Monday, January 11, 2010

Gawat! Banjir Besar Ancam Amuntai

BANJARBARU, SELASA  - Hujan terus mengguyur. Sejumlah daerah sudah mulai banjir. Bencana ini terkait penggundulan hutan Pegunungan Meratus, baik untuk diambil kayunya, untuk pertambangan, maupun untuk perkebunan.

Pembabatan hutan terutama di Kecamatan Halong, Awayan serta Duai di hulu Sungai Balangan makin memperparah keadaan.

Kepala Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Barito (BPDAS) Kalsel, Ris Supratiwi mengatakan Kota Amuntai menerima dampak paling parah. Soalnya ibu kota Hulu Sungai Utara itu berada di daerah pertemuan dua sungai yakni Sungai Tabalong dan Sungai Balangan. Selain itu HSU merupakan daerah berawa.

"Hutan yang merupakan kawasan tangkapan air dikatakan baik bila di atas 30 persen dari luas daratan. Sedang kini luas hutan kurang dari 30 persen," kata Ris yang didamping Kepala Seksi Evaluasi Ramliadi, Senin (23/11).

Daerah rawan banjir besar lainnya berada di selatan Kalsel yakni Pengaron, Kintap, Satui dan Batulicin. Soalnya hutan di sepanjang Sungai Barito dan Suangi Cengal, Batulicin, rusak parah.

Oleh karena itu, Ris memeringatkan semua pihak untuk waspada terhadap banjir dan tanah longsor.

Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Kalsel, Hegar Wahyu Hidayat, mengatakan hutan provinsi ini tinggal 1,6 juta hektare.

Pemerintah daerah, menurutnya, tidak berpihak pada perlindungan hutan. Investasi pertambangan dan perkebunan sawit terus diterima. "Untuk diketahui ada sekitar 400 kuasa pertambangan bupati di Kalsel, khususnya di Tanahbumbu," ungkap Hegar.

Dia khawatir terjadinya banjir besar seperti pada 2007. Apalagi melihat tingginya curah hujan yang menurut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), puncaknya terjadi pada Desember.

Forecaster Stasiun Klimatologi Banjarbaru, Dian Handiana, mengatakan saat ini curah hujan di Kalsel rata-rata mencapai 100 milimeter per hari. "Ini bertahan 3-5 hari ke depan," ujarnya.

Menanggapi tingginya curah hujan dan naiknya debit Sungai Balangan dan Tabalong, Dinas Lingkungan Masyarakat HSU membuat selebaran agar semua pihak waspada.

(bpg)