Tuesday, November 20, 2007

kekeringan Kebakaran Lahan di Kalimantan Selatan Terus Meluas

Kamis, 04 Oktober 2007

Banjarbaru, Kompas - Dari awal September hingga 3 Oktober, kebakaran lahan dan hutan di wilayah Kalimantan Selatan diperkirakan sudah mencapai 1.000 hektar. Kondisi ini dinilai sudah mengkhawatirkan dan perlu perhatian serius dari semua pihak karena lokasi-lokasi yang terbakar semakin luas sebarannya dan sulit dikendalikan.

Hari Rabu (3/10), kebakaran lahan terjadi di wilayah Kota Banjarbaru. Dua regu petugas Manggala Agni dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Selatan (Kalsel) kesulitan memadamkan kobaran api di lahan pertanian dan semak belukar di Desa Kariwaya, Karang Pacih, Kecamatan Landasan Ulin, dan Sungai Baru.

Amukan api yang berlangsung sekitar dua jam sejak pukul 11.00 itu telah menghanguskan daerah pertanian dan semak belukar di dua tempat tersebut mencapai 20 hektar.

Parahnya, kebakaran lahan beberapa hari ini juga sudah memunculkan kabut asap tebal yang mengancam kesehatan.

Kepala Daerah Operasional Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan pada BKSDA Kalsel Zulkarnaen mengatakan, dalam sebulan terakhir pihaknya sudah memadamkan kebakaran lahan dan hutan sebanyak 46 kali. Ada- pun daerahnya ada di Kabupaten Tanah Laut, Banjar, Tapin, Barito Kuala, Kota Banjarbaru, dan Banjarmasin, dengan total luas 460 hektar lebih.

Di Palangkaraya, kabut asap dari kebakaran lahan dan hutan sudah menurunkan kualitas udara di ibu kota Provinsi Kalimantan Tengah itu.

Kepala Unit Pelaksana Teknis Laboratorium Lingkungan, Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Kota Palangkaraya Andrie Manurung me- nyatakan bahwa dalam beberapa hari terakhir kualitas udara sudah menurun dari baik menjadi sedang.

Ini terjadi seiring dengan terus meningkatnya jumlah titik panas dalam beberapa hari terakhir. Berdasarkan pantauan satelit National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), titik panas di Kalteng tanggal 27-29 September berturut-turut 41, 172, dan 278 titik. Pada 1 September naik lagi menjadi 286 titik.

Sumbagsel

Peningkatan jumlah titik api juga terjadi di Sumatera Selatan, dari 44 titik pada Senin (1/10) menjadi 366 titik pada hari Selasa (2/10) pukul 23.00.

Dari Jambi dilaporkan, para perambah kembali membakar lahan di Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD). Pembakaran yang telah berlangsung tiga hari ini belum dapat dihentikan.

"Semalam tim kami berangkat menuju lokasi di TNBD. Mereka akan memadamkan api sekaligus mencari pelaku pembakaran," tutur Sekretaris Pusat Pengendalian Kebakaran Lahan dan Hutan Provinsi Jambi Frans Tandipau. (ful/cas/wad/ita)

Siaga Penuh untuk Kebakaran Hutan Hujan Sempat Warnai HUT TNI

Sabtu, 6 Oktober 2007
Radar Banjarmasin, BANJARBARU – Kebakaran lahan dan hutan yang akhir-akhir melanda wilayah kalimantan, termasuk Kalsel mau tak mau juga membuat jajaran TNI bersiaga penuh. Bahkan, TNI pun menyiapkan setidaknya 1 SSK anggota untuk membantu memadamkan bila terjadi kebakaran hutan maupun lahan.

Pernyataan itu langsung disampaikan Pangdam VI Tanjung Pura Mayjen GR Situmeang usai peringatan HUT TNI ke-62 di Lapangan Murjani Banjarbaru, kemarin.

Diungkapkan Situmeang, dibanding tahun lalu, kondisi kebakaran hutan maupun lahan pada tahun ini menurun.

Meski menurun, ungkap Pangdam, hal itu tak membuat jajarannya tinggal diam dan tetap melakukan pemantauan.

“Kebakaran hutan tahun ini menurun dibanding tahun sebelumnya. Apalagi, saat ini sudah mulai turun hujan,” kata Pangdam.

Dibanding daerah lain, Kalsel relatif jauh lebih baik dibanding Kalteng yang saat ini menjadi prioritas utama pemadaman.

Senada dengan Pangdam, Gubernur Kalsel Drs Rudy Ariffin juga mengakui, saat ini kesadaran warga Kalsel akan bahaya kebakaran hutan cukuplah tinggi. Terbukti jumlah hot spot (titik api) menurun.

“Lahan yang terbakar tak sebanyak tahun lalu. Justru sekarang, banyak pemukiman yang terbakar,” kata Gubernur.

Rudy mengakui, sebagai bentuk upaya menanggulangi terjadinya kebakaran hutan, pihaknya tetap melakukan sosialisasi kepada masyarakat. Tak itu saja, fatwa haram yang dikeluarkan MUI yang melarang pembakaran hutan serta ditunjang kemarau basah yang saat ini terjadi bisa menekan terjadikan kebakaran.

Sementara itu, pada puncak peringatan HUT TNI, diakhir kegiatan Banjarbaru sempat diguyur hujan. Meski cuma sebentar dan muncul diakhir peringatan, hujan yang terbilang cukup deras itu cukup dirasakan.

Pun begitu, seluruh rangkaian kegiatan berjalan dengan sukses. Mulai dari upacara, atraksi aero medeling hingga marching band yang mampu menarik perhatian warga Banjarbaru.

Panglima TNI Marsekal Joko Suyanto dalam sambutannya yang dibacakan Pangdam Tanjung Pura Mayjen GR Situmeang mengatakan, sejauh ini TNI sebagai alat negara memiliki tugas untuk mempertahanan integritas dan kedaulatan NKRI yang saat ini masih mengalami ujian yang tidak ringan. Semangat persatuan dalam kebhinekaan ternyata belum sepenuhnya dapat dihayati oleh sebagian masyarakat Indonesia. Hal itu tercermin dengan gejala separatise kedaeraan, radikalisme yang bernuansa SARA. Tak terkecuali munculnya gerakan RMS Ambon, OPM Papua dan penurunan bendera merah putih. Menghadapi segala kemungkinan tersebut, tak ada jalan lagi bagi TNI untuk memantapkan profesionalitas dan soliditas TNI dalam mengamankan dan mempertahankan NKRI. (mul)