensitas curah hujan. Namun dilihat dari perilaku kemarau yang cenderung panas berkepanjangan tahun ini, biasanya akan diikuti dengan hujan berkepanjangan pada musim pernghujan.
"Bila kemarau panjang, maka akan terjadi balasan pada musim hujan. Begitu perilaku alam yang akhir-akhir ini terjadi. Jadi, kemungkinan akan banjir lagi," sebut Zulkifli.
Apalagi kondisi alam yang terus menurun. Tegakkan pohon semakin berkurang yang secara langsung akan berimplikasi pada kecilnya serapan air. Akibatnya ketika hujan, air akan mengalir deras ke bawah (hilir). roy
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Tanah Batola Ambles
Selasa, 28 Nopember 2006 03:01:38
Banjarmasin, BPost
Belum usai persoalan semburan lumpur bercampur gas yang terjadi di Desa Kolam Kanan, Kecamatan Barambai, Kabupaten Barito Kuala, Senin (27/11) sore, warga Batola dikejutkan amblesnya sejumlah rumah di Jalan Panglima Batur RT4, Kelurahan Ulu Benteng.
Kabag Humas Pemkab Batola Akhmadi Wahyuni ketika dihubungi BPost tadi malam mengatakan, belum mengetahui secara pasti penyebab longsornya rumah warga itu. Berdasarkan informasi hal itu diduga akibat proses abrasi Sungai Barito.
Tidak ada korban jiwa dari kejadian tersebut karena beberapa saat sebelum kejadian warga sempat lari keluar rumah. Namun, akibat longsornya badan jalan yang terjadi pukul 17:30 Wita tersebut telah mengakibatkan sebuah bengkel milik Tobing, rumah milik Rifani dan dua bedakan yang dihuni Jannah dan penjual es amblas.
Kemudian akibat begitu besarnya tanah yang longsor, beberapa bagian teras rumah milik Syarfani dan Salim yang ada diseberang jalan amblas. Termasuk juga halaman rumah milik Ahdiat Sabari dan H Anang.
"Berdasarkan keterangan warga Umi Rafiah, sebelum kejadian paginya kondisi jalan daerah setempat memang sudah terlihat retak. Hal itu diduga karena sisi badan jalan belum disiring," katanya.
"Dan sore tadi kebetulan hujan deras akhirnya mengakibatkan tanah di daerah itu longsor sepanjang 60 meteran," tambahnya.
Mendengar ada kejadian itu Bupati Batola Edy Sukarma dan istrinya langsung ke lokasi dan kemudian menghubungi Gubernur Rudy Ariffin via telepon terkait percepatan pembangunan siring di daerah setempat.
"Masalahnya ini adalah kejadian kedua setelah kejadian tahun 2005 yang berjarak hanya sekitar 200 meter dari kejadian yang baru ini," ungkap Wahyuni.
Akibat kejadian itu, warga yang menjadi korban mengungsi ke rumah keluarga atau tetangga terdekat.
Sementara warga bersama aparat berjaga-jaga. Mereka khawatir ada kejadian susulan. "Mengenai jumlah kerugian masih dihitung oleh pihak kecamatan," katanya. mdn
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Banjarmasin, BPost
Belum usai persoalan semburan lumpur bercampur gas yang terjadi di Desa Kolam Kanan, Kecamatan Barambai, Kabupaten Barito Kuala, Senin (27/11) sore, warga Batola dikejutkan amblesnya sejumlah rumah di Jalan Panglima Batur RT4, Kelurahan Ulu Benteng.
Kabag Humas Pemkab Batola Akhmadi Wahyuni ketika dihubungi BPost tadi malam mengatakan, belum mengetahui secara pasti penyebab longsornya rumah warga itu. Berdasarkan informasi hal itu diduga akibat proses abrasi Sungai Barito.
Tidak ada korban jiwa dari kejadian tersebut karena beberapa saat sebelum kejadian warga sempat lari keluar rumah. Namun, akibat longsornya badan jalan yang terjadi pukul 17:30 Wita tersebut telah mengakibatkan sebuah bengkel milik Tobing, rumah milik Rifani dan dua bedakan yang dihuni Jannah dan penjual es amblas.
Kemudian akibat begitu besarnya tanah yang longsor, beberapa bagian teras rumah milik Syarfani dan Salim yang ada diseberang jalan amblas. Termasuk juga halaman rumah milik Ahdiat Sabari dan H Anang.
"Berdasarkan keterangan warga Umi Rafiah, sebelum kejadian paginya kondisi jalan daerah setempat memang sudah terlihat retak. Hal itu diduga karena sisi badan jalan belum disiring," katanya.
"Dan sore tadi kebetulan hujan deras akhirnya mengakibatkan tanah di daerah itu longsor sepanjang 60 meteran," tambahnya.
Mendengar ada kejadian itu Bupati Batola Edy Sukarma dan istrinya langsung ke lokasi dan kemudian menghubungi Gubernur Rudy Ariffin via telepon terkait percepatan pembangunan siring di daerah setempat.
"Masalahnya ini adalah kejadian kedua setelah kejadian tahun 2005 yang berjarak hanya sekitar 200 meter dari kejadian yang baru ini," ungkap Wahyuni.
Akibat kejadian itu, warga yang menjadi korban mengungsi ke rumah keluarga atau tetangga terdekat.
Sementara warga bersama aparat berjaga-jaga. Mereka khawatir ada kejadian susulan. "Mengenai jumlah kerugian masih dihitung oleh pihak kecamatan," katanya. mdn
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Titik Api Muncul Lagi
Minggu, 26 Nopember 2006 01:34
Pulang Pisau, BPost
Ratusan titik api yang sempat padam akibat bom air oleh pesawat BE 200 dan siraman air hujan di kawasan Desa Tumbang Nusa dan Gohong menyala lagi meski dalam skala kecil.
Kabid Perlindungan Lahan dan Hutan Dinas Kehutanan Kabupaten Pulang Pisau, Elkana W Rundjan, Sabtu (25/11) mengatakan, ratusan titik api yang sebelumnya pernah dibom oleh pesawat BE 200 itu sebagian besar menyala lagi.
"Saya sudah amati dan croscek ke lokasi yang menjadi target pemboman pesawat yang disewa dari Rusia itu. Ternyata setelah tiga hari padam, api menyala lagi," katanya.
Padahal sebelumnya, kata Elkana, lokasi tersebut sudah dinyatakan bebas titik api. "Saya sempat bingung juga melihat kondisi itu. Hujan yang lebat sebelumnya dan operasi pemboman yang terus dilakukan ternyata belum mampu menghilangkan titik api di dua wilayah tersebut," tambahnya.
Intensitas pemboman juga semakin genjar dilakukan pesawat BE 200 itu dengan memuntahkan rata-rata per hari mencapai 96 ton air ke sejumlah titik api di lahan terbakar.
"Mudah-mudahan titik api yang muncul itu akan segera kena giliran bom lagi, karena sekarang operasi pesawat dilakukan hingga sore hari. Sebab jika tidak, api yang membakar tanah gambut pada bagian bawah akan membesar dan tentunya asap akan timbul lagi," pungkasnya.
Danramil Pulang Pisau, Kapten (Inf) Handoyo mengakui sejumlah titik api yang sebelumnya sempat padam akibat bom air kini menyala lagi, meski jumlahnya tidak banyak.
Pesawat BE 200 Jumat (24/11) melakukan pengeboman sebanyak 23 kali dengan rata-rata sekali bom 6-12 ton air di tiga desa yaitu, Gohong, Tumbang Nusa dan Garung. Sedangkan pemboman hari ini, Sabtu (25/11) masih di seputar lahan dan hutan tiga desa itu.
Berdasarkan informasi, hingga siang ini pesawat BE 200 telah memuntahkan sebanyak delapan kali bom, tambah Handoyo.
Sementara kondisi cuaca di Kota Pulang Pisau, Sabtu (25/11) terlihat cerah, bebas asap. Siang langit terlihat sedikit terselimuti oleh awan. Pesawat BE 200 sejak pagi hingga siang hari terlihat mondar-mandir di udara terbang rendah mencari sasaran pemboman. ck2
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Pulang Pisau, BPost
Ratusan titik api yang sempat padam akibat bom air oleh pesawat BE 200 dan siraman air hujan di kawasan Desa Tumbang Nusa dan Gohong menyala lagi meski dalam skala kecil.
Kabid Perlindungan Lahan dan Hutan Dinas Kehutanan Kabupaten Pulang Pisau, Elkana W Rundjan, Sabtu (25/11) mengatakan, ratusan titik api yang sebelumnya pernah dibom oleh pesawat BE 200 itu sebagian besar menyala lagi.
"Saya sudah amati dan croscek ke lokasi yang menjadi target pemboman pesawat yang disewa dari Rusia itu. Ternyata setelah tiga hari padam, api menyala lagi," katanya.
Padahal sebelumnya, kata Elkana, lokasi tersebut sudah dinyatakan bebas titik api. "Saya sempat bingung juga melihat kondisi itu. Hujan yang lebat sebelumnya dan operasi pemboman yang terus dilakukan ternyata belum mampu menghilangkan titik api di dua wilayah tersebut," tambahnya.
Intensitas pemboman juga semakin genjar dilakukan pesawat BE 200 itu dengan memuntahkan rata-rata per hari mencapai 96 ton air ke sejumlah titik api di lahan terbakar.
"Mudah-mudahan titik api yang muncul itu akan segera kena giliran bom lagi, karena sekarang operasi pesawat dilakukan hingga sore hari. Sebab jika tidak, api yang membakar tanah gambut pada bagian bawah akan membesar dan tentunya asap akan timbul lagi," pungkasnya.
Danramil Pulang Pisau, Kapten (Inf) Handoyo mengakui sejumlah titik api yang sebelumnya sempat padam akibat bom air kini menyala lagi, meski jumlahnya tidak banyak.
Pesawat BE 200 Jumat (24/11) melakukan pengeboman sebanyak 23 kali dengan rata-rata sekali bom 6-12 ton air di tiga desa yaitu, Gohong, Tumbang Nusa dan Garung. Sedangkan pemboman hari ini, Sabtu (25/11) masih di seputar lahan dan hutan tiga desa itu.
Berdasarkan informasi, hingga siang ini pesawat BE 200 telah memuntahkan sebanyak delapan kali bom, tambah Handoyo.
Sementara kondisi cuaca di Kota Pulang Pisau, Sabtu (25/11) terlihat cerah, bebas asap. Siang langit terlihat sedikit terselimuti oleh awan. Pesawat BE 200 sejak pagi hingga siang hari terlihat mondar-mandir di udara terbang rendah mencari sasaran pemboman. ck2
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Kotabaru Tergenang
Jumat, 24 Nopember 2006 22:54:09
Kotabaru- Hujan yang mengguyur sekitar empat jam sejak pagi hari kemarin membuat sejumlah jalan protokol di Kotabaru tergenang air sekitar 10 sentimeter. Genangan air hujan yang tidak lancar itu tertahan di tepi trotoar hingga meluas ke tengah jalan. Air sungai bercampur air laut itu berwarna keruh kecoklatan, membawa sampah plastik, kayu dan lainnya sangkutan dari permukiman penduduk.
Seorang warga jalan Veteran Kotabaru, Masnun mengatakan, kondisi ini kerap terjadi saat musim penghujan. Meski genangan air itu tidak bertahan lama, tapi kondisi itu cukup menyulitkan dan mengganggu aktivitas warga.
"Hidup di sini memang serba susah. Kalau kemarau kekeringan, kalau hujan kebanjiran. Ini sudah terjadi bertahun-tahun," kata Masnun kepada BPost kemarin.
Wakil Bupati Kotabaru, Fatizanolo S berharap warga kembali melakukan gotong royong. Pencanangan gerakan Jumat Bersih yang pernah digagasnya dulu cukup memberi dampak positif. Sayangnya, hal itu tidak pernah dilakukan lagi, sehingga genangan air kembali muncul. dhs
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Kotabaru- Hujan yang mengguyur sekitar empat jam sejak pagi hari kemarin membuat sejumlah jalan protokol di Kotabaru tergenang air sekitar 10 sentimeter. Genangan air hujan yang tidak lancar itu tertahan di tepi trotoar hingga meluas ke tengah jalan. Air sungai bercampur air laut itu berwarna keruh kecoklatan, membawa sampah plastik, kayu dan lainnya sangkutan dari permukiman penduduk.
Seorang warga jalan Veteran Kotabaru, Masnun mengatakan, kondisi ini kerap terjadi saat musim penghujan. Meski genangan air itu tidak bertahan lama, tapi kondisi itu cukup menyulitkan dan mengganggu aktivitas warga.
"Hidup di sini memang serba susah. Kalau kemarau kekeringan, kalau hujan kebanjiran. Ini sudah terjadi bertahun-tahun," kata Masnun kepada BPost kemarin.
Wakil Bupati Kotabaru, Fatizanolo S berharap warga kembali melakukan gotong royong. Pencanangan gerakan Jumat Bersih yang pernah digagasnya dulu cukup memberi dampak positif. Sayangnya, hal itu tidak pernah dilakukan lagi, sehingga genangan air kembali muncul. dhs
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Tuesday, December 19, 2006
Kalsel Waspada Puting Beliung
Sabtu, 18 Nopember 2006 01:20:46
Banjarbaru,BPost
Memasuki musim penghujan ini, warga Kalsel harus ekstra waspada terhadap datangnya serangan angin puting beliung. Pasalnya, Kalsel termasuk daerah paling rawan serangan angin ribut ini di seluruh Indonesia.
Bahkan dalam sepekan terakhir angin puting beliung ini sudah tercatat tiga kali menyerang Kalsel dengan tingkat kerusakan yang cukup parah, termasuk satu korban meninggal dunia di Kandangan Hulu Sungai Selatan (HSS).
Serangan puting beliung besar tercatat pertama kali menyerang Kandangan HSS Jumat (10/11) dan Senin (13/11). Sebanyak 14 desa di beberapa kecamatan di Kabupaten ini porak poranda diterjang angin ini. Sementara serangan serupa juga terjadi di Amuntai, Rabu (15/11) siang dengan tingkat kerusakan cukup parah di Kecamatan Sungai Pandan dan Amuntai Selatan.
Menanggapi hal itu, Kepala Stasiun Klimatologi BMG di Banjarbaru, Sucantika Budi mengatakan, Kalsel merupakan daerah paling rawan serangan angin ini di seluruh Indonesia. Angin kencang ini biasa terjadi di musim penghujan.
Menurutnya, saat ini Kalsel memang sudah masuk musim penghujan. Hal itu ditandai dengan sering munculnya awal CB di atas wilayah Kalsel. Awan CB ini merupakan awan konfektif atau awan hujan yang sering disertai dengan angin kencang dan badai guntur. Sebelumnya, Sucantika juga telah meramalkan bahwa Kalsel sudah akan memasuki musim penghujan paling lambat minggu kedua November ini.
"Jika angin itu berputar-putar, sering disebut angin puting beliung. Memang, Kalsel sangat rawan serangan awan CB ini, bahkan paling rawan di seluruh Indonesia," kata Sucantika Budi kepada BPost via ponselnya, Jumat (17/11) pagi.
Dikatakan, puting beliung itu akan sering terjadi di wilayah Kalsel selama musim penghujan ini. Serangan puting beliung itu terutama akan terjadi di wilayah terbuka yang jarang ada bangunan besar dan kokoh. Tapi, lanjutnya, kemunculan angin itu sulit diprediksi.
"Serangan itu pasti akan terus ada, tapi kami sulit memprediksinya. Kekuatannya juga akan beda di beberapa tempat. Yang perlu diwaspadai, puting beliung ini akan terjadi hampir setiap waktu," jelasnya.
Menurutnya, serangan puting beliung ini sangat jarang masuk dalam kota seperti Banjarmasin, karena banyak bangunan pemecah angin. Angin ini hampir tiap hari ada mengikuti munculnya awan CB. Biasanya terjadi di wilayah terbuka seperti persawahan dengan kekuatan yang kecil.
Banyaknya bangunan atau benda pemecah angin ini sangat efektif memecah kekuatan puting beliung. Contohnya, siklon tropis yang memiliki kekuatan sangat besar selalu mati saat memasuki wilayah Filipina dan Jepang yang banyak bangunan besar dan kokoh.
Untuk menghindari korban, Budi menyarankan agar masyarakat selalu waspada saat ada angin kencang. Masyarakat harus cepat-cepat melihat ke langit. Bila terlihat awan pekat disertai angin kencang, kemungkinan besar angin puting beliung akan menyerang.
"Jika ada awan hitam pekat di langit disertai angin kencang, harus cepat-cepat menyelamatkan diri. Kalau berada di gedung kokoh tidak masalah, tapi yang berada di rumah atau bangunan yang diperkirakan tidak kuat menahan laju angin, harus cepat keluar menyelamatkan diri," kata Budi. sig
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Banjarbaru,BPost
Memasuki musim penghujan ini, warga Kalsel harus ekstra waspada terhadap datangnya serangan angin puting beliung. Pasalnya, Kalsel termasuk daerah paling rawan serangan angin ribut ini di seluruh Indonesia.
Bahkan dalam sepekan terakhir angin puting beliung ini sudah tercatat tiga kali menyerang Kalsel dengan tingkat kerusakan yang cukup parah, termasuk satu korban meninggal dunia di Kandangan Hulu Sungai Selatan (HSS).
Serangan puting beliung besar tercatat pertama kali menyerang Kandangan HSS Jumat (10/11) dan Senin (13/11). Sebanyak 14 desa di beberapa kecamatan di Kabupaten ini porak poranda diterjang angin ini. Sementara serangan serupa juga terjadi di Amuntai, Rabu (15/11) siang dengan tingkat kerusakan cukup parah di Kecamatan Sungai Pandan dan Amuntai Selatan.
Menanggapi hal itu, Kepala Stasiun Klimatologi BMG di Banjarbaru, Sucantika Budi mengatakan, Kalsel merupakan daerah paling rawan serangan angin ini di seluruh Indonesia. Angin kencang ini biasa terjadi di musim penghujan.
Menurutnya, saat ini Kalsel memang sudah masuk musim penghujan. Hal itu ditandai dengan sering munculnya awal CB di atas wilayah Kalsel. Awan CB ini merupakan awan konfektif atau awan hujan yang sering disertai dengan angin kencang dan badai guntur. Sebelumnya, Sucantika juga telah meramalkan bahwa Kalsel sudah akan memasuki musim penghujan paling lambat minggu kedua November ini.
"Jika angin itu berputar-putar, sering disebut angin puting beliung. Memang, Kalsel sangat rawan serangan awan CB ini, bahkan paling rawan di seluruh Indonesia," kata Sucantika Budi kepada BPost via ponselnya, Jumat (17/11) pagi.
Dikatakan, puting beliung itu akan sering terjadi di wilayah Kalsel selama musim penghujan ini. Serangan puting beliung itu terutama akan terjadi di wilayah terbuka yang jarang ada bangunan besar dan kokoh. Tapi, lanjutnya, kemunculan angin itu sulit diprediksi.
"Serangan itu pasti akan terus ada, tapi kami sulit memprediksinya. Kekuatannya juga akan beda di beberapa tempat. Yang perlu diwaspadai, puting beliung ini akan terjadi hampir setiap waktu," jelasnya.
Menurutnya, serangan puting beliung ini sangat jarang masuk dalam kota seperti Banjarmasin, karena banyak bangunan pemecah angin. Angin ini hampir tiap hari ada mengikuti munculnya awan CB. Biasanya terjadi di wilayah terbuka seperti persawahan dengan kekuatan yang kecil.
Banyaknya bangunan atau benda pemecah angin ini sangat efektif memecah kekuatan puting beliung. Contohnya, siklon tropis yang memiliki kekuatan sangat besar selalu mati saat memasuki wilayah Filipina dan Jepang yang banyak bangunan besar dan kokoh.
Untuk menghindari korban, Budi menyarankan agar masyarakat selalu waspada saat ada angin kencang. Masyarakat harus cepat-cepat melihat ke langit. Bila terlihat awan pekat disertai angin kencang, kemungkinan besar angin puting beliung akan menyerang.
"Jika ada awan hitam pekat di langit disertai angin kencang, harus cepat-cepat menyelamatkan diri. Kalau berada di gedung kokoh tidak masalah, tapi yang berada di rumah atau bangunan yang diperkirakan tidak kuat menahan laju angin, harus cepat keluar menyelamatkan diri," kata Budi. sig
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
KISAH URANG BANJAR DI JERMAN
Jumat, 17 Nopember 2006 01:54:56
"ANDA dari mana?," tanya orang Jerman kepada Evert Indrawan. Dengan penuh bangga, Master of Arts - School of Architecture Germany itu pun menyebut Banjarmasin, Kalimantan, Indonesia. "Oh, asap," demikian seru orang Jerman itu, ketika mendengar kata Kalimantan.
Lain ceritanya kalau yang ditanya adalah orang Surabaya. Ketika mendengar Surabaya, orang Jerman selalu mengolok-olok dengan mengatakan, "Lumpur (Lapindo) ya?,".
Sebagai Urang Banjar di Jerman, Evert terkadang malu, karena selalu diolok-olok masalah asap. Namun di sisi lain, Evert merasa bangga, karena orang Jerman begitu peduli dengan bencana asap yang terjadi di Kalimantan.
Evert yang baru tiba di Banjarmasin, Kamis (16/11) siang setelah menempuh perjalanan 20 jam dari Berlin menuturkan, orang Jerman begitu perhatian dengan bencana asap di Kalimantan.
Orang Jerman selalu menyempatkan diri memantau perkembangan asap lewat internet. Evert pun tak mau kalah. Selain mengakses situs-situs nasional, tak lupa dia membuka website milik Banjarmasin Post.
"Kadang saya bingung menjawab pertanyaan mereka, mengapa hutan bisa terbakar dan tak bisa dipadamkan. Saya selalu katakan, kalau itu terjadi akibat kemarau panjang," ungkap pria yang sudah empat tahun tak pulang ke Banjarmasin ini.
Selain pohon-pohon di hutan mengering, sehingga mudah terbakar, karakteristik tanah gambut menjadi kendala lain untuk memadamkan api.
Mendengar jawaban itu, kata Evert, orang Jerman geleng-geleng kepala, seolah tidak percaya kalau masalah ini tak bisa diatasi segera. Apalagi asap telah mengganggu penerbangan, sehingga mereka menilai bencana ini merupakan sesuatu yang serius.
Menurut Evert, orang Jerman juga begitu perhatian terhadap nasib orang hutan yang tewas akibat asap. Dan kalau sudah begini, mahasiswa Jerman, sangat ingin ke Kalimantan untuk ikut ambil bagian dalam menyelesaikan masalah lingkungan hidup, termasuk penanganan asap.
Peter Mafay, seorang penyanyi gaek Jerman, dalam setiap pentasnya selalu mengajak kepada fans untuk bersama-sama menyelamatkan lingkungan di Kalimantan.
Dikatakan pria kelahiran Banjarmasin, 18 September 1979 ini, mahasiswa Jerman banyak belajar tentang perkembangan negara dunia ketiga atau negara-negara Asia Tenggara. Malah di Universitas Humboldt, Bahasa Indonesia menjadi bidang studi wajib yang harus dipelajari.rbt
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
"ANDA dari mana?," tanya orang Jerman kepada Evert Indrawan. Dengan penuh bangga, Master of Arts - School of Architecture Germany itu pun menyebut Banjarmasin, Kalimantan, Indonesia. "Oh, asap," demikian seru orang Jerman itu, ketika mendengar kata Kalimantan.
Lain ceritanya kalau yang ditanya adalah orang Surabaya. Ketika mendengar Surabaya, orang Jerman selalu mengolok-olok dengan mengatakan, "Lumpur (Lapindo) ya?,".
Sebagai Urang Banjar di Jerman, Evert terkadang malu, karena selalu diolok-olok masalah asap. Namun di sisi lain, Evert merasa bangga, karena orang Jerman begitu peduli dengan bencana asap yang terjadi di Kalimantan.
Evert yang baru tiba di Banjarmasin, Kamis (16/11) siang setelah menempuh perjalanan 20 jam dari Berlin menuturkan, orang Jerman begitu perhatian dengan bencana asap di Kalimantan.
Orang Jerman selalu menyempatkan diri memantau perkembangan asap lewat internet. Evert pun tak mau kalah. Selain mengakses situs-situs nasional, tak lupa dia membuka website milik Banjarmasin Post.
"Kadang saya bingung menjawab pertanyaan mereka, mengapa hutan bisa terbakar dan tak bisa dipadamkan. Saya selalu katakan, kalau itu terjadi akibat kemarau panjang," ungkap pria yang sudah empat tahun tak pulang ke Banjarmasin ini.
Selain pohon-pohon di hutan mengering, sehingga mudah terbakar, karakteristik tanah gambut menjadi kendala lain untuk memadamkan api.
Mendengar jawaban itu, kata Evert, orang Jerman geleng-geleng kepala, seolah tidak percaya kalau masalah ini tak bisa diatasi segera. Apalagi asap telah mengganggu penerbangan, sehingga mereka menilai bencana ini merupakan sesuatu yang serius.
Menurut Evert, orang Jerman juga begitu perhatian terhadap nasib orang hutan yang tewas akibat asap. Dan kalau sudah begini, mahasiswa Jerman, sangat ingin ke Kalimantan untuk ikut ambil bagian dalam menyelesaikan masalah lingkungan hidup, termasuk penanganan asap.
Peter Mafay, seorang penyanyi gaek Jerman, dalam setiap pentasnya selalu mengajak kepada fans untuk bersama-sama menyelamatkan lingkungan di Kalimantan.
Dikatakan pria kelahiran Banjarmasin, 18 September 1979 ini, mahasiswa Jerman banyak belajar tentang perkembangan negara dunia ketiga atau negara-negara Asia Tenggara. Malah di Universitas Humboldt, Bahasa Indonesia menjadi bidang studi wajib yang harus dipelajari.rbt
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Gangguan Jiwa Ancam Kalsel
Jumat, 17 Nopember 2006 02:14:25
Banjarmasin, BPost
Bagi orang awam, tidak ada hubungan langsung antara pekatnya kabut asap yang menyaput Kalsel dengan gangguan kejiwaan masyarakat. Namun bagi Direktur RSJ Tamban, dr Ahyar Nawi Husin SP Kj, kedua hal itu erat kaitannya.
Menurutnya, dalam enam bulan terakhir jumlah penderita gangguan kejiwaan mengalami peningkatan sebanyak 37 persen.
Selain himpitan ekonomi, ia menyebut hal itu disebabkan karena kondisi udara yang tidak sehat, terutama karena kabut asap.
Hal ini dikemukakannya dalam jumpa pers bulanan Pemprov Kalsel di Gedung PWI, Kamis (16/11). Hadir dalam acara ini, Ketua PWI Kalsel HG Rusdi Effendi AR beserta seluruh pengurus, Asisten Pemerintahan Fitri Rifani dan Kepala Biro Kesra Syamsul Hadi.
Dikatakan, berdasarkan hasil studi Bank Dunia disebutkan gangguan kejiwaan tidak hanya dipicu beban sosial dan ekonomi. Namun juga bisa karena polusi udara yang tinggi seperti halnya kabut asap.
"Kondisi udara yang jelek itu banyak mengandung nitrogen yang sangat berbahaya bagi otak. Jika nitrogen dihirup terus-menerus dan terakumulasi, maka mengakibatkan gangguan kejiwaan," ujar Ahyar.
Diakuinya, apa yang ia kemukakan memang belum melalui hasil uji penelitian. Namun, berdasarkan referensi berbagai buku kesehatan, dua hal tersebut sangat mendasar.
Mengenai jumlah penderita gangguan kejiwaan, Ahyar mengatakan dari 3.201.962 orang warga Kalsel, empat persen di antaranya atau 128.079 orang mengalami gangguan kejiwaan. Dari jumlah tersebut, 40 persennya atau 1.280.079 jiwa adalah anak. Dan dari populasi anak tersebut 192.000 anak atau 15 persennya perlu penanganan kejiwaan.
Sedangkan berdasarkan perhitungan BPS Kalsel 2003, proyeksi lima tahun mendatang, angka penderita gangguan kejiwaan dari tahun ke tahun mengalami kenaikan empat persen.
Seperti 2006, dari jumlah penduduk 3,4 juta, jumlah penderitanya diperkirakan 138.048 orang. Semakin meningkatnya jumlah penderita gangguan kejiwaan itu membuat RSJ Tamban kewalahan menangani pasien. Pasalnya, fasilitas pendukung lainnya seperti dokter, perawat, tempat tidur pasien dan lainnya sangat terbatas.
"Makanya terpaksa kami selalu menolak pasien gangguan jiwa berat yang harus dirawat inap. Sebab perlakuan terhadap pasien gangguan kejiwaan ini berbeda dengan pasien penyakit umum yang bisa menempati selasar," tukasnya.
Beberapa waktu lalu, Direktur RSUD Ulin Banjarmasin, dr Abimanyu, mengatakan kabut asap memang berpotensi membuat orang menjadi linglung.
"Terlebih untuk orang yang menderita gejala penyakit asma. Karena dengan asap yang kadarnya di atas batas normal, tentu akan memicu kambuhnya orang sakit asma," tukasnya.
Tingkat oksigensi tubuh seseorang berkurang karena di dalam kabut asap itu banyak mengandung berbagai campuran gas lain yang berbahaya bila terhirup, seperti karbon, nitrogen dan partikel-partikel debu.
" Dan dalam kabut asap ini setahu kita, campuran yang paling banyak adalah partikel debu yang akhirnya mengganggu saluran nafas kemudian mengakibatkan seseorang menjadi linglung," tuturnya. ais
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Banjarmasin, BPost
Bagi orang awam, tidak ada hubungan langsung antara pekatnya kabut asap yang menyaput Kalsel dengan gangguan kejiwaan masyarakat. Namun bagi Direktur RSJ Tamban, dr Ahyar Nawi Husin SP Kj, kedua hal itu erat kaitannya.
Menurutnya, dalam enam bulan terakhir jumlah penderita gangguan kejiwaan mengalami peningkatan sebanyak 37 persen.
Selain himpitan ekonomi, ia menyebut hal itu disebabkan karena kondisi udara yang tidak sehat, terutama karena kabut asap.
Hal ini dikemukakannya dalam jumpa pers bulanan Pemprov Kalsel di Gedung PWI, Kamis (16/11). Hadir dalam acara ini, Ketua PWI Kalsel HG Rusdi Effendi AR beserta seluruh pengurus, Asisten Pemerintahan Fitri Rifani dan Kepala Biro Kesra Syamsul Hadi.
Dikatakan, berdasarkan hasil studi Bank Dunia disebutkan gangguan kejiwaan tidak hanya dipicu beban sosial dan ekonomi. Namun juga bisa karena polusi udara yang tinggi seperti halnya kabut asap.
"Kondisi udara yang jelek itu banyak mengandung nitrogen yang sangat berbahaya bagi otak. Jika nitrogen dihirup terus-menerus dan terakumulasi, maka mengakibatkan gangguan kejiwaan," ujar Ahyar.
Diakuinya, apa yang ia kemukakan memang belum melalui hasil uji penelitian. Namun, berdasarkan referensi berbagai buku kesehatan, dua hal tersebut sangat mendasar.
Mengenai jumlah penderita gangguan kejiwaan, Ahyar mengatakan dari 3.201.962 orang warga Kalsel, empat persen di antaranya atau 128.079 orang mengalami gangguan kejiwaan. Dari jumlah tersebut, 40 persennya atau 1.280.079 jiwa adalah anak. Dan dari populasi anak tersebut 192.000 anak atau 15 persennya perlu penanganan kejiwaan.
Sedangkan berdasarkan perhitungan BPS Kalsel 2003, proyeksi lima tahun mendatang, angka penderita gangguan kejiwaan dari tahun ke tahun mengalami kenaikan empat persen.
Seperti 2006, dari jumlah penduduk 3,4 juta, jumlah penderitanya diperkirakan 138.048 orang. Semakin meningkatnya jumlah penderita gangguan kejiwaan itu membuat RSJ Tamban kewalahan menangani pasien. Pasalnya, fasilitas pendukung lainnya seperti dokter, perawat, tempat tidur pasien dan lainnya sangat terbatas.
"Makanya terpaksa kami selalu menolak pasien gangguan jiwa berat yang harus dirawat inap. Sebab perlakuan terhadap pasien gangguan kejiwaan ini berbeda dengan pasien penyakit umum yang bisa menempati selasar," tukasnya.
Beberapa waktu lalu, Direktur RSUD Ulin Banjarmasin, dr Abimanyu, mengatakan kabut asap memang berpotensi membuat orang menjadi linglung.
"Terlebih untuk orang yang menderita gejala penyakit asma. Karena dengan asap yang kadarnya di atas batas normal, tentu akan memicu kambuhnya orang sakit asma," tukasnya.
Tingkat oksigensi tubuh seseorang berkurang karena di dalam kabut asap itu banyak mengandung berbagai campuran gas lain yang berbahaya bila terhirup, seperti karbon, nitrogen dan partikel-partikel debu.
" Dan dalam kabut asap ini setahu kita, campuran yang paling banyak adalah partikel debu yang akhirnya mengganggu saluran nafas kemudian mengakibatkan seseorang menjadi linglung," tuturnya. ais
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Thursday, December 14, 2006
KETIKA PESAWAT RUSIA MEMBOM PULANG PISAU
Selasa, 14 Nopember 2006 02:33:26
Harapan warga Kalteng dan Kalsel, telanjur melambung tinggi. Aktivitas pemadaman titik api, termasuk menggunakan pesawat sewaan dari Rusia, dibayangkan segera menyapu kabut asap dari langit Borneo. Nyatanya, asap tetap mengepul. Derita warga pun belum usai.
BELUM BERAKHIR - Kabut asap belum berakhir dan terus menyerang kesehatan anak-anak. Foto: BPost/Apunk
Upacara peringatan Hari Pahlawan 10 November di Lapangan Handep Hapakat, Pulang Pisau, Senin (13/11) kemarin, berjalan khidmat. Namun dahi inspektur upacara, Bupati Achmad Amur sempat berkerut ketika melihat beberapa siswa peserta upacara ambruk.
Di tengah saputan kabut asap yang tetap tebal itulah, sedikitnya 5 siswa pingsan. Bocah-bocah itu harus dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah Pulang Pisau, yang diduga akibat tak tahan menghirup pekatnya asap.
Kelima murid itu adalah Miming (15), Erna, Mariani (16) adalah siswa SMU I Bereng dan Tri Setiawati (15) serta Ana (16) keduanya siswa SMU PGRI Kahayan Hilir.
Beruntung gangguan yang mereka alami tak begitu parah. Setelah mendapatkan perawatan medis, mereka diperbolehkan pulang, kecuali Miming yang pernafasannya masih harus dibantu dengan tabung oksigen.
Dokter yang merawat, dr Abraham. memang menyarankan agar Miming diopname secukupnya hingga pulih. Namun keluarganya yang siang kemarin datang membesuk, meminta kepada rumah sakit agar Miming segera dibawa pulang.
Direktur RSUD Pulang Pisau, dr Muliato mengatakan, selain disebabkan kecapean, para siswa itu tidak tahan menghirup asap di pagi hari. "Memang sebagian mereka ada yang mempunyai gangguan pernafasan, sehingga dalam kondisi yang masih terbalut asap tebal pada saat itu mereka tidak tahan," katanya.
Memang, kabut asap masih dikeluhkan sejumlah warga di Kalteng. Meski pemboman titik-titik api telah dilakukan selama seminggu, namun asap tetap muncul bahkan sampai mengganggu aktivitas warga.
Efek Pemboman
Kondisi kabut asap di Pulang Pisau sendiri dalam beberapa hari terakhir tidak menentu. Jika dua hari sebelumnya kabut sempat menghilang, Senin kemarin justru menjadi-jadi. Selain mengganggu pernafasan warga, akibat lainnya arus lalu lintas pun terganggu. Kendaraan yang melintas harus menghidupkan lampu penerang guna meminimalisir kecelakaan.
Upaya pemadaman sendiri terus dilakukan. Pesawat BE 200 sewaan dari Rusia, kemarin, masih terus memuntahkan air dari udara. Berdasarkan informasi dari Posko Pengendalian Asap Pulang Pisau, pesawat masih memfokuskan pemboman di Desa Gohong dan Tumbang Nusa, yang memang menyimpan titik api cukup banyak.
Hanya saja Kabid Perlindungan Lahan dan Hutan Dinas Kehutanan Kabupaten Pulang Pisau, Elkana W Rundjan tidak sepenuhnya sependapat, kabut pekat karena pertambahan hotspot. Ia mengatakan, kabut asap yang muncul cukup tebal itu adalah efek dari pemboman air oleh pesawat BE 200 itu.
"Karena air yang digunakan adalah air laut, sehingga apabila dimuntahkan ke daerah lahan terbakar atau pada titik api menyebabkan penambahan asap. Asap yang ditimbulkan itu akan menjadi uap air yang nantinya akan merangsang turunnya hujan," katanya.
Secara umum, Gubernur Kalteng Agustin Teras Narang yang kemarin mendatangi posko pemadaman di Bandara Syamsudin Noor, Banjarbaru, mengakui pengeboman menggunakan satu pesawat cukup efektif. Setidaknya, dengan kombinasi hujan buatan dari BPPT dan TNI AU, secara otomatis menolong pesawat BE-200 untuk memadamkan kebakaran lahan, yang memang sudah berkurang.
Bupati Pulang Pisau, H Achmad Amur pun mengatakan, untuk lebih afdolnya, pemboman perlu dilakukan secara berulang-ulang. Dengan kondisi tanah bergambut, pemadaman harus sampai pada lapisan dalam.
"Sekilas api yang disiram tampak mati, namun umumnya itu hanya sebentar karena yang basah permukaannya saja. Saya berharap agar pemboman dilakukan berulang," tegasnya.
Lantas bagaimana dengan Kalsel? Wakil Kepala Dinas Kehutanan Kalsel, Suhardi memastikan Kalsel telah bebas dari titik api. Dari pantauan satelit Nassa, titik api di Kalsel telah hilang dan tak terpantau lagi oleh satelit.
Meski demikian, kebakaran masih rawan terjadi jika cuaca panas. Kebakaran lahan gambut akan tuntas jika lahan tersebut digenangi air atau menjadi rawa.niz/adi/ony/ck2
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Harapan warga Kalteng dan Kalsel, telanjur melambung tinggi. Aktivitas pemadaman titik api, termasuk menggunakan pesawat sewaan dari Rusia, dibayangkan segera menyapu kabut asap dari langit Borneo. Nyatanya, asap tetap mengepul. Derita warga pun belum usai.
BELUM BERAKHIR - Kabut asap belum berakhir dan terus menyerang kesehatan anak-anak. Foto: BPost/Apunk
Upacara peringatan Hari Pahlawan 10 November di Lapangan Handep Hapakat, Pulang Pisau, Senin (13/11) kemarin, berjalan khidmat. Namun dahi inspektur upacara, Bupati Achmad Amur sempat berkerut ketika melihat beberapa siswa peserta upacara ambruk.
Di tengah saputan kabut asap yang tetap tebal itulah, sedikitnya 5 siswa pingsan. Bocah-bocah itu harus dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah Pulang Pisau, yang diduga akibat tak tahan menghirup pekatnya asap.
Kelima murid itu adalah Miming (15), Erna, Mariani (16) adalah siswa SMU I Bereng dan Tri Setiawati (15) serta Ana (16) keduanya siswa SMU PGRI Kahayan Hilir.
Beruntung gangguan yang mereka alami tak begitu parah. Setelah mendapatkan perawatan medis, mereka diperbolehkan pulang, kecuali Miming yang pernafasannya masih harus dibantu dengan tabung oksigen.
Dokter yang merawat, dr Abraham. memang menyarankan agar Miming diopname secukupnya hingga pulih. Namun keluarganya yang siang kemarin datang membesuk, meminta kepada rumah sakit agar Miming segera dibawa pulang.
Direktur RSUD Pulang Pisau, dr Muliato mengatakan, selain disebabkan kecapean, para siswa itu tidak tahan menghirup asap di pagi hari. "Memang sebagian mereka ada yang mempunyai gangguan pernafasan, sehingga dalam kondisi yang masih terbalut asap tebal pada saat itu mereka tidak tahan," katanya.
Memang, kabut asap masih dikeluhkan sejumlah warga di Kalteng. Meski pemboman titik-titik api telah dilakukan selama seminggu, namun asap tetap muncul bahkan sampai mengganggu aktivitas warga.
Efek Pemboman
Kondisi kabut asap di Pulang Pisau sendiri dalam beberapa hari terakhir tidak menentu. Jika dua hari sebelumnya kabut sempat menghilang, Senin kemarin justru menjadi-jadi. Selain mengganggu pernafasan warga, akibat lainnya arus lalu lintas pun terganggu. Kendaraan yang melintas harus menghidupkan lampu penerang guna meminimalisir kecelakaan.
Upaya pemadaman sendiri terus dilakukan. Pesawat BE 200 sewaan dari Rusia, kemarin, masih terus memuntahkan air dari udara. Berdasarkan informasi dari Posko Pengendalian Asap Pulang Pisau, pesawat masih memfokuskan pemboman di Desa Gohong dan Tumbang Nusa, yang memang menyimpan titik api cukup banyak.
Hanya saja Kabid Perlindungan Lahan dan Hutan Dinas Kehutanan Kabupaten Pulang Pisau, Elkana W Rundjan tidak sepenuhnya sependapat, kabut pekat karena pertambahan hotspot. Ia mengatakan, kabut asap yang muncul cukup tebal itu adalah efek dari pemboman air oleh pesawat BE 200 itu.
"Karena air yang digunakan adalah air laut, sehingga apabila dimuntahkan ke daerah lahan terbakar atau pada titik api menyebabkan penambahan asap. Asap yang ditimbulkan itu akan menjadi uap air yang nantinya akan merangsang turunnya hujan," katanya.
Secara umum, Gubernur Kalteng Agustin Teras Narang yang kemarin mendatangi posko pemadaman di Bandara Syamsudin Noor, Banjarbaru, mengakui pengeboman menggunakan satu pesawat cukup efektif. Setidaknya, dengan kombinasi hujan buatan dari BPPT dan TNI AU, secara otomatis menolong pesawat BE-200 untuk memadamkan kebakaran lahan, yang memang sudah berkurang.
Bupati Pulang Pisau, H Achmad Amur pun mengatakan, untuk lebih afdolnya, pemboman perlu dilakukan secara berulang-ulang. Dengan kondisi tanah bergambut, pemadaman harus sampai pada lapisan dalam.
"Sekilas api yang disiram tampak mati, namun umumnya itu hanya sebentar karena yang basah permukaannya saja. Saya berharap agar pemboman dilakukan berulang," tegasnya.
Lantas bagaimana dengan Kalsel? Wakil Kepala Dinas Kehutanan Kalsel, Suhardi memastikan Kalsel telah bebas dari titik api. Dari pantauan satelit Nassa, titik api di Kalsel telah hilang dan tak terpantau lagi oleh satelit.
Meski demikian, kebakaran masih rawan terjadi jika cuaca panas. Kebakaran lahan gambut akan tuntas jika lahan tersebut digenangi air atau menjadi rawa.niz/adi/ony/ck2
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Keprihatinan Di Hari Kesehatan 2006
Senin, 13 Nopember 2006 01:23
Menghubungkan kabut asap dengan kecenderungan timbulnya gejala batuk memang wajar, meskipun batuk dapat disebabkan hal lain.
Oleh: dr Milhan
Praktisi kesehatan
Beberapa hari lalu, saya pulang dari Jakarta menuju Banjarmasin. Pesawat dijadwalkan berangkat pukul 06. 30 WIB, kemudian ditunda menjadi pukul 11.00, ditunda lagi pukul 12.30 yang pada akhirnya berangkat pukul 14.00 WIB. Alasan pihak penerbangan adalah kabut asap, sehingga mengganggu jarak pandang pilot. Alasan ini agak kurang mengena di hati, sebab pukul 12.00 Wita saya ditelepon staf saya yang akan menjemput bahwa ada dua pesawat yang sudah mendarat. Tebersit di hati saya, jangan-jangan tertunda ini gara-gara mesinnya yang trouble. Maka, selama penerbangan saya pun banyak berdoanya. Terlepas dari betul tidak alasan pihak penerbangan saat itu, setidaknya asap memang mengganggu pernapasan dan kesehatan kita.
Kabut asap yang menggerayangi kawasan sekitar Sumatra dan Kalimantan, menurut Dr Paulus Agus Winarso, Kepala Bidang Ramalan dan Jasa Badan Meteorologi dan Geofisika Dephub, adalah akibat rendahnya kelembaban udara pada atmosfer di lapisan yang dekat permukaan bumi. Ini terjadi karena menurunnya kondisi tekanan daratan Asia-Australia. Ditambah, ‘penyimpangan’ suhu struktur bumi: udara pada lapisan atas bersuhu tinggi, tapi di lapisan bawah udara dingin. Perkembangan pola angin timur yang lemah, sejak Mei-Juli, menyebabkan sebaran asap hasil pembakaran di Indonesia umumnya bersifat stasioner.
Begitu lemahnya embusan angin belakangan ini, sehingga tak ada yang menggusur asap. Misalnya, yang terjadi di Palangka Raya dan Banjarbaru. Di musim kemarau, secara umum angin bertiup dari timur-tenggara di atas lapisan bawah atmosfer, dekat permukaan bumi mengalami pembelokan di sekitar khatulistiwa. Lalu berubah arah ke selatan khatulistiwa menuju baratdaya. Kondisi demikian diperkirakan bertahan hingga September-pertengahan November.
Inilah puncaknya kondisi kering, karena matahari tepat berada di atas khatulistiwa. Satelit NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) menunjukkan, terdapat banyak titik panas (hot spot) yang rawan kebakaran. Dimaksud titik panas adalah lokasi bersuhu di atas 500 derajat Celsius. Tiap titik panas mewakili 100 hektare.
Banyak keluhan masyarakat yang berhubungan dengan kesehatan akibat asap ini. Program Depkes untuk menciptakan masyarakat yang sehat, bisa terganjal gara-gara kabut asap. Padahal, Hari Kesehatan Nasional diperingati pada 12 November 2006. Bahkan, kabut asap dikabarkan telah meningkatkan beberapa penyakit dan gangguan kesehatan di berbagai pelayanan kesehatan. Di antaranya, penyakit pada saluran pernapasan, iritasi mata dan kulit. Namun, keluhan yang paling sering dijumpai adalah batuk-batuk.
Menghubungkan kabut asap dengan kecenderungan timbulnya gejala batuk memang wajar, meskipun batuk dapat disebabkan hal lain. Batuk yang normal adalah suatu gerak refleks, respon otomatis terhadap rangsangan tertentu. Batuk tidak dapat dikendalikan oleh kehendak, meskipun kadang-kadang orang mampu menahan batuk atau berpura-pura batuk. Bahkan, seseorang yang kesadarannya kurang sekalipun, bila terkena rangsangan yang cukup akan terbatuk-batuk, kecuali kesadarannya telah mencapai tingkat yang berbahaya.
Kalau asap maupun partikel kecil masuk saluran pernapasan, akan menyentuh dinding saluran tersebut. Sentuhan ini menimbulkan rangsang pada saraf yang berhubungan dengan pusatnya di otak. Dari otak, pesan yang datang itu didistribusikan ke sejumlah pusat pengendalian yang berlainan. Masing-masing akan menggerakkan rangsang ke luar dan terjadilah beberapa gerakan serentak.
Mula-mula timbul kontraksi otot dada dan sekat rongga dada secara cepat. Ini menyebabkan seseorang menyedot udara lebih banyak dan cepat pula, seakan siap untuk berbicara. Glottis sebagai pintu pada bagian belakang kerongkongan yang bertugas menutup saluran pernapasan pada waktu menelan, menjadi tertutup. Maka, makanan dan minuman tidak sampai masuk paru-paru. Segera otot dada dan dinding perut mengadakan kontraksi tetapi dengan kegiatan yang berlawanan, sehingga rongga dada menyempit. Ketika itu, glottis masih tetap tertutup sehingga tidak ada udara yang keluar.
Sementara itu, tekanan udara di rongga dada sangat besar kemudian secara tiba-tiba glottis terbuka, udara keluar dengan tekanan besar dan cepat, melemparkan partikel atau benda asing yang masuk tersebut ke luar. Pola reaksi ini sangat kompleks, melibatkan pengaturan kontraksi sejumlah otot dari hidung sampai ujung kaki. Saat batuk, dirasakan seluruh otot tubuh ikut berkontraksi, terutama jika batuk itu sangat hebat.
Apabila kabut asap akibat kebakaran lahan disertai partikel berukuran sekitar lima mikron, bukan hanya dapat terjadi iritasi yang menyebabkan mata perih dan batuk. Juga dikhawatirkan menyebabkan pneumokonioses, timbunan partikel di jaringan paru. Gangguan pernapasan berupa sesak napas, batuk disertai produksi dahak yang banyak, merupakan sebagian gejala yang tampak. Bahkan, partikel dari bahan tertentu merupakan predisposisi bagi kanker paru.
Upaya pencegahan gangguan kesehatan akibat kabut asap yang paling utama adalah penanggulangan pada sumbernya yaitu pemadaman titik api. Mengingat upaya ini masih mengalami berbagai kesulitan, pencegahan terpaksa harus dilakukan pada manusianya. Dalam hal ini sangat dianjurkan memakai masker, terutama jika berada atau melakukan kegiatan di luar rumah. Sangat bijaksana, pembagian masker kepada masyarakat sebagai upaya pencegahan.
Di samping itu, perlu diwaspadai kelompok masyarakat yang berisiko yaitu bayi dan anak-anak, usia lanjut serta yang memiliki penyakit menahun khususnya pada pernapasan seperti bronkitis, asma bronkhiale, bronchopneumonia, dan sebagainya, agar tidak sering berada dan melakukan kegiatan di luar rumah. Kegiatan olahraga di luar ruangan sebaiknya untuk sementara dihentikan, karena sangat berisiko menimbulkan penyakit pada saluran pernapasan.
Melihat dampak yang ditimbulkan kabut asap ini memang tidak sedikit, perlu kerjasama yang bagus dari berbagai pihak. Tidak hanya departemen atau Dinas Kehutanan, tapi juga departemen atau dinas lain termasuk Kesehatan.
Program Menuju Indonesia Sehat, perlu juga mengantisipasi bahaya kabut asap. Tidak hanya tahun ini, tapi juga masa-masa mendatang sehingga kejadian seperti ini tidak terulang lagi. Antisipasi ini meliputi upaya edukasi pencegahan pembakaran lahan, pemakaian masker, penyediaan obat-obatan, dan lain-lain.
e-mail: milhan12003@yahoo.com
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Menghubungkan kabut asap dengan kecenderungan timbulnya gejala batuk memang wajar, meskipun batuk dapat disebabkan hal lain.
Oleh: dr Milhan
Praktisi kesehatan
Beberapa hari lalu, saya pulang dari Jakarta menuju Banjarmasin. Pesawat dijadwalkan berangkat pukul 06. 30 WIB, kemudian ditunda menjadi pukul 11.00, ditunda lagi pukul 12.30 yang pada akhirnya berangkat pukul 14.00 WIB. Alasan pihak penerbangan adalah kabut asap, sehingga mengganggu jarak pandang pilot. Alasan ini agak kurang mengena di hati, sebab pukul 12.00 Wita saya ditelepon staf saya yang akan menjemput bahwa ada dua pesawat yang sudah mendarat. Tebersit di hati saya, jangan-jangan tertunda ini gara-gara mesinnya yang trouble. Maka, selama penerbangan saya pun banyak berdoanya. Terlepas dari betul tidak alasan pihak penerbangan saat itu, setidaknya asap memang mengganggu pernapasan dan kesehatan kita.
Kabut asap yang menggerayangi kawasan sekitar Sumatra dan Kalimantan, menurut Dr Paulus Agus Winarso, Kepala Bidang Ramalan dan Jasa Badan Meteorologi dan Geofisika Dephub, adalah akibat rendahnya kelembaban udara pada atmosfer di lapisan yang dekat permukaan bumi. Ini terjadi karena menurunnya kondisi tekanan daratan Asia-Australia. Ditambah, ‘penyimpangan’ suhu struktur bumi: udara pada lapisan atas bersuhu tinggi, tapi di lapisan bawah udara dingin. Perkembangan pola angin timur yang lemah, sejak Mei-Juli, menyebabkan sebaran asap hasil pembakaran di Indonesia umumnya bersifat stasioner.
Begitu lemahnya embusan angin belakangan ini, sehingga tak ada yang menggusur asap. Misalnya, yang terjadi di Palangka Raya dan Banjarbaru. Di musim kemarau, secara umum angin bertiup dari timur-tenggara di atas lapisan bawah atmosfer, dekat permukaan bumi mengalami pembelokan di sekitar khatulistiwa. Lalu berubah arah ke selatan khatulistiwa menuju baratdaya. Kondisi demikian diperkirakan bertahan hingga September-pertengahan November.
Inilah puncaknya kondisi kering, karena matahari tepat berada di atas khatulistiwa. Satelit NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) menunjukkan, terdapat banyak titik panas (hot spot) yang rawan kebakaran. Dimaksud titik panas adalah lokasi bersuhu di atas 500 derajat Celsius. Tiap titik panas mewakili 100 hektare.
Banyak keluhan masyarakat yang berhubungan dengan kesehatan akibat asap ini. Program Depkes untuk menciptakan masyarakat yang sehat, bisa terganjal gara-gara kabut asap. Padahal, Hari Kesehatan Nasional diperingati pada 12 November 2006. Bahkan, kabut asap dikabarkan telah meningkatkan beberapa penyakit dan gangguan kesehatan di berbagai pelayanan kesehatan. Di antaranya, penyakit pada saluran pernapasan, iritasi mata dan kulit. Namun, keluhan yang paling sering dijumpai adalah batuk-batuk.
Menghubungkan kabut asap dengan kecenderungan timbulnya gejala batuk memang wajar, meskipun batuk dapat disebabkan hal lain. Batuk yang normal adalah suatu gerak refleks, respon otomatis terhadap rangsangan tertentu. Batuk tidak dapat dikendalikan oleh kehendak, meskipun kadang-kadang orang mampu menahan batuk atau berpura-pura batuk. Bahkan, seseorang yang kesadarannya kurang sekalipun, bila terkena rangsangan yang cukup akan terbatuk-batuk, kecuali kesadarannya telah mencapai tingkat yang berbahaya.
Kalau asap maupun partikel kecil masuk saluran pernapasan, akan menyentuh dinding saluran tersebut. Sentuhan ini menimbulkan rangsang pada saraf yang berhubungan dengan pusatnya di otak. Dari otak, pesan yang datang itu didistribusikan ke sejumlah pusat pengendalian yang berlainan. Masing-masing akan menggerakkan rangsang ke luar dan terjadilah beberapa gerakan serentak.
Mula-mula timbul kontraksi otot dada dan sekat rongga dada secara cepat. Ini menyebabkan seseorang menyedot udara lebih banyak dan cepat pula, seakan siap untuk berbicara. Glottis sebagai pintu pada bagian belakang kerongkongan yang bertugas menutup saluran pernapasan pada waktu menelan, menjadi tertutup. Maka, makanan dan minuman tidak sampai masuk paru-paru. Segera otot dada dan dinding perut mengadakan kontraksi tetapi dengan kegiatan yang berlawanan, sehingga rongga dada menyempit. Ketika itu, glottis masih tetap tertutup sehingga tidak ada udara yang keluar.
Sementara itu, tekanan udara di rongga dada sangat besar kemudian secara tiba-tiba glottis terbuka, udara keluar dengan tekanan besar dan cepat, melemparkan partikel atau benda asing yang masuk tersebut ke luar. Pola reaksi ini sangat kompleks, melibatkan pengaturan kontraksi sejumlah otot dari hidung sampai ujung kaki. Saat batuk, dirasakan seluruh otot tubuh ikut berkontraksi, terutama jika batuk itu sangat hebat.
Apabila kabut asap akibat kebakaran lahan disertai partikel berukuran sekitar lima mikron, bukan hanya dapat terjadi iritasi yang menyebabkan mata perih dan batuk. Juga dikhawatirkan menyebabkan pneumokonioses, timbunan partikel di jaringan paru. Gangguan pernapasan berupa sesak napas, batuk disertai produksi dahak yang banyak, merupakan sebagian gejala yang tampak. Bahkan, partikel dari bahan tertentu merupakan predisposisi bagi kanker paru.
Upaya pencegahan gangguan kesehatan akibat kabut asap yang paling utama adalah penanggulangan pada sumbernya yaitu pemadaman titik api. Mengingat upaya ini masih mengalami berbagai kesulitan, pencegahan terpaksa harus dilakukan pada manusianya. Dalam hal ini sangat dianjurkan memakai masker, terutama jika berada atau melakukan kegiatan di luar rumah. Sangat bijaksana, pembagian masker kepada masyarakat sebagai upaya pencegahan.
Di samping itu, perlu diwaspadai kelompok masyarakat yang berisiko yaitu bayi dan anak-anak, usia lanjut serta yang memiliki penyakit menahun khususnya pada pernapasan seperti bronkitis, asma bronkhiale, bronchopneumonia, dan sebagainya, agar tidak sering berada dan melakukan kegiatan di luar rumah. Kegiatan olahraga di luar ruangan sebaiknya untuk sementara dihentikan, karena sangat berisiko menimbulkan penyakit pada saluran pernapasan.
Melihat dampak yang ditimbulkan kabut asap ini memang tidak sedikit, perlu kerjasama yang bagus dari berbagai pihak. Tidak hanya departemen atau Dinas Kehutanan, tapi juga departemen atau dinas lain termasuk Kesehatan.
Program Menuju Indonesia Sehat, perlu juga mengantisipasi bahaya kabut asap. Tidak hanya tahun ini, tapi juga masa-masa mendatang sehingga kejadian seperti ini tidak terulang lagi. Antisipasi ini meliputi upaya edukasi pencegahan pembakaran lahan, pemakaian masker, penyediaan obat-obatan, dan lain-lain.
e-mail: milhan12003@yahoo.com
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Friday, December 08, 2006
Kabut Asap Ganggu Hujan
Kamis, 09 Nopember 2006 01:07:37
Banjarbaru, BPost
Stasiun Klimatologi Kelas I Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) di Banjarbaru memastikan, saat ini sebagian besar wilayah Kalsel telah memasuki musim penghujan.
Peluang hujan bisa saja terjadi asalkan kelembabannya mencukupi. "Namun pekatnya saputan kabut asap dikhawatirkan akan menghambat turunnya hujan," kata Kepala Staklim BMG Kelas I di Banjarbaru Sucantika Budi, Selasa (7/11).
Asap yang ditimbulkan oleh kebakaran lahan menyebabkan menurunnya kelembaban di suatu wilayah. Sementara, salah satu syarat terjadinya hujan salah satunya adalah tingkat kelembaban yang tinggi.
Kebakaran lahan yang disusul dengan kabut asap akan menyebabkan meningkatnya suhu udara disertai dengan penurunan kabut asap, sehingga kawasan tersebut menjadi kering.
Lebih lanjut Sucantika mengatakan, fase musim hujan ditandai dengan telah bertiupnya angin dari Cina Selatan yang membawa uap air. Setelah badai tropis Ciramon berhenti, kini angin yang membawa uap air dari Cina Selatan bergerak ke arah Kalsel dan Kalteng.
Ramalannya ini dikuatkan dengan hasil foto satelit yang menunjukkan awan Columunimbus --awan yang akan membawa hujan-- telah tumbuh di atas wilayah Kalsel dan Kalteng. "Ini bukan ramalan lagi, tapi sudah pasti masuk penghujan," tandasnya.
Pernyataannya itu juga didukung data kelembaban. Hasil pengukuran yang dilakukan kemarin menunjukkan angka 70 persen lebih. "Kelembaban saat ini mendukung turunnya hujan. Angka 70 persen tersebut sudah cukup tinggi untuk bisa turun hujan," terangnya. niz
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Banjarbaru, BPost
Stasiun Klimatologi Kelas I Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) di Banjarbaru memastikan, saat ini sebagian besar wilayah Kalsel telah memasuki musim penghujan.
Peluang hujan bisa saja terjadi asalkan kelembabannya mencukupi. "Namun pekatnya saputan kabut asap dikhawatirkan akan menghambat turunnya hujan," kata Kepala Staklim BMG Kelas I di Banjarbaru Sucantika Budi, Selasa (7/11).
Asap yang ditimbulkan oleh kebakaran lahan menyebabkan menurunnya kelembaban di suatu wilayah. Sementara, salah satu syarat terjadinya hujan salah satunya adalah tingkat kelembaban yang tinggi.
Kebakaran lahan yang disusul dengan kabut asap akan menyebabkan meningkatnya suhu udara disertai dengan penurunan kabut asap, sehingga kawasan tersebut menjadi kering.
Lebih lanjut Sucantika mengatakan, fase musim hujan ditandai dengan telah bertiupnya angin dari Cina Selatan yang membawa uap air. Setelah badai tropis Ciramon berhenti, kini angin yang membawa uap air dari Cina Selatan bergerak ke arah Kalsel dan Kalteng.
Ramalannya ini dikuatkan dengan hasil foto satelit yang menunjukkan awan Columunimbus --awan yang akan membawa hujan-- telah tumbuh di atas wilayah Kalsel dan Kalteng. "Ini bukan ramalan lagi, tapi sudah pasti masuk penghujan," tandasnya.
Pernyataannya itu juga didukung data kelembaban. Hasil pengukuran yang dilakukan kemarin menunjukkan angka 70 persen lebih. "Kelembaban saat ini mendukung turunnya hujan. Angka 70 persen tersebut sudah cukup tinggi untuk bisa turun hujan," terangnya. niz
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Aspek Hukum Kebakaran Hutan Dan Lahan
Kamis, 09 Nopember 2006 01:05
Memang sebenarnya UUPLH tidak secara tegas mengatur tindakan terhadap pelaku kebakaran hutan.
Oleh: Mispansyah
Dosen Fakultas Hukum Unlam
Hutan di Indonesia terbesar dan terkaya dengan aneka ragam flora dan faunanya, setelah Brazil dan Zaire. Luas total hutan mencapai 144 juta hektare atau 75 persen dari luas seluruh daratan di Indonesia (Zain, 2002:33). Kalimantan memiliki sekitar 1.800 hingga 2.300 spesies pohon yang diameternya lebih dari 10 sentimeter, dan sekitar 40 genus tanaman dan lebih banyak lagi species yang bersifat endemic (Barber, 1999:9). Sumberdaya hutan yang terdapat di Kalimantan itu, belum termasuk kekayaan fauna. (Rich, 1999:440).
Dalam kenyataan, potensi hutan itu hanya menjadi dongeng yang diceritakan orangtua kepada anak-anaknya. Realitas pemanfaatan hutan di samping memberikan dampak positif, begitu banyak menimbulkan dampak negatif. Dampak negatif dalam pemanfaatan hutan adalah rentannya hutan dari bahaya kerusakan, salah satunya kebakaran.
Ada beberapa kualifikasi hukum dari peristiwa kebakaran hutan dan akibat yang ditimbulkannya yaitu: tindakan pembakaran hutan yang menimbulkan akibat berupa kerusakan lingkungan hidup; tindakan menimbulkan kebakaran hutan dan atau karena kealfaannya (lalai) menyebabkan hutan menjadi terbakar. Untuk menjerat pelaku kebakaran hutan dan lahan, ada beberapa ketentuan perundang-undangan yang bisa diberlakukan yaitu UU Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPLH) dan UU Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.
Sanksi Administrasi: Hakikat dari dasar penjatuhan sanksi administrasi mensyaratkan ketentuan perundang-undangan yang dilanggar untuk menentukan batas pelanggaran yang terjadi. Oleh karena itu, harus terdapat rumusan hukum terlebih dahulu sebagai dasar bagi alat kekuasaan publik yang digunakan oleh penguasa atas reaksi ketidakpatuhan terhadap norma hukum (Philupus M Hadjon: 1995). Sanksi administrasi dalam LH berupa paksaan pemerintah yang ditujukan kepada penanggung jawab usaha/atau kegiatan untuk mencegah dan mengakhiri terjadinya pelanggaran, serta menanggulangi akibat yang ditimbulkannya oleh suatu pelanggaran dan /atau pemulihan atas beban biaya penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan. Kecuali ditentukan lain berdasarkan UU sebagaimana diatur dalam Pasal 25 ayat (1) UUPLH, di samping itu dikenakan pembayaran sejumlah uang (Pasal 25 ayat (5) UUPLH.
Sanksi Perdata bagi pelaku yang terlibat dalam tindakan pembakaran hutan, hanya dapat terjadi bila dihubungkan dengan akibat yang timbul dan nyata-nyata merugikan kepentingan manusia termasuk bukti melakukan perusakan/pencemaran LH. Bila disyaratkan harus terdapat unsur kerugian yang diderita manusia, maka tidak ada pertanggungjawaban hukum dengan dasar Perbuatan Melawan Hukum (PMH). Namun demikian, UUPLH mengakui kewenangan organisasi yang bergerak di bidang LH memiliki ius standi untuk mewakili melakukan gugatan (class action), organisasi LH mengajukan gugatan ke pengadilan sekalipun tidak ada unsur kerugian manusia. Dalam hal ini bisa diwakili oleh organisasi LH atau yang bergerak di bidang tersebut, sehingga LH mempunyai hak untuk dilindungi (Hardja Soematri: 2005:406).
Sanksi Pidana diterapkan terhadap pelaku yang terlibat dalam tindakan pembakaran hutan atau karena kelalainnya menyebabkan hutan menjadi terbakar, dengan pidana kurungan dan/atau denda (Pasal 18 ayat (3) UUPLH.
Selama ini, orang memahami ketiga tindakan tersebut berjalan sendiri-sendiri yakni apabila sudah dikenakan sanksi administrasi maka sanksi perdata dan pidana akan menunggu penanganan sanksi administrasi. Padahal tidak seperti itu, ketiga sanksi tersebut tetap dijalankan secara bersamaan. (Hardja Soemantri: 2006; dalam Kuliah HL di PMIH Unlam).
UU Nomor 41/1999 tentang Kehutahan juga mengatur tiga sanksi terhadap pelaku kebakaran hutan: Sanksi Administrasi (Pasal 80 ayat 2); Sanksi Pidana (Pasal 78-79; Tanggung jawab perdata dan ganti rugi (Pasal 80 ayat 1). Ketentuan ini tidak jauh berbeda dengan UUPH, hanya ada sedikit penekanan pada sanski pidana. Tersangka pelaku pembakaran hutan atau kebakaran akibat kekalaian, juga dikenakan sanksi pidana yaitu pidana penjara dan hukuman kurungan. Ketentuan pidana juga diatur dalam PP Nomor 28 Tahun 1985. Namun kenyataannya, kebakaran hutan terus berlangsung dari tahun ke tahun dan Indonesia selalu menjadi negara penyuplai kabut asap nomor satu di dunia.
Kendala
Dalam kenyataannya, penegakan hukum yang berkaitan dengan kasus kebakaran hutan di Indonesia umumnya dan Kalimantan khususnya tidak terlaksana dengan baik. Beberapa kendalanya: 1. Tidak terdapat pelaku yang diduga menyebabkan hutan menjadi terbakar yang bisa dikenakan pertanggungjawaban berdasarkan ketentuan hukum yang ada. Sepengetahuan saya tidak ada gugatan yang dilakukan masyarakat ataupun perwakilan (class action) dari organisasi lingkungan. 2. Prosedural, tidak ada aturan hukum berupa UU yang khusus mengatur kebakaran hutan dan lahan menjadi argumentasi aparat penegak hukum kita. 3. Pembuktian dalam proses penegakan hukum, yaitu bukti yang dipakai dalam kasus kebakaran hutan seyogyanya mengintegrasikan teknologi seperti titik panas (hotspot) yang direkam satelit. (M Muhdar: 2001).
Dalam penanganan, seharusnya aparat penegak hukum tidak menjadikan substansi (aspek aturan hukum yang tidak mengatur secara tegas) mengenai kebakaran hutan sebagai kendala. Seyogyanya aparat penegak hukum harus mengonstatasi, mengualifikasi dan mengontituering peristiwa hukum konkret (kebakaran hutan). Juga tidak kalah penting, kesiapan aparat penegak hukum dalam memecahkan masalah yang dihadapi (the power solving of legal problems) dengan dukungan kemampuan mengindentifikasi (legal problem identification), kemampuan memecahkan masalah (legal proplem solving) dan mengambil keputusan (decision making).
Dengan demikian, apabila kendalanya adalah UU yang tidak mengatur maka pengambil keputusan bisa membuat suatu peraturan baik dalam bentuk UU oleh pemerintah pusat atau perda di pemerintah daerah. Perlu diingat, ada empat pilar penegakan hukum yaitu sistem hukum yang baik, aparat penegak hukum yang baik, kesadaran hukum masyarakat, sanksi yang tegas. Selama ke empat pilar ini tidak jalan, maka permasalahan penegakan hukum akan terus menjadi kendala.
e-mail: mispansyah_bjm@yahoo.co.id
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Memang sebenarnya UUPLH tidak secara tegas mengatur tindakan terhadap pelaku kebakaran hutan.
Oleh: Mispansyah
Dosen Fakultas Hukum Unlam
Hutan di Indonesia terbesar dan terkaya dengan aneka ragam flora dan faunanya, setelah Brazil dan Zaire. Luas total hutan mencapai 144 juta hektare atau 75 persen dari luas seluruh daratan di Indonesia (Zain, 2002:33). Kalimantan memiliki sekitar 1.800 hingga 2.300 spesies pohon yang diameternya lebih dari 10 sentimeter, dan sekitar 40 genus tanaman dan lebih banyak lagi species yang bersifat endemic (Barber, 1999:9). Sumberdaya hutan yang terdapat di Kalimantan itu, belum termasuk kekayaan fauna. (Rich, 1999:440).
Dalam kenyataan, potensi hutan itu hanya menjadi dongeng yang diceritakan orangtua kepada anak-anaknya. Realitas pemanfaatan hutan di samping memberikan dampak positif, begitu banyak menimbulkan dampak negatif. Dampak negatif dalam pemanfaatan hutan adalah rentannya hutan dari bahaya kerusakan, salah satunya kebakaran.
Ada beberapa kualifikasi hukum dari peristiwa kebakaran hutan dan akibat yang ditimbulkannya yaitu: tindakan pembakaran hutan yang menimbulkan akibat berupa kerusakan lingkungan hidup; tindakan menimbulkan kebakaran hutan dan atau karena kealfaannya (lalai) menyebabkan hutan menjadi terbakar. Untuk menjerat pelaku kebakaran hutan dan lahan, ada beberapa ketentuan perundang-undangan yang bisa diberlakukan yaitu UU Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPLH) dan UU Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.
Sanksi Administrasi: Hakikat dari dasar penjatuhan sanksi administrasi mensyaratkan ketentuan perundang-undangan yang dilanggar untuk menentukan batas pelanggaran yang terjadi. Oleh karena itu, harus terdapat rumusan hukum terlebih dahulu sebagai dasar bagi alat kekuasaan publik yang digunakan oleh penguasa atas reaksi ketidakpatuhan terhadap norma hukum (Philupus M Hadjon: 1995). Sanksi administrasi dalam LH berupa paksaan pemerintah yang ditujukan kepada penanggung jawab usaha/atau kegiatan untuk mencegah dan mengakhiri terjadinya pelanggaran, serta menanggulangi akibat yang ditimbulkannya oleh suatu pelanggaran dan /atau pemulihan atas beban biaya penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan. Kecuali ditentukan lain berdasarkan UU sebagaimana diatur dalam Pasal 25 ayat (1) UUPLH, di samping itu dikenakan pembayaran sejumlah uang (Pasal 25 ayat (5) UUPLH.
Sanksi Perdata bagi pelaku yang terlibat dalam tindakan pembakaran hutan, hanya dapat terjadi bila dihubungkan dengan akibat yang timbul dan nyata-nyata merugikan kepentingan manusia termasuk bukti melakukan perusakan/pencemaran LH. Bila disyaratkan harus terdapat unsur kerugian yang diderita manusia, maka tidak ada pertanggungjawaban hukum dengan dasar Perbuatan Melawan Hukum (PMH). Namun demikian, UUPLH mengakui kewenangan organisasi yang bergerak di bidang LH memiliki ius standi untuk mewakili melakukan gugatan (class action), organisasi LH mengajukan gugatan ke pengadilan sekalipun tidak ada unsur kerugian manusia. Dalam hal ini bisa diwakili oleh organisasi LH atau yang bergerak di bidang tersebut, sehingga LH mempunyai hak untuk dilindungi (Hardja Soematri: 2005:406).
Sanksi Pidana diterapkan terhadap pelaku yang terlibat dalam tindakan pembakaran hutan atau karena kelalainnya menyebabkan hutan menjadi terbakar, dengan pidana kurungan dan/atau denda (Pasal 18 ayat (3) UUPLH.
Selama ini, orang memahami ketiga tindakan tersebut berjalan sendiri-sendiri yakni apabila sudah dikenakan sanksi administrasi maka sanksi perdata dan pidana akan menunggu penanganan sanksi administrasi. Padahal tidak seperti itu, ketiga sanksi tersebut tetap dijalankan secara bersamaan. (Hardja Soemantri: 2006; dalam Kuliah HL di PMIH Unlam).
UU Nomor 41/1999 tentang Kehutahan juga mengatur tiga sanksi terhadap pelaku kebakaran hutan: Sanksi Administrasi (Pasal 80 ayat 2); Sanksi Pidana (Pasal 78-79; Tanggung jawab perdata dan ganti rugi (Pasal 80 ayat 1). Ketentuan ini tidak jauh berbeda dengan UUPH, hanya ada sedikit penekanan pada sanski pidana. Tersangka pelaku pembakaran hutan atau kebakaran akibat kekalaian, juga dikenakan sanksi pidana yaitu pidana penjara dan hukuman kurungan. Ketentuan pidana juga diatur dalam PP Nomor 28 Tahun 1985. Namun kenyataannya, kebakaran hutan terus berlangsung dari tahun ke tahun dan Indonesia selalu menjadi negara penyuplai kabut asap nomor satu di dunia.
Kendala
Dalam kenyataannya, penegakan hukum yang berkaitan dengan kasus kebakaran hutan di Indonesia umumnya dan Kalimantan khususnya tidak terlaksana dengan baik. Beberapa kendalanya: 1. Tidak terdapat pelaku yang diduga menyebabkan hutan menjadi terbakar yang bisa dikenakan pertanggungjawaban berdasarkan ketentuan hukum yang ada. Sepengetahuan saya tidak ada gugatan yang dilakukan masyarakat ataupun perwakilan (class action) dari organisasi lingkungan. 2. Prosedural, tidak ada aturan hukum berupa UU yang khusus mengatur kebakaran hutan dan lahan menjadi argumentasi aparat penegak hukum kita. 3. Pembuktian dalam proses penegakan hukum, yaitu bukti yang dipakai dalam kasus kebakaran hutan seyogyanya mengintegrasikan teknologi seperti titik panas (hotspot) yang direkam satelit. (M Muhdar: 2001).
Dalam penanganan, seharusnya aparat penegak hukum tidak menjadikan substansi (aspek aturan hukum yang tidak mengatur secara tegas) mengenai kebakaran hutan sebagai kendala. Seyogyanya aparat penegak hukum harus mengonstatasi, mengualifikasi dan mengontituering peristiwa hukum konkret (kebakaran hutan). Juga tidak kalah penting, kesiapan aparat penegak hukum dalam memecahkan masalah yang dihadapi (the power solving of legal problems) dengan dukungan kemampuan mengindentifikasi (legal problem identification), kemampuan memecahkan masalah (legal proplem solving) dan mengambil keputusan (decision making).
Dengan demikian, apabila kendalanya adalah UU yang tidak mengatur maka pengambil keputusan bisa membuat suatu peraturan baik dalam bentuk UU oleh pemerintah pusat atau perda di pemerintah daerah. Perlu diingat, ada empat pilar penegakan hukum yaitu sistem hukum yang baik, aparat penegak hukum yang baik, kesadaran hukum masyarakat, sanksi yang tegas. Selama ke empat pilar ini tidak jalan, maka permasalahan penegakan hukum akan terus menjadi kendala.
e-mail: mispansyah_bjm@yahoo.co.id
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Bomber Rusia Kebingungan
Kamis, 09 Nopember 2006 01:46:07
Banjarbaru, BPost
Operasi pemadaman kebakaran hutan dan lahan menggunakan pesawat BE -200 di Kecamatan Gambut, Kabupaten Banjar, Kalsel, Kamis (8/11) tidak berjalan mulus. Pilot pesawat kebingungan karena tak menemukan satu pun titik api (hotspot) di area yang menjadi target pengeboman.
BOM KALSEL - Pesawat amphibi BE-200 Rusia tiba di Bandara Syamsudin Noor Banjarbaru, Rabu (8/11) pukul 14.00 Wita. Pesawat ini langsung melakukan pemadaman kebakaran hutan dan lahan di Kecamatan Gambut, Kabupaten Banjar. Foto: BPost/Apunk
Kekecewaan terlihat dari wajah pilot Krayzef bersama lima krunya yang sebelum terbang sempat disambut dengan upacara batapung tawar dan sajian sinoman hadrah ini. Pilot asal Rusia itu berkali-kali mengangkat tangannya seolah-olah menyerah. Itu dilakukannya setelah hampir dua puluh menit berputar-putar di udara.
Wartawan Banjarmasin Post, Anita Kusumawardhani yang ikut dalam penerbangan juga tidak melihat enam hotspot di wilayah Gambut sebagaimana panduan peta dari Dishut Kalsel. Krayzef pun semakin kebingungan. Berkali-kali kepalanya digelengkan ke kiri dan kanan, sebagai isyarat kekecewaan.
Pesawat yang mengangkut 12 ton air yang diambil dari perairan Tabunio, Tanah Laut, akhirnya dimuntahkan begitu saja di beberapa tempat munculnya asap di wilayah Gambut. Untung saja, operasi pemadaman kabut asap itu tertolong dengan turunnya hujan alami sekitar pukul 16.20 Wita.
Pesawat pun sempat diturunkan ketinggian sampai 150 hingga 100 meter dari atas tanah. Tak urung gerakan pesawat berharga sewa 15 ribu dolar AS per jamnya ini cukup membuat guncangan hebat yang dirasakan penumpangnya. Guncangan keras juga terjadi ketika pesawat mengambil air bahan baku penyiraman. Rasanya seperti naik speedboat.
Aksi burung besi jenis amphibi bermesin jet ini berakhir pukul 16.23. Bersamaan hujan gerimis turun di areal sasaran, kru pesawat memuntahkan air di lokasi-lokasi munculnya asap. Pesawat yang mampu mendarat di landasan padat maupun perairan ini kemudian mendarat kembali di Bandara Syamsudin Noor pukul 16.33 Wita.
Kurang Persiapan
Apakah upaya itu dikatakan gagal? Semua pihak yang terlibat sebagai koordinator kerja besar ini, enggan berkomentar. Sayangnya lagi, gubernur dan pejabat teras plus muspida Kalsel yang sebelumnya kontinu melakukan rapat pemantapan, tidak menyaksikan aksi pengeboman air.
Mayjen TNI Syamsul Maarif selaku ketua pelaksana harian Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana (Bakornas PB) juga menggelengkan kepala sebagai isyarat enggan berkomentar.
Sugeng, sebagai jurubicara tak berani menyatakan itu gagal. "Saya tak mau mengatakan ini gagal atau belum berhasil dan sejenisnya. Yang jelas kita sudah lakukan pengeboman hari ini, meski untuk api-api kecil saja," katanya.
Menurut Sugeng, operasi perdana kemarin tidak ditunjang data terbaru hotspot, sehingga membuat pilot bingung. "Datanya kurang akurat. Hotspot yang dicurigai ada ternyata tidak ada," ujarnya.
Proses pengeboman di Palembang tim turun dengan dua kekuatan. Selain pesawat BE, akurasi data pantauan satelit NOAA diyakinkan lagi pantauan langsung tim baik dari udara maupun dari darat sebelum pengeboman dilakukan.
Rencananya, Kamis (9/1) ini, tim akan mematikan titik api di Kapuas Kalteng, tetap dengan 1 unit pesawat dari dua unit yang direncanakan. Pasalnya, satu unit pesawat lainnya sedang dalam perbaikan di Palembang menunggu kiriman suku cadang dari Rusia.
Mengantipasi ini Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Said D Jenie mengatakan pihaknya mengusulkan pemerintah membeli pesawat pembom air jenis BE- 200 buatan Rusia. Hal ini karena setiap tahun selalu terjadi kebakaran hutan dan lahan.
"Idealnya kita harus memiliki tujuh unit pesawat jenis itu. Ini karena luasan hutan dan lahan terbakar tersebar di sejumlah pulau-pulau besar," kata Said. niz/adi
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Banjarbaru, BPost
Operasi pemadaman kebakaran hutan dan lahan menggunakan pesawat BE -200 di Kecamatan Gambut, Kabupaten Banjar, Kalsel, Kamis (8/11) tidak berjalan mulus. Pilot pesawat kebingungan karena tak menemukan satu pun titik api (hotspot) di area yang menjadi target pengeboman.
BOM KALSEL - Pesawat amphibi BE-200 Rusia tiba di Bandara Syamsudin Noor Banjarbaru, Rabu (8/11) pukul 14.00 Wita. Pesawat ini langsung melakukan pemadaman kebakaran hutan dan lahan di Kecamatan Gambut, Kabupaten Banjar. Foto: BPost/Apunk
Kekecewaan terlihat dari wajah pilot Krayzef bersama lima krunya yang sebelum terbang sempat disambut dengan upacara batapung tawar dan sajian sinoman hadrah ini. Pilot asal Rusia itu berkali-kali mengangkat tangannya seolah-olah menyerah. Itu dilakukannya setelah hampir dua puluh menit berputar-putar di udara.
Wartawan Banjarmasin Post, Anita Kusumawardhani yang ikut dalam penerbangan juga tidak melihat enam hotspot di wilayah Gambut sebagaimana panduan peta dari Dishut Kalsel. Krayzef pun semakin kebingungan. Berkali-kali kepalanya digelengkan ke kiri dan kanan, sebagai isyarat kekecewaan.
Pesawat yang mengangkut 12 ton air yang diambil dari perairan Tabunio, Tanah Laut, akhirnya dimuntahkan begitu saja di beberapa tempat munculnya asap di wilayah Gambut. Untung saja, operasi pemadaman kabut asap itu tertolong dengan turunnya hujan alami sekitar pukul 16.20 Wita.
Pesawat pun sempat diturunkan ketinggian sampai 150 hingga 100 meter dari atas tanah. Tak urung gerakan pesawat berharga sewa 15 ribu dolar AS per jamnya ini cukup membuat guncangan hebat yang dirasakan penumpangnya. Guncangan keras juga terjadi ketika pesawat mengambil air bahan baku penyiraman. Rasanya seperti naik speedboat.
Aksi burung besi jenis amphibi bermesin jet ini berakhir pukul 16.23. Bersamaan hujan gerimis turun di areal sasaran, kru pesawat memuntahkan air di lokasi-lokasi munculnya asap. Pesawat yang mampu mendarat di landasan padat maupun perairan ini kemudian mendarat kembali di Bandara Syamsudin Noor pukul 16.33 Wita.
Kurang Persiapan
Apakah upaya itu dikatakan gagal? Semua pihak yang terlibat sebagai koordinator kerja besar ini, enggan berkomentar. Sayangnya lagi, gubernur dan pejabat teras plus muspida Kalsel yang sebelumnya kontinu melakukan rapat pemantapan, tidak menyaksikan aksi pengeboman air.
Mayjen TNI Syamsul Maarif selaku ketua pelaksana harian Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana (Bakornas PB) juga menggelengkan kepala sebagai isyarat enggan berkomentar.
Sugeng, sebagai jurubicara tak berani menyatakan itu gagal. "Saya tak mau mengatakan ini gagal atau belum berhasil dan sejenisnya. Yang jelas kita sudah lakukan pengeboman hari ini, meski untuk api-api kecil saja," katanya.
Menurut Sugeng, operasi perdana kemarin tidak ditunjang data terbaru hotspot, sehingga membuat pilot bingung. "Datanya kurang akurat. Hotspot yang dicurigai ada ternyata tidak ada," ujarnya.
Proses pengeboman di Palembang tim turun dengan dua kekuatan. Selain pesawat BE, akurasi data pantauan satelit NOAA diyakinkan lagi pantauan langsung tim baik dari udara maupun dari darat sebelum pengeboman dilakukan.
Rencananya, Kamis (9/1) ini, tim akan mematikan titik api di Kapuas Kalteng, tetap dengan 1 unit pesawat dari dua unit yang direncanakan. Pasalnya, satu unit pesawat lainnya sedang dalam perbaikan di Palembang menunggu kiriman suku cadang dari Rusia.
Mengantipasi ini Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Said D Jenie mengatakan pihaknya mengusulkan pemerintah membeli pesawat pembom air jenis BE- 200 buatan Rusia. Hal ini karena setiap tahun selalu terjadi kebakaran hutan dan lahan.
"Idealnya kita harus memiliki tujuh unit pesawat jenis itu. Ini karena luasan hutan dan lahan terbakar tersebar di sejumlah pulau-pulau besar," kata Said. niz/adi
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Akibat Asap 587 Kasus Pnemonia
Rabu, 08 Nopember 2006 00:06:13
Kandangan, BPost
Semenjak kabut asap menyerang wilayah Hulu Sungai Selatan, penderita ISPA meningkat. Bila awal September lalu jumlah korban kabut asap 7.303 orang, kini meningkat jadi 10.661 orang.
Korban asap terbanyak ditangani Puskesmas Jambu Hilir, sebanyak 2.404 orang dan Puskesmas Kandangan 2.233 orang.
Menurut Kusmadi, petugas surveilance penyakit dinas kesehatan, masih ada puskesmas yang belum melaporkan data penderita ISPA. Sementara di Puskesmas Gambah, Padang Batung dan Nagara data pasiennya belum terekam.
Yang lebih parah lagi bukan hanya ancaman ISPA terus merangkak naik. Korban pnemonia juga telah mencapai 587 orang selama musim kemarau disertai kabut asap pekat tahun ini.
Jailani Majedi, pengelola program ISPA dan pnemonia Dinkes HSS mengatakan kabut asap bisa berakibat buruk pada peningkatan pnemonia.
Warga yang kena ISPA apabila lambat ditangani bisa pnemonia terutama dari kalangan anak usia 1 sampai 4 tahun, karena daya tahan tubuhnya belum kuat. Akibat fatal dari pnemonia adalah kematian. Untuk itu, Dinkes mengimbau warga segera berobat bila kena ISPA.
Sementara Kadinkes HSS drg Garsmedi dalam rapat bulanan Pemkab HSS telah melayangkan surat resmi kepada dinas pendidikan tentang ketentuan diperbolehkan meliburkan siswa akibat kabut asap. "Rekomendasi ini dalam rangka mengatasi bertambahnya korban ISPA terutama dari kalangan anak-anak," tambah Garsmedi. ary
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Kandangan, BPost
Semenjak kabut asap menyerang wilayah Hulu Sungai Selatan, penderita ISPA meningkat. Bila awal September lalu jumlah korban kabut asap 7.303 orang, kini meningkat jadi 10.661 orang.
Korban asap terbanyak ditangani Puskesmas Jambu Hilir, sebanyak 2.404 orang dan Puskesmas Kandangan 2.233 orang.
Menurut Kusmadi, petugas surveilance penyakit dinas kesehatan, masih ada puskesmas yang belum melaporkan data penderita ISPA. Sementara di Puskesmas Gambah, Padang Batung dan Nagara data pasiennya belum terekam.
Yang lebih parah lagi bukan hanya ancaman ISPA terus merangkak naik. Korban pnemonia juga telah mencapai 587 orang selama musim kemarau disertai kabut asap pekat tahun ini.
Jailani Majedi, pengelola program ISPA dan pnemonia Dinkes HSS mengatakan kabut asap bisa berakibat buruk pada peningkatan pnemonia.
Warga yang kena ISPA apabila lambat ditangani bisa pnemonia terutama dari kalangan anak usia 1 sampai 4 tahun, karena daya tahan tubuhnya belum kuat. Akibat fatal dari pnemonia adalah kematian. Untuk itu, Dinkes mengimbau warga segera berobat bila kena ISPA.
Sementara Kadinkes HSS drg Garsmedi dalam rapat bulanan Pemkab HSS telah melayangkan surat resmi kepada dinas pendidikan tentang ketentuan diperbolehkan meliburkan siswa akibat kabut asap. "Rekomendasi ini dalam rangka mengatasi bertambahnya korban ISPA terutama dari kalangan anak-anak," tambah Garsmedi. ary
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Optimis Atasi Kabut Asap
Rabu, 08 Nopember 2006 01:47:53
Banjarbaru, BPost
Kabut asap tebal kembali menyaput langit Kalsel terutama Banjarmasin, Banjar dan Banjarbaru. Bahkan, hingga Selasa (7/11) sore, Kota Banjarmasin gelap gulita karena terselimuti kabut asap akibat pembakaran lahan dan hutan itu. Di Bandara Syamsudin Noor pun sejumlah jadwal penerbangan tertunda.
Dikhawatirkan, kondisi ini mengganggu rencana pemadaman kebakaran lahan dan hutan dengan menggunakan bom air. Padahal, dua pesawat Rusia jenis BE-200 yang disewa untuk menjatuhkan bom air itu direncanakan tiba dan langsung menjalankan tugasnya pada Rabu (8/11).
"Besok (hari ini) pesawat itu dijadwalkan datang dan langsung bekerja satu kali shorty di Kalsel. Baru esoknya (Kamis) di Kalteng. Tapi, terlebih dulu melihat situasi cuaca di sekitar Bandara Syamsudin Noor sebagai posko pemadaman kebakaran lahan. Safety itu nomor satu. Kalau memang tak memungkinkan ya sementara ditunda dulu ke Kalimantan, biar parkir saja dulu di Palembang.
Semua tergantung perkembangan kondisi cuaca," tegas Kepala Pelaksana Harian Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana (Bakornas PB) Mayjen TNI Syamsul Maarif.
Mengenai pesimistis sejumlah pihak terhadap efektivitas bom air ini, Syamsul menegaskan pemadaman dengan water bomb akan memadamkan titik api (hotspot). "Kalau tanya estimasi, saya yakin bahkan sangat yakin operasionalnya di Kalimantan dengan catatan daya dukungnya memadai ," tandasnya.
Keyakinan ini bukan tanpa alasan. Berkaca pada pengalaman di Palembang, Sumsel, ribuan hotspot di daerah itu padam begitu dibom dengan air. Dengan daya dukung pengamanan di darat, laut serta udara, juga koordinasi dan kondisi cuaca, pemadaman kebakaran lahan yang mengakibatkan sapuan asap tebal dapat ditanggulangi.
Padamnya titik api karena water bomb ini juga tak lepas dari pengalaman pilot asal Rusia yang memiliki jam terbang tinggi. Mereka terbiasa mengemudikan pesawat guna memadamkan api yang di lahan Afrika yang berkarakteristik mirip dengan Kalimantan.
Secara detil, Syamsul juga menjelaskan kerja pesawat berharga jual 42 juta dolar Amerika. Pada satu proses kerja atau satu shorty (semacam rute penerbangan, Red) pesawat ini mampu menyiramkan sekitar 200 ton air yang diambil bolak balik dari sumber air.
Dengan kekuatan teknis dan pengalaman tersebut, Syamsul kembali meyakinkan sebaran hotspot di Kalsel dan Kalteng dapat padam. "Jadi bukan sekali terbang hanya mengangkut 12 ton. Tapi satu kali penyemprotan 12 ton dan itu bisa ke sejumlah area. Tepatnya, satu kali shorty itu, 200 ton air bisa disemprotkan ke titik api," tuturnya.
Manager Operasional PT Angkasa Pura I Bandara Syamsudin Noor, Noor Siswadi saat dikonfirmasi tentang pengaturan jadwal penerbangan sipil akibat kedatangan pesawat Rusia tersebut, mengaku masih melakukan perundingan dengan awak kru pesawat agar tidak menganggu penerbangan reguler.
Rencana bom air di Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Banjar dipastikan batal, sebab tidak terdapat titik api yang parah di wilayah tersebut. Berbeda dengan Kecamatan Gambut (Banjar) dan Landasan Ulin (Banjarbaru).
Camat Simpang Empat M Taufiq mengatakan, kabut asap yang juga sampai ke daerah itu dipastikan hanya impor dari daerah tetangga, Desa Alalak Padang (Batola).
Lain halnya dengan Kecamatan Gambut. Mereka telah siap menerima bom air, khususnya di seputar Jalan Gubernur Subarjo dan Gubernur Syarkawi. "Kita telah melakukan sosialisasi kepada warga yang bermukim di dua kawasan itu, melalui masjid-masjid, langgar-langgar hingga RT-RT-nya," ujar Camat Gambut Abdul Razak. niz/adi
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Banjarbaru, BPost
Kabut asap tebal kembali menyaput langit Kalsel terutama Banjarmasin, Banjar dan Banjarbaru. Bahkan, hingga Selasa (7/11) sore, Kota Banjarmasin gelap gulita karena terselimuti kabut asap akibat pembakaran lahan dan hutan itu. Di Bandara Syamsudin Noor pun sejumlah jadwal penerbangan tertunda.
Dikhawatirkan, kondisi ini mengganggu rencana pemadaman kebakaran lahan dan hutan dengan menggunakan bom air. Padahal, dua pesawat Rusia jenis BE-200 yang disewa untuk menjatuhkan bom air itu direncanakan tiba dan langsung menjalankan tugasnya pada Rabu (8/11).
"Besok (hari ini) pesawat itu dijadwalkan datang dan langsung bekerja satu kali shorty di Kalsel. Baru esoknya (Kamis) di Kalteng. Tapi, terlebih dulu melihat situasi cuaca di sekitar Bandara Syamsudin Noor sebagai posko pemadaman kebakaran lahan. Safety itu nomor satu. Kalau memang tak memungkinkan ya sementara ditunda dulu ke Kalimantan, biar parkir saja dulu di Palembang.
Semua tergantung perkembangan kondisi cuaca," tegas Kepala Pelaksana Harian Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana (Bakornas PB) Mayjen TNI Syamsul Maarif.
Mengenai pesimistis sejumlah pihak terhadap efektivitas bom air ini, Syamsul menegaskan pemadaman dengan water bomb akan memadamkan titik api (hotspot). "Kalau tanya estimasi, saya yakin bahkan sangat yakin operasionalnya di Kalimantan dengan catatan daya dukungnya memadai ," tandasnya.
Keyakinan ini bukan tanpa alasan. Berkaca pada pengalaman di Palembang, Sumsel, ribuan hotspot di daerah itu padam begitu dibom dengan air. Dengan daya dukung pengamanan di darat, laut serta udara, juga koordinasi dan kondisi cuaca, pemadaman kebakaran lahan yang mengakibatkan sapuan asap tebal dapat ditanggulangi.
Padamnya titik api karena water bomb ini juga tak lepas dari pengalaman pilot asal Rusia yang memiliki jam terbang tinggi. Mereka terbiasa mengemudikan pesawat guna memadamkan api yang di lahan Afrika yang berkarakteristik mirip dengan Kalimantan.
Secara detil, Syamsul juga menjelaskan kerja pesawat berharga jual 42 juta dolar Amerika. Pada satu proses kerja atau satu shorty (semacam rute penerbangan, Red) pesawat ini mampu menyiramkan sekitar 200 ton air yang diambil bolak balik dari sumber air.
Dengan kekuatan teknis dan pengalaman tersebut, Syamsul kembali meyakinkan sebaran hotspot di Kalsel dan Kalteng dapat padam. "Jadi bukan sekali terbang hanya mengangkut 12 ton. Tapi satu kali penyemprotan 12 ton dan itu bisa ke sejumlah area. Tepatnya, satu kali shorty itu, 200 ton air bisa disemprotkan ke titik api," tuturnya.
Manager Operasional PT Angkasa Pura I Bandara Syamsudin Noor, Noor Siswadi saat dikonfirmasi tentang pengaturan jadwal penerbangan sipil akibat kedatangan pesawat Rusia tersebut, mengaku masih melakukan perundingan dengan awak kru pesawat agar tidak menganggu penerbangan reguler.
Rencana bom air di Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Banjar dipastikan batal, sebab tidak terdapat titik api yang parah di wilayah tersebut. Berbeda dengan Kecamatan Gambut (Banjar) dan Landasan Ulin (Banjarbaru).
Camat Simpang Empat M Taufiq mengatakan, kabut asap yang juga sampai ke daerah itu dipastikan hanya impor dari daerah tetangga, Desa Alalak Padang (Batola).
Lain halnya dengan Kecamatan Gambut. Mereka telah siap menerima bom air, khususnya di seputar Jalan Gubernur Subarjo dan Gubernur Syarkawi. "Kita telah melakukan sosialisasi kepada warga yang bermukim di dua kawasan itu, melalui masjid-masjid, langgar-langgar hingga RT-RT-nya," ujar Camat Gambut Abdul Razak. niz/adi
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Besok, Gambut Dibom Air
Selasa, 07 Nopember 2006 02:55:26
Banjarbaru, BPost
Dua pesawat Rusia, yang bertugas memadamkan kebakaran hutan dan lahan di Indonesia, dijadwalkan tiba di Bandara Syamsudin Noor, Rabu (7/11).
Kehadirannya dipastikan dalam rapat di Posko Penanggulangan Asap dan Kebakaran Lahan Wilayah Kalimantan di ruang VIP II Bandara Syamsudin Noor, Senin pagi. Rapat dipimpin Gubernur Kalsel Rudy Arifin dan dihadiri Danrem 101/Antasari Kolonel Inf Waris, Danlanud Syamsudin Noor Letkol Pnb Anang Nurhadi Susila, pihak TNI AL serta perwakilan Kalteng.
Di hadapan hadirin dan pers, salah seorang pilot pesawat BE-200, Evgeny Serykh, mengatakan pesawat yang akan dikemudikannya datang Rabu. Sebelumnya, pesawat amphibi bermesin jet ini bertugas di Sumatera.
"Dua hari ke depan, pekerjaan besar ini akan kita lakukan. Perlu koordinasi bagus antara kita semua, baik pelaksana maupun masyarakat sekitar, juga dukungan Tuhan tentunya," kata Evgeny dalam bahasa Rusia yang diterjemahkan oleh RM Soeryo Goeritno selaku agen pesawat.
Setibanya di Syamsudin Noor, kedua pesawat akan menurunkan suku cadang. Setelah itu, pesawat langsung melakukan penyiraman titik api di Kalsel dan kemudian di Kalteng. "Mungkin akan satu kali penyemprotan dan hanya satu pesawat dahulu yang operasional pada hari pertama," lanjut Georitno.
Sebagaimana di Sumatera, pesawat tidak akan mengambil air di sungai karena alasan keamanan. Air akan diambil dari laut di sekitar perairan Tabunio, Tanah Laut.
Guna menghindari hal-hal yang tak diinginkan, mengingat pesawat akan memuntahkan sekitar 12 ton air, setidaknya ada tiga areal harus steril. Pertama di Bandara Syamsudin Noor, kemudian di Tabunio dan ketiga di daerah titik api yakni Kecamatan Gambut dan Simpang Empat Kabupaten Banjar.
Danlanud, Anang, mengatakan pihaknya akan mengatur jadwal penerbangan bersama PT Angkasa Pura I selaku pengelola Syamsudin Noor.
Meski sementara ini fokusnya adalah titik api di kawasan hutan, aparat pemerintahan di Kabupaten Banjar diminta mengamankan warganya. Masyarakat diminta menjauh dari areal titik api saat penyiraman. Ini karena muntahan air tidak berupa butiran seperti hujan melainkan benar-benar laksana bom. Apalagi, pesawat berbadan bongsor ini diperkirakan terbang rendah, hanya 100-150 meter di atas permukaan tanah. Rumah pun dapat hancur jika terkena siramannya.
Sayangnya, meski menakutkan, sosialisasi di Kecamatan Gambut dan Simpang Empat baru dilakukan. Camat Gambut H Abdul Razak mengaku baru mendapat kabar dari Muspika setempat.
Masyarakat di sejumlah desa yang selama ini banyak terdapat titik api seperti Desa Pematang Panjang, Guntung Ujung, Guntung Papuyu dan Kayu Bawang diharapkan mengosongkan hutan. Mereka diminta tidak ke hutan melakukan aktivitas seperti mencari kayu bakar atau berladang.
Sosialisasi juga dilakukan kepada para nelayan di perairan Tabunio. "Nelayan sudah diinformasikan tentang kerja besar ini dan kami harapkan mereka tak melaut selama proses pengambilan air," kata WS Palaksa Angkatan Laut Banjarmasin, Sumarsono.
Sugeng dari Badan Kordinasi Nasional Penanggulangan Bencana (Bakornas PB) mengungkapkan pengeboman air ini tak dapat maksimal memadamkan kebakaran karena pesawat yang digunakan cuma dua.
"Kita berharap selama disewa 45 hari hujan bisa lebih cepat turun. Perkiraan kita November hujan sudah terjadi," jelasnya.
Maka dari itulah, lanjutnya, usaha lain seperti pembuatan hujan buatan dan kerja sama dengan instansi lain terus ditingkatkan agar hasil yang didapat lebih maksimal.
Sementara itu, kemarin, hujan mengguyur Kota Banjarmasin dan Banjarbaru. Meski cuma 5-15 menit, udara di dua kota ini terasa lebih segar.
Prediksi Stasiun Klimatologi Badan Meteorologi dan Geofisika (Staklim BMG) Kelas I di Banjarbaru menyebutkan ini hujan lokal saja.niz
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Banjarbaru, BPost
Dua pesawat Rusia, yang bertugas memadamkan kebakaran hutan dan lahan di Indonesia, dijadwalkan tiba di Bandara Syamsudin Noor, Rabu (7/11).
Kehadirannya dipastikan dalam rapat di Posko Penanggulangan Asap dan Kebakaran Lahan Wilayah Kalimantan di ruang VIP II Bandara Syamsudin Noor, Senin pagi. Rapat dipimpin Gubernur Kalsel Rudy Arifin dan dihadiri Danrem 101/Antasari Kolonel Inf Waris, Danlanud Syamsudin Noor Letkol Pnb Anang Nurhadi Susila, pihak TNI AL serta perwakilan Kalteng.
Di hadapan hadirin dan pers, salah seorang pilot pesawat BE-200, Evgeny Serykh, mengatakan pesawat yang akan dikemudikannya datang Rabu. Sebelumnya, pesawat amphibi bermesin jet ini bertugas di Sumatera.
"Dua hari ke depan, pekerjaan besar ini akan kita lakukan. Perlu koordinasi bagus antara kita semua, baik pelaksana maupun masyarakat sekitar, juga dukungan Tuhan tentunya," kata Evgeny dalam bahasa Rusia yang diterjemahkan oleh RM Soeryo Goeritno selaku agen pesawat.
Setibanya di Syamsudin Noor, kedua pesawat akan menurunkan suku cadang. Setelah itu, pesawat langsung melakukan penyiraman titik api di Kalsel dan kemudian di Kalteng. "Mungkin akan satu kali penyemprotan dan hanya satu pesawat dahulu yang operasional pada hari pertama," lanjut Georitno.
Sebagaimana di Sumatera, pesawat tidak akan mengambil air di sungai karena alasan keamanan. Air akan diambil dari laut di sekitar perairan Tabunio, Tanah Laut.
Guna menghindari hal-hal yang tak diinginkan, mengingat pesawat akan memuntahkan sekitar 12 ton air, setidaknya ada tiga areal harus steril. Pertama di Bandara Syamsudin Noor, kemudian di Tabunio dan ketiga di daerah titik api yakni Kecamatan Gambut dan Simpang Empat Kabupaten Banjar.
Danlanud, Anang, mengatakan pihaknya akan mengatur jadwal penerbangan bersama PT Angkasa Pura I selaku pengelola Syamsudin Noor.
Meski sementara ini fokusnya adalah titik api di kawasan hutan, aparat pemerintahan di Kabupaten Banjar diminta mengamankan warganya. Masyarakat diminta menjauh dari areal titik api saat penyiraman. Ini karena muntahan air tidak berupa butiran seperti hujan melainkan benar-benar laksana bom. Apalagi, pesawat berbadan bongsor ini diperkirakan terbang rendah, hanya 100-150 meter di atas permukaan tanah. Rumah pun dapat hancur jika terkena siramannya.
Sayangnya, meski menakutkan, sosialisasi di Kecamatan Gambut dan Simpang Empat baru dilakukan. Camat Gambut H Abdul Razak mengaku baru mendapat kabar dari Muspika setempat.
Masyarakat di sejumlah desa yang selama ini banyak terdapat titik api seperti Desa Pematang Panjang, Guntung Ujung, Guntung Papuyu dan Kayu Bawang diharapkan mengosongkan hutan. Mereka diminta tidak ke hutan melakukan aktivitas seperti mencari kayu bakar atau berladang.
Sosialisasi juga dilakukan kepada para nelayan di perairan Tabunio. "Nelayan sudah diinformasikan tentang kerja besar ini dan kami harapkan mereka tak melaut selama proses pengambilan air," kata WS Palaksa Angkatan Laut Banjarmasin, Sumarsono.
Sugeng dari Badan Kordinasi Nasional Penanggulangan Bencana (Bakornas PB) mengungkapkan pengeboman air ini tak dapat maksimal memadamkan kebakaran karena pesawat yang digunakan cuma dua.
"Kita berharap selama disewa 45 hari hujan bisa lebih cepat turun. Perkiraan kita November hujan sudah terjadi," jelasnya.
Maka dari itulah, lanjutnya, usaha lain seperti pembuatan hujan buatan dan kerja sama dengan instansi lain terus ditingkatkan agar hasil yang didapat lebih maksimal.
Sementara itu, kemarin, hujan mengguyur Kota Banjarmasin dan Banjarbaru. Meski cuma 5-15 menit, udara di dua kota ini terasa lebih segar.
Prediksi Stasiun Klimatologi Badan Meteorologi dan Geofisika (Staklim BMG) Kelas I di Banjarbaru menyebutkan ini hujan lokal saja.niz
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Friday, December 01, 2006
Pesawat Rusia Tertunda Ke Kalimantan
Minggu, 05 Nopember 2006 01:30:13
Jakarta - Rencana pemadaman kebakaran lahan dan hutan di Kalsel dan Kalteng, tertunda. Pasalnya, dua pesawat Rusia BE-200 yang ditargetkan mulai memadamkan kebakaran minggu ini, ternyata masih beroperasi di Sumatera.
"Kami belum tahu kapan dua pesawat itu bisa dialihkan ke Kalimantan," kata Mayjen Syamsul Maarif, kepala Pelaksana Harian Badan Koordinasi Nasional Penaggulangan Bencana dan Pengungsian, di Jakarta, Minggu (5/11).
Disebutkan, pemadaman kebakaran di wilayah Sumatera, seperti Palembang belum bagus. Indikasinya, kabut asap masih terus terjadi dan sejumlah bandara belum bisa beroperasi.
"Hari ini Bandara Sultan Thaha Jambi masih ditutup. Artinya pemadaman kebakaran di sana belum bisa dibilang selesai," cetus Syamsul.
Seperti diketahui, dua pesawat Rusia yang disewa pemerintah RI itu ditargetkan paling lambat minggu pertama November sudah bisa melakukan pemadaman di Kalsel dan Kalteng. Berbagai persiapan telah dilakukan, di antaranya menjadikan Bandara Syamsuddin Noor Banjarmasin sebagai base camp kegiatan pemadaman di Kalimantan.
Syamsul mengakui, semula pemadaman lahan dan hutan di Sumatera selesai dalam waktu 7-10 hari, terhitung sejak 22 Oktober 2006. Hanya saja, kenyataan di lapangan kebakaran di Sumatera masih banyak yang belum berhasil.
"Karenanya saya nggak bisa memperkirakan kapan dua pesawat Rusia itu dipindah ke Kalimantan," ujarnya.
Sebelumnya, Gubernur Kalimantan Tengah Teras Narang mendesak pesawat asal Rusia yang disewa pemerintah segera dibawa ke Kalimantan untuk memadamkan kebakaran seperti di Palangka Raya, Balikpapan, dan Banjarmasin. Bahkan, Teras narang minta, wilayahnya diprioritaskan untuk pemanfaatan pesawat yang mempu mengguyurkan air sebanyak 12 ton untuk sekali terbang itu. tnr
--------------------------------------------------------------------------------
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Jakarta - Rencana pemadaman kebakaran lahan dan hutan di Kalsel dan Kalteng, tertunda. Pasalnya, dua pesawat Rusia BE-200 yang ditargetkan mulai memadamkan kebakaran minggu ini, ternyata masih beroperasi di Sumatera.
"Kami belum tahu kapan dua pesawat itu bisa dialihkan ke Kalimantan," kata Mayjen Syamsul Maarif, kepala Pelaksana Harian Badan Koordinasi Nasional Penaggulangan Bencana dan Pengungsian, di Jakarta, Minggu (5/11).
Disebutkan, pemadaman kebakaran di wilayah Sumatera, seperti Palembang belum bagus. Indikasinya, kabut asap masih terus terjadi dan sejumlah bandara belum bisa beroperasi.
"Hari ini Bandara Sultan Thaha Jambi masih ditutup. Artinya pemadaman kebakaran di sana belum bisa dibilang selesai," cetus Syamsul.
Seperti diketahui, dua pesawat Rusia yang disewa pemerintah RI itu ditargetkan paling lambat minggu pertama November sudah bisa melakukan pemadaman di Kalsel dan Kalteng. Berbagai persiapan telah dilakukan, di antaranya menjadikan Bandara Syamsuddin Noor Banjarmasin sebagai base camp kegiatan pemadaman di Kalimantan.
Syamsul mengakui, semula pemadaman lahan dan hutan di Sumatera selesai dalam waktu 7-10 hari, terhitung sejak 22 Oktober 2006. Hanya saja, kenyataan di lapangan kebakaran di Sumatera masih banyak yang belum berhasil.
"Karenanya saya nggak bisa memperkirakan kapan dua pesawat Rusia itu dipindah ke Kalimantan," ujarnya.
Sebelumnya, Gubernur Kalimantan Tengah Teras Narang mendesak pesawat asal Rusia yang disewa pemerintah segera dibawa ke Kalimantan untuk memadamkan kebakaran seperti di Palangka Raya, Balikpapan, dan Banjarmasin. Bahkan, Teras narang minta, wilayahnya diprioritaskan untuk pemanfaatan pesawat yang mempu mengguyurkan air sebanyak 12 ton untuk sekali terbang itu. tnr
--------------------------------------------------------------------------------
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Tumbang Nusa Masih Berasap
Senin, 27 November 2006
Palangkaraya, Kompas - Kawasan gambut daerah Tumbang Nusa, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah, masih terus berasap meskipun pesawat pengebom air Beriev BE-200 berkali-kali mengguyurnya dengan air dan hujan kerap turun. Oleh karena itu, hingga sekarang pemadaman lahan masih dikonsentrasikan di wilayah itu.
Pesawat pengebom diharapkan menjadi dua BE-200 untuk menambah kekuatan. Satu pesawat sebagai pengganti pesawat sejenis yang mengalami kecelakaan di Bandar Udara Syamsuddin Noor Banjarbaru beberapa waktu lalu diharapkan segera tiba.
"Meski api tidak terlihat, asap masih terus mengepul di Tumbang Nusa," kata Koordinator Tim Penanganan Bencana Asap akibat Kebakaran Hutan dan Lahan di Kalimantan Tengah (Kalteng), Badan Koordinasi Penanggulangan Bencana Nasional, Soetrisno, Minggu (26/11).
BE-200 tidak lagi mengambil air di perairan Tabonio, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan. Pesawat amfibi itu mengambil air di Mandomai bagian aliran Sungai Kapuas Kalteng. Mandomai berjarak sekitar 60 kilometer dari lokasi pemadaman.
Dengan mengambil air di Mandomai, BE-200 dapat mengebom 17 kali dengan volume air 125 ton. Begitu pesawat kedua datang, dua BE-200 akan dipakai untuk membombardir lahan secara berurutan agar air yang tercurah semakin banyak.
"Apabila diperlukan, helikopter juga akan digunakan untuk memadamkan titik api di dekat permukiman penduduk atau di lokasi yang sulit dijangkau tim manggala agni," kata Soetrisno. Helikopter hanya digunakan untuk survei lokasi titik api sebelum BE-200 diterbangkan.
Kemarin, cuaca Palangkaraya cerah karena kabut asap terus menipis. Hujan mulai sering turun sehingga udara Palangkaraya semakin bersih dan segar.
Kualitas udara di Palangkaraya pada akhir pekan lalu sudah dapat digolongkan dalam kategori baik. (CAS)
Palangkaraya, Kompas - Kawasan gambut daerah Tumbang Nusa, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah, masih terus berasap meskipun pesawat pengebom air Beriev BE-200 berkali-kali mengguyurnya dengan air dan hujan kerap turun. Oleh karena itu, hingga sekarang pemadaman lahan masih dikonsentrasikan di wilayah itu.
Pesawat pengebom diharapkan menjadi dua BE-200 untuk menambah kekuatan. Satu pesawat sebagai pengganti pesawat sejenis yang mengalami kecelakaan di Bandar Udara Syamsuddin Noor Banjarbaru beberapa waktu lalu diharapkan segera tiba.
"Meski api tidak terlihat, asap masih terus mengepul di Tumbang Nusa," kata Koordinator Tim Penanganan Bencana Asap akibat Kebakaran Hutan dan Lahan di Kalimantan Tengah (Kalteng), Badan Koordinasi Penanggulangan Bencana Nasional, Soetrisno, Minggu (26/11).
BE-200 tidak lagi mengambil air di perairan Tabonio, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan. Pesawat amfibi itu mengambil air di Mandomai bagian aliran Sungai Kapuas Kalteng. Mandomai berjarak sekitar 60 kilometer dari lokasi pemadaman.
Dengan mengambil air di Mandomai, BE-200 dapat mengebom 17 kali dengan volume air 125 ton. Begitu pesawat kedua datang, dua BE-200 akan dipakai untuk membombardir lahan secara berurutan agar air yang tercurah semakin banyak.
"Apabila diperlukan, helikopter juga akan digunakan untuk memadamkan titik api di dekat permukiman penduduk atau di lokasi yang sulit dijangkau tim manggala agni," kata Soetrisno. Helikopter hanya digunakan untuk survei lokasi titik api sebelum BE-200 diterbangkan.
Kemarin, cuaca Palangkaraya cerah karena kabut asap terus menipis. Hujan mulai sering turun sehingga udara Palangkaraya semakin bersih dan segar.
Kualitas udara di Palangkaraya pada akhir pekan lalu sudah dapat digolongkan dalam kategori baik. (CAS)
Pesawat BE-200 Ambil Air dari Sungai Kapuas
Rabu, 22 November 2006
Palangkaraya, Kompas - Pesawat amfibi pengebom air Beriev BE-200 akhirnya dapat mengambil air di Mandomai yang merupakan alur Sungai Kapuas di Kalimantan Tengah. Lokasi pengambilan air tersebut berada dekat dengan lahan-lahan yang terbakar di provinsi tersebut.
Sebelumnya, pesawat sewaan dari Rusia itu harus mengambil air di perairan Tabonio, Kalimantan Selatan. Lokasi baru pengambilan air ini semakin mengefektifkan upaya pemadaman titik api karena frekuensi pengeboman menjadi lebih sering.
"Ketika mengambil air di Tabonio, dalam satu hari rata-rata BE-200 hanya mampu mengebom dengan 24 ton air. Setelah mengambil air di Mandomai, pesawat mampu mengebom sebanyak 96 ton per hari," kata Koordinator Tim Penanganan Bencana Asap akibat Kebakaran Hutan dan Lahan Kalteng, Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana, Soetrisno, di Palangkaraya, Selasa (21/11).
Pemilihan Mandomai sebagai area pengambilan air didasarkan pada beberapa pertimbangan teknis. Alur sungai di Mandomai lurus dengan panjang tiga kilometer dan lebar 300 meter. Itu memudahkan BE-200 menukik dan mengambil air. Selain itu, di tepian sungai itu tidak ada permukiman penduduk.
"Ada enam speedboat polisi air yang berpatroli di ruas tersebut setiap akan ada pengambilan air oleh BE-200 agar semua lancar dan aman," kata Soetrisno.
Dalam dua hari terakhir, BE-200 berangkat dari Bandara Syamsudin Noor di Banjarbaru, Kalsel. Setiap hari pesawat dua kali mengambil air di Tabonio untuk dijatuhkan di daerah Gohong dan Tumbang Nusa, Kabupaten Pulang Pisau, yang masih berasap.
Menjelang tengah hari, BE-200 mendarat di Bandara Tjilik Riwut, Palangkaraya, untuk mengisi bahan bakar dan memberi kesempatan kru beristirahat. Dalam sehari, BE-200 bisa 11 kali mengambil air di Mandomai dan mengebom titik-titik api di Kalteng. (CAS)
Palangkaraya, Kompas - Pesawat amfibi pengebom air Beriev BE-200 akhirnya dapat mengambil air di Mandomai yang merupakan alur Sungai Kapuas di Kalimantan Tengah. Lokasi pengambilan air tersebut berada dekat dengan lahan-lahan yang terbakar di provinsi tersebut.
Sebelumnya, pesawat sewaan dari Rusia itu harus mengambil air di perairan Tabonio, Kalimantan Selatan. Lokasi baru pengambilan air ini semakin mengefektifkan upaya pemadaman titik api karena frekuensi pengeboman menjadi lebih sering.
"Ketika mengambil air di Tabonio, dalam satu hari rata-rata BE-200 hanya mampu mengebom dengan 24 ton air. Setelah mengambil air di Mandomai, pesawat mampu mengebom sebanyak 96 ton per hari," kata Koordinator Tim Penanganan Bencana Asap akibat Kebakaran Hutan dan Lahan Kalteng, Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana, Soetrisno, di Palangkaraya, Selasa (21/11).
Pemilihan Mandomai sebagai area pengambilan air didasarkan pada beberapa pertimbangan teknis. Alur sungai di Mandomai lurus dengan panjang tiga kilometer dan lebar 300 meter. Itu memudahkan BE-200 menukik dan mengambil air. Selain itu, di tepian sungai itu tidak ada permukiman penduduk.
"Ada enam speedboat polisi air yang berpatroli di ruas tersebut setiap akan ada pengambilan air oleh BE-200 agar semua lancar dan aman," kata Soetrisno.
Dalam dua hari terakhir, BE-200 berangkat dari Bandara Syamsudin Noor di Banjarbaru, Kalsel. Setiap hari pesawat dua kali mengambil air di Tabonio untuk dijatuhkan di daerah Gohong dan Tumbang Nusa, Kabupaten Pulang Pisau, yang masih berasap.
Menjelang tengah hari, BE-200 mendarat di Bandara Tjilik Riwut, Palangkaraya, untuk mengisi bahan bakar dan memberi kesempatan kru beristirahat. Dalam sehari, BE-200 bisa 11 kali mengambil air di Mandomai dan mengebom titik-titik api di Kalteng. (CAS)
Friday, November 24, 2006
Lahan Itu Sengaja Dibakar
Sabtu, 04 Nopember 2006 00:09:31
KEBAKARAN hutan dan lahan menjadi biang serbuan kabut asap di Kota Banjarmasin dan sekitarnya. Kebakaran itu menurut Ketua Laboratorium Biologi yang juga dosen PMIPA FKIP Unlam Banjarmasin, Darmono, lebih banyak disengaja ketimbang faktor alam.
Sebab, sebagian besar kondisi tanah di Kalimantan Selatan adalah lahan basah atau lahan gambut. Artinya, daerah ini merupakan kawasan rawa karena tergenang air, baik secara musiman maupun permanen dan banyak ditumbuhi vegetasi sehingga secara umum kondisi lahan basah memiliki tekstur, sifat fisik dan kimia yang khas, sehingga sulit terbakar secara alami
Dari hasil penelitian yang dilakukan di lapangan, kebanyakan pembakaran lahan dan hutan dilakukan masyarakat itu terjadi malam hari. Alasannya, karena warga tak memiliki dana untuk membuka lahan pertanian.
Maka langkah untuk mengembalikan siklus ke materi selama pascapanen dengan cara membakar sehingga bila musim air datang, bisa langsung ditanami.
"Sementara dengan cara lain seperti membabat lalu dipendam, warga mengaku tidak memiliki dana karena untuk melakukan itu tidak mungkin secara manual. Harus memakai mesin," kata Darmono.
Oleh karena itulah, kata Darmono, kebanyakan pemilik lahan memilih membakar. "Kecuali di pinggir jalan. Proses kebakaran lahan setahu kita bukan karena unsur kesengajaan, tapi kebanyakan karena puntung rokok yang dibuang pengendara," katanya.
Sedangkan di Kalimantan Tengah, sesuai informasi yang ia peroleh, kebakaran yang terjadi memang secara alami karena kondisi tanah di daerah tersebut termasuk lahan gambut kering.
"Sehingga pada waktu kering atau musim kemarau datang sering terjadi kebakaran dalam tanah. Karena ada retakan-retakan lahan dan gerakan sebagainya yang jatuh ke bawah tanah, akhirnya menimbulkan gesekan kemudian menyala dan mengeluarkan asap," jelasnya.
Lain halnya, kebakaran lahan atau hutan di Kalsel, kata Darmono, kebanyakan daerahnya merupakan dataran rendah seperti di Batola, Banjar, Tanah laut, Amuntai dan Kota Banjarmasin.
"Sedangkan yang bukan lahan gambut basah hanya Kotabaru, Batulicin, Satui, Banjar bagian atas seperti Mataraman, Pelaihari bagian atas dan Rantau, itu semua merupakan dataran tinggi karena dalam tanahnya banyak mengandung batu bara," aku Darmono
Meski demikian, kalau ditinjau secara ekologi terjadinya kebakaran lahan gambut ini tidak merugikan siapa-siapa kecuali manusia karena kabut asap.
Karena menurut Darmono dari beberapa kali survei di lapangan, kebakaran lahan yang terjadi di Kalsel kebanyakan hanya pada bagian permukaan saja. "Sementara bagian dalam tanah sangat kecil. Karena kondisi tanah kita adalah lahan basah," jelasnya.
Kebanyakan kebakaran yang terjadi di Kalsel terjadi di kawasan pertanian bukan hutan. "Karena kawasan hutan di wilayah Kalsel untuk sekarang ini sudah hampir tak ada lagi," tandasnya.mdn
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
KEBAKARAN hutan dan lahan menjadi biang serbuan kabut asap di Kota Banjarmasin dan sekitarnya. Kebakaran itu menurut Ketua Laboratorium Biologi yang juga dosen PMIPA FKIP Unlam Banjarmasin, Darmono, lebih banyak disengaja ketimbang faktor alam.
Sebab, sebagian besar kondisi tanah di Kalimantan Selatan adalah lahan basah atau lahan gambut. Artinya, daerah ini merupakan kawasan rawa karena tergenang air, baik secara musiman maupun permanen dan banyak ditumbuhi vegetasi sehingga secara umum kondisi lahan basah memiliki tekstur, sifat fisik dan kimia yang khas, sehingga sulit terbakar secara alami
Dari hasil penelitian yang dilakukan di lapangan, kebanyakan pembakaran lahan dan hutan dilakukan masyarakat itu terjadi malam hari. Alasannya, karena warga tak memiliki dana untuk membuka lahan pertanian.
Maka langkah untuk mengembalikan siklus ke materi selama pascapanen dengan cara membakar sehingga bila musim air datang, bisa langsung ditanami.
"Sementara dengan cara lain seperti membabat lalu dipendam, warga mengaku tidak memiliki dana karena untuk melakukan itu tidak mungkin secara manual. Harus memakai mesin," kata Darmono.
Oleh karena itulah, kata Darmono, kebanyakan pemilik lahan memilih membakar. "Kecuali di pinggir jalan. Proses kebakaran lahan setahu kita bukan karena unsur kesengajaan, tapi kebanyakan karena puntung rokok yang dibuang pengendara," katanya.
Sedangkan di Kalimantan Tengah, sesuai informasi yang ia peroleh, kebakaran yang terjadi memang secara alami karena kondisi tanah di daerah tersebut termasuk lahan gambut kering.
"Sehingga pada waktu kering atau musim kemarau datang sering terjadi kebakaran dalam tanah. Karena ada retakan-retakan lahan dan gerakan sebagainya yang jatuh ke bawah tanah, akhirnya menimbulkan gesekan kemudian menyala dan mengeluarkan asap," jelasnya.
Lain halnya, kebakaran lahan atau hutan di Kalsel, kata Darmono, kebanyakan daerahnya merupakan dataran rendah seperti di Batola, Banjar, Tanah laut, Amuntai dan Kota Banjarmasin.
"Sedangkan yang bukan lahan gambut basah hanya Kotabaru, Batulicin, Satui, Banjar bagian atas seperti Mataraman, Pelaihari bagian atas dan Rantau, itu semua merupakan dataran tinggi karena dalam tanahnya banyak mengandung batu bara," aku Darmono
Meski demikian, kalau ditinjau secara ekologi terjadinya kebakaran lahan gambut ini tidak merugikan siapa-siapa kecuali manusia karena kabut asap.
Karena menurut Darmono dari beberapa kali survei di lapangan, kebakaran lahan yang terjadi di Kalsel kebanyakan hanya pada bagian permukaan saja. "Sementara bagian dalam tanah sangat kecil. Karena kondisi tanah kita adalah lahan basah," jelasnya.
Kebanyakan kebakaran yang terjadi di Kalsel terjadi di kawasan pertanian bukan hutan. "Karena kawasan hutan di wilayah Kalsel untuk sekarang ini sudah hampir tak ada lagi," tandasnya.mdn
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Kebakaran Tahura Meluas
Jumat, 03 Nopember 2006 00:38:34
Hujan mulai turun
Pelaihari, BPost
Kerusakan hutan Taman Hutan Raya (Tahura) Sultan Adam terus meluas. Kobaran api sampai sekarang dikabarkan terus membara di kawasan suaka alam tersebut.
Masih berlangsungnya kebakaran tersebut setidaknya terindikasi pada saputan asap tebal yang menyelimuti pegunungan di Dusun Riam Pinang Desa Tanjung Kecamatan Pelaihari. Pantauan BPost dari Desa Tanjung, Rabu (1/11), pegunungan tersebut sama sekali tidak terlihat. Padahal pada pada kondisi normal, pegunungan itu terlihat jelas.
Beberapa warga Desa Tanjung menuturkan kondisi tersebut telah berlangsung sejak sepekan silam. "Hutan di pegunungan itu memang terbakar. Latu (debu bekas kebakaran)nya terus-menerus mengotori rumah kami," kata mereka.
Polisi Kehutanan Dinas Kehutanan Tala Suratno membenarkan masih membaranya api di kawasan hutan Tahura tersebut. "Sampai sekarang api memang masih menyala di sana. Tidak banyak yang bisa kami perbuat, karena lokasinya di pegunungan yang tidak bisa dijangkau armada pemadam kebakaran," tukasnya, Kamis (2/11).
Sepekan sebelum Idhul Fitri 1427 H, hutan Tahura yang masuk di wilayah Tala tepatnya di Riam Pinang mulai terbakar. Saat itu, luasan yang telah hangus diperkirakan mencapai 700-an hektare.
"Mungkin sekarang luasan hutan Tahura di Riam Pinang sudah mencapai 2.000-an hektare," sebut Suratno seraya mengatakan luas Tahura di wilayah Tala 4.600 hektare dari total luas 36.000 hektare yang sebagian besar berada di wilayah Kabupaten Banjar.
Kadishut Tala Ir Aan Purnama MP mengatakan pemadaman kebakaran hutan di Tahura tersebut hanya bisa diatasi dengan teknologi modern atau turun hujan. Karena itu, armada pemadam kebakaran berupa pesawat terbang dari Rusia sangat dinantikan.
Rencananya setelah memadamkan kebakaran hutan di Sumatera, pesawat Rusia itu akan bergerak ke Kalimantan Selatan. Terakhir, memadamkan kebakaran lahan dan hutan di Kalimantan Tengah.
Aan mengatakan pihaknya hingga kini terus siaga 24 jam memonitor dan turun ke lapangan memadamkan titik-titik api yang masih saja terjadi secara sporadik. "Sekarang konsentrasi kami yakni di wilayah Desa Sungai Jelai Kecamatan Pelaihari."
Beberapa hari lalu, hutan akasia eks proyek OECF (Finlandia) di Sungai Jelai terbakar. Berkat kecekatan dan kecepatan petugas, kebakaran bisa diatasi.
Meski begitu, lanjut Aan, daerah itu tetap menjadi perhatian khusus. Pasalnya, hutan akasia yang ada di situ cukup luas yakni 177 hektare. Sementara di bagian permukaan tanahnya terdapat banyak material yang kering kerontang, terutama tumpukan dedaunan akasia.
Bagaimana dengan kebakaran lahan bongkor di Desa Pandahan? "Alhamdulillah sudah bisa diatasi," pungkas Aan.
Sementara itu, hujan mulai mengguyur Tala, Kamis kemarin. Intensitas hujan cukup lebat yang terjadi mulai pukul 14.40 Wita. Guyuran hujan ini diperkirakan mampu memadamkan titik-titik api yang masih membara. roy
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Hujan mulai turun
Pelaihari, BPost
Kerusakan hutan Taman Hutan Raya (Tahura) Sultan Adam terus meluas. Kobaran api sampai sekarang dikabarkan terus membara di kawasan suaka alam tersebut.
Masih berlangsungnya kebakaran tersebut setidaknya terindikasi pada saputan asap tebal yang menyelimuti pegunungan di Dusun Riam Pinang Desa Tanjung Kecamatan Pelaihari. Pantauan BPost dari Desa Tanjung, Rabu (1/11), pegunungan tersebut sama sekali tidak terlihat. Padahal pada pada kondisi normal, pegunungan itu terlihat jelas.
Beberapa warga Desa Tanjung menuturkan kondisi tersebut telah berlangsung sejak sepekan silam. "Hutan di pegunungan itu memang terbakar. Latu (debu bekas kebakaran)nya terus-menerus mengotori rumah kami," kata mereka.
Polisi Kehutanan Dinas Kehutanan Tala Suratno membenarkan masih membaranya api di kawasan hutan Tahura tersebut. "Sampai sekarang api memang masih menyala di sana. Tidak banyak yang bisa kami perbuat, karena lokasinya di pegunungan yang tidak bisa dijangkau armada pemadam kebakaran," tukasnya, Kamis (2/11).
Sepekan sebelum Idhul Fitri 1427 H, hutan Tahura yang masuk di wilayah Tala tepatnya di Riam Pinang mulai terbakar. Saat itu, luasan yang telah hangus diperkirakan mencapai 700-an hektare.
"Mungkin sekarang luasan hutan Tahura di Riam Pinang sudah mencapai 2.000-an hektare," sebut Suratno seraya mengatakan luas Tahura di wilayah Tala 4.600 hektare dari total luas 36.000 hektare yang sebagian besar berada di wilayah Kabupaten Banjar.
Kadishut Tala Ir Aan Purnama MP mengatakan pemadaman kebakaran hutan di Tahura tersebut hanya bisa diatasi dengan teknologi modern atau turun hujan. Karena itu, armada pemadam kebakaran berupa pesawat terbang dari Rusia sangat dinantikan.
Rencananya setelah memadamkan kebakaran hutan di Sumatera, pesawat Rusia itu akan bergerak ke Kalimantan Selatan. Terakhir, memadamkan kebakaran lahan dan hutan di Kalimantan Tengah.
Aan mengatakan pihaknya hingga kini terus siaga 24 jam memonitor dan turun ke lapangan memadamkan titik-titik api yang masih saja terjadi secara sporadik. "Sekarang konsentrasi kami yakni di wilayah Desa Sungai Jelai Kecamatan Pelaihari."
Beberapa hari lalu, hutan akasia eks proyek OECF (Finlandia) di Sungai Jelai terbakar. Berkat kecekatan dan kecepatan petugas, kebakaran bisa diatasi.
Meski begitu, lanjut Aan, daerah itu tetap menjadi perhatian khusus. Pasalnya, hutan akasia yang ada di situ cukup luas yakni 177 hektare. Sementara di bagian permukaan tanahnya terdapat banyak material yang kering kerontang, terutama tumpukan dedaunan akasia.
Bagaimana dengan kebakaran lahan bongkor di Desa Pandahan? "Alhamdulillah sudah bisa diatasi," pungkas Aan.
Sementara itu, hujan mulai mengguyur Tala, Kamis kemarin. Intensitas hujan cukup lebat yang terjadi mulai pukul 14.40 Wita. Guyuran hujan ini diperkirakan mampu memadamkan titik-titik api yang masih membara. roy
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Rusia Siap Bom Kalimantan
Jumat, 03 Nopember 2006 01:20:03
Gambut penyuplai asap terbesar
BMG prediksi kabut sampai Desember
Syamsudin Noor mulai normal
Banjarbaru, BPost
Jangan berharap fenomena kabut asap di Kalimantan, khususnya Kalimantan Selatan dan Tengah segera berakhir. Dua daerah itu masih akan terus diserbu kabut asap hingga sebulan ke depan.
BACA JUGA:
Syamsudin Noor Jadi Home Base
Mengapa itu terjadi? Ini disebabkan adanya perubahan pola musim yang memasuki pancaroba beberapa hari terakhir. Kondisi diperparah karena rendahnya kecepatan angin akibat perubahan pola musim.
"Jadi, ancaman kabut asap di Kalimantan, khususnya Kalsel masih akan terjadi sebulan ke depan," jelas Kepala Stasiun BMG Bandara Syamsudin Noor, Dwi Agus Priyono kepada BPost, di kantornya di Banjarbaru, Kamis (2/11).
Sebagai contoh, kabut asap yang hingga kemarin masih menyerbu Kota Banjarmasin, Banjarbaru, Martapura dan sejumlah wilayah lainnya di Kalsel. Kata Dwi, awetnya balutan kabut asap dikarenakan tidak adanya tiupan angin yang cukup signifikan untuk mengusir asap.
"Angin memang ada, tapi kecepatannya hanya lima knot. Kecepatan seperti itu tak banyak berpengaruh menghilangkan asap. Kondisi itu terjadi di semua wilayah Kalimantan," urainya.
Dari foto satelit yang diterima BMG hingga Rabu (1/11), asap terlihat sangat tebal di atas wilayah Kalsel, Kalteng di bagian selatan dan Kaltim bagian selatan.
Saat ini, upaya yang dirasa paling efektif memadamkan titik api penyebab kabut asap adalah dengan menyiramkan air dari udara. Dalam waktu dekat, dua pesawat Rusia Amphibi Fix Wings BE 200 --masing-masing mampu membawa 12.000 ton air-- akan digunakan memadamkan kebakaran lahan dan hutan di Kalteng dan Kalsel.
Malam tadi, tim pemadaman dipimpin Mayjen Syamsul Ma’arif, Kalakhar Penanggulangan Kebakaran Lahan dan Hutan, melakukan rapat teknis dengan sejumlah pejabat Kalsel dan Kalteng, di Banjarmasin.
Disebutkan, dua pesawat Rusia yang disewa Pemerintah RI itu akan segera melakukan pemadaman dengan dibantu lima helikopter bantuan TNI dan Polri.
Asap Gambut
Kebakaran lahan gambut di wilayah Lingkar Utara menjadi salah satu penyuplai asap ke wilayah Banjarmasin, Banjarbaru dan Martapura. Demikian pula kebakaran lahan gambut dan hutan di belakang Markas Rindam Guntung Payung.
Hingga siang kemarin, kebakaran lahan di ruas jalan Lingkar Utara masih terus terjadi. Demikian pula yang terjadi di belakang Markas Rindam.
"Dua daerah itu turut andil menyuplai asap ke sejumlah wilayah di daerah ini," kata Johansyah, kepada Brigade Pengendalian Kebakaran Hutan BKSDA Daops.
Diakui, upaya pemadaman dengan teknik menyuntikkan air ke dalam tanah, belum mencapai hasil maksimal. Hal ini karena banyaknya titik-titik api di dalam tanah lahan gambut.
"Di sisi lain, kita kesulitan menyedot air akibat sungai kecil sekitar lokasi kering akibat kemarau," ujar Johansyah. Dari foto BGM, terpantau banyak titik merah di wilayah Kalsel. Hanya saja, pihak BMG mengaku tidak punya akses mendata jumlah titik-titik api tersebut.
Mulai Normal
Dibanding Rabu (1/11), kondisi Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin, kemarin, sudah mulai normal untuk penerbangan. Penundaan hanya terjadi pada penerbangan pagi khusus jadwal pemberangkatan di bawah pukul 08.00 wita.
Empat penerbangan yang sempat tertunda yakni Wings Air, Trigana Air, Batavia Air dan Garuda. Namun, keempat akhirnya berhasikl take-off setelah di atas pukul 09.00 wita. Kepala Divisi Operasi dan Komersial PT Angkasa Pura (AP) I, Siswadi mengakui jarak pandang di bandara khususnya di bawah pukul 09.00 masih rawan bagi penerbangan. "Penerbangan baru bisa dilakukan setelah di atas pukul 11.00 dimana jarak pandang di atas 800-100 meter," ujarnya.
Sehari sebelumnya, Bandara Syamsudin Noor lumpuh selama delapan jam mengakibatkan ribuan calon penumpang telantar. Sejumlah penerbangan bahkan terpaksa dibatalkan.
Direktur Angkutan Udara Departemen Perhubungan, Santoso Edi Wibowo mengungkapkan, penutupan sejumlah bandara akibat gangguan kabut asap menyebabkan 183 penerbangan batal dengan jumlah 40.314 kursi.
Hingga kini Bandara Tjilik Riwut Palangka Raya masih belum bisa beroperasi karena gangguan asap. Sebanyak 75 penerbangan di bandara itu dibatalkan. Demikian pula Bandara Supadio Pontianak, 18 penerbangan yang menyediakan 3.974 kursi mengalami pembatalan.niz/ais/ank/tur
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Gambut penyuplai asap terbesar
BMG prediksi kabut sampai Desember
Syamsudin Noor mulai normal
Banjarbaru, BPost
Jangan berharap fenomena kabut asap di Kalimantan, khususnya Kalimantan Selatan dan Tengah segera berakhir. Dua daerah itu masih akan terus diserbu kabut asap hingga sebulan ke depan.
BACA JUGA:
Syamsudin Noor Jadi Home Base
Mengapa itu terjadi? Ini disebabkan adanya perubahan pola musim yang memasuki pancaroba beberapa hari terakhir. Kondisi diperparah karena rendahnya kecepatan angin akibat perubahan pola musim.
"Jadi, ancaman kabut asap di Kalimantan, khususnya Kalsel masih akan terjadi sebulan ke depan," jelas Kepala Stasiun BMG Bandara Syamsudin Noor, Dwi Agus Priyono kepada BPost, di kantornya di Banjarbaru, Kamis (2/11).
Sebagai contoh, kabut asap yang hingga kemarin masih menyerbu Kota Banjarmasin, Banjarbaru, Martapura dan sejumlah wilayah lainnya di Kalsel. Kata Dwi, awetnya balutan kabut asap dikarenakan tidak adanya tiupan angin yang cukup signifikan untuk mengusir asap.
"Angin memang ada, tapi kecepatannya hanya lima knot. Kecepatan seperti itu tak banyak berpengaruh menghilangkan asap. Kondisi itu terjadi di semua wilayah Kalimantan," urainya.
Dari foto satelit yang diterima BMG hingga Rabu (1/11), asap terlihat sangat tebal di atas wilayah Kalsel, Kalteng di bagian selatan dan Kaltim bagian selatan.
Saat ini, upaya yang dirasa paling efektif memadamkan titik api penyebab kabut asap adalah dengan menyiramkan air dari udara. Dalam waktu dekat, dua pesawat Rusia Amphibi Fix Wings BE 200 --masing-masing mampu membawa 12.000 ton air-- akan digunakan memadamkan kebakaran lahan dan hutan di Kalteng dan Kalsel.
Malam tadi, tim pemadaman dipimpin Mayjen Syamsul Ma’arif, Kalakhar Penanggulangan Kebakaran Lahan dan Hutan, melakukan rapat teknis dengan sejumlah pejabat Kalsel dan Kalteng, di Banjarmasin.
Disebutkan, dua pesawat Rusia yang disewa Pemerintah RI itu akan segera melakukan pemadaman dengan dibantu lima helikopter bantuan TNI dan Polri.
Asap Gambut
Kebakaran lahan gambut di wilayah Lingkar Utara menjadi salah satu penyuplai asap ke wilayah Banjarmasin, Banjarbaru dan Martapura. Demikian pula kebakaran lahan gambut dan hutan di belakang Markas Rindam Guntung Payung.
Hingga siang kemarin, kebakaran lahan di ruas jalan Lingkar Utara masih terus terjadi. Demikian pula yang terjadi di belakang Markas Rindam.
"Dua daerah itu turut andil menyuplai asap ke sejumlah wilayah di daerah ini," kata Johansyah, kepada Brigade Pengendalian Kebakaran Hutan BKSDA Daops.
Diakui, upaya pemadaman dengan teknik menyuntikkan air ke dalam tanah, belum mencapai hasil maksimal. Hal ini karena banyaknya titik-titik api di dalam tanah lahan gambut.
"Di sisi lain, kita kesulitan menyedot air akibat sungai kecil sekitar lokasi kering akibat kemarau," ujar Johansyah. Dari foto BGM, terpantau banyak titik merah di wilayah Kalsel. Hanya saja, pihak BMG mengaku tidak punya akses mendata jumlah titik-titik api tersebut.
Mulai Normal
Dibanding Rabu (1/11), kondisi Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin, kemarin, sudah mulai normal untuk penerbangan. Penundaan hanya terjadi pada penerbangan pagi khusus jadwal pemberangkatan di bawah pukul 08.00 wita.
Empat penerbangan yang sempat tertunda yakni Wings Air, Trigana Air, Batavia Air dan Garuda. Namun, keempat akhirnya berhasikl take-off setelah di atas pukul 09.00 wita. Kepala Divisi Operasi dan Komersial PT Angkasa Pura (AP) I, Siswadi mengakui jarak pandang di bandara khususnya di bawah pukul 09.00 masih rawan bagi penerbangan. "Penerbangan baru bisa dilakukan setelah di atas pukul 11.00 dimana jarak pandang di atas 800-100 meter," ujarnya.
Sehari sebelumnya, Bandara Syamsudin Noor lumpuh selama delapan jam mengakibatkan ribuan calon penumpang telantar. Sejumlah penerbangan bahkan terpaksa dibatalkan.
Direktur Angkutan Udara Departemen Perhubungan, Santoso Edi Wibowo mengungkapkan, penutupan sejumlah bandara akibat gangguan kabut asap menyebabkan 183 penerbangan batal dengan jumlah 40.314 kursi.
Hingga kini Bandara Tjilik Riwut Palangka Raya masih belum bisa beroperasi karena gangguan asap. Sebanyak 75 penerbangan di bandara itu dibatalkan. Demikian pula Bandara Supadio Pontianak, 18 penerbangan yang menyediakan 3.974 kursi mengalami pembatalan.niz/ais/ank/tur
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Gabah Membusuk Akibat Asap
Kamis, 02 Nopember 2006 00:20:39
Amuntai, BPost
Kabut asap yang menyelimuti Kabupaten Hulu Sungai Utara sebulan terakhir, tak hanya mengganggu kesehatan warga, tapi membawa dampak bagi para petani. Selama kabut asap menyerang, petani tak bisa menjemur gabah mereka.
Hal itu seperti yang terjadi di Desa Tayur, Kecamatan Amuntai Utara. Akibat sinar matahari terus tertutup kabut, gabah hasil panen petani tak bisa dijemur.
"Kondisi kabut tahun ini membuat kami merugi. Selain hasil panen menurun akibat kekeringan, padi yang sudah dipanen dan jadi gabah busuk akibat tak bisa dikeringkan karena matahari selalu diselimuti kabut," kata Rukayah, ditemui saat mengurai padinya di bahu jalan raya Amuntai Utara, Selasa (31/10).
Selain Rukayah, beberapa petani setempat mengaku hanya bisa menikmati hasil panen separuh dibanding saat kondisi normal. "Sebagian padi yang dipanen isinya kosong. Mungkin kekeringan, sehingga tak berbuah sempurna," tutur Acil Midah.
Jika dulu dalam empat borongan petani di Tayur bisa mendapatkan gabah kering 50 blek (1 blek berisi 20 liter, Red), sekarang maksimal bisa 40 blek padi Ciherang.
Harga gabah pun, sambung Rukayah, tak terlalu menggembirakan, yaitu Rp35.000 per blek. Padahal modal bibit sudah Rp30.000 per blek. "Kami berharap kabut asap segera hilang. Minimal bisa menjemur gabah biar tidak membusuk jika disimpan lama," ujarnya.
Pantauan BPost, kabut asap beberapa hari terakhir memang belum menghilang meski sudah turun hujan.
Setelah sempat menghilang pada hari pertama Idul Fitri, kabut kembali menyelimuti wilayah HSU, namun tak setebal saat Ramadhan. Sepanjang hari, udara terasa lembab, cuaca seperti mendung. han
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Amuntai, BPost
Kabut asap yang menyelimuti Kabupaten Hulu Sungai Utara sebulan terakhir, tak hanya mengganggu kesehatan warga, tapi membawa dampak bagi para petani. Selama kabut asap menyerang, petani tak bisa menjemur gabah mereka.
Hal itu seperti yang terjadi di Desa Tayur, Kecamatan Amuntai Utara. Akibat sinar matahari terus tertutup kabut, gabah hasil panen petani tak bisa dijemur.
"Kondisi kabut tahun ini membuat kami merugi. Selain hasil panen menurun akibat kekeringan, padi yang sudah dipanen dan jadi gabah busuk akibat tak bisa dikeringkan karena matahari selalu diselimuti kabut," kata Rukayah, ditemui saat mengurai padinya di bahu jalan raya Amuntai Utara, Selasa (31/10).
Selain Rukayah, beberapa petani setempat mengaku hanya bisa menikmati hasil panen separuh dibanding saat kondisi normal. "Sebagian padi yang dipanen isinya kosong. Mungkin kekeringan, sehingga tak berbuah sempurna," tutur Acil Midah.
Jika dulu dalam empat borongan petani di Tayur bisa mendapatkan gabah kering 50 blek (1 blek berisi 20 liter, Red), sekarang maksimal bisa 40 blek padi Ciherang.
Harga gabah pun, sambung Rukayah, tak terlalu menggembirakan, yaitu Rp35.000 per blek. Padahal modal bibit sudah Rp30.000 per blek. "Kami berharap kabut asap segera hilang. Minimal bisa menjemur gabah biar tidak membusuk jika disimpan lama," ujarnya.
Pantauan BPost, kabut asap beberapa hari terakhir memang belum menghilang meski sudah turun hujan.
Setelah sempat menghilang pada hari pertama Idul Fitri, kabut kembali menyelimuti wilayah HSU, namun tak setebal saat Ramadhan. Sepanjang hari, udara terasa lembab, cuaca seperti mendung. han
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Kabut Asap Pemicu Penyakit Saluran Pernafasan
Kamis, 02 Nopember 2006 01:22
Oleh:
Muhammad Yusuf
Kepala Instalasi Promosi Kesehatan RSUD Ulin Banjarmasin
ingkungan berpengaruh besar terhadap kesehatan bagi semua makhluk hidup. Keluhan muncul ketika timbul rasa sakit yang tak tertahankan. Rasa sakit yang teramat berat adalah ketika sesorang tidak bisa bernafas, sehingga memerlukan pertolongan orang lain.
Ketika melewati lingkungan berasap, kita mengerutkan pipi dan mengecilkan mata untuk mempertajam titik penglihatan, menghirup bau udara yang menyengat, mata perih dibuatnya. Kalau ini terjadi sebentar, tidak menganggu sistem tubuh karena kita bisa udara bersih. Tapi kalau kontaknya lama dan tanpa dapat menghindari, betapa pun kondisi kita prima dipastikan akan lelah.
Kenapa demikian? Karena menghirup udara kotor, berbau, tercemar, mengandung racun berbahaya, dan tubuh kita mengalami gangguan sistem perjalanan udara di dalam nafas (air way) dan sistem pernafasan (breathing). Bahkan terancam mengalami gangguan peredaran darah ke jantung, paru-paru, otak, ginjal dll (gangguan sirkulasi). Ini disebut gangguan ABC. Apabila gangguan ini tidak segera teratasi dan tanpa ada yang mengerti, artinya tidak ada orang di sekitar Anda yang mengetahui tanda dan gejala gangguan ABC, tindakan penanganan gawat nafas pun tidak dilakukan maka tidak tidak mustahil terjadi kematian. Kalau banyak yang menjadi korban mungkin di antaranya keluarga kita, siapa yang salah? Asap, atau pembakar hutan?
Udara yang kita hirup setiap saat, tidak terlepas dari aktivitas filtrasi atau saringan dan mengatur kelembaban udara hidung yang mampu memanaskan dan mendinginkan udara. Kegiatan ini, kegiatan ini dilakukan oleh kemampuan cilia atau bulu getar di dalam rongga hidung termasuk bulu hidung yang besar peranannya dalam mengatur suhu tubuh.
Dengan kepekaan mukosa atau selaput lendir hidung, pembuluh darah, saraf dan semua komponen hidung yang berfungsi baik, maka semua benda asing yang masuk ke dalam hidung termasuk udara kotor, beracun, bau dll, ditolak oleh dengan mengeluarkannya secara dahsyat dalam bentuk bersin.
Penyakit saluran nafas lainnya yang sangat peka terhadap lingkungan adalah asma. Penyakit ini ditandai dengan sesak nafas, secara umum penderita menarik dan mengeluarkan nafas terdengar bunyi mengi atau suara tambahan (ronchi dan wezzing) yang disebabkan akumulasi scret (dahak) dan sirkulasi udara nafas yang mengalami gangguan. Penderita kumat asmanya ketika bekerja dan kelelahan. Juga bisa kumat hanya kena asap obat nyamuk, apalagi kabut asap tebal. Asma adalah penyakit yang muncul karena dipicu multifaktor yang gampang kumat ketika peka terhadap suatu rangsangan (hypersensitif), baik rangsangan fisik maupun psikologis.
Langganan kemarau
Kabut asap menjadi langganan musim kemarau di daerah ini. Sementara semak belukar yang kering, sengaja atau tidak sengaja dibakar tapi tidak pernah ada yang mengakui sebagai pelakunya. Itu adalah kebakaran hutan karena gesekan hutan di musim panas yang menimbulkan api lalu membakar semua yang ada.
Tapi yang pasti setelah kebakaran itu berakhir, pemilik lahan segera membersihkan lahannya menanam padi. Setelah hujan turun, tanaman mereka tumbuh subur. Lalu mereka mengakui membakar adalah cara yang diikuti sejak zaman dahulu setiap membuka hutan, karena mudah, praktis dan ekonomis tanpa melihat kerugian masyarakat.
Berapa banyak kerugian sektor perbuhungan, hingga beberapa bandar udara ditutup akibat asap. Berapa biaya yang dikeluarkan pemerintah untuk menanggulangi kabut asap. Berapa banyak orang yang menderita penyakit saluran pernafasan, jantung dll. Bagaimana citra bangsa ini akibat kabut asap yang melanda negara lain. Masihkah kita akan mengulang perbuatan seburuk ini di tahun depan? Semoga kita sadar untuk memelihara keseimbangan ekosistem ini dengan baik. Yakinlah, alam yang terjaga dan terpelihara mampu meningkatkan pendapatan ekonomi, derajat kesehatan citra bangsa di mata dunia.
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Oleh:
Muhammad Yusuf
Kepala Instalasi Promosi Kesehatan RSUD Ulin Banjarmasin
ingkungan berpengaruh besar terhadap kesehatan bagi semua makhluk hidup. Keluhan muncul ketika timbul rasa sakit yang tak tertahankan. Rasa sakit yang teramat berat adalah ketika sesorang tidak bisa bernafas, sehingga memerlukan pertolongan orang lain.
Ketika melewati lingkungan berasap, kita mengerutkan pipi dan mengecilkan mata untuk mempertajam titik penglihatan, menghirup bau udara yang menyengat, mata perih dibuatnya. Kalau ini terjadi sebentar, tidak menganggu sistem tubuh karena kita bisa udara bersih. Tapi kalau kontaknya lama dan tanpa dapat menghindari, betapa pun kondisi kita prima dipastikan akan lelah.
Kenapa demikian? Karena menghirup udara kotor, berbau, tercemar, mengandung racun berbahaya, dan tubuh kita mengalami gangguan sistem perjalanan udara di dalam nafas (air way) dan sistem pernafasan (breathing). Bahkan terancam mengalami gangguan peredaran darah ke jantung, paru-paru, otak, ginjal dll (gangguan sirkulasi). Ini disebut gangguan ABC. Apabila gangguan ini tidak segera teratasi dan tanpa ada yang mengerti, artinya tidak ada orang di sekitar Anda yang mengetahui tanda dan gejala gangguan ABC, tindakan penanganan gawat nafas pun tidak dilakukan maka tidak tidak mustahil terjadi kematian. Kalau banyak yang menjadi korban mungkin di antaranya keluarga kita, siapa yang salah? Asap, atau pembakar hutan?
Udara yang kita hirup setiap saat, tidak terlepas dari aktivitas filtrasi atau saringan dan mengatur kelembaban udara hidung yang mampu memanaskan dan mendinginkan udara. Kegiatan ini, kegiatan ini dilakukan oleh kemampuan cilia atau bulu getar di dalam rongga hidung termasuk bulu hidung yang besar peranannya dalam mengatur suhu tubuh.
Dengan kepekaan mukosa atau selaput lendir hidung, pembuluh darah, saraf dan semua komponen hidung yang berfungsi baik, maka semua benda asing yang masuk ke dalam hidung termasuk udara kotor, beracun, bau dll, ditolak oleh dengan mengeluarkannya secara dahsyat dalam bentuk bersin.
Penyakit saluran nafas lainnya yang sangat peka terhadap lingkungan adalah asma. Penyakit ini ditandai dengan sesak nafas, secara umum penderita menarik dan mengeluarkan nafas terdengar bunyi mengi atau suara tambahan (ronchi dan wezzing) yang disebabkan akumulasi scret (dahak) dan sirkulasi udara nafas yang mengalami gangguan. Penderita kumat asmanya ketika bekerja dan kelelahan. Juga bisa kumat hanya kena asap obat nyamuk, apalagi kabut asap tebal. Asma adalah penyakit yang muncul karena dipicu multifaktor yang gampang kumat ketika peka terhadap suatu rangsangan (hypersensitif), baik rangsangan fisik maupun psikologis.
Langganan kemarau
Kabut asap menjadi langganan musim kemarau di daerah ini. Sementara semak belukar yang kering, sengaja atau tidak sengaja dibakar tapi tidak pernah ada yang mengakui sebagai pelakunya. Itu adalah kebakaran hutan karena gesekan hutan di musim panas yang menimbulkan api lalu membakar semua yang ada.
Tapi yang pasti setelah kebakaran itu berakhir, pemilik lahan segera membersihkan lahannya menanam padi. Setelah hujan turun, tanaman mereka tumbuh subur. Lalu mereka mengakui membakar adalah cara yang diikuti sejak zaman dahulu setiap membuka hutan, karena mudah, praktis dan ekonomis tanpa melihat kerugian masyarakat.
Berapa banyak kerugian sektor perbuhungan, hingga beberapa bandar udara ditutup akibat asap. Berapa biaya yang dikeluarkan pemerintah untuk menanggulangi kabut asap. Berapa banyak orang yang menderita penyakit saluran pernafasan, jantung dll. Bagaimana citra bangsa ini akibat kabut asap yang melanda negara lain. Masihkah kita akan mengulang perbuatan seburuk ini di tahun depan? Semoga kita sadar untuk memelihara keseimbangan ekosistem ini dengan baik. Yakinlah, alam yang terjaga dan terpelihara mampu meningkatkan pendapatan ekonomi, derajat kesehatan citra bangsa di mata dunia.
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Teror Asap, Kapankah Berakhir
Kamis, 02 Nopember 2006 01:22
Oleh:
Alip Winarto SHut MSi
Staf Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah Kalsel
Sejak beberapa waktu lalu Kota Banjarmasin, Banjarbaru dan Martapura, juga hampir sebagian besar wilayah Kalsel diselimuti kabut asap yang cukup pekat. Hampir dapat dipastikan, ketika musim kemarau tiba kebakaran hutan dan lahan yang diikuti kabut asap melanda sebagian kawasan di Kalsel. Kebakaran hutan dan lahan yang hebat, menjadi rutinitas tahunan di beberapa wilayah yang memiliki potensi sumber daya hutan khususnya di Sumatera dan Kalimantan. Tahun ini kebakaran juga melanda sebagian kawasan hutan di Jawa.
Kebakaran hutan dan lahan di antaranya disebabkan aktivitas perusahaan yang membakar untuk keperluan perkebunan, perladangan maupun pertanian. Menurut Direktur Eksekutif Walhi Chalid Muhammad, pada Agustus 2006 terdapat 178 perusahaan yang terindikasi membakar hutan, 70 perusahaan di Kalimantan dan 108 di Sumatera. Di antaranya, empat grup perusahaan termasuk berasal dari Malaysia yang terlibat pembakaran hutan dan lahan untuk tujuan perkebunan. Data tersebut menunjukkan, perusahaan perkebunan mempunyai andil cukup besar dalam peristiwa kebakaran hutan dan lahan.
Kebakaran hutan dan lahan juga disebabkan oleh adanya aktivitas sekelompok masyarakat di dalam kawasan hutan atau yang berbatasan kawasan hutan dengan tujuan membersihkan lahan untuk keperluan pertanian, perladangan dan sebagainya. Kebakaran hutan dan lahan bisa juga disebabkan oleh unsur ketidaksengajaan seperti faktor alam. Di antaranya gesekan ranting dan dahan yang menimbulkan percikan api dan merembet ke kawasan di sekitarnya.
Fenomena El-Nino juga sering disebut-sebut dapat memicu terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Faktor alam yang lain adalah adanya kandungan batu bara di bawah tanah yang berpotensi menimbulkan api dan membakar bahan yang mudah terbakar di atasnya.
Kerugian akibat kebakaran hutan dan lahan baik dari aspek finansial maupun nonfinansial tidak sedikit. Di antaranya berdampak pada kerusakan sumber daya hutan dengan segenap ekosistemnya. Dampak lain yang ditimbulkan adalah teror asap yang menyebabkan menurunnya kualitas kesehatan manusia. Jumlah penderita penyakit ISPA, asma bronkial, bronkitis, pneumonia, iritasi mata dan kulit di berbagai wilayah yang terkena dampak kebakaran hutan meningkat secara signifikan.
Teror asap juga telah melumpuhkan sebagian sendi perekonomian. Betapa tidak, transportasi udara, darat dan perairan menjadi terganggu. Beberapa bandar udara terpaksa ditutup untuk beberapa waktu, atau beroperasi terbatas dengan alasan keselamatan sehingga jadwal penerbangan terpaksa dihentikan atau ditunda. Operator penerbangan pun mengklaim mengalami kerugian akibat teror asap ini. Bahkan beberapa kecelakaan transportasi air dan darat terjadi akibat terbatasnya jarak pandang. Bukan hanya itu, dunia pendidikan mengeluh dan dibuat pusing lantaran asap yang begitu pekat cukup mengganggu kegiatan sekolah, sehingga lagi-lagi dengan alasan kesehatan aktivitas belajar mengajar terpaksa dihentikan.
Sebenarnya pemerintah tidak tinggal diam dalam mengatasi kebakaran hutan dan lahan. Departemen Kehutanan melalui SK Menteri Kehutanan No 7501/Kpts-II/2002, 7 Agustus 2002, menetapkan pengendalian kebakaran hutan sebagai satu dari lima kebijakan prioritas bidang kehutanan dalam program pembangunan nasional. Sebagai tindaklanjutnya, Dephut membentuk Brigade Pengendalian Kebakaran Hutan (Brigdalkar) dengan nama Manggala Agni (GALAAG). Manggala Agni bekerjasama dengan pihak terkait, selama ini gigih berupaya memadamkan titik api. Manggala Agni juga menjadi model dan stimulator bagi semua stakeholder dalam pengembangan kelembagaan pengendalian kebakaran lahan dan hutan.
Bom air telah dijatuhkan ke sejumlah kawasan hutan yang terbakar. Bukan itu saja, Pemerintah Indonesia yang dimotori Bakornas PB (Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana), BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) dan TNI AU menggunakan teknologi hujan buatan untuk memadamkan api. Dalam waktu dekat, Pemerintah Indonesia akan menyewa pesawat dari Rusia. Konon, pesawat khusus ini memiliki kapasitas membawa air dalam volume cukup besar (terbesar di dunia saat ini) sehingga diharapkan lebih efektif dalam memadamkan kebakaran hutan dan lahan.
Presiden telah menginstruksikan agar semua pembakar hutan ditindak tegas tanpa pandang bulu, yang ditindaklanjuti oleh Polri. Jika terbukti melakukan pembakaran hutan, maka mereka ditindak dan diproses hukum. Mabes Polri telah menyerukan Kapolda yang daerahnya terkena asap pembakaran hutan dan lahan untuk melakukan langkah penyidikan dan penyelidikan terhadap pelaku pembakaran, apakah disengaja atau karena unsur kelalaian. Jika terbukti membakar, pelakunya dimintai tanggung jawab.
Memadamkan kebakaran hutan dan lahan memang bukan tanpa hambatan. Luasnya kawasan terbakar dan lokasi hot spot yang sulit dijangkau, tidak seimbang dengan kekuatan personil, peralatan yang tersedia dan keterbatasan teknologi pemadaman. Ada juga yang berpendapat, sebenarnya kebakaran hutan dan lahan diawali oleh kemiskinan dan keterbelakangan masyarakat di dalam dan sekitar hutan. Kemudian keterbatasan itu dimanfaatkan oleh pelaku bisnis yang bermodal besar untuk membantu land clearing dengan cara membakar. Karena itu, ketika kemiskinan belum teratasi maka dengan mudah masyarakat melakukan aktivitas membakar dengan dalih mendapatkan upah dari perusahaan atau sekadar membuka ladang untuk memenuhi kebutuhan pokoknya dalam menyediakan pangan.
Adanya imej dalam masyarakat bahwa bertanggung jawab sepenuhnya atas teror asap adalah instansi kehutanan, juga kurang tepat. Permasalahan kebakaran hutan dan lahan akhirnya selalu dilimpahkan kepada instansi kehutanan baik di pusat maupun di daerah untuk mengatasinya. Fakta di lapangan menunjukkan, teror asap banyak dihasilkan dari kebakaran yang terjadi di kawasan nonkehutanan. Seperti di perkebunan, pertanian, perladangan dan tidak jarang di kawasan yang berdampingan dengan permukiman penduduk.
Dalam mengatasi teror asap, ada beberapa hal yang bisa dilakukan. Pertama, pemerintah sejak dini harus memberikan penyuluhan kepada masyarakat betapa pentingnya memelihara keberadaan hutan baik manfaat ekonomi maupun konservasi. Juga harus ditekankan terus menerus, daerah yang berdampingan dengan kawasan hutan pada musim kemarau sangat sensitif dan rawan kebakaran, sehingga pembakaran tidak diperbolehkan sama sekali walaupun diperuntukan bagi penyiapan lahan pertanian dan lainnya.
Kedua, upaya mengatasi teror asap tidak hanya bersifat reaksioner apabila terjadi kebakaran hutan dan lahan. Tetapi seharusnya juga ditekankan pada upaya preventif, misalnya menyiapkan kantong air di kawasan rawan kebakaran sebelum terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Ketiga, penegakan hukum tanpa pandang bulu bagi pembakar hutan dan lahan. Dengan kata lain perlu diberikan contoh hukuman yang jelas bagi pelaku pembakaran baik perorangan maupun perusahaan.
Keempat, pemerintah juga harus mengeluarkan kebijakan tentang tanggungjawab perusahaan terhadap konsesi yang dimilikinya jika terjadi kebakaran. Perusahaan harus bertanggung jawab dan diberi sanksi jika terjadi kebakaran hutan dan lahan dalam cakupan wilayah konsesinya. Perusahaan tidak hanya berhak mengambil keuntungan dari konsesi yang dikelolanya, tetapi juga harus bertanggung jawab dan wajib menjaga agar konsesinya bebas dari aktivitas kebakaran hutan dan lahan.
Kelima, pemerintah harus mengeluarkan larangan pembakaran lahan pada kawasan tertentu misalnya kawasan bergambut. Kebakaran hutan dan lahan di kawasan bergambut sulit dipadamkan. Pengalaman menunjukkan, meskipun pada lapisan permukaan tidak ada titik api, tetapi pada kawasan bergambut lapisan di bawahnya masih terbakar. Dari kebakaran hutan dan lahan di kawasan bergambut inilah teror asap yang cukup besar dihasilkan.
Keenam, menjalin kerjasama dengan negara tetangga dalam menanggulangi teror asap. Sesungguhnya teror asap yang muncul akibat kebakaran hutan dan lahan tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah Indonesia. Sepantasnya negara tetangga juga ikut memanggulangi teror asap, mengingat kebakaran hutan dan lahan di Indonesia juga dilakukan oleh sekelompok perusahaan asing dari negeri tetangga seperti Malaysia. Dalam kondisi normal hutan Indonesia sebagai paru-paru dunia telah memproduksi oksigen yang secara bebas juga dinikmati negara tetangga, sehingga semestinya mereka tidak serta merta mengambinghitamkan Pemerintah Indonesia. Tetapi juga harus ikut memberikan solusi atas musibah kebakaran hutan dan lahan itu.
Menurut UU No 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, perlindungan hutan termasuk perlindungan dari ancaman kebakaran hutan menjadi tanggung jawab negara. Namun fakta di lapangan menunjukkan, teror asap juga berasal dari kebakaran yang terjadi di luar kawasan hutan. Maka sudah semestinya teror asap tidak hanya menjadi tanggung jawab instansi kehutanan. Karena itu, berbagai upaya tersebut tidak akan berhasil apabila tidak didukung oleh elemen terkait, seperti lembaga nonpemerintah, perusahaan swasta atau institusi bisnis lainnya dan masyarakat. Upaya penanggulangan kebakaran hutan dan lahan khususnya dalam menghentikan teror asap harus menjadi komitmen bersama, dan merupakan kerjasama yang harmonis antara elemen tersebut. Semoga.
e-mail : alip_winarto@yahoo.com
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Oleh:
Alip Winarto SHut MSi
Staf Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah Kalsel
Sejak beberapa waktu lalu Kota Banjarmasin, Banjarbaru dan Martapura, juga hampir sebagian besar wilayah Kalsel diselimuti kabut asap yang cukup pekat. Hampir dapat dipastikan, ketika musim kemarau tiba kebakaran hutan dan lahan yang diikuti kabut asap melanda sebagian kawasan di Kalsel. Kebakaran hutan dan lahan yang hebat, menjadi rutinitas tahunan di beberapa wilayah yang memiliki potensi sumber daya hutan khususnya di Sumatera dan Kalimantan. Tahun ini kebakaran juga melanda sebagian kawasan hutan di Jawa.
Kebakaran hutan dan lahan di antaranya disebabkan aktivitas perusahaan yang membakar untuk keperluan perkebunan, perladangan maupun pertanian. Menurut Direktur Eksekutif Walhi Chalid Muhammad, pada Agustus 2006 terdapat 178 perusahaan yang terindikasi membakar hutan, 70 perusahaan di Kalimantan dan 108 di Sumatera. Di antaranya, empat grup perusahaan termasuk berasal dari Malaysia yang terlibat pembakaran hutan dan lahan untuk tujuan perkebunan. Data tersebut menunjukkan, perusahaan perkebunan mempunyai andil cukup besar dalam peristiwa kebakaran hutan dan lahan.
Kebakaran hutan dan lahan juga disebabkan oleh adanya aktivitas sekelompok masyarakat di dalam kawasan hutan atau yang berbatasan kawasan hutan dengan tujuan membersihkan lahan untuk keperluan pertanian, perladangan dan sebagainya. Kebakaran hutan dan lahan bisa juga disebabkan oleh unsur ketidaksengajaan seperti faktor alam. Di antaranya gesekan ranting dan dahan yang menimbulkan percikan api dan merembet ke kawasan di sekitarnya.
Fenomena El-Nino juga sering disebut-sebut dapat memicu terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Faktor alam yang lain adalah adanya kandungan batu bara di bawah tanah yang berpotensi menimbulkan api dan membakar bahan yang mudah terbakar di atasnya.
Kerugian akibat kebakaran hutan dan lahan baik dari aspek finansial maupun nonfinansial tidak sedikit. Di antaranya berdampak pada kerusakan sumber daya hutan dengan segenap ekosistemnya. Dampak lain yang ditimbulkan adalah teror asap yang menyebabkan menurunnya kualitas kesehatan manusia. Jumlah penderita penyakit ISPA, asma bronkial, bronkitis, pneumonia, iritasi mata dan kulit di berbagai wilayah yang terkena dampak kebakaran hutan meningkat secara signifikan.
Teror asap juga telah melumpuhkan sebagian sendi perekonomian. Betapa tidak, transportasi udara, darat dan perairan menjadi terganggu. Beberapa bandar udara terpaksa ditutup untuk beberapa waktu, atau beroperasi terbatas dengan alasan keselamatan sehingga jadwal penerbangan terpaksa dihentikan atau ditunda. Operator penerbangan pun mengklaim mengalami kerugian akibat teror asap ini. Bahkan beberapa kecelakaan transportasi air dan darat terjadi akibat terbatasnya jarak pandang. Bukan hanya itu, dunia pendidikan mengeluh dan dibuat pusing lantaran asap yang begitu pekat cukup mengganggu kegiatan sekolah, sehingga lagi-lagi dengan alasan kesehatan aktivitas belajar mengajar terpaksa dihentikan.
Sebenarnya pemerintah tidak tinggal diam dalam mengatasi kebakaran hutan dan lahan. Departemen Kehutanan melalui SK Menteri Kehutanan No 7501/Kpts-II/2002, 7 Agustus 2002, menetapkan pengendalian kebakaran hutan sebagai satu dari lima kebijakan prioritas bidang kehutanan dalam program pembangunan nasional. Sebagai tindaklanjutnya, Dephut membentuk Brigade Pengendalian Kebakaran Hutan (Brigdalkar) dengan nama Manggala Agni (GALAAG). Manggala Agni bekerjasama dengan pihak terkait, selama ini gigih berupaya memadamkan titik api. Manggala Agni juga menjadi model dan stimulator bagi semua stakeholder dalam pengembangan kelembagaan pengendalian kebakaran lahan dan hutan.
Bom air telah dijatuhkan ke sejumlah kawasan hutan yang terbakar. Bukan itu saja, Pemerintah Indonesia yang dimotori Bakornas PB (Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana), BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) dan TNI AU menggunakan teknologi hujan buatan untuk memadamkan api. Dalam waktu dekat, Pemerintah Indonesia akan menyewa pesawat dari Rusia. Konon, pesawat khusus ini memiliki kapasitas membawa air dalam volume cukup besar (terbesar di dunia saat ini) sehingga diharapkan lebih efektif dalam memadamkan kebakaran hutan dan lahan.
Presiden telah menginstruksikan agar semua pembakar hutan ditindak tegas tanpa pandang bulu, yang ditindaklanjuti oleh Polri. Jika terbukti melakukan pembakaran hutan, maka mereka ditindak dan diproses hukum. Mabes Polri telah menyerukan Kapolda yang daerahnya terkena asap pembakaran hutan dan lahan untuk melakukan langkah penyidikan dan penyelidikan terhadap pelaku pembakaran, apakah disengaja atau karena unsur kelalaian. Jika terbukti membakar, pelakunya dimintai tanggung jawab.
Memadamkan kebakaran hutan dan lahan memang bukan tanpa hambatan. Luasnya kawasan terbakar dan lokasi hot spot yang sulit dijangkau, tidak seimbang dengan kekuatan personil, peralatan yang tersedia dan keterbatasan teknologi pemadaman. Ada juga yang berpendapat, sebenarnya kebakaran hutan dan lahan diawali oleh kemiskinan dan keterbelakangan masyarakat di dalam dan sekitar hutan. Kemudian keterbatasan itu dimanfaatkan oleh pelaku bisnis yang bermodal besar untuk membantu land clearing dengan cara membakar. Karena itu, ketika kemiskinan belum teratasi maka dengan mudah masyarakat melakukan aktivitas membakar dengan dalih mendapatkan upah dari perusahaan atau sekadar membuka ladang untuk memenuhi kebutuhan pokoknya dalam menyediakan pangan.
Adanya imej dalam masyarakat bahwa bertanggung jawab sepenuhnya atas teror asap adalah instansi kehutanan, juga kurang tepat. Permasalahan kebakaran hutan dan lahan akhirnya selalu dilimpahkan kepada instansi kehutanan baik di pusat maupun di daerah untuk mengatasinya. Fakta di lapangan menunjukkan, teror asap banyak dihasilkan dari kebakaran yang terjadi di kawasan nonkehutanan. Seperti di perkebunan, pertanian, perladangan dan tidak jarang di kawasan yang berdampingan dengan permukiman penduduk.
Dalam mengatasi teror asap, ada beberapa hal yang bisa dilakukan. Pertama, pemerintah sejak dini harus memberikan penyuluhan kepada masyarakat betapa pentingnya memelihara keberadaan hutan baik manfaat ekonomi maupun konservasi. Juga harus ditekankan terus menerus, daerah yang berdampingan dengan kawasan hutan pada musim kemarau sangat sensitif dan rawan kebakaran, sehingga pembakaran tidak diperbolehkan sama sekali walaupun diperuntukan bagi penyiapan lahan pertanian dan lainnya.
Kedua, upaya mengatasi teror asap tidak hanya bersifat reaksioner apabila terjadi kebakaran hutan dan lahan. Tetapi seharusnya juga ditekankan pada upaya preventif, misalnya menyiapkan kantong air di kawasan rawan kebakaran sebelum terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Ketiga, penegakan hukum tanpa pandang bulu bagi pembakar hutan dan lahan. Dengan kata lain perlu diberikan contoh hukuman yang jelas bagi pelaku pembakaran baik perorangan maupun perusahaan.
Keempat, pemerintah juga harus mengeluarkan kebijakan tentang tanggungjawab perusahaan terhadap konsesi yang dimilikinya jika terjadi kebakaran. Perusahaan harus bertanggung jawab dan diberi sanksi jika terjadi kebakaran hutan dan lahan dalam cakupan wilayah konsesinya. Perusahaan tidak hanya berhak mengambil keuntungan dari konsesi yang dikelolanya, tetapi juga harus bertanggung jawab dan wajib menjaga agar konsesinya bebas dari aktivitas kebakaran hutan dan lahan.
Kelima, pemerintah harus mengeluarkan larangan pembakaran lahan pada kawasan tertentu misalnya kawasan bergambut. Kebakaran hutan dan lahan di kawasan bergambut sulit dipadamkan. Pengalaman menunjukkan, meskipun pada lapisan permukaan tidak ada titik api, tetapi pada kawasan bergambut lapisan di bawahnya masih terbakar. Dari kebakaran hutan dan lahan di kawasan bergambut inilah teror asap yang cukup besar dihasilkan.
Keenam, menjalin kerjasama dengan negara tetangga dalam menanggulangi teror asap. Sesungguhnya teror asap yang muncul akibat kebakaran hutan dan lahan tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah Indonesia. Sepantasnya negara tetangga juga ikut memanggulangi teror asap, mengingat kebakaran hutan dan lahan di Indonesia juga dilakukan oleh sekelompok perusahaan asing dari negeri tetangga seperti Malaysia. Dalam kondisi normal hutan Indonesia sebagai paru-paru dunia telah memproduksi oksigen yang secara bebas juga dinikmati negara tetangga, sehingga semestinya mereka tidak serta merta mengambinghitamkan Pemerintah Indonesia. Tetapi juga harus ikut memberikan solusi atas musibah kebakaran hutan dan lahan itu.
Menurut UU No 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, perlindungan hutan termasuk perlindungan dari ancaman kebakaran hutan menjadi tanggung jawab negara. Namun fakta di lapangan menunjukkan, teror asap juga berasal dari kebakaran yang terjadi di luar kawasan hutan. Maka sudah semestinya teror asap tidak hanya menjadi tanggung jawab instansi kehutanan. Karena itu, berbagai upaya tersebut tidak akan berhasil apabila tidak didukung oleh elemen terkait, seperti lembaga nonpemerintah, perusahaan swasta atau institusi bisnis lainnya dan masyarakat. Upaya penanggulangan kebakaran hutan dan lahan khususnya dalam menghentikan teror asap harus menjadi komitmen bersama, dan merupakan kerjasama yang harmonis antara elemen tersebut. Semoga.
e-mail : alip_winarto@yahoo.com
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Sehari Menghirup Asap
Kamis, 02 Nopember 2006 00:02:28
SEMPAT beberapa hari merasakan udara sehat, warga Kota Banjarmasin dan Banjarbaru, kembali harus menghirup asap tebal yang menyerang sepanjang hari, Rabu (1/11). Matahari tak kuat menembus asap sehingga membuat siang di kota menjadi gelap.
Kabut asap kemarin tercatat paling parah dibanding yang terjadi sebelumnya. Sejumlah sektor penting seperti pendidikan, bisnis dan transportasi sempat terganggu. Terbukti bahwa aksi pembakaran hutan dan lahan yang menjadi biang masalah ini masih berlangsung.
Sehari menghirup asap, sehari hidup tidak sehat. Hari ini atau besok kemudian tahun berikutnya, terus merongrong generasi ini.
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
SEMPAT beberapa hari merasakan udara sehat, warga Kota Banjarmasin dan Banjarbaru, kembali harus menghirup asap tebal yang menyerang sepanjang hari, Rabu (1/11). Matahari tak kuat menembus asap sehingga membuat siang di kota menjadi gelap.
Kabut asap kemarin tercatat paling parah dibanding yang terjadi sebelumnya. Sejumlah sektor penting seperti pendidikan, bisnis dan transportasi sempat terganggu. Terbukti bahwa aksi pembakaran hutan dan lahan yang menjadi biang masalah ini masih berlangsung.
Sehari menghirup asap, sehari hidup tidak sehat. Hari ini atau besok kemudian tahun berikutnya, terus merongrong generasi ini.
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Kamis, 02 Nopember 2006 00:02:15
Banjarmasin, BPost
Masker kini menjadi pelindung utama bagi warga Kota Banjarmasin dan sekitarnya yang ingin keluar rumah di siang hari. Terlebih bagi mereka yang mengendarai sepeda motor. Maklum, dalam dua hari terakhir, kota ini disaput kabut asap.
Kemarin, Rabu (1/11), 1.500 masker dibagi-bagikan Walikota Yudhi Wahyuni kepada korban kebakaran dan murid SD di Kelurahan Alalak Selatan dan Alalak Tengah.
Yudhi berpesan kepada warga agar selalu menggunakan masker ketika berada di luar rumah saat terjadi kabut asap. Dikatakannya, kabut asap dapat mengganggu kesehatan terutama menyebabkan penyakit Insfeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
Di hari yang sama, DPD Partai Golkar Kalsel juga membagi-bagikan 10.000 masker gratis. Aksi yang dipimpin ketuanya, HA Sulaiman HB itu dilaksanakan di depan kantor Golkar di Jalan Lambung Mangkurat Banjarmasin.
"Kami sudah instruksikan kepada jajaran partai di kabupaten dan kota, khususnya yang daerahnya diselimuti asap untuk menggelar kegiatan serupa. Ini bentuk kepedulian kami menjaga kesehatan," ujarnya.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin, dalam tiga bulan terakhir jumlah penderita penyakit ISPA terus meningkat. Bulan Juli penderita ISPA berjumlah 1.1499 orang. Kemudian, Agustus meningkat menjadi 12.046 orang.
Sementara September atau saat mulai munculnya kabut asap jumlah penderita bertambah 1.000 orang lebih atau menjadi 13.489 orang dengan rincian balita 6.318 orang dan dewasa 7.171 orang.
Kasubdin P3KL, Supriani mengatakan, data jumlah penderita Ispa tersebut dilaporkan perbulan.
Terkait bencana kabut asap, ia mengklaim pihaknya telah melakukan berbagai upaya. Seperti penyuluhan, bagi-bagi masker, dan men-drop obat-obatan ke setiap puskesmas.
Pantauan BPost, kabut asap yang menyelimuti kawasan Banjarmasin, hampir merata di seluruh penjuru kota. Kabut asap kian pekat ketika pukul 12.00 Wita hingga sore hari. Kabut asap menyebabkan pandangan terbatas.
Akibatnya, para pengguna jalan harus menyalakan lampu kendaraan masing-masing untuk menghindari kecelakaan. Hal itu semakin parah ketika memasuki kawasan Handil Bakti sampai dengan Sungai Gampa, Kabup
Banjarmasin, BPost
Masker kini menjadi pelindung utama bagi warga Kota Banjarmasin dan sekitarnya yang ingin keluar rumah di siang hari. Terlebih bagi mereka yang mengendarai sepeda motor. Maklum, dalam dua hari terakhir, kota ini disaput kabut asap.
Kemarin, Rabu (1/11), 1.500 masker dibagi-bagikan Walikota Yudhi Wahyuni kepada korban kebakaran dan murid SD di Kelurahan Alalak Selatan dan Alalak Tengah.
Yudhi berpesan kepada warga agar selalu menggunakan masker ketika berada di luar rumah saat terjadi kabut asap. Dikatakannya, kabut asap dapat mengganggu kesehatan terutama menyebabkan penyakit Insfeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
Di hari yang sama, DPD Partai Golkar Kalsel juga membagi-bagikan 10.000 masker gratis. Aksi yang dipimpin ketuanya, HA Sulaiman HB itu dilaksanakan di depan kantor Golkar di Jalan Lambung Mangkurat Banjarmasin.
"Kami sudah instruksikan kepada jajaran partai di kabupaten dan kota, khususnya yang daerahnya diselimuti asap untuk menggelar kegiatan serupa. Ini bentuk kepedulian kami menjaga kesehatan," ujarnya.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin, dalam tiga bulan terakhir jumlah penderita penyakit ISPA terus meningkat. Bulan Juli penderita ISPA berjumlah 1.1499 orang. Kemudian, Agustus meningkat menjadi 12.046 orang.
Sementara September atau saat mulai munculnya kabut asap jumlah penderita bertambah 1.000 orang lebih atau menjadi 13.489 orang dengan rincian balita 6.318 orang dan dewasa 7.171 orang.
Kasubdin P3KL, Supriani mengatakan, data jumlah penderita Ispa tersebut dilaporkan perbulan.
Terkait bencana kabut asap, ia mengklaim pihaknya telah melakukan berbagai upaya. Seperti penyuluhan, bagi-bagi masker, dan men-drop obat-obatan ke setiap puskesmas.
Pantauan BPost, kabut asap yang menyelimuti kawasan Banjarmasin, hampir merata di seluruh penjuru kota. Kabut asap kian pekat ketika pukul 12.00 Wita hingga sore hari. Kabut asap menyebabkan pandangan terbatas.
Akibatnya, para pengguna jalan harus menyalakan lampu kendaraan masing-masing untuk menghindari kecelakaan. Hal itu semakin parah ketika memasuki kawasan Handil Bakti sampai dengan Sungai Gampa, Kabup
Subscribe to:
Posts (Atom)