Tuesday, September 23, 2008

Bencana Alam Telan 11 Orang

Rabu, 24 September 2008 01:27 redaksi

BANJARMASIN - Selama tahun 2008 (Januari-September), akibat bencana alam seperti banjir dan angin ribut atau angin puting beliung di Kalimantan Selatan mengakibatkan 11 orang warga masyarakat meninggal dunia.

Kepala Dinas Kesejahteraan Sosial Kalsel, Hm Bahriar Hanafi, SH MSi, melalui Kasubdin Bina Organisasi dan Penanggulangan Bencana (BOPB), Drs H Jakaria, kemarin, menyebutkan, korban meninggal dunia itu terbanyak dari Kabupaten Tanah Bumbu (Tanbu) sebanyak lima orang.

Selain itu, korban meninggal dunia lainnya dari Kabupaten Tanah Laut (Tala) sebanyak empat orang, Kabupaten Kotabaru dan Kota Banjarmasin masing-masing satu orang.

Sedangkan korban luka-luka sebanyak 12 orang yakni di Kabupaten Tanah Bumbu sebanyak enam orang, Kota Banjarbaru empat orang dan Kota Banjarmasin satu orang.

Dia menjelaskan, kerugian akibat bencana alam di Kalsel tahun 2008, hingga September mencapai Rp2,410 miliar atau mengalami penurunan dibandingkan bulan yang sama tahun 2007 lalu yang mencapai Rp5,788 miliar.

Kerugian bencana alam di Kalsel yang mencapai Rp2,410 miliar tersebut, terbanyak dialami masyarakat di Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) mencapai Rp1,240 miliar, disusul Kabupaten Banjar sekitar Rp855 juta.

Sementara itu, tiga daerah lainnya di pesisir timur Kalsel yakni Kabupaten Kotabaru, Tanah Laut dan Kabupaten Tanah Bumbu, tidak ada laporan kerugian akibat bencana banjir tersebut, padahal banjir di tiga daerah itu paling sering tahun 2008 ini.

"Kita mengingatkan warga masyarakat yang tinggal di daerah rawan banjir di Kalsel untuk mewaspadai kemungkinan terjadinya banjir lagi pada akhir tahun 2008," katanya.

Dia menjelaskan, musibah banjir di Kalsel hingga bulan September 2008 sebanyak 21 kali, terbanyak di Kabupaten Tanah Laut sebanyak enam kali, disusul Kabupaten Tanah Bumbu empat kali dan Kabupaten Kotabaru tiga kali.

Selain itu, di Kota Banjarbaru, Kabupaten Banjar, Tapin dan Kabupaten Hulu Sungai Selatan masing-masing sebanyak dua kali, kemudian tanah longsor dua kali di Kabupaten Tabalong.

Selanjutnya, angin ribut atau angin puting beliung selama tahun 2008 ini sebanyak 17 kali, terbanyak di Kabupaten Banjar sebanyak lima kali, disusul Kabupaten HSS empat kali, Banjarmasin dan Kabupaten HSU masing-masing dua kali.

Kemudian, Kabupaten Tabalong, Kotabaru, Kabupaten Tapin dan Kota Banjarbaru masing-masing sekali, sementara itu bencana alam lainnya gempa bum, sekali di Kabupaten HSS dan sekali di Kabupaten Kotabaru.

Akibat bencana alam itu, menyebabkan 22.853 kepala keluarga (KK) atau 66.667 jiwa menjadi korban, terbanyak korban berasal dari Kabupaten HSS mencapai 8.602 KK atau 9.089 jiwa, disusul Kabupaten Tanah Bumbu sebanyak 6.929 KK atau 32.365 jiwa.

Bencana alam di Kalsel tersebut menyebabkan empat buah rumah penduduk rusak total, sembilan buah rumah rusak berat dan 10 buah rumah rusak ringan. ani/mb05

Monday, September 22, 2008

4 Kabupaten di Kalsel Rawan Longsor

Selasa, 23 September 2008 | 09:20 WIB

BANJARMASIN, SELASA - Para pemudik Idulfitri 1429 Hijriah/2008 diminta mewaspadai daerah rawan longsor di empat kabupaten di Provinsi Kalimantan Selatan.
"Longsor kerap terjadi di wilayah empat kabupaten. Keadaan tersebut sangat membahayakan pengendara kendaraan bermotor, termasuk pemudik," kata Direktur Lalu  Lintas Polda Kalsel, Kombes Agung Budi, di Banjarmasin, Selasa.
Ia menyarankan para pengguna jalan raya agar selalu berhati-hati saat melintasi jalan yang rawan longsor itu. Jalan rawan longsor yang masuk dalam data Direktorat Lalu Lintas Polda Kalsel saat ini adalah jalan menuju Desa Batung Kecamatan Piani, Kabupaten Tapin. Kemudian di Kecamatan Loksado, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, yakni di Jalan Desa Ajung Tabalik Km 21; di Kabupaten Balangan terdapat dua jalan yang rawan longsor yaitu Jalan Desa Hujan Emas Kecamatan Paringin dan Jalan Desa Kusambi.
Sementara itu, untuk Kabupaten Tanah Bumbu juga terdapat dua ruas jalan yang rawan longsor yaitu Jalan Desa Pulau Salak Km 230 Kecamatan Pagatan dan Jalan Desa Mentewe Km 57 Kecamatan Mentewe.

Friday, September 19, 2008

Gubernur Janji Kaji Bersama Atasi Banjir

Sabtu, 20 September 2008 13:29 redaksi

BANJARMASIN - Gubernur Kalimantan Selatan, H Rudy Ariffin, berjanji akan melakukan kajian bersama dengan Balai Besar Bina Marga dan Balai Besar Sumber Daya Air, terkait upaya mengatasi banjir di pesisir timur Kalsel.

"Kita akan mengkaji bersama penyebab dan bagaimana upaya yang harus dilakukan pemerintah untuk mengatasi bencana banjir di kawasan pesisir timur Kalsel," ujarnya di Desa Sebamban Kampung, Kecamatan Sungai Loban, Kabupaten Tanah Bumbu (Tanbu), Rabu (18/9).

Pernyataan orang nomor satu di jajaran Pemerintah provinsi (Pemprov) Kalsel itu disampaikan seusai melakukan peninjauan ruas jalan trans Kalimantan lintas selatan yang terkena banjir beberapa waktu lalu.

Menurut Rudy, dari hasil peninjauan di lapangan ternyata ada empat titik di ruas jalan trans Kalimantan lintas selatan yang paling rawan terhadap banjir, mulai dari Kabupaten Tanah Laut, Km 119 hingga Km 206, Kabupaten Tanah Bumbu.

Dari hasil kajian bersama tersebut, kata Rudy, baru bisa diambil langkah-langkah untuk mengatasi banjir yang setiap hujan lebar akan menyebabkan banjir yang cukup deras sehingga mengganggu aktifitas warga masyarakat.

Dia mengatakan, melalui pengkajian bersama tersebut mungkin saja di empat lokasi yang paling rawan banjir tersebut nantinya akan dibangun jembatan layang atau dibuat gorong-gorong yang besar sehingga air cepat sampai ke laut.

Bahkan banjir yang melanda daerah tersebut awal September 2008 lalu, menyebabkan lalulintas lumpuh terutama di empat titik yang paling rawan banjir tersebut, karena ketinggian air lebih dari satu meter di ruas jalan trans Kalimantan.

Seperti diketahui, ruas jalan trans Kalimantan lintas selatan yang terkena banjir tersebut telah sedang dalam tahap pekerjaan dari sejumlah kontraktor, namun belum dilakukan pengaspalan untuk peningkatan kapasitas jalan.

Untuk empat titik yang mengalami kerusakan itu, direncanakan perbaikan teknis, tentunya hal itu merupakan pekerjaan tambahan dari pihak kontraktor.

Ketika melakukan peninjauan ruas jalan trans Kalimantan lintas selatan yang rusak akibat banjir itu, Gubernur H Rudy Ariffin, antara lain didampingi Wakil Bupati Tanah Bumbu, H Abdul Hakim dan Kepala Dinas Kimpraswil Kalsel, Ir HM Arsyadi, ME.

Ratusan Hektare Sawah Dirusak Banjir

Sabtu, 20 September 2008

BATULICIN - Musibah bisa terjadi kapan saja. Begitu juga musibah banjir yang melanda sejumlah kecamatan di Kabupaten Tanbu. Akibat musibah banjir itu, sejumlah desa di Kecamatan Kusan Hilir terendam air. Yaitu Desa Satiung dengan 260 KK (996 jiwa). Desa Serdangan sebanyak 175 KK dengan 749 jiwa. Desa Salimuran dihuni 384 KK dengan 1290 jiwa. Berikutnya, Desa Pulau Tanjung dihuni 198 KK dengan 769 jiwa. Terakhir, Desa UPK Karya Bhakti dihuni 86 KK dengan 306 jiwa.

Sementara itu, di Kecamatan Batulicin, sebanyak 469 KK dengan 1762 jiwa di Desa Kusambi rumahnya terendam air. Rinciannya, RT 01 sebanyak 92 KK dengan 355 jiwa, RT 02 sebanyak 54 KK dengan 192 jiwa. Kemudian, RT 03 sebanyak 61 KK dengan 235 Jiwa, RT 04 sebanyak 74 KK dengan 249 jiwa, RT 05 sebanyak 93 KK dengan 363 jiwa, dan RT 06 sebanyak 95 KK dengan 368 jiwa. Begitu juga banjir yang melanda Kecamatan Satui, Sungai Loban, Karang Bintang, Mantewe dan Kusan Hulu.

Akibat banjir itu, mengakibatkan ratusan hektare lahan persawahan juga ikut terendam air. Menurut keterangan Kabid Pertanian Akhmad Fauzi, pihaknya masih melakukan pendataan jumlah padi yang puso (rusak).

“Masih di data oleh petugas di lapangan,” katanya.

Dikatakannya, dari data sementara, pihaknya mencatat ada 600 hektare lahan persawahan yang terendam air. Meski begitu, dari jumlah itu tidak semua padinya puso.

“Masih ada yang bisa di panen,” katanya.

Wednesday, September 17, 2008

Kesbanglimas Siaga Antisipasi Bencana

Kamis, 18 September 2008
KOTABARU,- Untuk mengantisipasi terjadinya musibah yang berawal dari kelalaian dan bencana alam, Dinas Kebanglinmas Kotabaru telah bersiaga. Sebab, kemungkinan besar musim sekarang ini sudah memasuki musim panas, sehingga rawan terjadi bahaya yang tak terduga.

Kepala Kesbanglinmas Drs H Syajidan mengatakan, saat ini pihaknya terus bersiaga dan selalu melakukan patroli pada beberapa tempat. Bahkan, pasukan pemadam kebakaran juga disiagakan sampai lebaran mendatang.

“Selain itu, kami juga sudah menyampaikan kepada seluruh camat, jika di daerahnya terjadi bencana agar segera melaporkan musibah tersebut melalui SMS yang sengaja disediakan dan aktif selama 24 jam,” jelas Syajidan kepada wartawan.

Lebih jauh Syajidan menjelaskan, untuk Kabupaten Kotabaru memang ada beberapa titik-titik yang rawan bencana alam seperti banjir dan longsor pada musim hujan ini. Seperti di Kecamatan Hampang, Kelumpang Barat, Sampanahan, dan Pamukan Utara. Semua kawasan tersebut rawan terjadi bencana pada saat musim hujan. Sehingga semua kawasan rawan bencana tersebut selalu mendapat perhatian untuk mencegah terjadinya korban jiwa.

“Untuk antisipasinya kita sudah melakukan kerjasama dengan beberapa perusahaan-perusahaan besar yang ada di Kotabaru, seperti PT Indocement Tunggal Perkasa, PT Arutmin Indonesia, dan PT SIlO. Di samping itu pasukan relawan Tagana juga siap selalu memberikan bantuan jika terjadi bencana,” lanjutnya.

Sementara untuk mencegah bencana yang berawal dari kelalaian manusia, Syajidan menambahkan akan terus melakukan imbauan-imbauan kepada orang tua ataupun ibu-ibu yang akan pergi salat tarawih agar memeriksa kembali kompor ataupun lampu yang menggunakan bahan bakar minyak. “Begitu juga dengan petasan, kita akan terus mengimbau orang tua untuk bisa mengingatkan anak-anaknya agar jangan main petasan, selain mengganggu orang beribadah juga dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain. (ins)

Sunday, September 14, 2008

Tanjung Semelantakan Terancam Tenggelam Gara-gara Dihantam Abrasi

Senin, 15 September 2008

KOTABARU - Abrasi yang terjadi di Tanjung Semelantakan Kecamatan Pamukan Selatan semakin hari kian mengkhawatirkan saja. Bahkan, jika tidak diantisipasi secepatnya mungkin dipastikan akan menghilangkan ibukota Kecamatan Pamukan Utara.

Bagaimana tidak, dalam waktu 5 tahun terakhir ini sudah 2 KM daratan yang tergerus abrasi.

Dari keterangan warga setempat, air laut terus menggerus daratan dengan cepat. Meski pemerintah kabupaten sudah membangun siring untuk mencegah abrasi, tapi siring tersebut tidak bisa mengatasi abrasi pantai yang terjadi setiap harinya.

Akibatnya, beberapa perkantoran juga sudah direlokasi karena terkena abrasi laut, seperti Kantor Camat, Polsek serta sebuah sekolah dasar. Sekarang kantor camat di relokasi di kawasan yang jauh dari, pantai begitu juga dengan Polsek.

Selain itu, sebuah masjid juga sudah terancam terkena abrasi, padahal dulunya masjid tersebut berada di tengah-tengah perkampungan. Saat ini sudah 3 perkampungan penduduk dan tiga buah lapangan sepak bola di kawasan Tanjung Semelantakan, yang positif terkena abrasi.

Melihat kondisi tersebut, Bupati Kotabaru H Sjachrani Mataja, menyatakan, masalah abrasi yang terjadi di Tanjung Semelantakan ini harus ditangani oleh tim ahli. Karena, jika tidak ditangani tim ahli, abrasi akan terus menggerus daratan dan kembali menghantam pemukiman penduduk. “Untuk menangani masalah ini kita akan mendatangkan tim ahli, karena masalah ini masalah serius dan tidak bisa dianggap biasanya,” ujarnya.

Selama ini penanganan masalah abrasi di Tanjung Semelantakan hanya dilakukan dengan membuat siring untuk menahan terjadinya abrasi yang dikerjalan oleh pengusaha lokal dan konsultan lokal biasa saja, namun siring tersebut tidak bisa bertahan sesuai dengan harapan.

Makanya jangan heran, beberapa kali siring tersebut ambruk karena tergerus abrasi.(ins)


Saturday, September 13, 2008

Pemkab Bantu Korban Banjir

Sabtu, 13 September 2008
BATULICIN - Pemkab Tanbu melalui Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi memberikan bantuan kepada 5 desa yang terkena musibah banjir di Kecamatan Kusan Hilir, khususnya masyarakat yang bermukim di bantaran sungai pagatan. Bantuan yang diberikan seluruhnya berjumlah 6.574 kg beras dan 236 dos indomie. Secara simbolis bantuan untuk korban banjir di Kecamatan Kusan Hilir itu diserahkan langsung oleh Bupati Tanbu H M Zairullah Azhar kepada masing-masing kepala desanya, Kamis (11/9), kemarin.

“Kita harus banyak bersabar dalam menghadapi semua ujian yang diberikan Allah SWT kepada kita. Jangan lupa untuk selalu berdoa agar apa yang kita alami ini akan segera berakhir,” ujar Bupati usai menyerahkan bantuan.

Menurut keterangan warga, kedalaman air di dalam rumah warga mencapai 50 cm yang mengakibatkan warga mengungsi. Sementara itu, desa yang terisolir banjir di Kecamatan Kusan Hilir yaitu Desa Satiung dengan 260 KK (996 jiwa) diberikan bantuan 1.593 kg beras, 50 dos indomie. Sementara itu, Desa Serdangan sebanyak 175 KK dengan 749 jiwa mendapatkan bantuan 1.198 kg beras dan 43 dos indomie. Sedangkan Desa Salimuran dihuni 384 KK dengan 1290 jiwa mendapat bantuan sebanyak 2.064 kg beras dan 75 dos indomie. Berikutnya, Desa Pulau Tanjung dihuni 198 KK dengan 769 jiwa mendapatkan bantuan 1.230 kg beras dan 48 dos indomie. Terakhir, Desa UPK Karya Bhakti dihuni 86 KK dengan 306 jiwa juga mendapat bantuan 489 kg beras dan 20 dos indomie.

Selain itu, masing masing-masing desa mendapatkkan bantuan berupa baju kaos, dester, sarung, terpal, peralatan dapur, minyak goreng dan minyak tanah serta famili kit atau peralatan anak anak. Jadi untuk jumlah keseluruhan di 5 desa sebanyak 1.103 KK dengan 4.110 jiwa.

Menurut keterangan Camat Kusan Hilir Kursani, bantuan tersebut akan segera dibagikan kepada korban banjir dengan menggunakan armada kelotok dan speed boat milik Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi. (kry)


Warga Kusambi Tetap Berpuasa

Sabtu, 13 September 2008 12:38 redaksi

BATULICIN - Meski mereka masih berada di tenda-tenda pengungsian, namun warga Desa Suka Maju Kusambi, Kecamatan Batulicin, Tanah Bumbu yang terkena musibah banjir, tetap melaksanakan ibadah puasa dan kegiatan keagamaan lainnya.

"Kami alhamdulillah pak (wartawan, red) walaupun masih beada di tenda-tenda karena rumah kami masih terendam air sampai sekarang, kami tetap berusaha untuk menunaikan ibadah puasa," kata para korban musibah banjir saat ditemui di tenda-tenda tempat mereka mengungsi, Kamis (11/9).

Hanya saja, kegiatan shalat tarawih bersama tidak bisa dilakukan, mengingat kondisi lokasi di tenda-tenda tersebut tidak memunkinkan. Sehingga sejak banjir melanda desa mereka Minggu (7/9) lalu hingga sekarang, kegiatan shalat tarawih ini sedikit terganggu.

Terlebih, karena masjid satu-satunya di desa tersebut ikut terendam air seperti dengan rumah-rumah penduduk.

"Sebenanya kami ingin shalat tarawih, tapi apa boleh buat. Masjid kami turut terendam air. Sementara di tenda-tenda seperti ini, tidak memungkinkan dilakukan shalat tarawih. Apalagi dalam satu tenda orangnya banyak dan lainnya," timpal Suryani, sekretaris Desa Suka Maju, seraya mengatakan, meski warganya tertunda melaksanakan shalat tarawih, namun mereka tetap melaksanakan ibadah puasa.

Apalagi, petugas dari Tagana (Tim Penanggulangan Bencana) Pemkab Tanah Bumbu dibantu dengan personil TNI AD, tetap menyediakan dapur umum untuk melayani para korban kebutuhan sahur dan berbuka.

Begitu juga, anak-anak usia sekolah tampak dari tenda-tenda pengungsian tidak ada aktifitas belajar mengajar. Mereka harus rela menghabiskan hari-harinya di tenda. Karena pihak sekolah terpaksa meliburkan mereka belajar lantaran gedung sekolah tersebut terendam air.

Sementara itu, kondisi air memang sudah mulai turun, tetapi warga belum bisa kembali ke rumah-rumah mereka. Sebab ketinggian air masih mencapai dua meter dari permukaan jalan. Diperkirakan warga baru bisa kembali ke rumah masing-masing, empat hari ke depan.

"Asal tidak hujan. Tetapi jika curah hujan tetap tinggi, maka warga tetap berada di tenda pengungsian. Sebab air tidak akan bisa surut," beber Suryani. rah/mb03

Thursday, September 11, 2008

Korban Banjir Dapat Bantuan

Jumat, 12 September 2008

BATULICIN,- Pemkab Tanbu menyerahkan bantuan bagi korban banjir di Desa Kusambi Kecamatan Batulicin, Selasa (9/9), kemarin. Selain dari Pemkab, bantuan tersebut juga berasal dari para dermawan yang ingin membantu meringankan derita mereka.

Bantuan antara lain mie goreng, beras, air mineral, ikan kering/kaleng dan selimut.

Wakil Bupati Tanbu H Abdul Hakim, Asisten Bidang Pemerintahan Drs H Akhmad Soemardi, Kadissosnakertrans Drs Saptono Soemadi, Camat Batulicin Mariyadi Noor, serta dari Dandim 1004 Kotabaru-Tanbu juga ikut menyerahkan bantuan kepada warga yang mengungsi ditenda pengungsian.

Sementara itu, bantuan obat-obatan dari Dinas Kesehatan Tanbu serta air bersih dari PDAM Tanbu juga disiagakan di lokasi pengungsian. Dengan menggunakan perahu SAR, Asisten Bidang Pemerintahan didampingi Kadinsosnakertrans Tanbu beserta rombongan mengunjungi lokasi rumah warga yang terendam banjir.

Dalam kunjungannya, Asisten Bidang Pemerintahan menyempatkan diri untuk memasuki rumah warga yang terendam sambil mengajak berdialog.

Ditengah-tengah kunjungannya itu, rombongan bertemu dengan seorang ibu yang mau melahirkan. Dengan segera, Ibu Jamilah (27) yang berusaha menahan rasa sakit karena ingin melahirkan anak ketiganya langsung dibawa untuk dilarikan ke RS Amanah Husada Batulicin dengan menggunakan Mobil Puskesmas Keliling dari Dinas Kesehatan Tanah Bumbu.

Sementara itu, pantauan wartawan koran ini, anggota tim Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi tampak sibuk melayani pengungsi, baik itu melakukan aktifitas memasak untuk persiapan berbuka puasa maupun mendirikan tenda-tenda pengungsian.

Menurut Camat Batulicin Mariyadi Noor, warga yang mau mengungsi dan meninggalkan rumah mereka hanya sebagian saja, padahal air semakin meninggi.

“Mereka enggan meninggalkan rumah karena takut hasil panen padi mereka dicuri orang. Padahal, kami sudah menyiapkan perahu SAR untuk mengangkut warga yang rumahnya terendam banjir,” katanya.

Dikatakannya, akibat musibah banjir itu, sebanyak 469 KK dengan 1762 jiwa di Desa Kusambi rumahnya terendam air. Rinciannya, RT 01 sebanyak 92 KK dengan 355 jiwa, RT 02 sebanyak 54 KK dengan 192 jiwa. Kemudian, RT 03 sebanyak 61 KK dengan 235 Jiwa, RT 04 sebanyak 74 KK dengan 249 jiwa, RT 05 sebanyak 93 KK dengan 363 jiwa, dan RT 06 sebanyak 95 KK dengan 368 jiwa. Sementara itu, ketinggian air di dalam rumah warga mencapai setengah meter. (kry)

Wednesday, September 10, 2008

Jalan Terputus Lima Jam

Selasa, 09-09-2008 | 01:20:30

• Banjir di Tanah Bumbu Meluas
BATULICIN, BPOST - Hujan deras yang mengguyur Kabupaten Tanah Bumbu selama beberapa hari terakhir membuat banjir di sebagian kabupaten termuda di Kalsel itu makin parah.

Sampai Senin (8/9), setidaknya lima kecamatan terendam banjir sehingga membuat Kabupaten Tanah Bumbu seakan dikepung air. Daerah yang terendam adalah, lima desa di Kecamatan Kusan Hilir dan Kecamatan Satui, satu desa di Kecamatan Karang Bintan dan Kusan Hulu serta dua desa di Kecamatan Mantewe.
Di Kecamatan Satui, genangan air masih tinggi. Warga banyak yang tinggal di masjid atau bertahan tinggal di rumah-rumah sanak saudara mereka. Kecamatan Satui berbatasan dengan Kabupaten Tanah Laut. Jalur utama lewat darat keluar kota Batulicin tertutup banjir.
Begitupula di wilayah Kecamatan Mantewe maupun Kecamatan Karang Bintang, air belum juga surut. Kecamatan Mantewe berbatasan dengan Kabupaten Banjar dan HSS.
Banjir paling parah terjadi di jalan Banjarmasin-Batulicin di  Desa Sebamban Lama dan Sebamban Baru, Kecamatan Sungai Loban. Jalan sempat putus sekitar 5 jam sejak pukul 04.00 Wita.
Air setinggi dada orang dewasa mengadang pengendara dari Batulicin tujuan Banjarmasin dan sebaliknya. Antrean panjang kendaraan bermotor mencapai satu kilometer baik dari arah Batulicin maupun dari arah Banjarmasin.
Para pengemudi memilih bertahan karena takut kendaraanya tersereta arus. Selain genangan air mencapai 1 meter di atas badan jalan, arus air yang memotong jalan raya provinsi tersebut juga sangat deras. Apalagi, di kawasan tersebut satu minggu lalu dengan kejadian yang sama meminta korban jiwa.
Setelah menginjak siang, para sopir mulai memberanikan diri menerjang arus yang memutus akses jalan tersebut. Meski begitu, untuk kendaraan jenis sepeda motor maupun kendaraan yang berukuran kecil dan rendah hingga sore tetap tidak bisa menembus jalan tersebut.
“Mau diterobos terus mengerikan. Arusnya deras sekali, dan airnya juga sangat tinggi. Kami masih trauma, dengan kejadian minggu lalu yang tewas terseret arus,” ujar, Dharma salah seorang sopir ekspedisi.
Kejadian serupa juga terjadi di wilayah Km 39 kecamatan Mantewe Tanah Bumbu. Akses utama jalur darat tujuan Batulicin-Kandangan, Barabai maupun Rantau terhambat.
“Memang genangan airnya tinggi. Asal tidak deras, kami tidak ketakutan. Kami tetap melayani penumpang, meskipun jalanuua sedikit pelan-pelan  karena licin,” kata Aminudin, seorang sopir angkutan tujuan Batulicin-Kandangan.
Sampai kemarin, Pemkab Tanah Bumbu belum memberikan bantuan bagi warga korban banjir. (coi)
Daerah Dilanda Banjir
• Kecamatan Kusan Hilir (Desa Saring Sungai Binjai, Desa Salimuran, Desa Satiung, Desa Mekar Jaya dan Desa Pulau Panjang)
• Kecamatan Satui (Desa Sungai Danau, Desa Pasar Bawah, Desa Satui Barat, Desa Satui Timur, sebagian wilayah Desa Jombang)
• Kecamatan Karang Bintang (Desa Karang Bintang)
• Kecamatan Mantewe (Desa Mentawakan Mulya dan Dukuh Rejo)
• Kecamatan Kusan Hulu (Desa Hatiif)

Lihat Komentar (0)

Banjir Dianggap Biasa

Kamis, 11 September 2008
BATULICIN,- Bagi kebanyakan orang, musibah banjir merupakan momok yang cukup menakutkan. Namun, tidak bagi masyarakat Kecamatan Satui. Bagi mereka, banjir adalah sesuatu yang biasa dan tidak perlu ditakuti.

