Thursday, December 14, 2006

Keprihatinan Di Hari Kesehatan 2006

Senin, 13 Nopember 2006 01:23
Menghubungkan kabut asap dengan kecenderungan timbulnya gejala batuk memang wajar, meskipun batuk dapat disebabkan hal lain.

Oleh: dr Milhan
Praktisi kesehatan

Beberapa hari lalu, saya pulang dari Jakarta menuju Banjarmasin. Pesawat dijadwalkan berangkat pukul 06. 30 WIB, kemudian ditunda menjadi pukul 11.00, ditunda lagi pukul 12.30 yang pada akhirnya berangkat pukul 14.00 WIB. Alasan pihak penerbangan adalah kabut asap, sehingga mengganggu jarak pandang pilot. Alasan ini agak kurang mengena di hati, sebab pukul 12.00 Wita saya ditelepon staf saya yang akan menjemput bahwa ada dua pesawat yang sudah mendarat. Tebersit di hati saya, jangan-jangan tertunda ini gara-gara mesinnya yang trouble. Maka, selama penerbangan saya pun banyak berdoanya. Terlepas dari betul tidak alasan pihak penerbangan saat itu, setidaknya asap memang mengganggu pernapasan dan kesehatan kita.

Kabut asap yang menggerayangi kawasan sekitar Sumatra dan Kalimantan, menurut Dr Paulus Agus Winarso, Kepala Bidang Ramalan dan Jasa Badan Meteorologi dan Geofisika Dephub, adalah akibat rendahnya kelembaban udara pada atmosfer di lapisan yang dekat permukaan bumi. Ini terjadi karena menurunnya kondisi tekanan daratan Asia-Australia. Ditambah, ‘penyimpangan’ suhu struktur bumi: udara pada lapisan atas bersuhu tinggi, tapi di lapisan bawah udara dingin. Perkembangan pola angin timur yang lemah, sejak Mei-Juli, menyebabkan sebaran asap hasil pembakaran di Indonesia umumnya bersifat stasioner.

Begitu lemahnya embusan angin belakangan ini, sehingga tak ada yang menggusur asap. Misalnya, yang terjadi di Palangka Raya dan Banjarbaru. Di musim kemarau, secara umum angin bertiup dari timur-tenggara di atas lapisan bawah atmosfer, dekat permukaan bumi mengalami pembelokan di sekitar khatulistiwa. Lalu berubah arah ke selatan khatulistiwa menuju baratdaya. Kondisi demikian diperkirakan bertahan hingga September-pertengahan November.

Inilah puncaknya kondisi kering, karena matahari tepat berada di atas khatulistiwa. Satelit NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) menunjukkan, terdapat banyak titik panas (hot spot) yang rawan kebakaran. Dimaksud titik panas adalah lokasi bersuhu di atas 500 derajat Celsius. Tiap titik panas mewakili 100 hektare.

Banyak keluhan masyarakat yang berhubungan dengan kesehatan akibat asap ini. Program Depkes untuk menciptakan masyarakat yang sehat, bisa terganjal gara-gara kabut asap. Padahal, Hari Kesehatan Nasional diperingati pada 12 November 2006. Bahkan, kabut asap dikabarkan telah meningkatkan beberapa penyakit dan gangguan kesehatan di berbagai pelayanan kesehatan. Di antaranya, penyakit pada saluran pernapasan, iritasi mata dan kulit. Namun, keluhan yang paling sering dijumpai adalah batuk-batuk.

Menghubungkan kabut asap dengan kecenderungan timbulnya gejala batuk memang wajar, meskipun batuk dapat disebabkan hal lain. Batuk yang normal adalah suatu gerak refleks, respon otomatis terhadap rangsangan tertentu. Batuk tidak dapat dikendalikan oleh kehendak, meskipun kadang-kadang orang mampu menahan batuk atau berpura-pura batuk. Bahkan, seseorang yang kesadarannya kurang sekalipun, bila terkena rangsangan yang cukup akan terbatuk-batuk, kecuali kesadarannya telah mencapai tingkat yang berbahaya.

