Friday, November 24, 2006

Lahan Itu Sengaja Dibakar

Sabtu, 04 Nopember 2006 00:09:31
KEBAKARAN hutan dan lahan menjadi biang serbuan kabut asap di Kota Banjarmasin dan sekitarnya. Kebakaran itu menurut Ketua Laboratorium Biologi yang juga dosen PMIPA FKIP Unlam Banjarmasin, Darmono, lebih banyak disengaja ketimbang faktor alam.

Sebab, sebagian besar kondisi tanah di Kalimantan Selatan adalah lahan basah atau lahan gambut. Artinya, daerah ini merupakan kawasan rawa karena tergenang air, baik secara musiman maupun permanen dan banyak ditumbuhi vegetasi sehingga secara umum kondisi lahan basah memiliki tekstur, sifat fisik dan kimia yang khas, sehingga sulit terbakar secara alami

Dari hasil penelitian yang dilakukan di lapangan, kebanyakan pembakaran lahan dan hutan dilakukan masyarakat itu terjadi malam hari. Alasannya, karena warga tak memiliki dana untuk membuka lahan pertanian.

Maka langkah untuk mengembalikan siklus ke materi selama pascapanen dengan cara membakar sehingga bila musim air datang, bisa langsung ditanami.

"Sementara dengan cara lain seperti membabat lalu dipendam, warga mengaku tidak memiliki dana karena untuk melakukan itu tidak mungkin secara manual. Harus memakai mesin," kata Darmono.

Oleh karena itulah, kata Darmono, kebanyakan pemilik lahan memilih membakar. "Kecuali di pinggir jalan. Proses kebakaran lahan setahu kita bukan karena unsur kesengajaan, tapi kebanyakan karena puntung rokok yang dibuang pengendara," katanya.

Sedangkan di Kalimantan Tengah, sesuai informasi yang ia peroleh, kebakaran yang terjadi memang secara alami karena kondisi tanah di daerah tersebut termasuk lahan gambut kering.

"Sehingga pada waktu kering atau musim kemarau datang sering terjadi kebakaran dalam tanah. Karena ada retakan-retakan lahan dan gerakan sebagainya yang jatuh ke bawah tanah, akhirnya menimbulkan gesekan kemudian menyala dan mengeluarkan asap," jelasnya.

Lain halnya, kebakaran lahan atau hutan di Kalsel, kata Darmono, kebanyakan daerahnya merupakan dataran rendah seperti di Batola, Banjar, Tanah laut, Amuntai dan Kota Banjarmasin.

"Sedangkan yang bukan lahan gambut basah hanya Kotabaru, Batulicin, Satui, Banjar bagian atas seperti Mataraman, Pelaihari bagian atas dan Rantau, itu semua merupakan dataran tinggi karena dalam tanahnya banyak mengandung batu bara," aku Darmono

Meski demikian, kalau ditinjau secara ekologi terjadinya kebakaran lahan gambut ini tidak merugikan siapa-siapa kecuali manusia karena kabut asap.

Karena menurut Darmono dari beberapa kali survei di lapangan, kebakaran lahan yang terjadi di Kalsel kebanyakan hanya pada bagian permukaan saja. "Sementara bagian dalam tanah sangat kecil. Karena kondisi tanah kita adalah lahan basah," jelasnya.

Kebanyakan kebakaran yang terjadi di Kalsel terjadi di kawasan pertanian bukan hutan. "Karena kawasan hutan di wilayah Kalsel untuk sekarang ini sudah hampir tak ada lagi," tandasnya.mdn
Copyright © 2003 Banjarmasin Post

Kebakaran Tahura Meluas

Jumat, 03 Nopember 2006 00:38:34
Hujan mulai turun
Pelaihari, BPost
Kerusakan hutan Taman Hutan Raya (Tahura) Sultan Adam terus meluas. Kobaran api sampai sekarang dikabarkan terus membara di kawasan suaka alam tersebut.

Masih berlangsungnya kebakaran tersebut setidaknya terindikasi pada saputan asap tebal yang menyelimuti pegunungan di Dusun Riam Pinang Desa Tanjung Kecamatan Pelaihari. Pantauan BPost dari Desa Tanjung, Rabu (1/11), pegunungan tersebut sama sekali tidak terlihat. Padahal pada pada kondisi normal, pegunungan itu terlihat jelas.

Beberapa warga Desa Tanjung menuturkan kondisi tersebut telah berlangsung sejak sepekan silam. "Hutan di pegunungan itu memang terbakar. Latu (debu bekas kebakaran)nya terus-menerus mengotori rumah kami," kata mereka.

Polisi Kehutanan Dinas Kehutanan Tala Suratno membenarkan masih membaranya api di kawasan hutan Tahura tersebut. "Sampai sekarang api memang masih menyala di sana. Tidak banyak yang bisa kami perbuat, karena lokasinya di pegunungan yang tidak bisa dijangkau armada pemadam kebakaran," tukasnya, Kamis (2/11).

Sepekan sebelum Idhul Fitri 1427 H, hutan Tahura yang masuk di wilayah Tala tepatnya di Riam Pinang mulai terbakar. Saat itu, luasan yang telah hangus diperkirakan mencapai 700-an hektare.

"Mungkin sekarang luasan hutan Tahura di Riam Pinang sudah mencapai 2.000-an hektare," sebut Suratno seraya mengatakan luas Tahura di wilayah Tala 4.600 hektare dari total luas 36.000 hektare yang sebagian besar berada di wilayah Kabupaten Banjar.

Kadishut Tala Ir Aan Purnama MP mengatakan pemadaman kebakaran hutan di Tahura tersebut hanya bisa diatasi dengan teknologi modern atau turun hujan. Karena itu, armada pemadam kebakaran berupa pesawat terbang dari Rusia sangat dinantikan.

Rencananya setelah memadamkan kebakaran hutan di Sumatera, pesawat Rusia itu akan bergerak ke Kalimantan Selatan. Terakhir, memadamkan kebakaran lahan dan hutan di Kalimantan Tengah.

Aan mengatakan pihaknya hingga kini terus siaga 24 jam memonitor dan turun ke lapangan memadamkan titik-titik api yang masih saja terjadi secara sporadik. "Sekarang konsentrasi kami yakni di wilayah Desa Sungai Jelai Kecamatan Pelaihari."

Beberapa hari lalu, hutan akasia eks proyek OECF (Finlandia) di Sungai Jelai terbakar. Berkat kecekatan dan kecepatan petugas, kebakaran bisa diatasi.

Meski begitu, lanjut Aan, daerah itu tetap menjadi perhatian khusus. Pasalnya, hutan akasia yang ada di situ cukup luas yakni 177 hektare. Sementara di bagian permukaan tanahnya terdapat banyak material yang kering kerontang, terutama tumpukan dedaunan akasia.

Bagaimana dengan kebakaran lahan bongkor di Desa Pandahan? "Alhamdulillah sudah bisa diatasi," pungkas Aan.

Sementara itu, hujan mulai mengguyur Tala, Kamis kemarin. Intensitas hujan cukup lebat yang terjadi mulai pukul 14.40 Wita. Guyuran hujan ini diperkirakan mampu memadamkan titik-titik api yang masih membara. roy
Copyright © 2003 Banjarmasin Post

Rusia Siap Bom Kalimantan

Jumat, 03 Nopember 2006 01:20:03
Gambut penyuplai asap terbesar
BMG prediksi kabut sampai Desember
Syamsudin Noor mulai normal
Banjarbaru, BPost
Jangan berharap fenomena kabut asap di Kalimantan, khususnya Kalimantan Selatan dan Tengah segera berakhir. Dua daerah itu masih akan terus diserbu kabut asap hingga sebulan ke depan.

BACA JUGA:
Syamsudin Noor Jadi Home Base
Mengapa itu terjadi? Ini disebabkan adanya perubahan pola musim yang memasuki pancaroba beberapa hari terakhir. Kondisi diperparah karena rendahnya kecepatan angin akibat perubahan pola musim.

"Jadi, ancaman kabut asap di Kalimantan, khususnya Kalsel masih akan terjadi sebulan ke depan," jelas Kepala Stasiun BMG Bandara Syamsudin Noor, Dwi Agus Priyono kepada BPost, di kantornya di Banjarbaru, Kamis (2/11).

Sebagai contoh, kabut asap yang hingga kemarin masih menyerbu Kota Banjarmasin, Banjarbaru, Martapura dan sejumlah wilayah lainnya di Kalsel. Kata Dwi, awetnya balutan kabut asap dikarenakan tidak adanya tiupan angin yang cukup signifikan untuk mengusir asap.

"Angin memang ada, tapi kecepatannya hanya lima knot. Kecepatan seperti itu tak banyak berpengaruh menghilangkan asap. Kondisi itu terjadi di semua wilayah Kalimantan," urainya.

Dari foto satelit yang diterima BMG hingga Rabu (1/11), asap terlihat sangat tebal di atas wilayah Kalsel, Kalteng di bagian selatan dan Kaltim bagian selatan.

Saat ini, upaya yang dirasa paling efektif memadamkan titik api penyebab kabut asap adalah dengan menyiramkan air dari udara. Dalam waktu dekat, dua pesawat Rusia Amphibi Fix Wings BE 200 --masing-masing mampu membawa 12.000 ton air-- akan digunakan memadamkan kebakaran lahan dan hutan di Kalteng dan Kalsel.

Malam tadi, tim pemadaman dipimpin Mayjen Syamsul Ma’arif, Kalakhar Penanggulangan Kebakaran Lahan dan Hutan, melakukan rapat teknis dengan sejumlah pejabat Kalsel dan Kalteng, di Banjarmasin.

Disebutkan, dua pesawat Rusia yang disewa Pemerintah RI itu akan segera melakukan pemadaman dengan dibantu lima helikopter bantuan TNI dan Polri.

Asap Gambut
Kebakaran lahan gambut di wilayah Lingkar Utara menjadi salah satu penyuplai asap ke wilayah Banjarmasin, Banjarbaru dan Martapura. Demikian pula kebakaran lahan gambut dan hutan di belakang Markas Rindam Guntung Payung.

Hingga siang kemarin, kebakaran lahan di ruas jalan Lingkar Utara masih terus terjadi. Demikian pula yang terjadi di belakang Markas Rindam.

"Dua daerah itu turut andil menyuplai asap ke sejumlah wilayah di daerah ini," kata Johansyah, kepada Brigade Pengendalian Kebakaran Hutan BKSDA Daops.

Diakui, upaya pemadaman dengan teknik menyuntikkan air ke dalam tanah, belum mencapai hasil maksimal. Hal ini karena banyaknya titik-titik api di dalam tanah lahan gambut.

"Di sisi lain, kita kesulitan menyedot air akibat sungai kecil sekitar lokasi kering akibat kemarau," ujar Johansyah. Dari foto BGM, terpantau banyak titik merah di wilayah Kalsel. Hanya saja, pihak BMG mengaku tidak punya akses mendata jumlah titik-titik api tersebut.

Mulai Normal
Dibanding Rabu (1/11), kondisi Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin, kemarin, sudah mulai normal untuk penerbangan. Penundaan hanya terjadi pada penerbangan pagi khusus jadwal pemberangkatan di bawah pukul 08.00 wita.

Empat penerbangan yang sempat tertunda yakni Wings Air, Trigana Air, Batavia Air dan Garuda. Namun, keempat akhirnya berhasikl take-off setelah di atas pukul 09.00 wita. Kepala Divisi Operasi dan Komersial PT Angkasa Pura (AP) I, Siswadi mengakui jarak pandang di bandara khususnya di bawah pukul 09.00 masih rawan bagi penerbangan. "Penerbangan baru bisa dilakukan setelah di atas pukul 11.00 dimana jarak pandang di atas 800-100 meter," ujarnya.

Sehari sebelumnya, Bandara Syamsudin Noor lumpuh selama delapan jam mengakibatkan ribuan calon penumpang telantar. Sejumlah penerbangan bahkan terpaksa dibatalkan.

Direktur Angkutan Udara Departemen Perhubungan, Santoso Edi Wibowo mengungkapkan, penutupan sejumlah bandara akibat gangguan kabut asap menyebabkan 183 penerbangan batal dengan jumlah 40.314 kursi.

Hingga kini Bandara Tjilik Riwut Palangka Raya masih belum bisa beroperasi karena gangguan asap. Sebanyak 75 penerbangan di bandara itu dibatalkan. Demikian pula Bandara Supadio Pontianak, 18 penerbangan yang menyediakan 3.974 kursi mengalami pembatalan.niz/ais/ank/tur
Copyright © 2003 Banjarmasin Post

Gabah Membusuk Akibat Asap

Kamis, 02 Nopember 2006 00:20:39
Amuntai, BPost
Kabut asap yang menyelimuti Kabupaten Hulu Sungai Utara sebulan terakhir, tak hanya mengganggu kesehatan warga, tapi membawa dampak bagi para petani. Selama kabut asap menyerang, petani tak bisa menjemur gabah mereka.

Hal itu seperti yang terjadi di Desa Tayur, Kecamatan Amuntai Utara. Akibat sinar matahari terus tertutup kabut, gabah hasil panen petani tak bisa dijemur.

"Kondisi kabut tahun ini membuat kami merugi. Selain hasil panen menurun akibat kekeringan, padi yang sudah dipanen dan jadi gabah busuk akibat tak bisa dikeringkan karena matahari selalu diselimuti kabut," kata Rukayah, ditemui saat mengurai padinya di bahu jalan raya Amuntai Utara, Selasa (31/10).

Selain Rukayah, beberapa petani setempat mengaku hanya bisa menikmati hasil panen separuh dibanding saat kondisi normal. "Sebagian padi yang dipanen isinya kosong. Mungkin kekeringan, sehingga tak berbuah sempurna," tutur Acil Midah.

Jika dulu dalam empat borongan petani di Tayur bisa mendapatkan gabah kering 50 blek (1 blek berisi 20 liter, Red), sekarang maksimal bisa 40 blek padi Ciherang.

Harga gabah pun, sambung Rukayah, tak terlalu menggembirakan, yaitu Rp35.000 per blek. Padahal modal bibit sudah Rp30.000 per blek. "Kami berharap kabut asap segera hilang. Minimal bisa menjemur gabah biar tidak membusuk jika disimpan lama," ujarnya.

Pantauan BPost, kabut asap beberapa hari terakhir memang belum menghilang meski sudah turun hujan.

Setelah sempat menghilang pada hari pertama Idul Fitri, kabut kembali menyelimuti wilayah HSU, namun tak setebal saat Ramadhan. Sepanjang hari, udara terasa lembab, cuaca seperti mendung. han
Copyright © 2003 Banjarmasin Post

Kabut Asap Pemicu Penyakit Saluran Pernafasan

Kamis, 02 Nopember 2006 01:22
Oleh:
Muhammad Yusuf
Kepala Instalasi Promosi Kesehatan RSUD Ulin Banjarmasin

ingkungan berpengaruh besar terhadap kesehatan bagi semua makhluk hidup. Keluhan muncul ketika timbul rasa sakit yang tak tertahankan. Rasa sakit yang teramat berat adalah ketika sesorang tidak bisa bernafas, sehingga memerlukan pertolongan orang lain.

Ketika melewati lingkungan berasap, kita mengerutkan pipi dan mengecilkan mata untuk mempertajam titik penglihatan, menghirup bau udara yang menyengat, mata perih dibuatnya. Kalau ini terjadi sebentar, tidak menganggu sistem tubuh karena kita bisa udara bersih. Tapi kalau kontaknya lama dan tanpa dapat menghindari, betapa pun kondisi kita prima dipastikan akan lelah.

Kenapa demikian? Karena menghirup udara kotor, berbau, tercemar, mengandung racun berbahaya, dan tubuh kita mengalami gangguan sistem perjalanan udara di dalam nafas (air way) dan sistem pernafasan (breathing). Bahkan terancam mengalami gangguan peredaran darah ke jantung, paru-paru, otak, ginjal dll (gangguan sirkulasi). Ini disebut gangguan ABC. Apabila gangguan ini tidak segera teratasi dan tanpa ada yang mengerti, artinya tidak ada orang di sekitar Anda yang mengetahui tanda dan gejala gangguan ABC, tindakan penanganan gawat nafas pun tidak dilakukan maka tidak tidak mustahil terjadi kematian. Kalau banyak yang menjadi korban mungkin di antaranya keluarga kita, siapa yang salah? Asap, atau pembakar hutan?

Udara yang kita hirup setiap saat, tidak terlepas dari aktivitas filtrasi atau saringan dan mengatur kelembaban udara hidung yang mampu memanaskan dan mendinginkan udara. Kegiatan ini, kegiatan ini dilakukan oleh kemampuan cilia atau bulu getar di dalam rongga hidung termasuk bulu hidung yang besar peranannya dalam mengatur suhu tubuh.

Dengan kepekaan mukosa atau selaput lendir hidung, pembuluh darah, saraf dan semua komponen hidung yang berfungsi baik, maka semua benda asing yang masuk ke dalam hidung termasuk udara kotor, beracun, bau dll, ditolak oleh dengan mengeluarkannya secara dahsyat dalam bentuk bersin.

Penyakit saluran nafas lainnya yang sangat peka terhadap lingkungan adalah asma. Penyakit ini ditandai dengan sesak nafas, secara umum penderita menarik dan mengeluarkan nafas terdengar bunyi mengi atau suara tambahan (ronchi dan wezzing) yang disebabkan akumulasi scret (dahak) dan sirkulasi udara nafas yang mengalami gangguan. Penderita kumat asmanya ketika bekerja dan kelelahan. Juga bisa kumat hanya kena asap obat nyamuk, apalagi kabut asap tebal. Asma adalah penyakit yang muncul karena dipicu multifaktor yang gampang kumat ketika peka terhadap suatu rangsangan (hypersensitif), baik rangsangan fisik maupun psikologis.

Langganan kemarau

Kabut asap menjadi langganan musim kemarau di daerah ini. Sementara semak belukar yang kering, sengaja atau tidak sengaja dibakar tapi tidak pernah ada yang mengakui sebagai pelakunya. Itu adalah kebakaran hutan karena gesekan hutan di musim panas yang menimbulkan api lalu membakar semua yang ada.

Tapi yang pasti setelah kebakaran itu berakhir, pemilik lahan segera membersihkan lahannya menanam padi. Setelah hujan turun, tanaman mereka tumbuh subur. Lalu mereka mengakui membakar adalah cara yang diikuti sejak zaman dahulu setiap membuka hutan, karena mudah, praktis dan ekonomis tanpa melihat kerugian masyarakat.

Berapa banyak kerugian sektor perbuhungan, hingga beberapa bandar udara ditutup akibat asap. Berapa biaya yang dikeluarkan pemerintah untuk menanggulangi kabut asap. Berapa banyak orang yang menderita penyakit saluran pernafasan, jantung dll. Bagaimana citra bangsa ini akibat kabut asap yang melanda negara lain. Masihkah kita akan mengulang perbuatan seburuk ini di tahun depan? Semoga kita sadar untuk memelihara keseimbangan ekosistem ini dengan baik. Yakinlah, alam yang terjaga dan terpelihara mampu meningkatkan pendapatan ekonomi, derajat kesehatan citra bangsa di mata dunia.
Copyright © 2003 Banjarmasin Post

Teror Asap, Kapankah Berakhir

Kamis, 02 Nopember 2006 01:22
Oleh:
Alip Winarto SHut MSi
Staf Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah Kalsel

Sejak beberapa waktu lalu Kota Banjarmasin, Banjarbaru dan Martapura, juga hampir sebagian besar wilayah Kalsel diselimuti kabut asap yang cukup pekat. Hampir dapat dipastikan, ketika musim kemarau tiba kebakaran hutan dan lahan yang diikuti kabut asap melanda sebagian kawasan di Kalsel. Kebakaran hutan dan lahan yang hebat, menjadi rutinitas tahunan di beberapa wilayah yang memiliki potensi sumber daya hutan khususnya di Sumatera dan Kalimantan. Tahun ini kebakaran juga melanda sebagian kawasan hutan di Jawa.

Kebakaran hutan dan lahan di antaranya disebabkan aktivitas perusahaan yang membakar untuk keperluan perkebunan, perladangan maupun pertanian. Menurut Direktur Eksekutif Walhi Chalid Muhammad, pada Agustus 2006 terdapat 178 perusahaan yang terindikasi membakar hutan, 70 perusahaan di Kalimantan dan 108 di Sumatera. Di antaranya, empat grup perusahaan termasuk berasal dari Malaysia yang terlibat pembakaran hutan dan lahan untuk tujuan perkebunan. Data tersebut menunjukkan, perusahaan perkebunan mempunyai andil cukup besar dalam peristiwa kebakaran hutan dan lahan.

Kebakaran hutan dan lahan juga disebabkan oleh adanya aktivitas sekelompok masyarakat di dalam kawasan hutan atau yang berbatasan kawasan hutan dengan tujuan membersihkan lahan untuk keperluan pertanian, perladangan dan sebagainya. Kebakaran hutan dan lahan bisa juga disebabkan oleh unsur ketidaksengajaan seperti faktor alam. Di antaranya gesekan ranting dan dahan yang menimbulkan percikan api dan merembet ke kawasan di sekitarnya.

Fenomena El-Nino juga sering disebut-sebut dapat memicu terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Faktor alam yang lain adalah adanya kandungan batu bara di bawah tanah yang berpotensi menimbulkan api dan membakar bahan yang mudah terbakar di atasnya.

Kerugian akibat kebakaran hutan dan lahan baik dari aspek finansial maupun nonfinansial tidak sedikit. Di antaranya berdampak pada kerusakan sumber daya hutan dengan segenap ekosistemnya. Dampak lain yang ditimbulkan adalah teror asap yang menyebabkan menurunnya kualitas kesehatan manusia. Jumlah penderita penyakit ISPA, asma bronkial, bronkitis, pneumonia, iritasi mata dan kulit di berbagai wilayah yang terkena dampak kebakaran hutan meningkat secara signifikan.

Teror asap juga telah melumpuhkan sebagian sendi perekonomian. Betapa tidak, transportasi udara, darat dan perairan menjadi terganggu. Beberapa bandar udara terpaksa ditutup untuk beberapa waktu, atau beroperasi terbatas dengan alasan keselamatan sehingga jadwal penerbangan terpaksa dihentikan atau ditunda. Operator penerbangan pun mengklaim mengalami kerugian akibat teror asap ini. Bahkan beberapa kecelakaan transportasi air dan darat terjadi akibat terbatasnya jarak pandang. Bukan hanya itu, dunia pendidikan mengeluh dan dibuat pusing lantaran asap yang begitu pekat cukup mengganggu kegiatan sekolah, sehingga lagi-lagi dengan alasan kesehatan aktivitas belajar mengajar terpaksa dihentikan.

Sebenarnya pemerintah tidak tinggal diam dalam mengatasi kebakaran hutan dan lahan. Departemen Kehutanan melalui SK Menteri Kehutanan No 7501/Kpts-II/2002, 7 Agustus 2002, menetapkan pengendalian kebakaran hutan sebagai satu dari lima kebijakan prioritas bidang kehutanan dalam program pembangunan nasional. Sebagai tindaklanjutnya, Dephut membentuk Brigade Pengendalian Kebakaran Hutan (Brigdalkar) dengan nama Manggala Agni (GALAAG). Manggala Agni bekerjasama dengan pihak terkait, selama ini gigih berupaya memadamkan titik api. Manggala Agni juga menjadi model dan stimulator bagi semua stakeholder dalam pengembangan kelembagaan pengendalian kebakaran lahan dan hutan.

Bom air telah dijatuhkan ke sejumlah kawasan hutan yang terbakar. Bukan itu saja, Pemerintah Indonesia yang dimotori Bakornas PB (Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana), BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) dan TNI AU menggunakan teknologi hujan buatan untuk memadamkan api. Dalam waktu dekat, Pemerintah Indonesia akan menyewa pesawat dari Rusia. Konon, pesawat khusus ini memiliki kapasitas membawa air dalam volume cukup besar (terbesar di dunia saat ini) sehingga diharapkan lebih efektif dalam memadamkan kebakaran hutan dan lahan.

Presiden telah menginstruksikan agar semua pembakar hutan ditindak tegas tanpa pandang bulu, yang ditindaklanjuti oleh Polri. Jika terbukti melakukan pembakaran hutan, maka mereka ditindak dan diproses hukum. Mabes Polri telah menyerukan Kapolda yang daerahnya terkena asap pembakaran hutan dan lahan untuk melakukan langkah penyidikan dan penyelidikan terhadap pelaku pembakaran, apakah disengaja atau karena unsur kelalaian. Jika terbukti membakar, pelakunya dimintai tanggung jawab.

Memadamkan kebakaran hutan dan lahan memang bukan tanpa hambatan. Luasnya kawasan terbakar dan lokasi hot spot yang sulit dijangkau, tidak seimbang dengan kekuatan personil, peralatan yang tersedia dan keterbatasan teknologi pemadaman. Ada juga yang berpendapat, sebenarnya kebakaran hutan dan lahan diawali oleh kemiskinan dan keterbelakangan masyarakat di dalam dan sekitar hutan. Kemudian keterbatasan itu dimanfaatkan oleh pelaku bisnis yang bermodal besar untuk membantu land clearing dengan cara membakar. Karena itu, ketika kemiskinan belum teratasi maka dengan mudah masyarakat melakukan aktivitas membakar dengan dalih mendapatkan upah dari perusahaan atau sekadar membuka ladang untuk memenuhi kebutuhan pokoknya dalam menyediakan pangan.

Adanya imej dalam masyarakat bahwa bertanggung jawab sepenuhnya atas teror asap adalah instansi kehutanan, juga kurang tepat. Permasalahan kebakaran hutan dan lahan akhirnya selalu dilimpahkan kepada instansi kehutanan baik di pusat maupun di daerah untuk mengatasinya. Fakta di lapangan menunjukkan, teror asap banyak dihasilkan dari kebakaran yang terjadi di kawasan nonkehutanan. Seperti di perkebunan, pertanian, perladangan dan tidak jarang di kawasan yang berdampingan dengan permukiman penduduk.

Dalam mengatasi teror asap, ada beberapa hal yang bisa dilakukan. Pertama, pemerintah sejak dini harus memberikan penyuluhan kepada masyarakat betapa pentingnya memelihara keberadaan hutan baik manfaat ekonomi maupun konservasi. Juga harus ditekankan terus menerus, daerah yang berdampingan dengan kawasan hutan pada musim kemarau sangat sensitif dan rawan kebakaran, sehingga pembakaran tidak diperbolehkan sama sekali walaupun diperuntukan bagi penyiapan lahan pertanian dan lainnya.

Kedua, upaya mengatasi teror asap tidak hanya bersifat reaksioner apabila terjadi kebakaran hutan dan lahan. Tetapi seharusnya juga ditekankan pada upaya preventif, misalnya menyiapkan kantong air di kawasan rawan kebakaran sebelum terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Ketiga, penegakan hukum tanpa pandang bulu bagi pembakar hutan dan lahan. Dengan kata lain perlu diberikan contoh hukuman yang jelas bagi pelaku pembakaran baik perorangan maupun perusahaan.

Keempat, pemerintah juga harus mengeluarkan kebijakan tentang tanggungjawab perusahaan terhadap konsesi yang dimilikinya jika terjadi kebakaran. Perusahaan harus bertanggung jawab dan diberi sanksi jika terjadi kebakaran hutan dan lahan dalam cakupan wilayah konsesinya. Perusahaan tidak hanya berhak mengambil keuntungan dari konsesi yang dikelolanya, tetapi juga harus bertanggung jawab dan wajib menjaga agar konsesinya bebas dari aktivitas kebakaran hutan dan lahan.

Kelima, pemerintah harus mengeluarkan larangan pembakaran lahan pada kawasan tertentu misalnya kawasan bergambut. Kebakaran hutan dan lahan di kawasan bergambut sulit dipadamkan. Pengalaman menunjukkan, meskipun pada lapisan permukaan tidak ada titik api, tetapi pada kawasan bergambut lapisan di bawahnya masih terbakar. Dari kebakaran hutan dan lahan di kawasan bergambut inilah teror asap yang cukup besar dihasilkan.

Keenam, menjalin kerjasama dengan negara tetangga dalam menanggulangi teror asap. Sesungguhnya teror asap yang muncul akibat kebakaran hutan dan lahan tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah Indonesia. Sepantasnya negara tetangga juga ikut memanggulangi teror asap, mengingat kebakaran hutan dan lahan di Indonesia juga dilakukan oleh sekelompok perusahaan asing dari negeri tetangga seperti Malaysia. Dalam kondisi normal hutan Indonesia sebagai paru-paru dunia telah memproduksi oksigen yang secara bebas juga dinikmati negara tetangga, sehingga semestinya mereka tidak serta merta mengambinghitamkan Pemerintah Indonesia. Tetapi juga harus ikut memberikan solusi atas musibah kebakaran hutan dan lahan itu.

Menurut UU No 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, perlindungan hutan termasuk perlindungan dari ancaman kebakaran hutan menjadi tanggung jawab negara. Namun fakta di lapangan menunjukkan, teror asap juga berasal dari kebakaran yang terjadi di luar kawasan hutan. Maka sudah semestinya teror asap tidak hanya menjadi tanggung jawab instansi kehutanan. Karena itu, berbagai upaya tersebut tidak akan berhasil apabila tidak didukung oleh elemen terkait, seperti lembaga nonpemerintah, perusahaan swasta atau institusi bisnis lainnya dan masyarakat. Upaya penanggulangan kebakaran hutan dan lahan khususnya dalam menghentikan teror asap harus menjadi komitmen bersama, dan merupakan kerjasama yang harmonis antara elemen tersebut. Semoga.

e-mail : alip_winarto@yahoo.com
Copyright © 2003 Banjarmasin Post

Sehari Menghirup Asap

Kamis, 02 Nopember 2006 00:02:28
SEMPAT beberapa hari merasakan udara sehat, warga Kota Banjarmasin dan Banjarbaru, kembali harus menghirup asap tebal yang menyerang sepanjang hari, Rabu (1/11). Matahari tak kuat menembus asap sehingga membuat siang di kota menjadi gelap.
Kabut asap kemarin tercatat paling parah dibanding yang terjadi sebelumnya. Sejumlah sektor penting seperti pendidikan, bisnis dan transportasi sempat terganggu. Terbukti bahwa aksi pembakaran hutan dan lahan yang menjadi biang masalah ini masih berlangsung.
Sehari menghirup asap, sehari hidup tidak sehat. Hari ini atau besok kemudian tahun berikutnya, terus merongrong generasi ini.
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Kamis, 02 Nopember 2006 00:02:15
Banjarmasin, BPost
Masker kini menjadi pelindung utama bagi warga Kota Banjarmasin dan sekitarnya yang ingin keluar rumah di siang hari. Terlebih bagi mereka yang mengendarai sepeda motor. Maklum, dalam dua hari terakhir, kota ini disaput kabut asap.

Kemarin, Rabu (1/11), 1.500 masker dibagi-bagikan Walikota Yudhi Wahyuni kepada korban kebakaran dan murid SD di Kelurahan Alalak Selatan dan Alalak Tengah.

Yudhi berpesan kepada warga agar selalu menggunakan masker ketika berada di luar rumah saat terjadi kabut asap. Dikatakannya, kabut asap dapat mengganggu kesehatan terutama menyebabkan penyakit Insfeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)

Di hari yang sama, DPD Partai Golkar Kalsel juga membagi-bagikan 10.000 masker gratis. Aksi yang dipimpin ketuanya, HA Sulaiman HB itu dilaksanakan di depan kantor Golkar di Jalan Lambung Mangkurat Banjarmasin.

"Kami sudah instruksikan kepada jajaran partai di kabupaten dan kota, khususnya yang daerahnya diselimuti asap untuk menggelar kegiatan serupa. Ini bentuk kepedulian kami menjaga kesehatan," ujarnya.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin, dalam tiga bulan terakhir jumlah penderita penyakit ISPA terus meningkat. Bulan Juli penderita ISPA berjumlah 1.1499 orang. Kemudian, Agustus meningkat menjadi 12.046 orang.

Sementara September atau saat mulai munculnya kabut asap jumlah penderita bertambah 1.000 orang lebih atau menjadi 13.489 orang dengan rincian balita 6.318 orang dan dewasa 7.171 orang.

Kasubdin P3KL, Supriani mengatakan, data jumlah penderita Ispa tersebut dilaporkan perbulan.

Terkait bencana kabut asap, ia mengklaim pihaknya telah melakukan berbagai upaya. Seperti penyuluhan, bagi-bagi masker, dan men-drop obat-obatan ke setiap puskesmas.

Pantauan BPost, kabut asap yang menyelimuti kawasan Banjarmasin, hampir merata di seluruh penjuru kota. Kabut asap kian pekat ketika pukul 12.00 Wita hingga sore hari. Kabut asap menyebabkan pandangan terbatas.

Akibatnya, para pengguna jalan harus menyalakan lampu kendaraan masing-masing untuk menghindari kecelakaan. Hal itu semakin parah ketika memasuki kawasan Handil Bakti sampai dengan Sungai Gampa, Kabup

Thursday, November 23, 2006

Tala Dikepung Asap

Rabu, 01 Nopember 2006 00:46:00
Pelaihari, BPost
Kebakaran lahan dan hutan masih terus saja terjadi di Kabupaten Tanah Laut. Kota Pelaihari yang selama ini cerah mendadak berubah suram, Selasa (31/10).

Sejak pagi hingga petang, saputan asap mengepung Pelaihari. Sinar matahari yang biasanya bersinar gemerlap berubah memerah karena terhalang hamparan asap.

Namun saputan asap itu tidak sampai mengganggu arus lalu lintas, karena jarak pandang masih cukup jauh. Hanya saja pada pagi hari hingga pukul 08.00 Wita, beberapa warga yang tak terbiasa menghirup udara kotor (berasap) mengeluh sesak nafas.

"Asap akhirnya sampai ke sini juga. Terasa sesak nafas saya pagi tadi," tutur Syahril, warga kompleks perumahan di Desa Atu Atu.

Informasi diperoleh, saputan asap mengungkungi seluruh wilayah Tala di sembilan kecamatan. Terparah di Kecamatan Bati Bati terutama dekat perbatasan dengan wilayah Banjarbaru yang selama ini sering dipaut asap.

Kebakaran di lahan-lahan bongkor yang kembali meningkat sejak Minggu tadi menambah daftar jumlah rumah warga yang menjadi korban (terbakar). Jika semula tercatat delapan rumah--enam di Desa Pandahan Kecamatan Bati Bati, dua rumah masuk wilayah Banjarbaru--yang lumat terbakar, sekarang menjadi sembilan rumah. Terakhir satu unit rumah di Kecamatan Takisung yang terbakar.

Musibah tersebut umumnya lantaran kelengahan warga, terutama si pemilik rumah. Mereka tidak menyangka kebakaran semak perdu yang jauh dari rumah akhirnya merembet dan menghanguskan rumah mereka.

Hingga kemarin, petugas pemadam kebakaran gabungan (BPK Badan Kesbang Linmas, Dishut, BPK Manuntung Berseri dan Daops Dalakar) terus bahu-membahu memadamkan api yang acapkali masih muncul di beberapa titik di beberapa kecamatan.

Bersama petugas pemadam, warga di Kecamatan Bati-Bati, Senin (30/10) malam juga bahu-membahu melakukan pemadaman api di lahan bongkor setempat. Api nyaris merembet ke permukiman warga.roy

Copyright © 2003 Banjarmasin Post

Presiden Pantau Asap Kalteng

Rabu, 01 Nopember 2006 03:15:03
Banjarmasin, BPost
Upaya mengatasi serbuan kabut asap akibat terbakarnya lahan dan hutan di Kalimantan Tengah belum menampakkan hasil. Sebaliknya, kabut asap semakin menjadi-jadi dan telah melumpuhkan banyak sarana vital.

Salah satunya, Bandar Udara Tjilik Riwut. Bandara terbesar di Kalteng ini hingga kini masih lumpuh. Sejak awal Oktober lalu, bandara di Kota Palangka Raya, itu tidak bisa beroperasi melayani penerbangan.

Serbuan kabut asap ini juga memaksa Dinas Pendidikan setempat mengubah jadwal kegiatan belajar-mengajar siswa di semua tingkatan. Bahkan dinas pendidikan --baik disdik kota maupun kabupaten-- terpaksa meliburkan siswa nya.

"Jam belajar siswa dimundurkan dari jam yang berlaku pada hari-hari biasa. Siswa yang biasanya masuk pukul 07:00 WIB diundur masuk pukul 08:00 WIB," kata Kadisdikbud Kota Palangka Raya, Yudinantir.

Kondisi udara di Kalteng yang masih dalam status berbahaya, juga mengakibatkan meningkatnya jumlah angka penderita infeksi saluran pernafasan akut (ISPA).

Kondisi Kalteng yang semakin parah disaput kabut asap telah mendapat perhatian khusus pemerintah pusat. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kabarnya terus memantau secara khusus.

"Presiden telah meminta agar segera dilakukan hujan buatan guna mengurangi kepekatan kabut asap di daerah kami," kata Agustin Teras Narang usai menghadiri perayaan HUT Bank Pembangunan Kalteng, Selasa (31/10), di Palangka Raya.

Kapan dilaksanakan hujan buatan, Teras tidak bisa memastikannya. Yang jelas daerahnya tetap kebagian hujan buatan karena sudah diprogramkan oleh pemerintah pusat.

Pemerintah beberapa kali menawarkan pemadaman dari udara dengan pesawat Ilusin yang disewa dari Rusia. Pesawat yang mampu membawa air dalam kapasitas besar itu diproyeksikan melakukan pemadaman dari udara untuk wilayah Sumatera dan Kalimantan.

Kalsel Gelap

Sementara sejumlah daerah di Kalimantan Selatan, sudah tiga hari terakhir gelap akibat balutan kabut asap. Intensitas serbuan kabut asap semakin menjadi-jadi pada Selasa (31/10), dimana hampir seharian Banjarmasin, Banjarbaru dan Martapura tak ditembus sinar matahari.

Tingginya intensitas serbuan kabut asap mengakibatkan terganggunya operasional Bandara Syamsuddin Noor. Dalam dua hari terakhir, sejumlah jadwal penerbangan pagi mengalami penundaan hingga beberapa jam.

Kepala Divisi Operasi dan Komersial PT Angkasa Pura I, Siswadi membenarnya terjadi sejumlah penundaan penerbangan. Penyebabnya pekatnya kabut asap akibat pembakaran lahan di sekitar wilayah Gambut dan beberapa kawasan di Banjarbaru.

Pesawat Wings Air tujuan Jakarta, Trigana Air tujuan Surabaya dan Batavia Air serta Garuda tujuan Jakarta, Senin, baru bisa berangkat di atas pukul 09.00.

Sementara pada Selasa (31/10) empat maskapai penerbangan tetap tak bisa tepat waktu memberangkatkan penumpanganya.

"Jarak pandang pagi hari di seputar bandara hanya 400 meter dan tidak memungkinkan untuk penerbangan," kata Siswadi.

Kasi Intel Kejari Banjarbaru, Pardiono yang menunggu kedatangan Kajati Kalsel Armansyah dari Jakarta mengatakan terjadi delay pesawat Sriwijaya Air dari Jakarta tujuan Banjarmasin. Pesawat dijadwalkan landing pukul 12.20, tapi hingga pukul 14.00 pesawat belum juga datang

"Pesawat di-delay akibat pekatnya asap. Memang di sini (bandara) kabutnya pekat sekali," tutur Pardiono.

Kepala Cabang Swirijaya Air Banjarmasin, Parikesit mengakui terjadi delay selama satu jam pada Senin dan Selasa akibat jarak pandang di bandara Syamsudin Noor terhalang kabut asap.

Sementara Badan Metrologi dan Geofisika (BMG) Banjarbaru memprediksi hujan akan segera mengguyur bumi Kalsel awal atau pertengahan November ini.

Irman Sonjaya, seksi data dan informasi Stasiun Klimatologi Kelas I BMG kepada BPost, mengatakan, saat ini angin timur sudah mulai melemah, tapi angin barat memang belum begitu dominan. Jika angin barat yang membawa awan hujan sudah dominan, dipastikan akan masuk musim penghujan.

Asap Berbahaya

Sementara Kepala Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular (BTKL PPM) Kalseltengtim di Banjarbaru, I Ketut Winasa menyatakan, udara pada hari Senin (30/10) telah masuk kategori berbahaya.

Berdasarkan pantauan instansinya, kadar Indeks Standar Pencemaran Udara atau ISPU tercatat 341 yang termasuk kategori berbahaya. Pada Sabtu (21/10) tercatat 147 dengan kategori tidak sehat, dan Minggu (22/10) tercatat 161 kategori tidak sehat.

Pantauan kadar udara dilanjut setelah Lebaran. Hasilnya, pada hari Senin (30/10), berdasarkan pengujian di lab diketahui kadar ISPU meningkat menjadi 683, yang berarti masuk kategori berbahaya.

Menurut catatan BPost, gangguan kabut asap selama sebulan lebih telah meningkatkan penderita ISPA, terutama masyarakat di Gambut. Puskesmas setempat mencatat terjadi peningkatan penderita ISPA sebesar 25 persen.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan Banjarbaru, dr Diah Ratih Haris juga mencatat peningkatan jumlah penderita ISPA di Banjarbaru meski tidak terlalu signifikan. tur/sig/awj

Copyright © 2003 Banjarmasin Post

Asap Di Sampit Pekat lagi

Minggu, 29 Oktober 2006 04:02
Sampit, BPost
Masih buruknya kondisi udara di Kota Sampit membuat pihak Trigana Air belum bisa memberi kepastian kepada calon penumpang meski telah kembali membuka loket tiket. Bahkan Jumat(27/10) rute penerbangan Banjarmasin-Sampit dibatalkan karena kabut asap terjadi sampai sore hari sehingga pesawat diarahkan ke Pangkalan Bun.

Kepala Bandara H Asan Sampit, Usman Effendi mengatakan kondisi kabut asap yang tidak menentu membuat pihaknya maupun maskapai tidak bisa memberi kepastian. Pasalnya kabut asap bisa berubah dengan cepat sehingga bisa mempengaruhi jarak pandang.

"Kalau kondisi seperti ini siapa pun tidak berani memberi kepastian. Yang bisa dilakukan adalah meminta calon penumpang untuk tetap stand by. Karena asapnya dalam sekejap bisa menipis atau sebaliknya bisa menebal," katanya, Sabtu (28/10).

Diakuinya, berdasarkan hasil koordinasi disebutkan kabut asap di Sampit lebih parah dibanding daerah lainnya. Bahkan hingga sore hari jarak pandang di landasan hanya sekitar 200 meter. Karena itu pihak Trigana Air pada Jumat lalu membatalkan rencana penerbangan ke Sampit dan langsung mengarahkan rute ke Pangkalan Bun.

Usman mengaku terus memantau kondisi dan terus berkoordinasi dengan pihak Bandara Syamsuddin Noor Banjarbaru serta Trigana Air. Pihaknya berharap asap menipis sehingga penerbangan bisa kembali normal.

Pihaknya belum bisa memastikan kapan penerbangan akan normal seperti biasa karena sangat tergantung pada kondisi kabut asap.

"Masalahnya ini terkait cuaca yang tidak bisa diperkirakan. Kalau kita paksakan takutnya malah memburuk dan bisa mengancam keselamatan penumpang," katanya.

Pihak Trigana Air hingga kemarin masih membuka loket pembelian tiket. Namun dengan alasan cuaca yang tidak menentu, pihak Trigana Air menyatakan keberangkatan pesawat tergantung pada baik atau buruknya cuaca saat jadwal penerbangan. mgb

Copyright © 2003 Banjarmasin Post

Dihantui Kabut

Sabtu, 28 Oktober 2006 04:05
PUNCAK arus balik Lebaran di Terminal Pal 6 Banjarmasin diperkirakan akan terjadi besok, Minggu (29/10). Sedang berdasar pantauan BPost kemarin, aktivitas di terminal itu tampak lengang.

Tak terlihat ada banyak orang di loket-loket penjualan tiket dan tempat tunggu penumpang yang disediakan. Bahkan sebuah bus jurusan Banjarmasin-Samarinda terlihat hanya diisi beberapa penumpang.

Ali, seorang pegawai di salah satu perusahaan oto bus mengaku, jumlah pemudik dalam Lebaran tahun ini mengalami penurunan jika dibandingkan tahun lalu. "Terus terang jumlah pemudik tahun ini turun dibandingkan tahun lalu. Kondisi ini diperparah dengan banyak beroperasinya taksi liar di sekitar terminal," keluhnya.

Mukhlis, sopir bus jurusan Banjarmasin-Samarinda mengatakan, penumpang jurusan yang dilayaninya masih sepi. Dia memperkirakan, Sabtu dan Minggu baru ramai.

Dia juga mengeluhkan kondisi kabut asap yang menjadi penghalang. "Kalau berangkat dari Banjarmasin, saya tidak mengalami kesulitan karena memang berangkat dari terminal sore hari. Tetapi jika berangkat dari Samarinda, biasanya saya mengalami kesulitan ketika melewati wilayah Gambut, karena ketika melintasinya pada waktu pagi hari, kabut asap biasanya tebal," paparnya.ck6

Copyright © 2003 Banjarmasin Post

Asap Mulai Menipis

Sabtu, 28 Oktober 2006 01:44:22
Rantau, BPost
Kabut asap, yang menyambangi Tapin sejak seminggu terakhir, mulai menipis. Ini menyusul turunnya hujan mulai petang hingga malam hari.

Kadinkes Tapin drg Kussudiarto MAP mengatakan, jumlah penderita ISPA di daerahnya selama kedatangan kabut asap belum ada peningkatan secara drastis atau kejadian luar biasa (KLB).

Ini, lanjutnya, karena sejak jauh hari Bupati Tapin Idis Nurdin Halidi sudah mengeluarkan imbauan kepada warganya untuk mewaspadai datangnya kabut asap tersebut.

"Selain itu pemkab juga sudah membagikan masker kepada para camat, pegawai dan pengguna jalan di Tapin untuk menutup mulut dan hidung dari asap saat menggunakan kendaraan bermotor," kata Kussudiarto.

Sebelumnya Kadishutbun Tapin Ir Lauhem Mahfuzi, dihubungi terpisah mengakui asap yang masuk ke Tapin sebagian besar bawaan dari luar. "Asap tampaknya sebagian bawaan dari luar dan sebagian lagi bisa saja dari Tapin sendiri," ujar Lauhem.ary

Copyright © 2003 Banjarmasin Post

Pasien ISPA Gantian Pakai Oksigen

Minggu, 22 Oktober 2006 02:03
Pulang Pisau, BPost
Tujuh pasien Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) yang dirawat di RSUD Pulang Pisau, Kalimantan Tengah, terancam keselamatannya. Pasalnya, persediaan oksigen di rumah sakit tersebut telah menipis. Padahal para pasien sangat memerlukannya.

Direktur RSUD Pulang Pisau, dr Muliyanto, mengatakan pihaknya tengah merawat tujuh pasien ISPA. Mereka adalah Ny Bawiah (65) warga Jalan Tinang Menteng, Hernis (40) warga Desa Anjir Km 5,5, Emilia (28) Warga Desa Anjir Km 5,5, Sudiana (3) warga Desa Buntoi, Saruyah (1,8) dan Anisa (2,5).

"Semuanya memerlukan oksigen guna membantu pernafasan. Apalagi Anisa yang kini dalam kondisi kritis," kata Muliyanto, Sabtu (21/10),

Para pasien tersebut mengidap penyakit asma, jantung dan ISPA berat. Penyakit mereka diduga berkaitan asap dan TBC. Terjadinya kabut asap membuat penyakit mereka kambuh dan semakin parah. "Mereka kini harus menggunakan oksigen selama 24 jam," terang Muliyanto.

Saat ini RSUD Pulang Pisau hanya memiliki enam tabung oksigen. Itu pun tiga di antaranya tidak dapat dipergunakan karena tidak dilengkapi regulator. "Jadi tiga tabung oksigen digunakan secara bergantian oleh ketujuh pasien," ungkap Muliyanto.

Oleh karena itu RSUD Pulang Pisau akan memohon bantuan kepada bupati untuk menambah tabung oksigen hingga menjadi 10-15 buah plus regulatornya. "Harusnya RSUD ini minimal mempunyai 16 tabung," kata Muliyanto.

Dia mengatakan, kabut asap memang mengganggu kesehatan masyarakat. Apalagi bagi mereka yang mengidap TBC, asma dan paru-paru.

Salasiah (35), putri Ny Bawiah, mengatakan, ibunya dirawat di RSUD Pulang Pisau sejak Senin lalu. "Dari awal ibu saya sudah menggunakan oksigen. Saya khawatir karena katanya persediaan oksigen di sini mau habis," ujar Salasiah.

Pantauan koran ini, jarak pandang di Pulang Pisau pada siang hari tak lebih dari 20 meter. Sedangkan pagi dan sore jarak pandang hanya sekitar 10 meter, namun banyak warga yang keluar rumah tidak memakai masker.

Dinas Kesehatan pun mengaku saat ini persediaan stok masker telah habis. ck2

Copyright © 2003 Banjarmasin Post

Udara Kalsel Berbahaya

Sabtu, 21 Oktober 2006 01:35:13
Banjarmasin, BPost
Dinas Kesehatan Kalimantan Selatan menyatakan kualitas udara di sebagian besar Banua ini telah tercemar dan masuk dalam kategori berbahaya, terutama pada pukul 00.00-08.30 Wita.

Oleh karenanya, masyarakat diharapkan pada jam-jam itu tidak keluar rumah, terutama pukul 04.00-07.30 Wita, karena merupakan puncak ketebalan asap.

Kepala Dinkes Kalsel, Rosihan Adhani, Jumat (20/10) mengatakan, pengukuran Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) Oktober 2006 memperlihatkan kandungan partikulat (PM 10) sangat tinggi hingga mencapai 640 u/m3, padahal batas standar sehat hanya 150 u/m3.

"Hasil pengukuran yang kami lakukan di tiga titik, Landasan Ulin, Gambut, dan Terminal Kilometer 6 Banjarmasin, menyatakan, kondisi udara telah memasuki kategori berbahaya," ungkapnya.

Bagi warga yang anggota keluarganya menderita penyakit asma dan ganguan pernafasan, dianjurkan supaya mengungsikan dahulu ke wilayah yang kondisi udaranya masih bersih.

Rosihan juga menganjurkan bagi para penderita asma dan ganguan pernafasan yang selama kabut asap sering mengeluh seputar penyakitnya, agar segera memeriksakan diri ke rumah sakit.

"Saat ini kami tengah mempertimbangkan untuk mengevakuasi para pasien penderita asma, karena kondisi udara yang buruk seperti sekarang ini sangat berpengaruh terhadap penyakit mereka. Tapi tempatnya, masih kita pikirkan. Yang pasti tentu memilih rumah sakit yang fasilitas oksigennya bagus," ujarnya.

Sedangkan bagi kantor dan sekolah yang hingga saat ini terus melakukan aktivitasnya, dianjurkan untuk menggunakan fasilitas air conditioner (AC).

Sampai bulan Oktober 2005 Dinkes Kalsel telah mendistribusikan serta membagikan sebanyak 76.500 masker ke Dinkes kabupaten/kota dan masih memiliki cadangan sekitar 15.000 masker.ck6

Copyright © 2003 Banjarmasin Post

Balita Meninggal Diduga ISPA

Sabtu, 21 Oktober 2006 01:56:07
Pulang Pisau - Seorang bayi berusia 14 bulan, yang diduga menderita infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), meninggal dunia di RSUD Pulang Pisau, Jumat (20/10) pukul 06.00 WIB.

Martini, putri Budi (35) dan Oneng (27), warga Jalan Pemda Kecamatan Kahayan Hilir RT 8 Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah, sempat mendapat perawatan petugas sekitar lima menit.

Untang, bibi Martini, saat masuk rumah sakit kondisi keponakannya sudah parah. Nafas balita tersebut tersengal-sengal dan kadang sampai hilang.

Padahal Martini sempat bersenda gurau dengannya, Kamis sore. Namun tak beberapa lama kemudian, Martini mengalami gejala sesak nafas. Malamnya, Martini mulai kesulitan bernafas sehingga dilarikan ke rumah sakit paginya.

Menurut dr Abraham, salah satu dokter jaga di RSUD Pulang Pisau, saat dibawa ke rumah sakit, nafas Martini sudah tidak normal. Petugas melakukan napas buatan guna memancing pernapasannya kembali. Namun setelah sekitar lima menit dilakukan upaya medis, nyawa Martini tidak bisa diselamatkan.

"Kami belum dapat memastikan apakah Martini itu terkena ISPA. Tapi yang jelas sewaktu dibawa ke sini napasnya sudah hampir hilang," kata Abraham.

Kepala Dinas Kesehatan Pulang Pisau dr Djuna AT Binti mengatakan pihaknya belum mendapatkan laporan perihal meninggalnya Martini yang diduga karena pengaruh asap.

Kendati demikian, mengingat adanya kabut asap, Djuna mengimbau warga mengurangi aktivitas di luar rumah. Jika terpaksa, warga diminta memakai masker. ck2

Copyright © 2003 Banjarmasin Post

Petugas Cari Pembakar Lahan

Jumat, 20 Oktober 2006 01:33:13
Martapura, BPost
Pihak kepolisian belum bisa memastikan sumber api yang mengakibatkan kebakaran lahan di Kecamatan Simpang Empat sejak dua pekan lalu. Tidak adanya warga masyarakat yang menjadi saksi, menyulitkan penyelidikan oleh aparat.

"Kita mengalami kesulitan menentukan sumber api, karena masyarakat tidak ada yang mau bersaksi atau bercerita sehingga menyulitkan mengungkapnya," ujar Kapolsek Simpang Empat, AKP B Tampubolon, Kamis (19/10).

Namun, kapolsek meyakini api bukan terjadi tiba-tiba, melainkan ada warga yang membakar daun kering. Fatalnya, api menyebar ke belasan hektare lahan persawahaan yang siap panen.

"Kita menduga ada masyarakat yang usai panen membakar lahannya, karena angin kencang api makin melebar ke areal persawahaan tak jauh dari tempat itu," ucapnya.

Pihak kepolisian sendiri, lanjutnya, terus berusaha mencari tersangka pelaku pertamakali pembakaran. Tampubolon tidak berani memastikan apakah ada unsur sabotase dalam kasus kebakaran hutan ini atau bukan.

Sejumlah pengusaha memberikan bantuan sebanyak satu ton beras kepada petani yang lahan siap penennya terbakar. Bantuan beras tersebut dibagikan merata kepada seluruh masyarakat yang menjadi korban sehingga diharapkan penderitaan yang dialami masyarakat korban kebakaran menjelang Lebaran bisa dikurangi. adi

Copyright © 2003 Banjarmasin Post

Asap Di Nagara Kian Pekat

Kamis, 19 Oktober 2006 01:12:20
Kandangan, BPost
Lebih dari 500-an warga dua kecamatan, Daha Selatan dan Daha Utara, mengikuti shalat memohon hujan (Istisqa) di lapangan Arjuna Desa Tambak Bitin, Kecamatan Daha Utara, Selasa (17/10) siang.

Shalat Istisqa yang pertama kali digelar di Kabupaten Hulu Sungai Selatan sejak musim kemarau panjang tahun ini, juga diikuti puluhan tokoh masyarakat serta ulama setempat.

Shalat berlangsung khusyu dipimpin imam KH Jarir di bawah naungan terik matahari. Usai shalat, sebelum membaca doa Istisqa, warga mendapat tausyiah dari KH Shaleh Tajuddin.

Warga melaksanakan Shalat Istisqa, karena kemarau panjang dibarengi kabut asap pekat yang menyelimuti wilayah dua kecamatan tersebut hingga kemarin.

Sementara kondisi udara di dua kecamatan itu masih diselimuti asap pekat, terutama pagi hari dan sore jarak pandang sekitar 100 meter.

Hal ini sudah berlangsung berminggu-minggu di kawasan dua kecamatan yang mayoritas terdiri dari rawa tersebut.

Puskesmas di wilayah tersebut banyak menerima pasien ISPA. Bahkan sejak awal bencana asap terjadi, terjadi peningkatan drastis pasien ISPA di beberapa Puskesmas setempat.

Sementara itu, Dinkes HSS beberapa hari sebelumnya juga sudah membagikan masker kepada warga. ary

Copyright © 2003 Banjarmasin Post

Mereka Bergelut Dengan Kabut Asap

Kamis, 19 Oktober 2006 01:12:39

"SAYURNYA bu?" tanya Parmi, seorang pedagang sayur di Pasar Kamaratih, kepada seorang pembeli yang lewat, sambil melipat kain lusuh yang baru saja ia pakai menutup hidung dan mulutnya.

Sambil menata tumpukan sawi di hadapannya suaranya yang serak kian tak terdengar. Sebaliknya, yang muncul terdengar keras adalah batuknya yang berkepanjangan. "Aduh, asapnya," ucapnya lirih ditingkahi suara batuknya.

Parmi adalah salah satu warga Landasan Ulin yang harus menderita dan langsung terkena dampak kabut asap, yang menyerang Landasab Ulin sebulan terakhir. Kesehatannya tergadaikan karena asap.

Perempuan paruh baya ini bisa dibilang paling banyak bergelut dengan asap di pagi hari. Lihat saja, saat sebagian orang masih terlelap ia sudah memancal sepeda kumbangnya ke sentra sayur di Banjarbaru ini untuk berdagang sayur.

Padahal, pada saat yang sama ia harus berlomba dengan asap yang tak tanggung-tanggung menyerang dengan kepekatan yang sangat tinggi.

Terakhir ia merasakan lebih cepat lelah. "Sekarang jadi lebih cepat lelah mbak. Padahal, jualan nya sudah saya kurangi, gak terlalu pagi lagi, sudah agak siangan saya ke pasar. Asapnya itu lho, tetap saja bikin saya batuk-batuk dan pilek gak selesai-selesai" ujar Parmi dengan dialek kental Jawa.

Hal yang sama juga diakui oleh warga Landasan Ulin lainnya.

Sutrimo misalnya. Wajahnya, terlihat pucat. Warga Kompleks Borneo Landasan Ulin ini terlihat kuyu. Tak seperti biasa, anggota DPRD Kota Banjarbaru dari Fraksi PKS ini hanya banyak duduk diam di kursinya di Komisi II.

Bukan karena tengah menjalankan ibadah puasa, lantas lemas seperti itu. Namun, asap lah yang menyebabkannya kondisi kesehatannya diakui cukup drop selama beberapa pekan terakhir ini.

"Ini batuk-batuk terus. Nafas juga susah. Asapnya minta ampun bikin kesehatan menurun, makanya banyak istirahat saja," ucapnya sambil mengusap obat gosok ke sekitar organ pernafasan di tubuhnya.

Wajar jika kemudian Dinkes Kota Banjarbaru menemukan rekap data di Puskesmas dan pusat layanan kesehatan lainnya mengalami lonjakan kunjungan Infeksi Pernapasan Akut yang sangat drastis. Dibandingkan Agustus tadi, lonjakan selama September hingga menjelang akhir Oktober ini bisa mencapai dua kali lipat.

"Kenaikan ISPA, 100 persen ya peningkatannya. Pnemonia dan Influenza yang Agustus 323 September saja sudah 721. Juga dengan Influenza, dari 187 jadi 648," terang Kadinkes Kota Banjarbaru, Hj dr Nurleny Saleh.niz

Copyright © 2003 Banjarmasin Pos

Sunday, November 19, 2006

Masyarakat Cegah Kebakaran

Sabtu, 18 November 2006
Palangkaraya, Kompas - Konsorsium beberapa lembaga swadaya masyarakat dan Universitas Palangkaraya berinisiatif mencegah kebakaran lahan dan hutan di Kalimantan Tengah. Mereka memperluas kanal di lahan gambut, membentuk regu pemadam kebakaran, dan membuat sumur bor.

Konsorsium tersebut, Central Kalimantan Peatland Project (CKPP), juga membuat bor di lokasi yang jauh dari sumur. Sementara regu pemadam kebakaran dibentuk di 26 desa yang rawan kebakaran.

"Kami juga akan membuat peta daerah rawan kebakaran di Kalimantan Tengah," ujar Koordinator Wetland International di Kalimantan, Alue Dohong, di Palangkaraya, Jumat (17/11).

Konsorsium CKPP beranggotakan Wetland International, WWF-Indonesia Kalteng, Yayasan Borneo Orangutan Survival, Care International Indonesia, dan Universitas Palangkaraya. Pihak CKPP sudah membentuk regu pemadam kebakaran tingkat desa di Palangkaraya, Kapuas, Pulang Pisau, dan Katingan.

Konsorsium membantu biaya operasional tiap regu pemadam yang beranggotakan 15 warga setempat. Regu itu diberi mesin pompa, alat penyiram, pakaian tahan panas, dan beberapa perlengkapan lainnya.

"Kami berharap, lambat laun timbul kesadaran bahwa pencegahan kebakaran merupakan kebutuhan mereka sendiri. Apabila tidak ada kebakaran, lahan perkebunan karet atau rotan tidak rusak, tidak ada gangguan kabut asap," kata Alue.

Sedangkan sumur bor sudah dibuat di Tumbang Nusa dan Taruna, Kabupaten Pulang Pisau, serta Mentangai, Kabupaten Kapuas. Sumur air memudahkan pemadaman di kawasan gambut yang kedalaman air tanahnya turun atau jauh dari sumber air. Selama ini tim pemadam tidak mampu mengatasi kebakaran di kawasan gambut yang lokasinya jauh dari parit atau sumber air. Dampaknya adalah munculnya kabut asap.

Libatkan masyarakat

Sementara itu, di Lampung, masyarakat sekitar kawasan akan dilibatkan dalam penyelamatan dan pencegahan kebakaran di Taman Nasional Way Kambas (TNWK). Hal itu dilakukan karena hampir tiap tahun terjadi kebakaran di TNWK.

Kepala Subdinas Perlindungan Hutan Dinas Kehutanan Lampung Sutono, Jumat, mengatakan, pelibatan itu untuk mencegah adanya jarak antara masyarakat dan TNWK. Masyarakat boleh masuk ke kawasan dengan surat izin khusus. Langkah ini dinilai efektif karena tahun 2004 tidak terjadi kebakaran di kawasan itu.

Catatan di Dinas Kehutanan Lampung, kebakaran terluas terjadi 1991, membakar habis area 36.247 hektar (ha). Adapun kebakaran 2005 meliputi 341 ha. "Kemungkinan, kebakaran 2006 ini lebih dari 2005," katanya.

Kemungkinan, tambah Sutono, masyarakat yang sakit hati karena anggota keluarganya ditangkap tanpa ada alasan yang jelas, telah sengaja membakar lahan.

Kepala Balai TNWK Mega Haryanto secara terpisah mengatakan, pelibatan masyarakat untuk mengelola kawasan sudah dilakukan sejak tiga tahun lalu. Namun, sekarang hubungan TNWK dengan masyarakat sekitar perlu ditingkatkan lagi. Dilaporkan, kemarin pagi hingga sore tidak terlihat lagi. (CAS/HLN

KABUT ASAP

Jumat, 17 November 2006
Palangkaraya, Kompas - Agar kabut asap tidak berulang, Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah membentuk tim terpadu pencegahan, penindakan hukum, dan pemadaman kebakaran lahan serta hutan hingga tingkat kabupaten/kota. Tim bertugas menyuluh agar tidak ada lagi pembakaran lahan.

Tim itu beranggotakan dinas dan instansi pemerintah provinsi dan kabupaten/kota, TNI, kepolisian, kejaksaan, pengadilan, dan juga lembaga swadaya masyarakat. Demikian diungkapkan Kepala Badan Pengelola dan Pelestari Lingkungan Hidup Daerah Kalimantan Tengah (BPPLHD Kalteng) Moses Nicodemus, Kamis (16/11).

Sebelumnya, Gubernur Kalteng Agustin Teras Narang berjanji memberi penghargaan kepada camat dan kepala desa yang mampu mencegah kebakaran lahan di wilayahnya.

Di Samarinda, Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Dinas Kehutanan Kalimantan Timur Kusnadi Katam menyerukan agar sistem peringatan dini harus diperkuat.

Sistem informasi tentang kebakaran, seperti indeks kekeringan, cuaca, dan jumlah titik panas harus bisa diakses masyarakat. Sosialisasi dan kampanye antikebakaran harus dilakukan.

Di bidang pertanian, para penyuluh mengajak masyarakat meninggalkan metode penyiapan lahan dengan membakar. Mereka yang berubah perilakunya akan diberi kompensasi berupa bantuan pupuk dan alat pertanian.

Rektor Universitas Mulawarman Prof Dr Achmad Ariffien Bratawinata menegaskan, perlu aturan dan sanksi tegas tentang pengendalian kebakaran. Para pembakar yang sengaja berbuat harus dihukum.

Para pengusaha perkebunan/ kehutanan yang menggunakan pembakaran guna penyiapan lahan juga harus dihukum.

Sementara itu, pemadaman kebakaran di kawasan Taman Nasional Way Kambas (TNWK) masih terus diupayakan karena masih banyak yang membara.

Kebakaran Gunung Mutis

Sementara itu, Kepala Dinas Kehutanan NTT Silver Hutabarat menyesalkan kebakaran di kawasan Gunung Mutis di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS). Dikatakan, kebakaran itu bakal merusak seluruh lingkungan hidup di daratan Pulau Timor Barat.

"Kebakaran itu tidak hanya merusak habitat, termasuk keanekaragaman hayatinya, tetapi juga bakal menyebabkan banjir di empat kabupaten di bawah kaki gunung, yakni Kupang, Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, dan Belu. Beberapa tahun lalu terjadi banjir saat Sungai Benain-Noelmina meluap sehingga merenggut korban jiwa dan harta benda," kata Hutabarat. (CAS/BRO/HLN/KOR)

Pemadaman Api di Kalteng Berlanjut

Senin, 13 November 2006
Palangkaraya, Kompas - Pemadaman kebakaran lahan dan hutan di Kalimantan Tengah dengan pesawat amfibi Beriev BE 200 terus berlanjut. Namun, pemadaman dari udara itu hanya berlangsung dari pagi hingga siang hari karena pada sore hari ombak laut di tempat pesawat itu mengambil air mencapai dua meter.

Pesawat itu mengambil air dengan cara meluncur di permukaan laut untuk memasukkan air ke dalam perutnya (fuselage). Pada Minggu (12/11) pagi, pemadaman dilakukan di daerah Gohong, Kabupaten Pulang Pisau, dan Pangkuh, Kabupaten Barito. Sedianya, pemadaman di dua daerah itu dilakukan Sabtu lalu.

"Tapi, ombak di perairan Tabonio, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan, sangat besar. Itu menyulitkan pengambilan air," ungkap Kepala Bagian Pemberitaan dan Media Pers, Pemerintah Provinsi Kalteng, Ferdinand, Minggu.

Pengambilan air di perairan Bahaur, Kabupaten Pulang Pisau, juga masih belum dapat dilakukan karena ombaknya lebih besar dibandingkan di Tabonio. Padahal, Bahaur lebih dekat dengan lokasi-lokasi kebakaran.

Minggu pukul 06.30, operasi pemadaman dimulai dengan terbangnya helikopter dari Syamsudin Noor. Heli itu bertugas mendeteksi lokasi kebakaran di Gohong dan Pangkuh. Pemadaman kemudian dilakukan dengan pesawat BE 200.

Sehari sebelumnya, satu pesawat BE 200 tujuh kali mengebom kebakaran di Pangkuh. Berdasarkan pantauan, kabut asap di Palangkaraya terus menipis, apalagi pada sore kemarin turun hujan.

Belum dapat dipindahkan

Sementara itu, satu pesawat Beriev BE 200 yang mengalami kecelakaan saat mendarat di Bandara Syamsudin Noor Banjarbaru, Sabtu lalu, hingga Minggu petang masih tergeletak dengan perut menyentuh tanah di lahan bersemak di ujung landasan pacu.

Pesawat beregistrasi 32765 itu adalah satu dari dua pesawat BE 200 yang disewa dari Rusia untuk memadamkan kebakaran lahan di Sumatera dan Kalimantan. Menurut rencana, pesawat akan dipindahkan segera agar bisa diperbaiki. Namun, evakuasi belum bisa dilakukan karena salah satu alat, yakni kantong udara untuk mengangkat hidung pesawat, belum ada.

Di Syamsudin Noor, para kru pesawat dan petugas TNI AU masih terus menyiapkan proses evakuasi. Sugeng Triutomo, Pimpinan Operasi Tanggap Darurat Penanganan Kebakaran Hutan dan Lahan serta Asap dari Badan Koordinasi Nasional Penanganan Bencana, mengatakan, kantong udara diupayakan diangkut dengan pesawat C 130 Hercules TNI AU dari Denpasar, Bali. "Kami usahakan pada Senin (13/11)," katanya.

Penyebab kecelakaan kini sedang diteliti Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT). Sabtu lalu, empat petugas KNKT sudah berada di lokasi. "Kami tidak tahu apa hasilnya. Mereka kembali ke Jakarta untuk membahas sebab-sebab terjadinya kecelakaan tersebut," kata Sugeng.

Ditambahkan, Indonesia tidak dirugikan dengan kecelakaan tersebut. Sebab, sewa dua pesawat senilai 5,2 juta dollar AS itu berdasarkan hitungan jam terbang, yakni 300 jam. (CAS/FUL) Senin, 13 November 2006

Pemadaman Api di Kalteng Berlanjut
Tingginya Ombak Hambat Operasi Beriev

Palangkaraya, Kompas - Pemadaman kebakaran lahan dan hutan di Kalimantan Tengah dengan pesawat amfibi Beriev BE 200 terus berlanjut. Namun, pemadaman dari udara itu hanya berlangsung dari pagi hingga siang hari karena pada sore hari ombak laut di tempat pesawat itu mengambil air mencapai dua meter.

Pesawat itu mengambil air dengan cara meluncur di permukaan laut untuk memasukkan air ke dalam perutnya (fuselage). Pada Minggu (12/11) pagi, pemadaman dilakukan di daerah Gohong, Kabupaten Pulang Pisau, dan Pangkuh, Kabupaten Barito. Sedianya, pemadaman di dua daerah itu dilakukan Sabtu lalu.

"Tapi, ombak di perairan Tabonio, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan, sangat besar. Itu menyulitkan pengambilan air," ungkap Kepala Bagian Pemberitaan dan Media Pers, Pemerintah Provinsi Kalteng, Ferdinand, Minggu.

Pengambilan air di perairan Bahaur, Kabupaten Pulang Pisau, juga masih belum dapat dilakukan karena ombaknya lebih besar dibandingkan di Tabonio. Padahal, Bahaur lebih dekat dengan lokasi-lokasi kebakaran.

Minggu pukul 06.30, operasi pemadaman dimulai dengan terbangnya helikopter dari Syamsudin Noor. Heli itu bertugas mendeteksi lokasi kebakaran di Gohong dan Pangkuh. Pemadaman kemudian dilakukan dengan pesawat BE 200.

Sehari sebelumnya, satu pesawat BE 200 tujuh kali mengebom kebakaran di Pangkuh. Berdasarkan pantauan, kabut asap di Palangkaraya terus menipis, apalagi pada sore kemarin turun hujan.

Belum dapat dipindahkan

Sementara itu, satu pesawat Beriev BE 200 yang mengalami kecelakaan saat mendarat di Bandara Syamsudin Noor Banjarbaru, Sabtu lalu, hingga Minggu petang masih tergeletak dengan perut menyentuh tanah di lahan bersemak di ujung landasan pacu.

Pesawat beregistrasi 32765 itu adalah satu dari dua pesawat BE 200 yang disewa dari Rusia untuk memadamkan kebakaran lahan di Sumatera dan Kalimantan. Menurut rencana, pesawat akan dipindahkan segera agar bisa diperbaiki. Namun, evakuasi belum bisa dilakukan karena salah satu alat, yakni kantong udara untuk mengangkat hidung pesawat, belum ada.

Di Syamsudin Noor, para kru pesawat dan petugas TNI AU masih terus menyiapkan proses evakuasi. Sugeng Triutomo, Pimpinan Operasi Tanggap Darurat Penanganan Kebakaran Hutan dan Lahan serta Asap dari Badan Koordinasi Nasional Penanganan Bencana, mengatakan, kantong udara diupayakan diangkut dengan pesawat C 130 Hercules TNI AU dari Denpasar, Bali. "Kami usahakan pada Senin (13/11)," katanya.

Penyebab kecelakaan kini sedang diteliti Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT). Sabtu lalu, empat petugas KNKT sudah berada di lokasi. "Kami tidak tahu apa hasilnya. Mereka kembali ke Jakarta untuk membahas sebab-sebab terjadinya kecelakaan tersebut," kata Sugeng.

Ditambahkan, Indonesia tidak dirugikan dengan kecelakaan tersebut. Sebab, sewa dua pesawat senilai 5,2 juta dollar AS itu berdasarkan hitungan jam terbang, yakni 300 jam. (CAS/FUL)

Gambut Membara, Perjuangan Melawan Lupa

Senin, 13 November 2006
Pohon setinggi 20 meter itu masih menghijau kulit batang dan dedaunannya. Tanaman itu selamat dari jilatan api kebakaran yang batasnya berjarak sekitar lima meter. Tiba-tiba, pohon itu tumbang.

Akar-akarnya yang tercerabut membara. Itu yang pernah Kompas saksikan pertengahan tahun silam ketika 30 hektar kawasan di Taman Nasional Sebangau, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah, terbakar.

Belum lama berselang, Kompas kembali menyaksikan fenomena unik. Tidak tampak api di permukaan tanah di daerah Tingang, Palangkaraya. Namun, asap putih membubung dari tanah tersebut. Padahal, lahan yang terbakar adalah semak belukar yang berjarak lebih dari 10 meter.

Dibantu seorang warga yang mengorek-ngorek lapisan tanah berasap tadi dengan tongkat kayu, terlihat sisa-sisa kayu yang membara. Ketika ditelusuri, bara ternyata merambat di dalam tanah dari semak yang terbakar. Diperkirakan bara merambat lewat perakaran, menjalar serta menghanguskan sisa-sisa bahan organik seperti batang kayu atau akar-akaran di bawah tanah. Lalu timbullah asap.

Merujuk buku Panduan Pengelolaan Lahan Gambut untuk Pertanian Berkelanjutan (Najiyati, dkk, 2005), mudah terbakar merupakan salah satu sifat gambut. Sifat ini, antara lain, dipengaruhi tingginya kandungan bahan organik dan sifat kering tak balik.

Sifat kering tak balik terjadi pada gambut yang mengalami kekeringan ekstrem sehingga sudah sulit menyerap air. Kekeringan ekstrem, antara lain, diakibatkan teratusnya air yang menurunkan kedalaman air tanah, semisal karena pembuatan kanal atau parit.

Ketika sudah terbakar, bara gambut sulit dipadamkan karena rambatannya ada di bawah permukaan. Untuk memadamkan bara gambut seluas dua meter persegi di kawasan Tumbang Nusa, misalnya, tim pemadam ada yang sampai membutuhkan waktu hampir satu jam.

"Kami memang harus menyemprot air dalam jumlah besar karena di bawah permukaan, gambut yang terbakar tadi mirip bola api. Kami harus tuntas menyemprotnya, istilahnya membuat bubur lumpur agar bara gambut benar-benar padam dan tidak merambat," kata Kepala Subdinas Perlindungan dan Pengamanan Hutan Provinsi Kalteng Andarias Lempang.

Siklus El Nino

Beberapa warga di Palangkaraya belakangan menduga-duga bahwa kabut asap tebal merupakan siklus lima tahunan, akibat pengaruh El Nino. Ini merujuk pada kejadian kabut asap tahun 1997, 2002, dan juga tahun 2006. Di sela-sela tahun itu, kabut asap berlangsung sebentar dan tidak terlalu pekat.

Kabut asap tahun 1997 sempat mengganggu aktivitas penerbangan di Palangkaraya hingga sekitar tiga bulan. "Tahun 2002, kabut asap mengganggu penerbangan selama satu bulan. Tahun 2006 ini, sudah lebih dari setengah bulan tidak ada penerbangan keluar masuk Palangkaraya," kata Kepala Bandara Tjilik Riwut, Jamaludin Hasibuan.

Ketika dikonfirmasi, Kepala Badan Meteorologi Palangkaraya Hidayat menuturkan, El Nino memengaruhi adanya kemarau panjang, kondisi yang rawan menimbulkan kebakaran lahan.

"Kemarau panjang membuat kondisi semak, belukar, atau vegetasi mengering dan mudah terbakar. Tapi kebakaran lahan atau hutan yang mengakibatkan kabut asap tidak akan terjadi kalau tidak ada yang membakarnya, meskipun kemarau panjang. Jadi di sini faktor manusia merupakan penentu utamanya," kata Hidayat.

Ditemui di lokasi pemadaman massal, Wali Kota Palangkaraya Tuah Pahoe menuturkan, Pemerintah Kota Palangkaraya akan menindak tegas pemilik lahan yang menelantarkan lahannya sehingga terbakar. Sanksinya mulai dari teguran hingga penyitaan tanah. "Tetapi, tentunya untuk penyitaan itu prosesnya panjang," ujar Tuah.

Itu dari sisi pemerintah. Cara pandang warga lain lagi. Andra, seorang warga Palangkaraya justru menduga bahwa pembakaran lahan sebenarnya dilandasi ketakutan warga.

"Warga takut kalau lahannya yang ditumbuhi semak belukar itu disita karena dikira ditelantarkan. Supaya tidak kelihatan telantar, maka belukar pun dibakar agar lahan tampak bersih," ujar Andra.

Padahal, menurut Tuah, sebenarnya masyarakat yang mau membakar lahan dengan luasan 0,1 hektar dapat meminta izin kepada kepala desa, asal jelas tujuannya dan membuat sekat bakar.

Problem kabut asap hingga kini masih belum ketahuan ujung pangkalnya. Sering kali penyelesaian atau pencegahan kabut asap ini akan menguap dan terlupakan seiring menghilangnya asap ketika hujan.

Padahal, asap ini akan muncul lagi saat kemarau setiap tahunnya. Meminjam frasa Milan Kundera, "sepertinya perjuangan melawan kabut asap sebenarnya juga perjuangan melawan lupa". Semoga untuk tahun depan kita tidak lupa. (CAS)

Kalteng Siapkan Posko Kabut Asap

Minggu, 12 November 2006
Palangkaraya, Kompas - Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah menyiapkan posko satuan koordinasi pelaksana penanggulangan bencana kabut asap di Bandara Tjilik Riwut, Palangkaraya. Hingga Sabtu (11/11), persiapan posko di ruang VIP bandara tersebut terus dikerjakan.

Tjilik Riwut kemarin sudah bisa didarati pesawat karena jarak pandang mencapai 3.000 meter. Sebulan terakhir, bandara itu lumpuh karena asap pekat yang membuat jarak pandang sangat buruk, tinggal sekitar 200 hingga 300 meter.

Pemindahan posko dari Bandara Syamsudin Noor, Banjarmasin, menurut Pelaksana Harian Bandara Tjilik Riwut, Usdek, agar proses pemadaman kebakaran lahan dan hutan lebih efisien.

Jumat (10/11), satu dari dua pesawat pembom air Beriev BE-200 yang disewa dari Rusia, tergelincir ke lapangan rumput di Bandara Syamsudin Noor. Pelaksanaan evakuasi pesawat tertunda karena ada perangkat yang baru diketahui harus diambil dari Denpasar, Bali.

Dari pantauan, kemarin di Palangkaraya cuaca cerah. Langit terlihat biru bersih, setelah selama sekitar dua bulan terakhir selalu tertutup asap tebal.

Pesawat dipindahkan

Pesawat amfibi pembom air Beriev BE—200 tengah dipindahkan dari lokasi tempatnya terpuruk di sisi kiri ujung landasan pacu Bandara Syamsudin Noor, Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Sabtu.

Kemarin siang, petugas TNI AU, awak Beriev BE-200, dan petugas lainnya memasang alat dan tali penarik pada pesawat pengebom air tersebut.

Guritno, perwira penghubung Indonesia yang ditunjuk mendatangkan BE-200 mengatakan, salah satu alat yang digunakan dalam proses evakuasi pesawat adalah kantong udara (air bag). "Kantong udara untuk menahan depan pesawat," katanya.

Dijelaskan, kerusakan pesawat tidak parah. Kalaupun ditemukan kerusakan berat, teknisi dari Rusia akan didatangkan dalam dua atau tiga hari.

Evakuasi yang sudah disiapkan terpaksa tertunda karena harus mengambil dari Denpasar, Bali. Kabar tersebut baru didapat sore hari, semula dikabarkan air bag bisa didapatkan.

Hal senada dikemukakan Sugeng Triutomo, Pimpinan Operasi Tanggap Darurat Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan serta Asap dari Badan Koordinasi Nasional Penanganan Bencana.

Dengan evakuasi yang cepat, tingkat kerusakan pesawat dapat segera diteliti. Sehingga, keputusan untuk memperbaiki atau meminta pesawat pengganti dapat segera diambil.

Kemarin pagi, kegiatan pemboman air dilakukan di daerah Pangkuh, di Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah. Tinggi gelombang laut di Tabonio, Kalsel, yang menjadi tempat pengambilan air juga ideal, berkisar 30 hingga 50 sentimeter. Pemadaman hanya berlangsung hingga siang karena kru akan dikerahkan untuk membantu persiapan evakuasi BE-200 yang tergelincir. Kedua pesawat BE-200 didukung oleh 32 kru. (CAS/FUL)

Pesawat Pengebom Air BE 200 Rusia Tergelincir

Sabtu, 11 November 2006
Banjarbaru, Kompas - Pesawat amfibi Beriev BE 200 tergelincir saat mendarat di Bandara Syamsudin Noor, Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Jumat (10/11). Pesawat dari Rusia itu disewa pemerintah untuk memadamkan kebakaran lahan di Sumatera dan Kalimantan.

Kecelakaan terjadi pukul 15.05 saat pesawat mendarat dalam cuaca hujan lebat. Perut pesawat menyentuh tanah. Hingga pukul 18.00 pesawat masih di areal rumput, di ujung landasan pacu. Ke-12 awak pesawat, termasuk Kapten Pilot Serykh, selamat.

Pelaksana Operasi Tanggap Darurat Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana (Bakornas PB) di Kalimantan, Sugeng Triutomo, menyatakan, pesawat diduga terlalu maju (over shoot) saat menyentuh landasan (touch down). Akibatnya, pesawat amfibi itu tergelincir ke luar landas pacu.

Akibat kecelakaan itu, aktivitas di Syamsudin Noor terhenti selama dua jam. Kegiatan kembali normal pukul 17.00.

Indonesia menyewa dua pesawat BE 200 seharga 5,2 juta dollar AS—sekitar Rp 47 miliar. Pesawat yang tergelincir baru datang dari Sumatera, sementara yang lain telah tiga hari berada di Kalimantan. Kini pemadaman dengan bom air hanya dilakukan oleh satu pesawat.

Sasaran utama penyiraman adalah daerah lahan gambut yang terbakar, seperti di Tumbang Nusa, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah.

Sempat terjadi insiden ketika petugas di posko tanggap darurat Bandara Syamsudin Noor menyita satu kamera milik fotografer Banjarmasin Group, Doni Supandi, dan dua kamera milik Jacky, kontributor juru kamera ANTV, serta Fauzi dari Indosiar. Mereka dilarang mengambil gambar peristiwa kecelakaan itu.

Tidak mudah

Dalam upaya pemadaman kebakaran gambut di Pulang Pisau, Kalimantan Tengah, pesawat kesulitan mengambil air di perairan Bahaur Pulang Pisau di dekat lokasi kebakaran.

Pasalnya, ombak Laut Jawa di perairan itu setinggi dua meter. Tinggi gelombang maksimal untuk mengambil air 1,2 meter. Pesawat mengambil air di perairan Tabanio, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan, sekitar 100 kilometer dari Bahaur.

"Makin jauhnya lokasi pengambilan air mengurangi frekuensi pengeboman air," kata Wakil Ketua I Satuan Koordinasi Pelaksana Penanggulangan Bencana Kalimantan Tengah (Kalteng) Kolonel (Artileri) Budi Rachmat. Kondisi kedalaman sungai sebenarnya memadai, namun terlalu banyak tonggak kayu.

Kemarin pesawat memadamkan kebakaran di Pangkuh, sehari sebelumnya di Gohong Pulang Pisau yang dilakukan lima kali. Luas sekali guyur 3.000 meter persegi.

"Saat kabut asap tidak lagi mengganggu jarak pandang di Bandara Tjilik Riwut, posko pemadaman kebakaran lahan akan dialihkan ke Palangkaraya," kata Budi. Pelaksana Harian Bandara Tjilik Riwut, Usdek, menuturkan, "Saat ini jarak pandang masih 200-300 meter." Aktivitas penerbangan di Tjilik Riwut sebulan lebih lumpuh akibat kabut asap. (CAS/FUL/iam)

Saturday, November 18, 2006

Asap, Beriev, dan Manfaat Pesawat Amfibi

Rabu, 08 November 2006
Ninok Leksono

Hari Rabu ini upaya pemadaman kebakaran hutan di Kalimantan Tengah dengan menggunakan dua pesawat Beriev Be-200 dijadwalkan akan dimulai. Meski di sejumlah wilayah hujan sudah mulai turun, dari pemberitaan tampak bahwa Kalimantan Tengah masih membutuhkan upaya tersebut.

Mungkin saja ada kesan "too little too late", dalam arti mengapa upaya ini tidak muncul satu-dua bulan lalu ketika asap demikian menyusahkan Singapura, Malaysia, dan Indonesia sendiri? Mengapa justru ketika musim hujan sudah mulai datang, dua Beriev baru datang? Sekadar catatan, dua pesawat buatan pabrik di Irkutsk ini sudah mendarat di Palembang pekan terakhir Oktober lalu.

Akan tetapi, selain "lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali", kita juga ingin melihat kedatangan dua pesawat amfibi Rusia itu dari sudut pandang yang lain.

Bersama dengan pemanfaatan sarana yang kita miliki, dalam hal ini enam helikopter BO-105, satu heli Puma SA-330, dan satu Hercules C-130, Beriev Be-200 membangun sosok sarana teknologi yang andal untuk upaya pemadaman kebakaran hutan. Khususnya untuk pesawat Beriev, harus dikatakan bahwa ini memang salah satu identitas kedirgantaraan Rusia yang unik. Di tengah inovasi produk kedirgantaraan dunia, khususnya dalam fungsi pemadaman kebakaran hutan, Rusia mampu menampilkan karya unggulan.

Dari udara

Menengok kembali riwayat penggunaan pesawat terbang untuk pemadam kebakaran, akhir Perang Dunia II menjadi satu periode penting. Berbagai kemajuan di bidang teknologi kedirgantaraan yang dipicu oleh kebutuhan perang lalu bisa dialihkan untuk keperluan nonmiliter, termasuk dalam menanggulangi kebakaran hutan.

Hingga dekade 1950-an, kalau sebuah hutan atau lahan kering sudah dilanda kebakaran, sedikit saja yang bisa dilakukan petugas pemadam kebakaran.

Tanker udara yang muncul sebagai salah satu inovasi kedirgantaraan berikutnya bisa mengubah situasi tersebut. Dengan adanya pesawat tangki itu, petugas pemadam kebakaran lalu bisa berupaya memadamkan kebakaran dengan mengebomkan air atau bahan penghambat api (fire retardant). Pada dekade 1950-an itu pejabat keselamatan publik di California melihat potensi pemadaman kebakaran dari udara (aerial firefighting) dan lalu bekerja sama dengan Dinas Kehutanan AS mengembangkan tanker udara.

Pesawat yang mula-mula digunakan adalah produk kelebihan Perang Dunia II, seperti Stearman PT-17 dan N3N, yang merupakan pesawat militer bersayap dua. Tentu saja pesawat ini segera disadari terlalu kecil untuk mengangkut bahan kimia penghambat api atau air sehingga terpikir untuk mencari pesawat militer dengan ukuran lebih besar. Ide memanfaatkan pesawat militer ada untungnya karena pesawat tersebut segera bisa diperoleh dan relatif tidak mahal.

Desain pesawat ini selain mempunyai kemampuan manuver dan kecepatan memadai, juga kuat konstruksinya guna dimuati air dalam jumlah besar.

Dari konsep ini, AS yang sering dilanda kebakaran hutan, khususnya di California, lalu punya armada pesawat Perang Dunia II yang beralih fungsi menjadi pesawat pemadam kebakaran, mulai dari B-17 Flying Fortress (Boeing), PBY Supercat (Grumman), dan C-119 Boxcar (Fairchild). Dalam perkembangan berikut muncul pula P-3 Orion (Lockheed) dan C-130 Hercules (Lockheed). Dari jenis pesawat sipil, tipe yang dikenal sebagai tanker udara adalah DC-7 (Douglas) dan Il-76 (Ilyushin).

Sementara itu, helikopter—termasuk Black Hawk (Sikorsky)—juga disertakan dalam upaya ini meski fokusnya lebih untuk mengamankan pemadam kebakaran dan korban dari zona api yang berbahaya, atau untuk menangani kebakaran yang lebih kecil skalanya.

Dari CL-215 ke Be-200

Dari jajaran pesawat pengebom air yang dari awal dirancang khusus untuk keperluan ini adalah CL-215 (Canadair). Pembom air (water bomber) yang mulai dibuat tahun 1967 ini segera dipesan oleh Provinsi Quebeq di Kanada dan terus dibuat hingga tahun 1990. Selain Kanada, pembelinya adalah Perancis, Yunani, Italia, Spanyol, Thailand, Venezuela, dan Yugoslavia.

CL-215 bisa terbang hanya setinggi 30 meter di atas kebakaran. Saat itu pintu yang ada di perut—kalau di pesawat militer seperti pintu ruang bom—terbuka untuk menggelontorkan air atau bahan kimia seberat 4.536 kilogram ke arah api.

Sukses CL-215 yang bermesin piston melahirkan dorongan untuk membuat CL-415 yang bermesin jet.

Dirancang bertipe amfibi, CL-215 bisa lepas landas dan mendarat, baik dari landasan darat maupun laut terbuka. Kemudian untuk pengisian air di darat, CL-215 hanya butuh waktu sekitar dua menit. Sementara itu, kalau mengambil air dari danau atau laut, pesawat ini bisa menyiduk lebih dari 1.400 galon (sekitar 5.000 liter) dalam tempo 10 detik. Pesawat lalu dengan mulus menanjak lagi ke udara.

Adapun Be-200 yang bermesin turbofan dan dikembangkan oleh Berieva Aviatsionnyi Kompaniya dan Asosiasi Produksi Pesawat Irkutsk terbang pertama kali tahun 1998, dan kalangan Barat melihatnya untuk pertama kali di Pameran Kedirgantaraan Paris 1999.

Sebagaimana CL-215 yang dari awal dirancang sebagai pesawat amfibi, Be-200 juga bisa lepas landas dan mendarat di laut. Dalam misi pemadaman kebakaran, Be-200 yang berbahan bakar penuh bisa terbang sejauh 200 kilometer (km) dari satu landasan ke reservoir air, dan melakukan misi bolak-balik dari reservoir ke lokasi kebakaran guna melontarkan air total sebanyak 310 ton, lalu terbang sejauh 200 km ke landasan tempat ia berangkat.

Teknologi dirgantara

Di negara-negara seperti Amerika Serikat dan Kanada yang juga sering terjadi kebakaran hutan dan lahan, musim panas menjadi tantangan tersendiri bagi petugas pemadam kebakaran yang bertugas menyelamatkan penduduk, properti, dan satwa liar. Di tengah tantangan seperti itu, tulis Roger Guilllemette di situs answers.com, hadirnya tanker atau pembom air dengan raungan mesin yang gagah terbang rendah di garis depan kebakaran amat membesarkan hati.

Suasana seperti itu pula yang kiranya juga dirasakan tatkala Be-200 hari-hari ini akan berkiprah di Kalimantan Tengah.

Tampak bahwa bangsa-bangsa yang dihadapkan pada tantangan kebakaran hutan merespons problem komplet dengan mengerahkan teknologi dirgantara. Bangsa Indonesia rupanya tak sanggup merespons problem yang ia ciptakan sendiri dengan cara seperti itu. Tak ada pemikiran, misalnya, CN-235 dimodifikasi untuk mengangkut air, lebih-lebih merancang pesawat amfibi. Padahal, selain kebakaran hutan, pesawat amfibi potensial diperlukan untuk berbagai tujuan lain, termasuk untuk menggalakkan wisata perairan mengingat dua pertiga wilayah Indonesia adalah air.

Tuesday, November 14, 2006

Kebakaran

Minggu, 05 November 2006
Kalsel Tingkatkan Pemadaman di Lahan Gambut

Banjarmasin, Kompas - Sekitar 100 prajurit TNI dan puluhan petugas Pemerintah Kabupaten Banjar dan Kota Banjarbaru memadamkan kebakaran lahan gambut di Kecamatan Gambut, Kabupaten Banjar, dan di Lianganggang, Kecamatan Landasan Ulin, Banjarbaru, Sabtu (4/11). Pemadaman dilakukan agar asap tebal berkurang menjelang kedatangan dua pesawat pemadam api, Beriev BE 200, di Bandara Syamsudin Noor.

Kedua pesawat asal Rusia itu digunakan untuk pemadaman dengan bom air. Target utama pemadaman dari udara itu adalah lahan gambut di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan.

Pemadaman itu dipimpin Komandan Distrik Militer 1006/Martapura Letnan Kolonel Infantri Martono. "Pemadaman ini terus dilakukan dalam beberapa hari mendatang agar asap berkurang," katanya.

Kepala Pelaksana Harian Badan Koordinasi Nasional Penanganan Bencana (Kalakhar Bakornas PB) Mayor Jenderal TNI Syamsul Ma’arif di Banjarmasin, Kamis malam, mengatakan, pemadaman kebakaran lahan dan hutan di kedua provinsi mensyaratkan kondisi bandara harus bersih dari asap. Itu agar pesawat dapat mendarat dan lepas landas dengan aman.

Pada Sabtu pagi, sebagian wilayah Kalsel bercuaca cerah. Itu karena hujan lebat mengguyur sebagian wilayah Kabupaten Barito Kuala, Tanah Laut, dan Banjarbaru dalam dua hari terakhir. Ini berbeda dengan tiga bulan terakhir. Hampir seluruh wilayah Kalsel diselimuti asap tebal.

Cuaca yang baik dan hujan membuat sebagian petani Cerbon Barito Kuala turun ke sawah untuk mulai menyemai bibit padi dan membersihkan sawah. Dalam tiga bulan terakhir, para petani nyaris menganggur karena sawah mereka kering dan jadi sasaran amukan api.

Walhi adukan

Dalam situasi berbeda Wahana Lingkungan Hidup Sumatera Selatan mengadukan perusahaan pembakar lahan dan hutan ke Polda Sumatera Selatan. Mereka mendesak aparat kepolisian menyelidiki pembakaran di kawasan perusahaan perkebunan.

Surat pengaduan itu disampaikan Walhi Sumsel, Sabtu (4/11). Dalam surat itu mereka mengungkapkan hasil temuan pembakaran lahan yang dilakukan perusahaan perkebunan di Ogan Komering Ilir, Sumsel.

Ketua Dewan Daerah Walhi Sumsel Shofuan Yusfiansyah, mengatakan, dari investigasi Walhi (9-10/) ditemukan indikasi kebakaran lahan sawit sebuah perusahaan besar di Kabupaten Ogan Komering Ilir dilakukan oknum perusahaan itu. Pembakaran mencakup lahan di Desa Jermun dan Talang Nangka.

Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Sumsel Komisaris Besar Abusofah mengatakan, kepolisian menahan 23 tersangka pembakar lahan. Mereka merupakan petani tradisional, di antaranya dari Kabupaten Muara Enim, Ogan Ilir, Ogan Komering Ilir. "Pengaduan seharusnya disertai bukti, untuk membantu polisi mengungkapkan kasus itu," katanya. (FUL/LKT)

Kabut Asap

Sabtu, 04 November 2006
Penderitaan Berat Pengidap Asma...

M Syaifullah

Dengan badan yang kurus dan lemah, Ponijem (70) perlahan-lahan bangun dari tempat tidur. Untuk makan saja dia sudah tidak bisa melakukannya sendiri. Dia harus disuapi Bahra, seorang perawat.

Ponijem menderita asma berat dan terus menjalani perawatan intensif. Namun, kondisinya bertambah buruk akibat asap pekat dari kebakaran lahan dan semak belukar. Di Kalimantan Selatan, kebakaran seperti itu sudah berlangsung selama dua bulan terakhir.

"Serbuan asap ini membuat penyakit asma saya makin berat. Selain susah bernapas, badan juga menjadi terasa sakit semua," kata warga asal Jawa Timur ini.

Ponijem adalah salah satu dari 105 warga lanjut usia (lansia) yang menjadi penghuni Panti Sosial Tresna Werda Budi Sejahtera di Kecamatan Landasan Ulin, Banjarbaru, Kalimantan Selatan.

Panti itu adalah tempat para lansia kembali mengisi hidup dengan penuh makna. Mereka yang tinggal di sana umumnya tergolong tidak beruntung, sebatang kara dan patah semangat.

Ada yang semula mengisi hari tuanya tanpa anak dan suami yang telah meninggal dunia sehingga warga di kampungnya membawa si lansia ke panti.

Ada juga yang pada masa mudanya adalah perempuan perantau nan tangguh di Banjarmasin.

Namun, usia menggerogoti keperkasaan dirinya. Tanpa suami dan sanak saudara di tanah rantau, si perempuan tangguh menjadi lansia dengan hidup yang sepi seorang diri sehingga dia memutuskan tinggal di panti.

Panti itu berupa kompleks bangunan yang terdiri atas 13 rumah tempat tinggal yang mereka sebut wisma. Ada juga poliklinik, gedung pertemuan, dan kantor pengelola. Semuanya bercat warna krem yang teduh.

Wisma-wisma itu berdiri saling berhadapan mengepung taman asri tempat tumbuh tanaman berbunga, pohon-pohon mangga nan rindang, rumput nan hijau, serta bangku-bangku kayu diletakkan.

Dalam kompleks itulah Ponijem dan rekan-rekannya, yang rata-rata sudah berumur di atas 60 tahun, sehari-hari merawat bunga, menyirami pohon, dan bercengkerama. Di taman itu pula mereka bersenam bersama.

Apabila saat makan tiba, para lansia berbondong-bondong ke satu gedung yang menjadi dapur umum dan kantin. Aktivitas keseharian seperti itu untuk mengusir kesunyian hidup.

Dalam diri mereka yang telah rapuh oleh usia itu pun tumbuh persahabatan dan persaudaraan. Diri menjadi bermakna karena dapat membantu saat rekannya sakit atau kesusahan, dapat dibantu, memerhatikan, dan diperhatikan. Ada juga cinta yang tumbuh di sana. Alhasil, ada beberapa lansia yang menemukan jodoh dan menikah.

Berubah

Kabut asap mengubah segalanya. Panti itu memang terletak sekitar 5 kilometer dari Bandara Syamsudinnoor, Banjarbaru. Wilayah itu termasuk yang paling parah dihajar asap dalam tiga bulan terakhir di Kalimantan Selatan.

Usia para lansia yang senja memang rentan terhadap pencemaran udara. Ponijem bukan satu-satunya yang memburuk penyakitnya karena asap di tempat itu.

Perawat Bahra mengutarakan, belum lama ini seorang penghuni terpaksa dilarikan ke rumah sakit karena fisik melemah akibat usia dan buruknya cuaca. "Gangguan kesehatan yang mereka alami kebanyakan masalah pernapasan dan tenggorokan, mata, serta kurang tidur akibat asap," tuturnya.

Pengurus panti dan sekitar 40 perawat yang juga tinggal di panti itu pun harus bekerja keras menjaga kesehatan para lansia dan merawat yang sakit. Tidak diragukan, para perawat terampil untuk itu.

Namun, ada satu hal yang tidak banyak dapat diperbaiki Bahra dan rekan-rekannya, yaitu suasana penuh kehangatan yang hilang di kompleks itu.

Kabut asap memaksa semua aktivitas bersama dikurangi, bahkan ditiadakan. Tidak ada lagi senam beramai-ramai, menyiram tanaman, atau bercengkerama di taman.

Norma (60) menuturkan, dia kini lebih banyak berdiam di dalam kamar yang dia huni bersama dua rekannya. Bagaimana tidak, untuk ke mushala saja dia harus berjalan penuh kehati-hatian.

Walau terletak hanya beberapa meter dari wisma tempatnya tinggal, mushala sering tidak dapat terlihat karena pekatnya asap juga karena mata tuanya tidak lagi awas.

Keluar wisma juga berarti harus mengenakan masker pernapasan. Bagi perempuan seusia Norma, menghirup udara melalui masker cukup berat. "Selama ada asap, mata saya juga sangat perih dan sering berair kalau berlama-lama di luar ruangan," ungkap Norma, nenek asal Makassar.

Suasana dalam kompleks panti pun sunyi. Para lansia kembali merasakan sepi dalam dirinya. Beberapa di antara mereka mengaku suasana seperti itu kembali mengingatkan pada perasaan sebatang kara yang pernah mereka alami, rasa patah semangat.

Oleh karena itu, begitu bahagianya ke-105 lansia tersebut ketika cuaca membaik, Kamis (2/11) siang. Kabut pun menipis.

Para penghuni panti bergegas meninggalkan kamar, duduk santai di taman setelah makan siang. Ada kelompok yang tertawa, ada yang asyik berbincang. Ada pula yang sibuk memeriksa bunga dan ada yang berjalan beramai-ramai membawa termos untuk mengisi air hangat di dapur umum.

Bahra juga gembira melihat orang-orang tua yang dia rawat ternyata tetap sehat dan kembali bersemangat. "Selama ini kesehatan mereka terpantau dengan baik karena hampir seluruh perawat tinggal bersama mereka. Kalau bukan kita, siapa lagi yang peduli penderitaan mereka akibat asap sekarang ini," tutur Bahra.

Namun, Bahra, Ponijem, dan Norma juga tahu, udara cerah mungkin kembali hilang karena kebakaran lahan masih ada di bumi Kalimantan.

Mungkin Bahra benar, kebakaran lahan dan hutan serta kabut asap baru berakhir dan tidak akan pernah lagi terjadi hanya bila kita semua peduli terhadap penderitaan sesama.

KEBAKARAN LAHAN

Sabtu, 04 November 2006
Kalbar Rugi Rp 910 Miliar akibat Kebakaran Perkebunan

Pontianak, Kompas - Kebakaran di empat lahan perkebunan membuat Kalimantan Barat merugi Rp 910 miliar. Keempat perusahaan pemilik perkebunan itu tengah disidik Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Kalbar bersama lima perusahaan perkebunan lainnya.

"Ada tiga komponen yang dihitung, yaitu kerugian ekonomis, ekologis, dan immaterial. Bila terbukti (bersalah), perusahaan harus mengganti kerugian," kata Kepala Bapedalda Tri Budiarto, Jumat (3/11) di Pontianak. Besar kerugian dihitung tim Laboratorium Kebakaran Hutan dan Lahan, Institut Pertanian Bogor, setelah meninjau langsung areal kebakaran.

Kerugian ekologis dan ekonomi dihitung Rp 210 miliar, sedang kerugian immaterial dan biaya pemulihan Rp 700 miliar. Jumlah Rp 910 miliar hampir menyamai Anggaran Pendapatan dan Belanja (APB) Pemerintah Provinsi Kalbar setahun—Rp 1 triliun.

"Kami juga memanggil masyarakat yang menjadi saksi lahan terbakar," ujar Tri. Kamis lalu dua warga dipanggil sebagai saksi.

Sementara itu, staf organisasi konservasi lingkungan, WWF-Indonesia untuk Pontianak, Haryono Sadikin, meminta pemerintah daerah bekerja keras mengusut kebakaran lahan. Dia menduga, perusahaan cepat sekali melenyapkan barang bukti.

Dalam tiga bulan ini, kebakaran melanda lebih dari satu juta hektar (ha) lahan dan hutan di Kalimantan Tengah. Untuk mengakhiri, kawasan lahan gambut di bagian selatan Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan menjadi target utama bom air.

"Pengeboman dilakukan secepatnya setelah kegiatan di Sumatera Selatan selesai. Persiapannya mulai Minggu (5/11) di Bandara Syamsudin Noor," kata Kepala Pelaksana Harian Badan Koordinasi Nasional Penanganan Bencana Mayor Jenderal TNI Syamsul Ma’arif di Banjarmasin. Pihak Kalsel akan berkoordinasi dengan Kalteng.

Pesawat amfibi dari Rusia, Beriev BE-200, akan parkir di bandara itu. Dua pesawat C-130 Hercules dipakai memodifikasi awan untuk hujan buatan.

1 juta hektar

Kepala Badan Pengelola dan Pelestari Lingkungan Hidup Daerah (BPPLHD) Kalteng Moses Necodemus menjelaskan, kebakaran di Kalteng sudah melahap 1.000.031 ha lahan dan hutan dalam tiga bulan ini, tersebar di 14 kabupaten. Lahan kritis di provinsi itu 5 juta ha.

Kalimantan Timur yang biasanya terhindar kini pun diselimuti asap. Seluruh penerbangan perintis dari Bandara Temindung Samarinda sudah tiga hari dibatalkan hingga Jumat. Kemarin, jarak pandang berkisar 300 meter, padahal jarak pandang ideal untuk pergerakan pesawat adalah 5.000 meter.

Kepala Bandara Temindung Bambang Darmawanto mengatakan, jika jarak pandang menjadi 3.000 meter, pesawat bisa mendarat dan lepas landas.

Di Balikpapan, pihak Bapedalda membagi 1.500 masker pernapasan gratis. Menurut Kepala Stasiun Meteorologi Sepinggan Syamsul Huda, jarak pandang 1.000 m-7.000 m siang hari.

Pada hari Jumat asap lebih tipis dibandingkan hari sebelumnya. "Kandungan aerosol (material padat dalam udara) sekitar 170 mikrogram per meter kubik. Kemarin yang tertinggi 225," katanya. (FUL/RYO/BRO/YNS)

Aktivitas Bandara di Kalsel Terhenti

Kamis, 02 November 2006

Banjarmasin, Kompas - Pergerakan pesawat di Bandar Udara Syamsudin Noor, Banjarbaru, Kalimantan Selatan, hari Rabu (1/11) kemarin mulai pukul 11.00, terpaksa dihentikan. Hal ini akibat kabut asap terus menebal sehingga jarak pandang menjadi pendek, yakni hanya 100 meter hingga 200 meter.

Kemarin bandar udara (bandara) baru itu melayani pemberangkatan empat pesawat. Menurut Kepala PT Angkasa Pura I Bandara Syamsudin Noor, Munarto, keempat pesawat itu adalah milik maskapai penerbangan Garuda Indonesia, Lion Air, dan Batavia Air—dengan tujuan Jakarta dan Surabaya—serta Trigana Air.

Setelah keempat penerbangan tersebut, aktivitas terpaksa dihentikan. Dua pesawat tujuan Jakarta milik Garuda Indonesia dan Lion Air tidak bisa lepas landas hingga pukul 14.00. Jadwal kedatangan pesawat yang menuju bandara itu pun ditunda, seperti yang dialami pesawat Adam Air dan Sriwijaya Air dari Jakarta serta Batavia Air dari Surabaya.

"Kegiatan baru bisa pulih kalau jarak pandang sudah benar-benar layak, baik untuk keberangkatan maupun kedatangan," kata Munarto.

Kabut asap juga membuat kota Banjarmasin gelap hampir sehari penuh. Beberapa sekolah bahkan harus menyalakan lampu dan memutar kipas angin dalam ruang kelas.

Di Kalimantan Timur (Kaltim), kabut asap juga membuat otoritas Bandara Temindung, Samarinda, membatalkan semua penerbangan perintis. Pasalnya, jarak pandang sekitar 1.000 meter hingga 2.000 meter, jauh di bawah jarak pandang ideal yang 5.000 meter.

Akibat pembatalan itu, penumpang yang hendak bepergian terpaksa pulang dengan kecewa. Hal ini juga mengakibatkan bahan makanan dan obat-obatan yang akan dijual di daerah pedalaman menjadi tertunda.

Bandara Temindung dengan landas pacu sepanjang 900 meter merupakan basis penerbangan perintis dan penopang angkutan barang dan bahan makanan untuk warga pedalaman.

Kepala Bandara Temindung, Bambang Darmawanto, mengatakan, penerbangan yang dibatalkan kemarin adalah penerbangan dengan tujuan Long Ampung (Malinau), Tanjung Redeb (Berau), dan Datah Dawai (Kutai Barat).

Sehari sebelumnya penerbangan ke Berau juga dibatalkan. "Pembatalan dilakukan demi keselamatan penumpang," ujar Bambang.

Asap masih mengepul

Dari Jambi dilaporkan, lahan dan hutan yang terbakar di Kabupaten Muaro Jambi dan Tanjung Jabung Timur hingga kemarin masih mengepulkan asap. Meski demikian, jarak pandang di Jambi relatif baik, yakni lebih dari 2.500 meter. Aktivitas di Bandara Sultan Thaha pun normal.

Kepala Dinas Kehutanan Jambi Gatot Moeryanto mengemukakan, di beberapa lokasi di Kabupaten Tanjung Jabung Barat masih ada lahan yang terbakar. "Di sebagian besar wilayah Tanjung Jabung Barat hujan belum turun," katanya.

Lahan gambut hutan produksi dan hutan lindung yang terbakar secara besar-besaran sejak tiga bulan lalu adalah lahan bekas hak pengusahaan hutan (HPH) PT Rimba Karya Indah, HPH PT Putra Duta Wood, dan Taman Hutan Raya (Tahura) Sekitar Tanjung di Kabupaten Muaro Jambi.

Gatot menambahkan, Selasa lalu asap juga mengepul ke udara di bekas areal kebakaran di kawasan konservasi Taman Nasional Berbak (TNB).

Sudah 4.797 hektar

Sekretaris Pusat Pengendalian Kebakaran Lahan dan Hutan (Pusdalkarlahut) Jambi Frans Tandipauh menjelaskan, luas lahan dan hutan yang terbakar pada musim kemarau Juli hingga Oktober 2006 sekitar 4.797 hektar. Lahan itu terdiri atas kawasan hutan 2.375 hektar, areal perkebunan 1.280 hektar, dan lahan masyarakat 1.142 hektar.

Namun, Direktur Lembaga Swadaya Masyarakat Pinang Sebatang Jambi Husni Thamrin memperkirakan, sejak Juli 2006 hingga kini luas lahan dan hutan yang terbakar di Jambi sudah mencapai lebih kurang 15.000 hektar. (FUL/RYO/BRO/NAT)

Sunday, November 12, 2006

Sekolah Libur Sebulan

Selasa, 31 Oktober 2006
Palangkaraya, Kompas - Sudah hampir sebulan ini semua sekolah di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, terpaksa diliburkan karena tebalnya kabut asap akibat pembakaran lahan. Daya saing dan tingkat pengetahuan para murid pun dikhawatirkan menjadi lebih rendah dibandingkan dengan murid di daerah lain.

"Dilematis, meliburkan sekolah terlalu lama merugikan perkembangan pendidikan murid karena jam belajar berkurang. Namun, apabila murid dibiarkan bersekolah di tengah kualitas udara buruk, (hal itu) berbahaya bagi kesehatan anak sekolah," kata Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kalimantan Tengah (Kalteng) Hardy Rampay, Senin (30/10) di Palangkaraya.

Selain berharap kabut menipis, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kalteng akan membahas solusi masalah pendidikan itu. "Dikhawatirkan, daya saing murid di Kalteng menurun dalam menghadapi ujian nasional. Padahal, Kalteng sedang giat-giatnya berusaha meningkatkan kualitas pendidikan," kata Hardy.

Tingkat kelulusan siswa sekolah menengah atas (SMA) di Kalteng dalam ujian nasional tahun 2006 sebesar 93,07 persen, tingkat madrasah aliyah (MA) 95,03 persen, dan sekolah menengah kejuruan (SMK) 93,64 persen.

Sebanyak 9.615 siswa dari total 10.300 siswa SMA/MA di Kalteng yang mengikuti ujian nasional dinyatakan lulus. Dari 2.580 siswa SMK, 2.416 di antaranya lulus.

Sebagai perbandingan, angka kelulusan siswa tahun ajaran 2004/2005 pada ujian tahap pertama untuk SMA/MA sebesar 57,48 persen dan SMK sebesar 42,91 persen. Pada ujian tahap kedua, angka kelulusan siswa SMA/MA mencapai 98,93 persen dan SMK sebesar 98,47 persen.

Sehubungan dengan masalah asap, Kepala Badan Pengawasan dan Pelestarian Lingkungan Hidup Daerah Kalteng Moses Nicodemus menuturkan, berlarut-larutnya kabut asap disebabkan oleh maraknya kebakaran lahan gambut, terutama di selatan Kalteng.

Luas lahan gambut di Kalteng sekitar tiga juta hektar. Kawasan gambut Kalteng merupakan yang terluas di Kalimantan. Luasnya lebih dari sepertujuh total luas lahan gambut Indonesia.

Penduduk di sejumlah kota juga masih menderita karena buruknya kualitas udara akibat asap. Kota-kota itu, di antaranya, adalah Pontianak (Kalimantan Barat), Banjarmasin (Kalimantan Selatan), bahkan Palu (Sulawesi Tengah) yang mendapat kiriman asap dari Kalimantan Timur.

Asap pekat terutama menyelimuti Banjarmasin pada pukul 06.00 hingga 08.00. Jarak padang berkisar 100 hingga 500 meter. Asap diduga berasal dari kebakaran lahan di pinggiran Banjarmasin, di sekitar Banjarbaru dan Kabupaten Tanah Laut. Pada jalan penghubung Banjarmasin- Banjarbaru, kebakaran lahan ada yang sudah mencapai tepi aspal jalan.

Sementara itu, di Pontianak, kabut asap yang kembali turun memang belum tebal, tetapi cukup mengganggu aktivitas warga. Situasi yang sama tampak di Kota Palu. Kabut asap mengakibatkan Pegunungan Gawalise yang mengelilingi Kota Palu hanya tampak samar-samar. Biasanya, Pegunungan Gawalise yang menghijau tampak jelas dari hampir semua sudut di Kota Palu. (CAS/RYO/FUL/REI/NAT)