“Masyarakat menganggap banjir terjadi tiap tahun sehingga dianggap sesuatu yang biasa saja,” ujar Kasi Kessos Kecamatan Satui Taufik, saat dikonfirmasi koran ini terkait musibah banjir yang melanda Kecamatan Satui, kemarin.

Menurutnya, akibat dianggap sebagai sesuatu yang biasa tadi, warga yang rumahnya terendam banjir tetap tak berajak dari rumah. Hanya sebagian kecil saja yang mengungsi ke rumah tetangga maupun keluarga mereka. Bahkan, ada atau tidaknya bantuan untuk mereka, tidak pernah dipersoalkan. “Kalau ada ya syukur. Tapi kalau tidak ada ya mau apa lagi,” katanya.

Sampai siang kemarin, bantuan untuk korban banjir memang sudah ada. Yakni berasal dari Palang Merah Indonesia (PMI) Provinsi Kalsel, berupa 1 ton beras, selimut dan kelambu. Hanya saja bantuan tersebut masih disimpan di Kantor Camat Satui. “Secepatnya bantuan itu akan kami salurkan kepada warga,” janji Taufik.

Dikatakannya, bantuan untuk korban banjir memang sangat minim. Bahkan, sejumlah perusahaan batubara tidak ada yang membantu. Sementara itu, Pemkab Tanbu berencana akan memberikan bantuannya hari ini (kemarin, red). “Tapi saya belum tahu bantuan itu berupa apa,” katanya.

Namun, berkaca pada pengalaman banjir sebelumnya yang terjadi pada bulan Juli 2008 lalu, Pemkab Tanbu memberikan bantuan berupa air mineral, beras, selimut serta mie bungkus. “Kemungkinan bantuannya juga sama seperti dua bulan lalu,” katanya.

Sekadar diketahui, akibat banjir itu mengakibatkan dua orang tewas terseret banjir.

Dua orang yang tewas itu adalah karyawan PT Berkat Banua Indah (BBI), bernama Kardi (50) warga Desa Bukit Baru RT 37 Kecamatan Satui dan Ati (25) warga Desa Sungai Danau kecamatan setempat. Keduanya terseret arus sekitar pukul 21.00 Wita bersama truk tronton yang dikemudikan Kardi.

Banjir di Kecamatan Satui sendiri merendam ratusan rumah di Desa Jombang, Bukit Baru, Satui Timur dan Satui Barat serta Desa Sungai Danau. “Kelima desa itu berada di pinggiran bantaran sungai,” katanya.

Akibat banjir itu, lanjut dia, mengakibatkan sebagian kecil warganya terpaksa mengungsi

ke rumah tetangga maupun keluarga. Namun, sebagian besar bertahan di rumah, meskipun tergenang air. “Mereka memanfaatkan atap rumah istirahat,” pungkasnya.

Sementara itu, banjir yang melanda Desa Sebamban Lama dan Baru, Kecamatan Sungai Loban, yang sempat memutuskan jalur trans kalimantan yang menghubungkan Banjarmasin-Batulicin, berangsur-angsur surut. Sebelumnya, banjir mengakibatkan puluhan rumah warga di pinggiran bantaran sungai terendam air. Warga terpaksa mengungsi ke rumah tetangga maupun keluarga. Bahkan, ada yang memanfaatkan musala untuk tempat istirahat hingga menunggu air surut. (kry)

Korban Banjir dapat Bantuan

Rabu, 10 September 2008

BATULICIN,- Banjir yang melanda sejumlah kecamatan di Kabupaten Tanbu, membawa duka mendalam bagi masyarakat. Bagaimana tidak, akibat banjir tersebut, mereka terpaksa mengungsi meninggalkan kediaman mereka. Selain itu, bagi para petani harus merelakan sawahnya puso, sehingga mengakibatkan gagal panen.

Senin (8/9) lalu, rombongan Wakil Bupati H Abdul Hakim G, mengunjungi desa-desa yang terkena musibah banjir untuk memberikan bantuan sembako kepada warga.

Desa Mantewe dan Desa Buluh Rejo Kecamatan Mantewe menjadi pesinggahan pertama Wabup dan rombongan sekaligus menggelar acara buka puasa bersama dengan warga desa setempat. Kegiatan tersebut dalam rangka safari ramadhan Pemkab Tanbu.

Dalam kesempatan itu, Wabup menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya atas ketidakhadiran Bupati Tanbu H M Zairullah Azhar. Karena di waktu yang bersamaan, Bupati sedang berada di Jakarta.

“Beliau hanya berpesan kepada warga yang terkena musibah banjir supaya bersabar karena ini adalah cobaan dari Allah SWT,” kata Wabup menyampaikan pesan dari Bupati.

Wabup juga menghimbau kepada warga agar dapat menjaga kesehatan selama banjir tersebut, khususnya anak-anak mereka sehingga terhindar dari segala macam penyakit yang diakibatkan banjir. Seperti gatal-gatal maupun diare.

Sekedar diketahui, akibat banjir itu membuat 275 rumah di dua desa itu terendam air. Ketinggan air mencapai 1.5 meter. Akibatnya, 1725 jiwa terpaksa mengungsi ke pegunungan, meskipun sebagian kecil warganya ada yang tetap bertahan. Dari jumlah itu, 115 orang tergolong masih balita dan 27 lainnya ibu hamil.

Kondisi yang sama juga terjadi di 9 desa di Kecamatan Kusan Hulu. Seperti Desa Mangkalapi, Hati’if, Anjir Baru, Sungai Rukan, Manuntung, Lasung, Tapus, Binawara dan Tibaran Panjang. Ketinggian air juga mencapai 1.5 meter hingga 2 meter. Akibat banjir itu, membuat 527 KK dengan 2108 jiwa terpaksa mengungsi.

Banjir juga melanda 2 desa di Kecamatan Karang Bintang. Yakni Desa Selasililau dan Desa Karang Bintang. Akibat banjir tersebut, 100 KK dengan 400 jiwa mengungsi ke dataran yang lebih tinggi. Untungnya, dalam musibah banjir itu tidak sampai menelan korban jiwa.

Menurut Wabup, tak lama lagi Pemkab Tanbu akan mendapat bantuan beras sebanyak 30 ton yang akan dibagi-bagikan kepada masyarakat yang terkena musibah banjir. (kry)

Warga Satui Tinggalkan Pengungsian

Kamis, 11-09-2008 | 00:58:25

BATULICIN, BPOST - Meski air masih menggenangi bagian bawah rumah, warga di Kecamatan Satui kabupaten Tanah Bumbu mulai kembali ke rumah masing-masing. Mereka mulai meninggalkan lokasi pengungsian, baik di masjid maupun rumah-rumah sanak saudara yang selama beberapa hari digunakan sebagai tempat istirahat sementara.

Rabu (10/9), warga terlihat mulai membersihkan lantai dan dinding rumah dari lumpur yang dibawa banjir. Semua perabot rumah tangga khususnya barang elektronik yang diselamatkan di atas lemari mulai diturunkan.   
Sahyuni (35), warga Pasar Bawah Sungai Danau yang menjadi korban banjir kini mulai kembali ke rumah bersama istri dan dua anaknya. Dia berharap air di bawah rumahnya cepat surut dan tidak meninggi lagi.
Sahyuni sekeluarga mengaku sudah jenuh tinggal di pengungsian.  Selain semua serba terbatas juga tidak nyaman. “Kasihan anak-anak. Dia jenuh dan sering menangis di pengungsian. Padahal, kami tinggal di rumah saudara. Tapi tetap saja tidak seperti rumah sendiri yang bebas melakukan apa saja,” keluhnya.
Hal yang sama dilakukan warga korban banjir di Sungai Loban yang hampir satu minggu meninggalkan rumah karena terendam banjir. Pantauan BPost, warga di Kecamatan satui yang hampir satu minggu berhenti bekerja, sekarang kembali beraktivitas.
Pasar Sungai Danau yang sempat ditinggalkan para pedagang maupun pembeli karena terendam banjir, mulai kemarin kembali ramai dengan aktivitas jual beli. Pedagang menggunakan fasilitas seadanya karena meja rusak akibat lama terendam.
Sementara banjir di Desa Kusambi Kecamatan Batulicin dan Desa Karang Bintang di Kecamatan Karang Bintang dan beberapa desa di Kecamatan Kusan Hulu masih merendam rumah warga.
Ratusan rumah penduduk masih terendam setinggi pinggang orang dewasa. Warga di sana masih bertahan di tenda pengungsian yang dibangun anggota Tagana Dinas Sosial (Dinsos) Pemkab Tanah Bumbu.
Hingga kemarin, bantuan dari pemkab terus berdatangan. Seperti ratusan kardus mie instan, ikan asin, sarden hingga layanan air bersih dari PDAM setempat.
Aksek Batulicin-Banjarmasin yang sempat terputus di Sebamban Lama dan Sebamban Baru Kecamatan Satui akibat terendam sudah surut. Semua kendaraankini bisa melintas dengan lancar di kawasan tersebut.
Selain itu, beberapa ruas jalan yang rusak karena tergerus arus deras mulai diperbaiki. Badan jalan itu ditambal dengan pengerasan batu. 
Didi sopir angkutan ekspedisi  Banjarmasin-Batulicin menuturkan,  saat banjir jalur sejauh 230 kilometer  tersebut  ditempuh  12 jam.Kini sudah bisa ditembus selama 7 hingga 8 jam. (coi)

Tuesday, September 09, 2008

Wabup Antar Bantuan Korban Banjir

Selasa, 09 September 2008 12:45 redaksi

BATULICIN - Bencana banjir kembali melanda Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Banjir kali ini terjadi Minggu (7/9) di Kecamatan Kusan Hulu, Kecamatan Kusan Hilir, Kecamatan Karang Bintang dan Kecamatan Mantewe.

Belum diketahui pasti berapa jumlah kepala keluarga (KK) yang rumahnya terendam air. Namun diperoleh informasi bahwa warga yang rumahnya terendam air di Kecamatan Kusan Hulu sebanyak 527 KK. Terdiri sembilan desa yakni Desa Mangkalapi, Hateip, Anjir Baru, Sei Rukan, Manteng, Lasung, Tapus, Binawara dan Sibaro Panjang.

Akibat banjir yang melanda kecamatan ini, membuat ratusan warga setempat harus mengungsi ke rumah-rumah penduduk yang ada di dataran tinggi. Dan sebagiannya lagi berada di posko banjir yang telah didirikan pihak kecamatan bersama tim Tagana.

Sementara dari kecamatan lain halnya Karang Bintang sebanyak dua desa terkena banjir, Kecamatan Mantewe dua desa dan Kusan Hilir lima desa. Hanya saja lima desa di Kusan Hilir yang dilanda bencana banjir ini adalah daerah pesisir pantai.

Anwar dari Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi mengatakan, lima desa yang terkena banjir sejak Minggu (7/9) hingga Senin (8/9) di Kecamatan Kusan Hilir ini ialah Desa Satiung, Sardungan, Kusan Hilir, Karya Bakti, Selimuran dan Pulau Tanjung. Namun warga setempat tidak mengungsi. Ketianggian air juga tidak merendam rumah mereka.

"Jadi secara umum warga yang kena banjir ini belum ada yang mengungsi. Kecuali di Kecamatan Kusan Hulu, sebab ketinggian air dalam rumah-rumah penduduk mencapai 0,5 meter," jelas Anwar kepada Mata Banua, Senin (8/9).

Sementara itu, Wakil Bupati Tanah Bumbu H Abdul Hakim G, kektika mendapat laporan dari bawahannya terkait bencana banjir yang kembali melanda sebagian wilayah Tanah Bumbu ini, pun langsung turun ke lokasi.

Wabup didampingi Asisten I Bidang Pemerintahan Tanah Bumbu dan Camat Kusan Hulu H Hamsuri SH, menyambangi lokasi banjir di Kecamatan Kusan Hulu karena daerah ini, dinilai lebih arah dibanding kecamatan lain yang juga dilanda banjir.

Wabup juga langsung menyerahkan bantuan kepada warga masyarakat yang terkena bencana banjir tersebut. Bantuan yang diantara itu berupa beras, sarden, susu, selimut serta peralatan dapur.rah/mb03

Menginap di Gudang Pupuk

Selasa, 09-09-2008 | 01:20:28

BAU tak sedap langsung menyeruak dari radius 10 meter. Suara tangis anak-anak terdengar bersahut-sahutan dari dalam bangunan kayu ukur sekitar 25x15 meter.

Bangunan itu adalah gudang pupuk di Desa Karang Bintang, Kecamatan Karang Bintang, Tanah Bumbu.
Di sana tinggal Asiah dan dua anaknya. Asiah adalah satu dari puluhan warga Desa Karang Bintang yang memanfaatkan gudang pupuk itu untuk tinggal selama rumah mereka terendam air.
Bau pupuk yang menyengat jadi santapan indera penciuman mereka setiap hari. “Mau bagaimana lagi Mas, rumahnya sudah tidak bisa digunakan lagi. Airnya saja setinggi dada. Makanya semua anggota keluarga kami bawa ke sini,” kata Asiah.
Selain untuk tidur, di gudang tersebut para warga melaksanakan aktivitas lain  seperti memasak maupun menjemur pakaian. Tempat itu  dianggap paling aman untuk tempat tinggal sambil menunggu surutnya genangan air. (coi)

Banjir Satui Telan Dua Warga, Menyembul Saat Tronton Digoyang

Senin, 08-09-2008 | 01:18:16

Suasana duka masih terasa di lokasi musibah, tepatnya jalan tambang Km 21 Desa Bukit Baru, Satui, Tanah Bumbu, Minggu (7/9). Tapi apa daya, truk tronton yang terbalik akibat terseret banjir itu, belum juga kelihatan. Pada hal sang sopir, Sukardhi belum diketahui nasibnya. Tinggi genangan air masih sepinggang orang dewasa.Banjir tahun lalu di Satui Tanah Bumbu - DOK. BPOST

Beruntung, Tim SAR dan aparat kepolisian tak kenal kata menyerah. Munculah ide, bodi tronton yang terperosok dalam genangan air itu dipasangi tali. Tronton pun digoyang-goyang dengan menarik tali tersebut. Anggota Tim SAR terperangah karena tiba-tiba menyembul sesosok jasad laki-laki. Dipastikan dialah Sukardhi (50), warga Jalan Pasar Bawah RT5 Sungai Danau, yang sejak Jumat (5/9) malam dicari-cari.

Penemuan korban ini mengakhiri operasi pencarian korban banjir di wilayah tersebut. Sehari sebelumnya, Ny Atik (40), warga Desa Makmur Mulya ditemukan tewas di dalam kabin tronton yang terperosok itu, sekitar pukul 08.00 Wita.

Sukardhi dan Atik menjadi korban karena saat banjir datang, tronton yang mereka tumpangi terbalik. Diduga mereka tak sempat menyelamatkan diri karena arus cukup deras.

Sedangkan empat penumpang lainnya lolos dari maut setelah berhasil keluar dari jendela kabin.

Kapolsek Satui, AKP Angga, berkisah, setelah ditemukan korban langsung dievakuasi ke Puskesmas Sungai Danau untuk divisum. Setelah itu diserahkan kepada anggota keluarganya.

Saat ditemukan, Sukardi masih mengenakan baju dan celana. Di tubuhnya tidak ada luka tanda-tanda terjepit. Hanya ada bekas memar-memar di beberapa bagian tubuh yang diduga akibat benturan dengan bodi truk.

"Tronton itu harus bisa dievakuasi. Ya menunggu sampai air surut. Karena badan truk belum kelihatan. Air masih setinggi pinggang," ucap Angga, ketika ditanya mengenai tindakan lebih lanjut terkait musibah tersebut.

Tak Henti

Sementara itu, hujan yang tidak ada henti mengguyur wilayah Tanah Bumbu, menambah parah kondisi banjir di wilayah ini. Selain air meluber hingga merendam rumah penduduk, areal genangan banjir juga meluas. Kini banjir meliputi wilayah Satui, Kecamatan Mantewe terutama Km 39-42 dan Kecamatan Karang, Tanah Bumbu.

Yang paling parah terjadi di wilayah Desa Mentawakan Mulya, Mantewe. Air Sungai Mentawakan meluber ke permukiman di Desa Dukuh Rejo, hingga setinggi satu meter. Karena akses jalan terputus, warga kesulitan melaksanakan aktivitas sehari-hari baik ke pasar maupun ke ladang.

Menurut pantauan, warga cukup sibuk untuk menyelamatkan harta benda miliknya. Meski begitu, warga belum mengungsi. Mereka menyatakan, musibah ini bukanlah kejadian yang pertama. Setiap musim penghujan tiba, kawasan tersebut menjadi langganan banjir.

Sebagian warga juga berinisiatif meminimalisir kerugian. Mereka bermai-ramai membuat parit di sekeliling rumahnya guna mengalirkan air yang mengepung rumahnya.

"Saya coba buatkan saluran ke ladang. Ya semoga bisa mengurangi genangan air di halaman ini," ucap Junaidi (54), warga Karang Bintang.

Meski air di halaman rumahnya setinggi lutut, istri dan anak-anaknya terlihat sudah berkemas-kemas barang.

Sementara itu, sebagian warga Kecamatan Satui yang rumahnya terendam air, memilih bertahan di Masjid Raya Sungai Dana atau numpang tinggal di rumah sanak saudaranya yang tidak mengalami banjir.

"Kami pilih tinggal di sini (masjid), biar tidak repot-repot lagi cari makan untuk buka puasa," ujar Ny Fatimah. (coi)

Dua Tanggul Jebol

Minggu, 07-09-2008 | 00:34:20

PELAIHARI, BPOST - Banjir yang melanda sejumlah tempat di Kabupaten Tanah Laut (Tala), pekan lalu menyebabkan beberapa fasilitas umum mengalami kerusakan serius. Setidaknya dua tanggul jebol dan dua buah bendungan terkelupas lapisan penguat lantainya.

Dua buah tanggul tersebut di Desa Kunyit dan Panggung Kecamatan Pelaihari. Sementara tanggul yang rusak berada di Desa Damit Kecamatan Batu Ampar dan di Desa Karang Rejo (tanggul Sungai Biawak) Kecamatan Jorong.

Dinas Kimprasda Tala bergerak cepat. Kerusakan fasilitas vital bagi kalangan petani tersebut langsung dilaporkan kepada Bupati. Bupati H Adriansyah pun telah meresponnya dengan mengucurkan dana perbaikan dari pos biaya tak tersangka.

"Alhamdulillah Bupati langsung memberikan danannya sebesar Rp 133 juta. Insya Allah perbaikannya secepat mungkin kami laksanakan, karena keberadaan fasilitas tersebut sangat dibutuhkan petani," ucap Kasi Tata Sumber Daya Pengairan Dinas Kimprasda D Heru Purwanto, dua hari lalu.

Hasil pengecekan di lapangan, tanggul di Desa Kunyit jebol sepanjang 25 meter, sedangkan di Desa Panggung 75 meter. Selanjutnya tanggul tanah tersebut akan dibangun kembali dengan konstruksi yang lebih kuat.

Sesuai tingkat kerusakan, perbaikan tanggul di Kunyit diestimasi menyedot dana Rp 25 juta, tanggul Panggung Rp 45 juta. Sementara untuk memperbaiki bendungan di Damit membutuhkan dana Rp 20 juta dan bendungan di Karang Rejo Rp 43 juta.

Keempat sarana pertanian tersebut rusak/jebol diterjang banjir bandang pekan lalu. Lumayan luas/banyak tanaman petani yang rusak karenanya. Di Desa Kunyit, misalnya, tercatat 10-an hektare tanaman hortikultura yang gagal panen.

"Itu sebabnya pengerjaannya harus sesegera mungkin. Jika tidak kasihan petani sulit dan bahkan mungkin tidak bisa bercocok tanam. Supaya cepat dan kualitas pekerjaannya bagus, nanti yang mengerjakannya pihak ketiga (kontraktor)," jelas Heru.

Terhadap dua bendungan tersebut, sebenarnya yang rusak hanya bagian lantainya saja yakni terkelupasnya lapisan semen. Namun jika dibiarkan, maka dampaknya fatal. Bangunan bendungan lama-kelamaan akan keropos, air merember, dan akhirnya bisa jebol.

Khusus di Desa Kunyit, lanjut Heru, tahun ini juga sungai setempat (Sungai Tabanio) sepanjang 2,5 kilometer dikeruk. Pekerjaaan telah dimulai dan sekarang telah terealisasi 800 meter. Proyek ini dianggarkan dalam APBD 2008 senilai Rp 1 miliar.

Pengerukan sungai setempat mendesak, mengingat tiap tahun pada musim penghujan hamparan padi seluas 450 hektare milik petani Kunyit selalu kebanjiran dan banyak yang puso. Penyebabnya lantaran dangkal dan berkelok-keloknya sungai. Dalamnya hanya 1,5-2 meter dan lebar 18 meter.

"Sungainya kami perlebar menjadi 25 meter dan dikeruk menjadi 2-3 meter. Tanggul kanan kirinya dinaikkan menjadi 1,5 meter. Insya Allah jika nanti pekerjaan sudah selesai, tanaman padi di Kunyit tidak akan kebanjiran lagi," pungkas Heru. (roy)

Rentan Banjir

TINGGINYA sedimentasi (pendangkalan) di Sungai Tabanio menjadi penyebab utama seringnya banjir di areal persawahan Kunyit. "Dua jam saja hujan lebat turun, air bah pasti datang dan membanjiri sawah. Kalau dulu, dua hari baru banjir," tutur Kades Kunyit M Abduh.

Ditemui saat berada di Dinas Kimprasda Tala, Abduh mengaku bersyukur tahun ini sungai Tabanio yang melintasi desanya dikeruk dan diperkuat tanggulnya. Pasalnya warganya telah cukup lama menantikan pengerukan sungai tersebut supaya lahan pertanian tidak lagi kebanjiran.

Banjir pekan lalu, beber Abduh, sekurangnya 10 hektare tanaman warganya (jagung, mentimun, terong, kacang panjang, dan lainnya) yang terendam selama dua hari. Akibatnya sebagian besar tanaman tersebut sekarang rusak dan mati. (roy)

Tiga Hari Pasar Tutup

Minggu, 07-09-2008 | 00:34:21

Ratusan Rumah di Satui Kembali Terendam
BATULICIN, BPOST
- Hujan deras yang mengguyur Tanah Bumbu beberapa hari terakhir, membuat sungai Muara Satui meluap. Akibatnya, ratusan rumah warga kembali terendam.

Banjir kali ini merendam enam desa di Kecamatan Satui Tanah Bumbu. Air merendam rumah warga antara satu lutut hingga pinggang orang dewasa.

Paling parah terjadi di kawasan RT 2 Pasar Bawah Jalan Antasari Kecamatan Satui. Air juga merendam kawasan Satui Timur dan Satui Barat, Sungai Danau, Jombang dan Desa Sekapuk. Air itu merupakan luberan dari Sungai Muara Satui.

Sebagian warga mulai meninggalkan rumah mereka untuk menumpang di rumah sanak saudaranya yang lebih aman.

Mereka tampak mengemasi barang-barang miliknya seperti pakaian, batal, kasur dan peralatan sekolah anak-anak. Beberapa warga memilih menyelamatkan barang elektronik milik mereka.

Aktivitas warga pun mulai terganggu. Kegiatan jual beli di Pasar Sungai Danau juga terhambat, karena air sangat tinggi. Warga yang biasa menjajakan dagangannya, kini tidak bisa lagi berjualan karena meja dagangan mereka terendam air.

Beruntung, genangan air kali ini tidak sempat memutus jalur transportasi jurusan Batulicin-Banjarmasin dan sekitarnya. Jalur transportasi terlihat masih normal.

Ahyar (38), salah satu warga Sungai Danau menuturkan, dia sedang bersiap-siap memindah barang-barang berharga miliknya untuk dibawa ke tempat lain. Hal itu dilakukan mengingat, kondisi air terus meninggi. "Kami mulai berkemas-kemas, karena takut air makin tinggi," katanya.

Dia berharap air cepat surut agar tidak mengganggu aktivitas warga.

Empat Kali Mengungsi

Banjir langganan ini tercatat sudah empat kali menerjang Kabupaten Tanah Bumbu sejak Mei 2008. Pada akhir Mei, saat hujan deras mengguyur wilayah ini, enam desa di kawasan itu terendam air. Air kembali menggenang bulan Juni. Akibatnya, sebagian warga yang rumahnya berada di bantaran Sungai Muara Satui kembali mengungsi ke rumah saudaranya.

Pertengan Juli 2008, air kembali menggenang. Meski tidak ada korban jiwa, kejadian tersebut membuat panik warga. Para penduduk kembali mengungsi ke rumah-rumah saudaranya untuk menyelamatkan diri. Kali ini, banjir kembali merendam rumah penduduk. Meski tergolong banjir musiman, warga tetap cemas. Terlebih, saat ini bersamaan dengan bulan suci Ramadan, di mana warga sedang menunaikan ibadah puasa. (coi)

Terlebih, saat ini sedang bulan Ramadan, di mana warga yang berpuasa harus menahan haus dan lapar.

Berdasarkan catatan BPost, banjir yang merendam kawasan ini merupakan banjir langganan tiap musim penghujan, atau saat curah hujan cukup tinggi. Kawasan ini tergolong dataran rendah yang rawan dari luberan air dari Sungai Muara Satui yang ada di dekat kawasan tersebut.

Selain di Satui Tanah Bumbu, banjir juga terjadi di beberapa desa di Kabupaten Kotabaru, seperti di Desa Karang Payau, Desa Banua Lawas, Desa Sungai Kupang Kecamatan Kelumpang Hulu Kotabaru.

Selain merendam rumah-rumah penduduk, genangan air setinggi setengah meter itu juga mengganggu aktivitas warga di Pasar Kelumpang. Tiga hari terakhir, tak ada aktivitas jual beli di sana lantaran lapak dagangan terendam air.

Sejumlah tambak udang dan bandeng milik warga di kawasan ini dipastikan gagal panen karena terendam air. Meski begitu, warga memilih bertahan di rumah dengan tidur di atas meja atau tempat yang posisinya lebih tinggi dari genangan air. (coi)

Monday, September 08, 2008

Banjir Mulai Surut

Selasa, 9 September 2008

KOTABARU – Curah hujan yang tinggi mengakibatkan beberapa kawasan di Kabupaten Kotabaru sempat terendam banjir. Seperti di kawasan Karang Payau Desa Cantung, Kecamatan Kelumpang Hulu, banjir yang sempat merendam puluhan rumah penduduk di daerah tersebut sekarang berangsur-angsur surut.

Banjir di kawasan tersebut memang sudah sering terjadi, karena berada di bantaran sungai. Jika curah hujan tinggi dan air sungai naik, kawasan pemukiman yang berada di bantaran sungai itu juga ikut terendam air.

Biasanya ketinggian air hanya setinggi lutut orang dewasa dan ketinggian air juga cepat menurun karena berada di pinggir sungai. Meskipun demikian, warga setempat banyak yang memilih tetap tinggal di kawasan tersebut.

Camat Kelumpag Hulu, Said Ridjani menjelaskan saat ini kondisi banjir pada beberapa kawasan seperti Desa Sungai Kupang, Banua Lawas dan Batu Lasung sudah mulai surut, bahkan ada yang sudah kering.

“Yang terendam paling-paling kawasan yang berada di bawah. Saat ini warga sudah kembali melakukan aktivitasnya seperti semula, sebab sebagian besar kawasan yang banjir sudah surut,” ujarnya kepada Radar Banjarmasin saat dihubung melalui telepon kemarin sore.

Selain faktor curah hujan yang tinggi, faktor lainnya adalah karena di kawasan Desa Sungai Kupang tidak ada gorong-gorong yang besar. Sehingga air tertampung di sebagian sisi jalan saja, sementara di seberang jalannya ketinggian air tidak seberapa dan tidak membanjiri kawasan yang ada disekitarnya.

“Memang diperlukan adanya gorong-gorong, sehingga bisa mengurangi luasan banjir. Gorong-gorong yang ada saat ini terlalu kecil,” lanjut Said. Bahkan pada Sabtu (6/9) pekan tadi, air sempat menggenangi jalan trans Kalimantan di Lingkar Selatan, sehingga tidak bisa dilewati kendaraan roda 2 dan 4. Namun kondisi itu tidak berlangsung lama karena air terus menurun sampai Minggu (7/9) kemarin.

“Pada banjir lalu, tidak ada warga yang mengungsi ataupun di evakuasi, karena sebagian besar adalah nelayan, mereka memilih tinggal di rumahnya untuk antisipasi jika air makin meninggi dan merendam lebih dalam lagi rumah-rumah warga,” demikian Said.


Wabup Tinjau Batu Ampar Paska Banjir

Selasa, 9 September 2008

PELAIHARI – Bencana banjir tak pernah kenal kata sahabat. Akibat bencana tersebut tidak sedikit warga yang menderita dan mengalami banyak kerugian paska banjir yang terjadi di Kecamatan Batu Ampat Kabupaten Tanah Laut belum lama ini. Rabu (3/9) kemarin Wakil Bupati bersama sejumlah pejabat Pemkab Tala meninjau langsung ke lokasi korban banjir untuk memberikan motivasi dan menyaksikan situasi sosial paska bencana.

Wakil Bupati Tanah Laut, H Atmari dalam keterangan perssnya mengatakan seiring dengan apa yang diperintahkan Bupati Tanah Laut yang sebelumnya juga meninjau daerah ini, pihaknya berharap agar upaya perbaikan sarana dan prasarana di daerah tersebut segera dilakukan. Pasalnya hal tersebut berkaitan erat dengan aktifitas perekonomian warga.

“Jangan sampai kerusakan sarana dan prasarana di daerah ini menjadi penghambat aktivitas ekonomi warga. Kami dari pemerintah daerah senantiasa berupaya sebaik mungkin untuk segera memperbaiki sarana dan parasarana melalui koordinasi dengan dinas terkait untuk mengatasi masalah di Kecamatan Batu Ampar,” ujar Wabup.

Dijelaskan Wabup, sedikitnya sarana fisik berupa jembatan dan bendungan ikut menjadi korban keganasan bencana banjir. “Perbaikan sarana fisik tersebut sangat penting untuk kelancaran ekonomi masyarakat, naik untuk transportasi darat serta fasilitas bendungan untuk menunjang sektor pertanian bagi masyarakat di Kecamatan Batu Ampar,” ujarnya lagi.

Musibah yang terjadi hampir setiap tahun tersebut tambah Wabup merupakan ujian dan bahan koreksi bagi masyarakat, pemerintah untuk senantiasa menjaga lingkungan dengan baik. “Ini dampak ketidak pedulian kita pada lingkungan sekitar. Padahal kalau kita mau sedikit bersikap ramah dan peduli dengan lingkungan kita, bencana ini bisa kita minimalisir dampak kerugiannya,” pungkas Wabup.

Dalam kunjungannya tersebut, sejumlah kepala Dinas seperti Dinas Pemukiman dan Prasarana Daerah, Kepala Kantor Pertanian Tanaman Pangan pun turut serta bersama sang Wakil Bupati meninjau langsung ke lokasi pasca banjir. (bym)

Friday, September 05, 2008

Abrasi Di Pesisir Utara Pulau Laut

Sabtu, 06 September 2008 13:25 redaksi

KOTABARU - Gelombang besar dan pasang air laut dalam beberapa waktu terakhir menyebabkan jalur di pesisir utara Pulau Laut di sebelah utara wilayah Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan, terancam terkikis gelombang laut (abrasi).

Informasi dihimpun, Jumat daerah yang terancam abrasi merupakan jalur Brangas-Kotabaru, di km 11 Desa Gedambaan, Pulau Laut Utara wilayah Kotabaru.

Puluhan meter beton siring yang berfungsi penahan gelombang, dan ombak pada jalur yang menghubungkan ibukota Kabupaten Kotabaru, dengan Kecamatan Pulau Laut Timur di pesisir Gedambaan telah ambruk, bahkan masih ada ratusan meter lagi yang mulai keropos dan segera ambruk karena dihantam ombak besar.

Menurut seorang warga Desa Gedambaan, Galuh (57), pecahan gelombang yang tingginya mencapai dua meter lebih dalam beberapa pekan terakhir ini menyebabkan puluhan meter siring ambruk.

"Gelombang yang menabrak siring terlalu besar, bahkan ketinggiannya mencapai atap peristirahatan warga (sekitar 2 meter) di tepi jalan, sehingga dalam beberapa waktu saja siring ambruk," ucapnya.

Selain meruntuhkan puluhan meter siring pada jalur utama, ombak besar juga telah menggerus ratusan meter bibir pantai di sekitar badan jalan di Desa Gedamabaan. Ratusan batang pohon kelapa dan pohon laban, serta kayu liar yang berfungsi menahan siring dari hantaman gelombang, roboh diterjang ombak besar.

Dikhawatirkan lambat laun jalur utama Kotabaru-Brangas akan terputus, dan menyebabkan distribusi barang-barang dan sembilan bahan pokok (sembako) akan terganggu, jika tidak segera mendapatkan perhatian khusus.

Sementara itu, sejumlah pengguna jalan yang berhasil ditemui mengaku, terpaksa mengurangi kecepatan kendaraannya ketika melintasi jalur tersebut pada saat air laut pasang, karena akan berakibat fatal.

Suprapto (30), warga Kelumpang Selatan, yang berniat liburan ke obyek wisata pantai Gedambaan mengaku, tidak berani memacu kendaraannya dengan kecepatan tinggi, takut akan terjadi kecelakaan, akibat jalan licin tergenang air laut.

Selain membahayakan, kendaraan akan mudah kropos dan hancur karena kemasukan air asin, yang menyebabkan besi mudah karatan. Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU), Kotabaru, Siswo Sugondo, hingga saat ini belum dapat dikonfirmasi. Sedangkan Kepala Seksi Bina Marga H Rahmadi, hingga saat ini belum dapat dikonfirmasi, terkait ancaman abrasi pada jalur Berangas-Kotabaru. an/mb02

Ratusan Rumah di Satui Terendam

Sabtu, 06-09-2008 | 12:29:47

BATULICIN, BPOST - Hujan yang terus mengguyur wil Kabupaten Tanah Bumbu (Tanbu) dalam beberapa hari ini kembali merendam ratusan rumah milik warga Kecamatan Satui, Sabtu (6/9).

Air setinggi lutut orang dewasa kembali menggenangi rumah penduduk di Jalan  Angkasa, Biduri, Mutiara, Sinar Bulan, Lokpadi maupun sebagian rumah di Desa  Jombang.  Meski kondisinya sudah parahu, namun warga belum ada yang mengungsi.

Wednesday, September 03, 2008

Hujan Lebat, Warga Asam Asam Cemas

Kamis, 04-09-2008 | 10:57:36

PELAIHARI, BPOST - Sebagian wilayah Kabupaten Tanah Laut (Tala) ,seperti kota Pelaihari dan Desa Asam Asam Kecamatan Jorong saat ini sedang dilanda hujan lebat.

Warga Asam Asam pun kembali risau akan ancaman banjir. Rusdi, warga RT 5 (daerah terawan) mengatakan jika hujan lebat berlangsung lama dimungkinkan genangan air akan naik lagi.

Seperti diketahui, Selasa malam lalu bebrapa rumah warga kebanjiran lagi meski tidak separah banjir tanggal 26-27 Agustus lalu. Rabu siang hingga sore dan berlanjut subuh Kamis tadi tak ada hujan.

Beberapa rumah wrga Asam Asam yang kebanjiran, termasuk rumah Rusdi telah kering. Namun dengan muramnya cuaca pagi hingga siang ini yang desertai hujan lebat maka air sungai desa setempat kemungkinan akan meluap lagi.

Asam Asam Banjir Lagi

Kamis, 04-09-2008 | 00:40:40

PELAIHARI-Memburuknya kembali cuaca di Tanah Laut sejak Senin malam membuat Sungai Asam-Asam meluap lagi. Sejumlah rumah warga pun kebanjiran lagi.

Nawawi, warga Asam-Asam Rabu (3/9) menuturkan, di RT 20 ada lima rumah yang sudah terendam, selain beberapa rumah di dekat bandsaw. "Rumah saya sendiri masih aman, karena letaknya agak tinggi, tapi air sudah sampai teras," papar

Namun genangan air rata-rata hanya sekitar 30 senimeter di dalam rumah. Kondisi ini masih terbilang ringan dibandingkan banjir yang terjadi 26-27 Agustus, dengan ketinggian air di dalam rumah ada yang mencapai pundak orang dewasa.

Di Asam Asam ada dua lokasi yang paling rawan karena berada di dataran rendah yaitu di RT 20 dan 5, termasuk RT 10. Air Sungai Asam Asam mulai meluap sekira pukul 17.00 Wita Selasa tadi menyusul derasnya hujan.

Hujan terus berlanjut hingga malam. Namun warga masih bertahan di rumah masing-masing, karena genangan air tidak seberapa. Mereka tidur di loteng rumah, meski umumnya loteng hanya memanfaatkan ruang sempit plafon rumah. Hanya sebagian kecil yang rumahnya bertingkat dua. (roy)

Bayi Itu Tak Lagi Punya Ayah

Kamis, 04-09-2008 | 01:50:35

• Tiga Pencari Intan Tewas
• Terkubur Hidup-hidup

TERTIMBUN - Para pendulang intan mencari rekannya yang tertimbun tanah longsor di salah satu lubang galian di Kampung Pumpung, Cempaka, Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Rabu (3/9). METRO BANJAR/DONNY SOPHANDI

BANJARBARU, BPOST

- Hujan yang mengguyur seharian menuai bencana di pendulangan intan perkampungan Pumpung Kecamatan Cempaka, Banjarbaru, Rabu (3/9) sore. Di tengah deru mesin pompa, tiba-tiba dinding tebing lubang tambang bergetar dahsyat dan ambruk seketika menimpa para pekerja di bawahnya.

Empat orang sempat tertimbun longsoran tebing lubang sedalam 17 meter itu. Namun sesaat kemudian satu di antaranya, Sugiani (25), warga Sungai Tiung, berhasil menyelamatkan diri. Nyawanya tertolong oleh tekanan balik tanah dari dasar lubang yang terdorong ke atas sehingga tubuhnya ikut terangkat.
Sedang tiga rekannya bernasib nahas. Mereka terkubur hidup-hidup. Ketiga korban tewas adalah Anang (17) warga Sungai Tiung RT21 Belakang Kubah Makam Syarifah Badrun, Ucil (16) warga Basung Cempaka dan Ahdi (25) warga Sungai Tiung RT22.
Padahal Ahdi baru saja punya bayi. Saat menanti kehadiran jenazah suami di rumah mertua, Alus (17), terus menangis. Dia makin sedih bila melihat putrinya yang baru berusia dua bulan. “Alus menangis bila lihat anaknya,” ucap seorang tetangga.
Cobaan ini datang sekitar pukul 15.00 Wita. Sekitar dua jam penggalian, tubuh Anang berhasil ditemukan. Tubuhnya yang berlumur lumpur, dibersihkan seadanya dan langsung dibawa warga menggunakan kain sarung serta penyangga dua tongkat galam menuju ke rumah duka.
Pukul 17.16 Wita, kerja keras sekitar 50-an orang yang melakukan penggalian hanya menggunakan peralatan seadanya dibantu semburan air mesin pompa berhasil menemukan tubuh Ucil. Sama seperti Anang, mayat Ucil juga langsung dibawa ke rumah duka.     
Hingga masuk waktu magrib, pencarian korban Ahdi masih berlangsung. Tubuhnya diperkirakan tertindih rakitan kayu beserta mesin pompa di dasar lubang.
Informasi terhimpun, saat longsor, para korban seperti biasa mencari intan. Lubang yang dikerjakannya baru tergali sedalam dua meter. Tapi lubang ini berada di dasar lubang induk yang luasnya sekitar 0,5 ha dengan kedalaman lebih dari 15 meter. Longsoran lubang induk inilah yang menimbun korban.
Meski sejak pagi diguyur hujan, para pemburu intan tetap memaksakan diri bekerja. Kebetulan ketika hari beranjak siang, hujan sempat mereda. Kesempatan ini langsung dipakai untuk bekerja lagi mencari intan.
Mereka menuruni lereng lubang induk dengan menggunakan tangga. Setibanya di titik galian, mereka berbagi tugas. Satu orang menjaga mesin pompa yang diletakkan di atas lubang galian. Lainnya berada di dasar lubang menyemprotkan air dan lainnya lagi memisahkan batu.
Saat asyik bekerja, keempatnya dikejutkan oleh getaran longsoran. Dalam hitungan detik, mereka lenyap tertimbun. Saking dahsyatnya terjangan lumpur sampai-sampai kayu rakitan penyangga mesin pompa hancur berantakan. Sedang mesinnya ikut tertimbun bersama para korban.(sar)

Monday, September 01, 2008

Distamben Sanggah Sebab Kerusakan Alam Kalsel

Minggu, 31 Agustus 2008 16:13 Administrator

BANJARMASIN - Jajaran Dinas Pertambangan dan Energi (Distamben) Provinsi Kalimantan Selatan menyanggah terhadap pendapat yang terus berkembang yang seolah menuduh kerusakan alam di wilayah ini, seperti terjadinya banjir, akibat dampak usaha pertambangan batubara skala besar.

"Ramainya usaha pertambangan batubara di Kalsel kan baru belasan tahun terakhir saja, itu pun seluruh areal pada kawasan yang sudah tidak ada hutan," kata Kadistamben Kalsel H Ali Muzanie di sela-sela rapat paripurna DPRD Provinsi Kalsel di Banjarmasin, Jumat.

Sanggahan Kepala Distamben itu sehubungan banjir yang melanda beberapa kawasan di Kabupaten Tanah Laut (Tala) dan Tanah Bumbu (Tanbu), Kalsel dalam empat hari terakhir akibat guyuran hujan lebat.

Berbagai pihak menuding terjadinya bencana tersebut karena kerusakan alam lingkungan cukup parah, yang disebabkan maraknya kegiatan pertambangan.

Menurut mantan Kepala Distamben Kabupaten Banjar, Kalsel itu, kerusakan alam di provinsi ini sebelum ada kegiatan pertambangan batubara ataupun biji besi di wilayah timur tersebut, seperti Tala, Tanbu dan Kabupaten Kotabaru.

"Mungkin semua orang ingat, sejak kapan PT Kodeco selaku pemegang Hak Pengusahaan Hutan (HPH) dan pemegang HPH lain menebang hutan di wilayah timur Kalsel tersebut. Padahal sebelum adanya HPH, sepanjang jalan arah Kotabaru, kabupaten paling timur Kalsel yang berbatasan Laut Sulawesi dan Selat Makassar itu masih nampak rimbunnya pepohonan dan lebatnya hutan," katanya.

"Tapi dengan adanya HPH, ditambah perambahan hutan yang tak terkendali atau sebelum ramainya usaha pertambangan batubara pada tiga kabupaten di timur Kalsel tersebut, kawasan hutan itu sudah terkesan gersang, kecuali terdapat bahan tambang di bawah kulit/perut buminya," lanjutnya.

Namun ketika dipertanyakan, apakah dengan ramainya usaha pertambangan belakangan ini tidak makin memperparah kerusakan alam sehingga kian memudahkan munculnya bencana banjir, Kepala Distamben Kalsel tersebut tak banyak komentar, kecuali menyatakan, bila ada perusahaan pertambangan yang melanggar aturan, pasti dikenakan sanksi atau minimal teguran peringatan.

"Sanksi tersebut, baik dalam bentuk pencabutan izin operasional maupun penghentian sementara, dan tidak menutup kemungkinan dikenakan sanksi yang lebih berat," kata Ali Muzanie. an/mb02