Kalau asap maupun partikel kecil masuk saluran pernapasan, akan menyentuh dinding saluran tersebut. Sentuhan ini menimbulkan rangsang pada saraf yang berhubungan dengan pusatnya di otak. Dari otak, pesan yang datang itu didistribusikan ke sejumlah pusat pengendalian yang berlainan. Masing-masing akan menggerakkan rangsang ke luar dan terjadilah beberapa gerakan serentak.

Mula-mula timbul kontraksi otot dada dan sekat rongga dada secara cepat. Ini menyebabkan seseorang menyedot udara lebih banyak dan cepat pula, seakan siap untuk berbicara. Glottis sebagai pintu pada bagian belakang kerongkongan yang bertugas menutup saluran pernapasan pada waktu menelan, menjadi tertutup. Maka, makanan dan minuman tidak sampai masuk paru-paru. Segera otot dada dan dinding perut mengadakan kontraksi tetapi dengan kegiatan yang berlawanan, sehingga rongga dada menyempit. Ketika itu, glottis masih tetap tertutup sehingga tidak ada udara yang keluar.

Sementara itu, tekanan udara di rongga dada sangat besar kemudian secara tiba-tiba glottis terbuka, udara keluar dengan tekanan besar dan cepat, melemparkan partikel atau benda asing yang masuk tersebut ke luar. Pola reaksi ini sangat kompleks, melibatkan pengaturan kontraksi sejumlah otot dari hidung sampai ujung kaki. Saat batuk, dirasakan seluruh otot tubuh ikut berkontraksi, terutama jika batuk itu sangat hebat.

Apabila kabut asap akibat kebakaran lahan disertai partikel berukuran sekitar lima mikron, bukan hanya dapat terjadi iritasi yang menyebabkan mata perih dan batuk. Juga dikhawatirkan menyebabkan pneumokonioses, timbunan partikel di jaringan paru. Gangguan pernapasan berupa sesak napas, batuk disertai produksi dahak yang banyak, merupakan sebagian gejala yang tampak. Bahkan, partikel dari bahan tertentu merupakan predisposisi bagi kanker paru.

Upaya pencegahan gangguan kesehatan akibat kabut asap yang paling utama adalah penanggulangan pada sumbernya yaitu pemadaman titik api. Mengingat upaya ini masih mengalami berbagai kesulitan, pencegahan terpaksa harus dilakukan pada manusianya. Dalam hal ini sangat dianjurkan memakai masker, terutama jika berada atau melakukan kegiatan di luar rumah. Sangat bijaksana, pembagian masker kepada masyarakat sebagai upaya pencegahan.

Di samping itu, perlu diwaspadai kelompok masyarakat yang berisiko yaitu bayi dan anak-anak, usia lanjut serta yang memiliki penyakit menahun khususnya pada pernapasan seperti bronkitis, asma bronkhiale, bronchopneumonia, dan sebagainya, agar tidak sering berada dan melakukan kegiatan di luar rumah. Kegiatan olahraga di luar ruangan sebaiknya untuk sementara dihentikan, karena sangat berisiko menimbulkan penyakit pada saluran pernapasan.

Melihat dampak yang ditimbulkan kabut asap ini memang tidak sedikit, perlu kerjasama yang bagus dari berbagai pihak. Tidak hanya departemen atau Dinas Kehutanan, tapi juga departemen atau dinas lain termasuk Kesehatan.

Program Menuju Indonesia Sehat, perlu juga mengantisipasi bahaya kabut asap. Tidak hanya tahun ini, tapi juga masa-masa mendatang sehingga kejadian seperti ini tidak terulang lagi. Antisipasi ini meliputi upaya edukasi pencegahan pembakaran lahan, pemakaian masker, penyediaan obat-obatan, dan lain-lain.

e-mail: milhan12003@yahoo.com

Copyright © 2003 Banjarmasin Post

No comments: