Kamis, 02 Nopember 2006 01:22
Oleh:
Muhammad Yusuf
Kepala Instalasi Promosi Kesehatan RSUD Ulin Banjarmasin
ingkungan berpengaruh besar terhadap kesehatan bagi semua makhluk hidup. Keluhan muncul ketika timbul rasa sakit yang tak tertahankan. Rasa sakit yang teramat berat adalah ketika sesorang tidak bisa bernafas, sehingga memerlukan pertolongan orang lain.
Ketika melewati lingkungan berasap, kita mengerutkan pipi dan mengecilkan mata untuk mempertajam titik penglihatan, menghirup bau udara yang menyengat, mata perih dibuatnya. Kalau ini terjadi sebentar, tidak menganggu sistem tubuh karena kita bisa udara bersih. Tapi kalau kontaknya lama dan tanpa dapat menghindari, betapa pun kondisi kita prima dipastikan akan lelah.
Kenapa demikian? Karena menghirup udara kotor, berbau, tercemar, mengandung racun berbahaya, dan tubuh kita mengalami gangguan sistem perjalanan udara di dalam nafas (air way) dan sistem pernafasan (breathing). Bahkan terancam mengalami gangguan peredaran darah ke jantung, paru-paru, otak, ginjal dll (gangguan sirkulasi). Ini disebut gangguan ABC. Apabila gangguan ini tidak segera teratasi dan tanpa ada yang mengerti, artinya tidak ada orang di sekitar Anda yang mengetahui tanda dan gejala gangguan ABC, tindakan penanganan gawat nafas pun tidak dilakukan maka tidak tidak mustahil terjadi kematian. Kalau banyak yang menjadi korban mungkin di antaranya keluarga kita, siapa yang salah? Asap, atau pembakar hutan?
Udara yang kita hirup setiap saat, tidak terlepas dari aktivitas filtrasi atau saringan dan mengatur kelembaban udara hidung yang mampu memanaskan dan mendinginkan udara. Kegiatan ini, kegiatan ini dilakukan oleh kemampuan cilia atau bulu getar di dalam rongga hidung termasuk bulu hidung yang besar peranannya dalam mengatur suhu tubuh.
Dengan kepekaan mukosa atau selaput lendir hidung, pembuluh darah, saraf dan semua komponen hidung yang berfungsi baik, maka semua benda asing yang masuk ke dalam hidung termasuk udara kotor, beracun, bau dll, ditolak oleh dengan mengeluarkannya secara dahsyat dalam bentuk bersin.
Penyakit saluran nafas lainnya yang sangat peka terhadap lingkungan adalah asma. Penyakit ini ditandai dengan sesak nafas, secara umum penderita menarik dan mengeluarkan nafas terdengar bunyi mengi atau suara tambahan (ronchi dan wezzing) yang disebabkan akumulasi scret (dahak) dan sirkulasi udara nafas yang mengalami gangguan. Penderita kumat asmanya ketika bekerja dan kelelahan. Juga bisa kumat hanya kena asap obat nyamuk, apalagi kabut asap tebal. Asma adalah penyakit yang muncul karena dipicu multifaktor yang gampang kumat ketika peka terhadap suatu rangsangan (hypersensitif), baik rangsangan fisik maupun psikologis.
Langganan kemarau
Kabut asap menjadi langganan musim kemarau di daerah ini. Sementara semak belukar yang kering, sengaja atau tidak sengaja dibakar tapi tidak pernah ada yang mengakui sebagai pelakunya. Itu adalah kebakaran hutan karena gesekan hutan di musim panas yang menimbulkan api lalu membakar semua yang ada.
Tapi yang pasti setelah kebakaran itu berakhir, pemilik lahan segera membersihkan lahannya menanam padi. Setelah hujan turun, tanaman mereka tumbuh subur. Lalu mereka mengakui membakar adalah cara yang diikuti sejak zaman dahulu setiap membuka hutan, karena mudah, praktis dan ekonomis tanpa melihat kerugian masyarakat.
Berapa banyak kerugian sektor perbuhungan, hingga beberapa bandar udara ditutup akibat asap. Berapa biaya yang dikeluarkan pemerintah untuk menanggulangi kabut asap. Berapa banyak orang yang menderita penyakit saluran pernafasan, jantung dll. Bagaimana citra bangsa ini akibat kabut asap yang melanda negara lain. Masihkah kita akan mengulang perbuatan seburuk ini di tahun depan? Semoga kita sadar untuk memelihara keseimbangan ekosistem ini dengan baik. Yakinlah, alam yang terjaga dan terpelihara mampu meningkatkan pendapatan ekonomi, derajat kesehatan citra bangsa di mata dunia.
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment