Monday, April 30, 2007

legislasi UU Penanggulangan Bencana

Jumat, 30 Maret 2007

Jakarta, Kompas - Rapat Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat, Kamis (29/3), menyetujui Rancangan Undang-Undang Penanggulangan Bencana ditetapkan menjadi undang-undang. Undang-undang ini akan memaksa pemerintah, pemerintah daerah, dan badan nasional penanggulangan bencana tidak "main- main" mengatasi bencana.

Rapat paripurna dipimpin oleh Wakil Ketua DPR Muhaimin Iskandar dari Fraksi Kebangkitan Bangsa. Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto juga hadir mewakili pemerintah.

Pasal 5 RUU itu menyebutkan, Pemerintah dan pemerintah daerah menjadi penanggung jawab dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana. Tanggung jawab itu antara lain pengurangan risiko bencana, pelindungan masyarakat, menjamin pemenuhan hak masyarakat dan pengungsi, pemulihan kondisi dampak bencana, pengalokasian anggaran dalam APBN, pengalokasian anggaran dana siap pakai.

Pasal 66 menyebutkan, Pemerintah, pemerintah daerah, badan nasional penanggulangan bencana, dan badan penanggulangan bencana daerah melakukan pengelolaan sumber daya bantuan bencana.

Dalam Pasal 78 disebutkan, Setiap orang yang dengan sengaja menyalahgunakan pengelolaan sumber daya bantuan bencana dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 tahun atau paling lama 20 tahun dan denda paling sedikit Rp 6 miliar atau paling banyak Rp 12 miliar.

UU ini mengatur sanksi apabila tindak pidana dilakukan oleh korporasi. Selain pidana denda dan penjara kepada pengurusnya, pidana denda juga dijatuhkan kepada korporasi dengan pemberatan tiga kali. "Pemerintah, operator, atau masyarakat semuanya bisa dikenai sanksi," kata Ketua Panitia Khusus RUU Penanggulangan Bencana Akhmad Muqoam.

Hening Parlan, Sekjen Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia, menilai disetujuinya RUU ini merupakan titik awal untuk menanggulangi bencana yang lebih baik dan komprehensif di seluruh tingkatan. (sut)

Monday, April 23, 2007

Barak Korban Tsunami Habis Terbakar

Senin, 05 Maret 2007

Penghuni yang Pernah Terpuruk Harus Mulai Kehidupan dari Nol Lagi

Banda Aceh, Kompas - Dua blok barak korban tsunami di Lambaro Skip, Kecamatan Kuta Alam, Kota Banda Aceh, yang ditempati 24 keluarga atau sekitar 100 jiwa terbakar habis, Minggu (4/3). Warga yang pernah terpuruk akibat tsunami itu harus memulai lagi kehidupan dari nol karena seluruh harta benda dan modal usahanya ludes.

Api yang diduga dari hubungan pendek arus listrik di sebuah kamar di Blok E itu terjadi sekitar pukul 10.30. Bangunan barak yang terbuat dari tripleks dan kayu membuat api dengan cepat merambat dan melalap masing- masing 12 kamar di Blok D dan Blok E. Nyaris tak ada penghuni yang sempat menyelamatkan harta benda mereka.

Muhzir Mahmud (30), penghuni barak kamar Nomor 48 D, mengatakan, seluruh barang berharganya ludes dilalap api, termasuk peralatan usaha untuk membuat kue, seperti blender, mikser, kompor, dan pemanggang. Alat-alat itu bantuan dari NGO Care Internasional senilai Rp 7 juta. Alat-alat elektronik seperti TV dan radio juga habis.

"Total kerugian yang saya alami sekitar Rp 17 juta. Kami kembali habis. Setelah tsunami, kini api menghabiskan semuanya," kata Muhzir yang tinggal di barak bersama istri dan seorang anaknya sejak tsunami.

Muhzir menambahkan, empat mobil pemadam kebakaran yang tiba di lokasi kebakaran sekitar pukul 11.30 tak bisa berbuat banyak. Para petugas pemadam kebakaran itu hanya bisa mencegah api agar tidak menjalar ke bangunan di sekitar barak. Sekitar pukul 13.00, api sudah mulai dipadamkan, tetapi dua blok barak berikut isinya itu rata dengan tanah.

Hasyim Abdullah (53), penghuni kamar Nomor 6 Blok E, mengatakan, seluruh harta bendanya, termasuk alat-alat sekolah milik anak-anaknya, ludes. "Hanya celana yang selamat. Semuanya musnah, termasuk barang- barang milik tujuh anak saya serta modal usaha yang kami kumpulkan setelah tsunami," katanya.

Kembali ke tenda

Pascakebakaran, sebagian penghuni barak belum tahu harus tinggal di mana karena rumah bantuan untuk mereka belum siap. "Mungkin akan kembali ke tenda lagi, seperti setelah tsunami dulu." kata Hasyim tentang rencana sementaranya.

Adapun mereka yang sudah siap pindah ke rumah bantuan pun sudah kehilangan barang-barangnya. (aik)

Longsor Warga Kaki Pegunungan Meratus Kesulitan Sembako

Selasa, 27 Februari 2007

Banjarmasin, Kompas - Sekitar 2.000 warga Kecamatan Paramasan di kaki Pegunungan Meratus terkucil dalam sepekan terakhir karena jalan menuju ke kecamatan di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, itu longsor. Warga pun sulit memperoleh barang kebutuhan pokok.

Jalan yang terputus tersebut membuat kendaraan pengangkut barang dari Kabupaten Tanah Bumbu atau Banjar tidak dapat mencapai Paramasan. Menjelang lokasi longsor, semua kendaraan harus berhenti. Selanjutnya barang diturunkan untuk dipikul ke Paramasan.

Untuk memenuhi kebutuhan, sejumlah pedagang terpaksa berbelanja ke ibu kota kabupaten di Martapura menggunakan sepeda motor. Akibatnya, harga barang kebutuhan pokok melambung di Paramasan.

Kepala Subdinas Penanganan Bencana Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan MasyarakatKalimantan Selatan Akhmad Arifin menjelaskan, setidaknya ada 10 titik longsor di ruas jalan mulai dari Loksado di Kabupaten huku Sungai Selatan hingga Menteweh di Kabupaten Tanah Bumbu yang panjangnya 189 kilometer.

Musibah itu terjadi bersamaan dengan hujan lebat yang mengguyur wilayah sekitar Pegunungan Meratus sepanjang pekan lalu. Jalan Loksado-Menteweh antara lain melintasi Piani di Kabupaten Tapin dan Paramasan di Banjar.

Arifin menguraikan, tiga titik longsor terdapat di Kecamatan Piani, sementara tujuh titik di Kecamatan Paramasan.

Saat ini sedang diupayakan untuk menimbun badan jalan yang longsor dengan meruntuhkan bukit yang ada di dekatnya. Hanya saja, usaha itu baru dilakukan di tiga titik longsor di Piani. Menurut Arifin, upaya tersebut memerlukan waktu beberapa pekan karena tim hanya memiliki satu alat berat.

Data di Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kalimantan Selatan menyebutkan, banjir yang beberapa kali berlangsung dalam dua bulan awal 2007 ini telah merendam 7.720 hektar sawah dan ladang. Sebanyak 1.780 hektar di antaranya dipastikan puso. (FUL)

Sunday, April 22, 2007

Banjir Rusak Jalan Trans-Kalimantan

Senin, 26 Februari 2007

Banjarmasin, Kompas - Kerusakan pada banyak bagian jalan trans-Kalimantan di Kalimantan Selatan diperparah oleh banjir yang berulang kali menggenang dalam dua bulan terakhir. Keadaan semakin buruk karena jalan juga dilintasi truk-truk batu bara dan kelapa sawit dengan muatan lebih setiap hari.

Pada ruas Kabupaten Tabalong-Banjarmasin yang panjangnya 233 kilometer, misalnya, kerusakan masih banyak terdapat di ruas jalan sejauh 30 kilometer antara Kecamatan Jaro hingga perbatasan Kalimantan Timur.

Sementara pada ruas lintas timur-selatan, sebagian jalan yang panjangnya 200 kilometer itu sudah tidak lagi berbentuk, lubang-lubang besar tersebar, aspal jalan juga banyak yang terkelupas. Kondisi tersebut terutama terdapat di Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu.

Poros selatan yang menuju Palangkaraya, Kalimantan Tengah, dari Banjarmasin juga rusak. Lubang besar dan kecil menyebar di hampir seluruh badan jalan.

Kondisi sejumlah jembatan di trans-Kalimantan pada ruas Kabupaten Tabalong-Banjarmasin dan Tanah Bumbu-Banjarmasin juga sangat memprihatinkan. Aspal di atas jembatan banyak yang terkelupas atau berlubang. Sebagian pagar jembatan hilang.

Kepala Dinas Pemukiman dan Prasarana Wilayah Kalsel M Arsyadi mengatakan, perbaikan jembatan dan jalan memerlukan dana sedikitnya Rp 1,5 triliun.

Tahun ini, Kalsel memperoleh sekitar Rp 480 miliar untuk pembangunan sektor pemukiman dan prasarana wilayah yang bersumber dari APBN, APBD, dan bantuan luar negeri. Sekitar Rp 300 miliar di antaranya untuk jalan dan jembatan.

Rehabilitasi gambut

Di Bandung pakar hidrologi Universitas Padjadjaran Chay Asdak menyatakan, rehabilitasi dan reboisasi lahan gambut dan bakau di Kalimantan harus diprioritaskan. Sebab, kerusakan lahan gambut dan hutan bakau membuat daerah itu kehilangan tempat penampungan air alami sehingga memicu banjir.

Menurut Asdak, fungsi lahan gambut dan bakau di Kalimantan itu sama dengan rawa-rawa di Jawa, yakni untuk menampung air saat musim hujan. Kerusakan lahan gambut otomatis akan mengurangi daya serap air sehingga air hujan langsung mengalir ke sungai dan terlimpas. (ful/che)

Bencana Alam Ratusan Terendam dan Tiga Rumah Tertimbun Longsoran

Jumat, 23 Februari 2007

Tapin, Kompas - Banjir di sebagian wilayah Kabupaten Hulu Sungai Selatan dan Banjar menyurut, tetapi di Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan, air justru semakin tinggi, Kamis (22/2). Di Tapin, banjir menggenangi ratusan rumah, tiga di antaranya tertimbun longsoran jalan.

Di Desa Harakit, Kecamatan Piani, tiga rumah tertimbun longsoran jalan. Tak ada korban jiwa, tetapi beberapa penghuninya luka ringan.

Sebuah kendaraan dengan delapan penumpang terjebak di ruas jalan yang putus akibat longsor. Para penumpangnya, termasuk seorang ibu yang hamil tua dan anak berusia tujuh tahun, berhasil dievakuasi warga.

Banjir setinggi 30 sentimeter hingga satu setengah meter itu mulai menggenangi Kecamatan Piani, Bungur, dan Tapin Utara sejak Kamis pukul 05.00. Sebagian warga terpaksa mengungsi.

Kepala Dinas Kesejahteraan Sosial Tapin Fahmi Saberi mengatakan, genangan air cukup tinggi di Bungur dan Tapin Utara karena pintu bendungan irigasi di Desa Linu terpaksa dibuka agar tidak jebol.

Hujan lebat di Kalimantan Selatan juga mengakibatkan banjir di sejumlah kabupaten lainnya. Di Banjar, air setinggi hingga satu meter menggenangi enam desa di Kecamatan Simpang Empat. Sekitar 800 rumah dan 200 hektar sawah terendam.

Dari Pekanbaru dilaporkan, Desa Kuntu dan Teluk Paman, Kecamatan Kampar Kiri, Kabupaten Kiri, Riau, Kamis kemarin kembali dilanda banjir. Puluhan warga mengungsi dan sedikitnya tiga titik jalan desa putus.

Camat Kampar Kiri Dasmar mengatakan, air mulai masuk ke rumah warga sekitar pukul 04.00. "Air juga menyebabkan tiga ruas jalan terputus. Ketinggian air di jalan bisa mencapai 50 sentimeter hingga 1,5 meter," tutur Dasmar. Komandan Koramil Kampar Kiri Lettu Yuharda mengatakan, hingga kemarin belum ada perahu karet untuk evakuasi warga.

Belum fokus

Sementara itu, meluapnya Sungai Citarum membuat Kabupaten Bandung dilanda banjir. Tiga kecamatan dan sedikitnya 2.000 rumah terendam hingga 1,5 meter.

Menurut pengamat hidrologi Universitas Padjadjaran, Chay Asdak, Kamis, saat ini ada dua permasalahan yang harus diselesaikan. Pertama adalah minimnya tempat penyimpanan air dan rehabilitasi situ-situ yang rusak. Kedua, adalah soal pemeliharaan tanggul yang ada.

Menurut Chay, belum ada keseriusan merehabilitasi situ-situ yang ada, sementara pembangunan gedung baru tidak memerhatikan fungsi lingkungan. "Tanah sudah kehilangan daya menahan air. Itu mengakibatkan kekeringan di musim kemarau dan banjir besar di musim hujan," kata dia. (FUL/ART/CHE)

Warga Masih Mengungsi Gempa-gempa Susulan Terjadi di Maluku Utara

Kamis, 22 Februari 2007

Makassar, Kompas - Gempa yang mengguncang kawasan Maluku Utara dalam dua hari ini menimbulkan ketakutan bagi warga kota Labuha, Kabupaten Halmahera Selatan. Karena ketakutan, ribuan orang meninggalkan rumah mereka untuk mengungsi ke perbukitan yang diyakini tak terjangkau tsunami.

Rabu (21/2), gempa susulan kembali terjadi. Menurut catatan Badan Meteorologi dan Geofisika, ada dua gempa susulan yang terasa kuat. Gempa pertama terjadi pukul 11.19 WIT dengan kekuatan 6 skala Richter (SR). Pusat gempa berada di koordinat 0,87º Lintang Selatan (LS) dan 127,31º Bujur Timur (BT) di kedalaman 22 kilometer. Gempa berikutnya terjadi pukul 13.41 WIT pada koordinat 1,02º LS dan 127,25º BT di kedalaman 33 kilometer.

Sejak gempa pertama berkekuatan 6,5 SR pada Selasa pukul 17.05 WIT, gempa susulan masih kerap terjadi. Pada Selasa malam, misalnya, terjadi gempa yang cukup kuat, masing-masing berkekuatan 5,3 SR (pukul 22.14 WIT) dan 6,1 SR (pukul 23.25).

Guncangan gempa yang terus terjadi menimbulkan gelombang pengungsi sejak Selasa malam hingga kemarin sore. Informasi yang diperoleh Kompas menyebutkan, saat terjadi gempa susulan pada Rabu siang, warga kota Labuha kembali dilanda kepanikan. Mereka berhamburan keluar rumah begitu merasakan guncangan gempa yang cukup keras.

Karena takut ancaman tsunami, warga pun berlarian menuju kawasan perbukitan yang dianggap aman.

Kota Labuha yang persis berada di tepi pantai di Selat Bacan dilaporkan agak sepi karena penduduk tiga desa di ibu kota Kabupaten Halmahera Selatan tersebut mengungsi. Ribuan warga, terutama kaum ibu, anak-anak, dan orang lanjut usia, meninggalkan rumah mereka di Desa Amasing Kota Utara, Amasing Kota Selatan, dan Labuha. Ketiga desa itu memang berada di dataran rendah dan daerah rawa-rawa. Di desa-desa tersebut hanya sebagian kaum lelaki yang berjaga-jaga. Meski demikian, kantor-kantor tetap buka hingga sore.

"Warga mengungsi karena trauma dengan tsunami. Mereka belum berani kembali ke rumah. Karena itulah, aparat pemda maupun kepolisian melakukan pengamanan rumah-rumah yang ditinggalkan itu. Saat ini situasi di Labuha sudah terkendali," kata Sekretaris Satuan Pelaksana Bencana Alam Halmahera Selatan Hamka Abdurrazak yang dihubungi dari Makassar, Sulawesi Selatan.

Hingga Rabu malam, jumlah pengungsi tercatat 1.635 orang. Mereka mengungsi di bukit-bukit di Desa Makian dan tinggal berdesakan di kantor desa dan sekolah-sekolah.

Kirim bantuan

Untuk membantu para pengungsi, Kepala Bagian Informasi dan Komunikasi Halmahera Selatan Zulfikar Duwila menyatakan, pemerintah telah mengirimkan bantuan bahan makanan dan obat-obatan. "Kami mengimbau warga untuk kembali karena tidak terjadi apa-apa," katanya.

Sejauh ini kerusakan akibat gempa terdata di Pulau Mandioli dan Batanglomang. Di Desa Pelita di Pulau Mandioli, 18 rumah rusak ringan, sedangkan di Desa Toin di Pulau Batanglomang tercatat 9 rumah rusak ringan serta 2 rumah, 1 kantor desa, dan 1 bangunan SD rusak berat.

Pemerintah setempat juga terus mendata kerusakan dari berbagai daerah. (ssd)

Friday, April 20, 2007

Petani Karet Tak Bisa Menyadap

Kompas

Kamis, 19 April 2007

BANJIR

Paringin, Kompas - Sekitar 100 petani karet di Kecamatan Paringin dan Juai, Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan, tak bisa menyadap dalam sepekan terakhir. Pasalnya, kebun karet mereka terendam air hingga setinggi 1,5 meter.

Sejak Jumat pekan lalu, luapan Sungai Balangan merendam beberapa desa di kedua kecamatan itu. Dua desa di antaranya, Wonorejo dan Sumber Rejeki, menjadi terkucil karena 1 kilometer ruas jalan yang menuju daerah itu terbenam.

Sejumlah petani di Juai, Rabu (18/4), mengungkapkan, banjir melengkapi penderitaan mereka. Karet tak bisa disadap, padahal sebelumnya sebagian sawah gagal panen akibat diserang hama wereng. "Rumah tergenang, padi puso, karet juga belum bisa disadap," kata Hilda, petani Desa Teluk Bayur, mengeluh.

Usaha menyadap karet sesungguhnya memberikan hasil yang cukup berarti bagi petani desa itu. Dengan menyadap 5 hingga 10 kilogram per hari, petani umumnya memperoleh penghasilan Rp 20.000 hingga Rp 50.000.

Sementara di Desa Batu Piring, Kecamatan Paringin, Aisyah, perajin tempe juga merugi sekitar Rp 4 juta akibat semua bahan baku usahanya terendam.

Camat Juai Fathansyah menyatakan tak ada korban jiwa dalam bencana ini. Sebagian warga bertahan di rumah masing-masing, tetapi ada juga yang mengungsi ke rumah sanak saudara. "Asal tidak ada hujan, banjir pasti menyurut dalam dua hari," katanya.

Di Kabupaten Hulu Sungai Utara, banjir melanda Kecamatan Amuntai Utara dan Amuntai Tengah. Sejumlah sekolah tergenang, seperti madrasah tsanawiyah di Desa Lok Bangkai. Untuk mencapai sekolah, siswa harus melintasi genangan dengan membuat jembatan dari susunan meja dan kursi. (FUL)

Air Makin Meninggi di Kota Amuntai

Radar Banjarmasin
Rabu, 18 April 2007

AMUNTAI ,- Kondisi air di dalam Kota Amuntai tampaknya semakin meninggi saja, menyusul banjir besar yang melanda Kabupaten Balangan. Banjir yang merendam 3 kecamatan di kabupaten tetangga tersebut berimbas ke daerah ini, lantaran ujung Sungai Balangan muaranya tepat di jantung Kota Bertakwa.

Dari pantau Radar Banjarmasin kemarin, volume air Sungai Balangan semakin tinggi dan arusnya sangat kuat, sedangkan warnanya pun kecoklatan-coklatan. Dapat dipastikan sejumlah desa yang berada di bantaran sungai ini terendam air, seperti di Desa Tambalangan dan Kelurahan Murung Sari.

Jalan utama yang menghubungkan Provinsi Kalsel dan Kalteng juga ikut terendam, tepatnya di Desa Pekapuran dan di Desa Panangkalaan Kecamatan Amuntai Utara. Di dua titik rendaman air ini, terpaksa kendaraan roda empat maupun roda dua berjalan lambat. Pengemudi dipaksa ekstra hati-hati, lantaran jalan yang menghubungkan ke daerah Kalua (Tabalong)-Ampah-Tamiang Layang-Buntok ini, aspalnya terendam air setinggi 10-20 centimeter. Arus airnya pun sangat kuat membelah jalan negara ini.

Kantor Polres HSU yang berada di Kelurahan Murung Sari pun ikut terendam air, mulai di depan jalan masuk hingga halaman kantor Polres. Demikian pula dengan Jalan Basuki Rahmat tepat di depan RSUD Pambalah Batung Amuntai mengalami hal yang sama, air setinggi 30 centimeter menggenangi salah satu jalan utama di kota ini.

Tapi halaman parkir rumah sakit milik pemerintah daerah ini masih kering. (bie)

Koban Puting Beliung Minim Bantuan

Rabu, 7 Maret 2007
Radar Banjarmasin

BANJARMASIN,- Amukan angin puting beliung yang memporakporandakan sejumlah rumah warga di Jalan Sulawesi Gang SDN 14 Banjarmasin Tengah sekitar setengah bulan lalu, ternyata kurang mendapat perhatian dari pihak-pihak berkompeten. Buktinya, bantuan untuk para korban musibah tersebut hingga kemarin nyaris tak ada, baik Pemkot Banjarmaisn maupun dari Pemprov Kalsel.

Musibah puting beliung yang terjadi pada pertengahan Februari lalu itu sedikitnya merusak 16 rumah warga. Tapi selama ini, menurut penuturan salah seorang korban, mereka baru dua kali menerima bantuan. “Sekadar bapak ketahui, selama ini kami baru menerima batuan 2 kali dengan ini (kemarin, red). Sebelumnya pernah dibantu Rosehan (Wagub Kalsel) secara pribadi. Jika memang pemerintah tidak memberikan bantuan tolong diberitahu, agar kami tidak berharap,” ungkap salah seorang korban saat menerima bantuan untuk 16 KK korban angin puting beliung berupa dana dari Partai Amanat Nasional (PAN), kemarin.

Menanggapi itu, Ketua DPC PAN Kota Banjarmasin, H Yusri Ssos, mengharapkan pemerintah baik Pemkot mapun Pemprov dapat sesegera mungkin memberikan bantuan. “Mengingat kondisi para korban ini, kita harapkan pemerintah dapat sesegera mungkin memberikan bantuannya kepada para korban ini,” ujarnya didampingi Seketarisnya, M Dafik As’ad. (dla)


Ribuan Rumah Warga Masih Terendam 4 Kecamatan Paling Parah, Produksi Telur Alabio Turun

Selasa, 6 Februari 2007

Radar Banjarmasin
AMUNTAI,- Luapan sungai Balangan dan sungai Tabalong sejak Jumat pekan lalu, hingga kemarin masih dirasakan warga Kabupaten Hulu Sungai Utara. Sedikitnya 2.181 rumah warga di 7 kecamatan di HSU masih terendam.

Daerah paling parah terjadi di Kecamatan Amuntai Tengah, Kecamatan Banjang, Kecamatan Amuntai Selatan dan Kecamatan Amuntai Utara. Ketinggian air di empat kecamatan ini tidak merata, antara 15 cm hingga 200 cm.

Menurut petugas Satlak Penanggulangan Bencana Kabupaten HSU, banjir tidak hanya merendam ribuan rumah warga. Dilaporkan, seluas 18 hektare lahan pertanian di Kecamatan Amuntai Utara, Sungai Pandan dan Kecamatan Babirik juga rusak terendam air.

Itu belum termasuk kerusakan 1.215 kilogram bibit padi yang disemai di sekitar 40,5 hektare lahan pertanian di Kecamatan Sungai Pandan dan Kecamatan Amuntai Utara.

Kerusakan juga melanda sektor peternakan. Kerugian cukup besar diderita warga HSU, khususnya produsen telur itik Alabio. Tercatat produksi telur Alabio yang turun hingga 20 persen akibat banjir.

Ditaksir kerugian material yang diderita produsen telur Alabio mencapai Rp480 juta. Menurunnya produksi telur itik Alabio ini hampir terjadi di 7 kecamatan yang terkepung banjir.

Kerugian lain juga dialami para peternak tambak di sepanjang aliran sungai Tabalong dan Balangan. Tercatat, sedikitnya 21 buah usaha keramba warga yang ada di dua sungai besar berhulu di Kabupaten Tabalong dan Balangan itu, hanyut atau rusak.

Kabag Kesbang Linmas Setda HSU Drs H Rahmadi MSi kepada sejumlah wartawan kemarin mengatakan, sampai saat ini belum ada laporan tentang jumlah sekolah dan tempat ibadah yang terendam.

“Namun begitu, ada beberapa sekolah yang meliburkan siswanya. Yakni tiga sekolah dasar, satu Madrasyah Tsanawiyah dan 2 TK di Amuntai, Kecamatan Amuntai Tengah,” sebut Rahmadi.

Menurut dia, saat ini dinas-dinas terkait, seperti dinas pendidikan, kesehatan dan bagian sosial Pemkab HSU, telah menangani tempat ibadah yang terendam dan sejumlah fasilitas layanan kesehatan yang turut terendam.

“Meski banjir kiriman menyerang hampir seluruh wilayah HSU, tidak ada warga yang dievakuasi. Sebagian besar masyarakat masih bertahan di rumah masing-masing,” ujar Rahmadi. Kendati begitu, masyarakat yang menjadi korban tetap mengharapkan bantuan bahan pangan.(bie)

Curah Hujan Tinggi, 4 Kecamatan Terendam

Senin, 5 Februari 2007
Radar Banjarmasin

H Arifin MT: Kami akan Bangun Sodetan

BANJARMASIN – Intensitas curah hujan yang tinggi melanda Kabupaten Tabalong beberapa hari terakhir lalu, sempat merendam empat kecamatan; Muara Harus, Kelua, Pugaan dan Kecamatan Benua Lawas. Ketinggian air di empat kecamatan itu mencapai puluhan centimeter.

“Memang beberapa hari lalu, empat kecamatan di Tabalong sempat terendam banjir akibat curah hujan tinggi. Tapi alhamdulillah, kini airnya sudah surut,” ujar Kepala Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tabalong Ir H Arifin Noor MT saat berada di Banjarmasin, Sabtu (3/2).

Banjir yang melanda empat kecamatan di Tabalong tersebut, dilaporkan akibat luapan sungai Tabalong. Ketinggian air tak tertampung sungai Tabalong hingga melampaui ambang batas. Akibatnya, sejumlah infrastruktur jalan dan areal persawahan warga terendam.

Menurut Arifin, yang diusung koalisi Partai Bulan Bintang dan Partai Amanat Nasional untuk menjadi Bupati Tapin pada pilkada mendatang, peristiwa banjir di empat kecamatan itu cukup menjadi pelajaran. Saat ini Bina Marga dan Pengairan Tabalong telah merancang program antisipasi.

“Kami akan bangun beberapa sodetan untuk mengantisipasi luapan sungai Tabalong,” ujar pria yang akrab dengan kalangan ulama ini. Program sodetan ini merupakan rancangan “mengoperasi” sungai Tabalong. Sungai akan disambung dengan kanal-kanal.

Dengan sistem sodetan, volume air sungai Tabalong dipecah. Fungsinya akan kelihatan tatkala curah hujan tinggi seperti sekarang. “Air diantisipasi agar tidak meluap ke infrastruktur jalan atau pahumaan warga,” katanya.(ddn)


Data Kerugian Banjir Belum Masuk

Sabtu, 3 Maret 2007
Radar Banjarmasin

Hadi Soesilo: Kabupaten Belum Laporkan

BANJARMASIN – Agaknya, koordinasi antara pemerintah kabupatan dan provinsi soal penanganan bencana dan dampak yang ditimbulkannya harus lebih ditingkatkan lagi. Bagaimana tidak, sampai kemarin kabupaten yang tertimpa bencana banjir dan tanah longsor di awal 2007 ini belum melaporkan kerusakan dan kerugian akibat musibah tersebut.

Sekretaris Satuan Koordinasi Pelaksanaan Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi (Satkorlak PBP) Kalsel Hadi Soesilo mengaku belum mendapatkan laporan, baik kerugian harta benda maupun infrastruktur jalan dan jembatan yang rusak akibat musibah tersebut. “Laporan yang disampaikan hanya jumlah rumah yang terendam, ketinggian air, serta perkembangan terakhir seputar bencana,” ujar Hadi Soesilo kepada wartawan saat ditemui di ruang kerjanya, kemarin.

Nah, lantaran belum mendapatkan laporan tersebut, Satkorlak tidak mempunyai data lengkap kerugian akibat bencana alam sepanjang 2007 ini.

Ternyata tak hanya Satkorlak yang belum punya data kerugian dan dampak kerusakan akibat bencana alam, instansi yang sangat berkepentingan seperti Dinas Sosial (Dinsos) pun belum memiliki data lengkap. “Kalau kerugian bencana tahun 2006 lalu sudah dilaporkan, tapi untuk 2007 ini belum ada,” ungkap Zakaria, Kasubdin Bina Organisasi dan Pengendalian Bencana (BOPB) Dinas Sosial Kalsel, kemarin.

Nah, belum terdatanya kerusakan dan kerugian akibat bencana alam tersebut, tidak sejalan dengan keinginan Wakil Gubernur Kalsel HM Rosehan NB SH. Soalnya, beberapa waktu lalu Rosehan telah memerintahkan instansi terkait mendata kawasan yang terendam banjir serta menginventarisir kerugian akibat musibah banjir musiman yang terjadi di sejumlah daerah di Kalsel. “Koordinasi harus lebih ditingkatkan, termasuk koordinasi pelaporan data korban banjir, kerugian harta, kerusakan lingkungan dan data kebutuhan yang diperlukan,” ujar Rosehan Jumat (23/2) lalu.(sga)


  [ Kemba

Ruas Jalan Protokol Amuntai “Calap”

Radar Banjarmasin
Selasa, 17 April 2007

AMUNTAI ,- Kembali, untuk yang kedua kalinya dalam tahun 2007 ini, Kota Amuntai kebanjiran. Ini lantaran tingginya curah hujan di daerah hulu sungai, yakni Sungai Tabalong dan Sungai Balangan yang bermuara di kota ini. Akibtanya, sejumlah ruas jalan utama di Kota Bertakwa terendam air setinggi pergelangan kaki orang dewasa. Dari pantauan wartawan koran ini, Jalan A Yani tepatnya di depan perkantoran Pemkab HSU sepanjang 1 kilometer air mengenangi jalan utama kota ini.

Begitu pula di Jalan H Abdul Aziz arah pasar Amuntai, juga terendam air setinggi 15 centimeter. Ini terjadi sejak dua hari terakhir dari Minggu hingga Senin kemarin.

Kondisi ini membuat warga yang ingin melintas di jalan ini terpaksa harus berhati-hati, meski air tidak terlalu tinggi di ruas jalan utama Kota Bertakwa ini.

Sementara itu, ratusan rumah warga di Desa Tambalangan, Kecamatan Amuntai Tengah, yang berada persis di belakang Pasar Amuntai terendam. Di desa yang berada di bantaran Sungai Balangan ini hampir 75 persen rumah warga terendam hingga ke dalam rumah. Ketinggian air mencapai 10 centimeter hingga 25 centimeter.

Ini seperti yang diungkapkan Rima Handayani, warga Desa Tambalangan kepada Radar Banjarmasin. Dikatakannya, air mulai naik sejak hari Sabtu siang hingga membuat banyak rumah warga terendam air sejak Sabtu malam sampai sekarang. “Banjir di tempat kami memang sudah biasa, tapi dari tahun ketahun ketinggiannya semakin meningkat. Ini saja untuk yang kedua kalinya dalam tahun 2007 ini,” bebernya.

Masih dari pantauan koran ini, di Desa Pasar Senin, Kecamatan Amuntai Tengah, satu buah sekolah dasar terendam air. Akibatnya, para murid terpaksa belajar tanpa mengenakan sepatu. Meski sekolahnya kebanjiran, namun para siswa SDN Pasar Senin 1 tidak diliburkan.

“Proses belajar mengajar masih dilakukan, walupun air merendam ruang-ruang sekolah,” ujar salah satu orang tua murid yang mengantar anaknya ke sekolah ini. “Tiap air meluap sekolah ini menjadi langganan terendam, tapi tampaknya bangunan sekolah tidak juga ditinggikan atau dipindah,” lanjutnya.

Ia pun berharap, sekolah ini bisa ditinggikan bangunannya atau dipindah ke lokasi lain, agar tidak lagi menjadi langganan terendam air setiap musim hujan. (bie)

Balangan Banjir, 20 Desa Terendam

Radar Banjarmasin
Selasa, 17 April 2007

2 Desa Terisolir

PARINGIN ,- Hujan lebat yang mengguyur selama sepekan ini, mengakibatkan 20 desa yang berada di 3 kecamatan di Kabupaten Balangan yakni Kecamatan Halong, Kecamatan Juai, dan Kecamatan Paringin banjir. Bahkan di Kecamatan Juai ada dua desa yang terisolir yakni Desa Wonorejo dan Desa Sumber Rejeki. Hal ini terjadi akibat sulitnya medan yang ditempuh untuk menuju desa tersebut, juga derasnya arus air yang harus dilalui.

Pantauan Radar Banjarmasin kemarin, di 3 kecamatan yang terendam banjir lebih parah dibanding banjir tahun lalu di mana jika dahulu ketinggian air hanya selutut orang dewasa, sekarang ketinggian air sudah mencapai dada orang dewasa. Tak hanya itu, sekitar 3.199 jiwa terancam penyakit lantaran tidak mau mengungsi dan menganggap banjir ini biasa-biasa saja.

Bupati Balangan Ir H Sefek Effendie ME kepada wartawan mengatakan, tim Satlak PB Kabupaten Balangan dan Tagana telah diturunkan untuk melakukan evakuasi kepada warga yang ingin mengungsi. “Kami tidak ingin dikatakan lamban menangani banjir, tim Satlak dan Tagana sudah saya perintahkan untuk sesegera mungkin membantu korban terutama di dua desa yang terisolir. Saya juga meminta segera menyediakan perahu karet, tenda pengungsian dan dapur umum,” ungkap Sefek yang langsung meninjau lokasi banjir bersama Wakil Bupati Balangan Drs H Ansharuddin Msi.

Ditambahkan Sefek, untuk kerugian sementara belum bisa didata. Namun akibat banjir kali ini, dipredeksi 1.200 hektare areal persawahan terancam gagal panen. Untuk antisipasi, Pemkab Balangan telah menyiapkan 30 ton bibit padi untuk diberikan kepada masyarakat yang lahannya terkena banjir. “Untuk kerugian masih dihitung. Namun untuk areal persawahan yang terkena banjir dan gagal panen kami siapkan bantuan bibit,” tambah Sefek sembari menjelaskan pihaknya juga melakukan evakuasi sebanyak 36 siswa SMA yang akan mengikuti UAN pada besok (hari ini, Red) supaya mereka tidak tertinggal.

Sementara Wakil Bupati Balangan Drs H Ansharuddin Msi yang juga Ketua Satlak PB Kabupaten Balangan menjelaskan, bahwa bantuan sembako telah disiapkan bagi korban banjir. “Seandainya ada bantuan dari pihak lain, kami siap menampungnya,” jelas Anshar.

Aman (50), warga Desa Teluk Bayur Kecamatan Juai kepada Radar Banjarmasin mengatakan, masyarakat yang terkena banjir sangat memerlukan bantuan sembako. “Kami mengharapkan bantuan, walaupun seadanya kami sangat berterimakasih,” paparnya. Aman menyesalkan kunjungan Bupati Sefek ke lokasi banjir hanya sebatas serimonial menyerahkan bantuan di kantor Kecamatan Juai, tanpa langsung turun untuk melihat ke daerah-daerah yang kondisinya parah terkena banjir.

Tim relawan Radar Banjar Peduli (RBP) yang berkoordinasi dengan wartawan Radar Banjarmasin biro Kabupaten Balangan Achmad Juhriansyah juga mendata jumlah masyarakat yang terkena banjir untuk selanjutnya RBP akan menyalurkan bantuan sembako kepada warga yang benar-benar memerlukan, serta memberikan layanan pemeriksaan kesehatan secara gtaris.

Sementara itu, PT Adaro Indonesia juga turun menurunkan tim bantuan medis dan menyediakan sebuah perahu karet untuk mengevakuasi korban. “ Kami juga akan membantu dengan memberikan pelayanan medis,” jelas Abdurrahman, Kepala Bagian Comunitty Development (CD) PT Adaro Indonesia. (jhr)

Desa-Desa Yang Terkena Banjir

1. Kecamatan Juai

- Desa Gelumbang 160 KK 625 Jiwa

- Desa Teluk Bayur 160 KK 636 Jiwa

- Desa Juai 155 KK 596 Jiwa

- Desa Sumber Rezeki Terisolir

- Desa Wonorejo Terisolir

- Desa Bata - 443 Jiwa

- Desa Lalayau 133 KK 536 Jiwa

- Desa Mihu Belum ada data mutlaknya di Dinas Sosial

-

2. Kecamatan Halong

- Ada 3 Desa yang terendam namun pihak Kecamatan belum melaporkan nama-nama desanya

3. Kecamatan Paringin

- Desa Paringin Kota 45 KK 164 Jiwa

- Desa Batu Piring 29 KK 113 Jiwa

- Desa Bungin 3 KK 15 Jiwa

- Desa Murung Jambu 1 KK 6 Jiwa

- Desa Hujan Mas 12 KK 36 Jiwa

- Desa Tarangan 8 KK 20 Jiwa

- Desa Kalahiyang 3 KK 8 Jiwa

- Desa Harapan Baru 5 KK 20 Jiwa

- Desa Baruh Bahinu Dalam 2 KK 8 Jiwa

Wabup Tinjau Lokasi Rawan Banjir

Rabu, 28 Februari 2007
Radar Banjarmasin


BATULICIN ,- Musibah banjir yang sempat melanda sejumlah desa di Kecamatan Kusan Hulu (Lasung) dan Kecamatan Karang Bintang dan Batulicin, sepekan lalu, mendapat perhatian serius dari Wakil Bupati Tanbu H Abdul Hakim G.

Orang nomor dua di Kabupaten Bersujud ini langsung mendatangi lokasi banjir bersama Kepala Dinas Sosial Kesbanglinpemas H Abdul Gafar beserta jajarannyanya, Sabtu (24/2) pekan tadi, sekaligus memberikan bantuan berupa paket sembako yang layak untuk di konsumsi kepada masyarakat yang terkena musibah banjir. Bahkan, untuk memastikan kondisi warga benar-benar aman, rombongan harus bermalam selama dua hari bersama warga di lokasi banjir.

Untuk menuju ke lokasi banjir, rombongan menggunakan sebuah perahu Dolphin milik Dinas Sosial setempat yang merupakan bantuan dari Departemen Sosial Pusat. Hingga saat ini, Pemkab Tanbu telah memiliki 2 buah perahu evakuasi, yakni satu unit perahu karet dan satu unit perahu Dolphin. Ikut menyertai dalam kunjungan itu seperti anggota Tim SAR dan Tagana Kabupaten Tanbu.

Menurut Kepala Dinas Sosial Kesbanglinpemas, H Abdul Gafar,

banjir yang melanda Kecamatan Kusan Hulu merupakan banjir

kecil, karena hanya mengakibatkan terhambatnya aktifitas warga.

Dipaparkannya, kategori banjir ada 3 macam. Pertama, banjir kecil yang salah satunya mengakibatkan terhambatnya aktivitas masyarakat. Kedua, banjir sedang yang dapat mengakibatkan rusaknya lahan pertanian bagi masyarakat. Dan ketiga, banjir besar yang dapat menimbulkan korban korban jiwa dan terendamnya pemukiman penduduk setinggi 80 cm hingga 2 meter.

Untuk menanggulangi bahaya banjir tersebut, dijelaskan Kabid Kessos Drs Anwar Salujang, alternatip pencegahannya ada 3. Pertama, merelokasi pemukiman penduduk ke tempat yang lebih aman atau dataran tinggi. Memperlebar aliran muara sungai dan melakukan pengerukan pada muara sungai. Membuat DAM agar dapat mengetahui curah hujan yang turun.

“Namun harus adanya keterkaitan pihak pemerintah, karena membutuhkan dana yang cukup besar. Oleh karena itu, langkah pertama saja yang dapat ditempuh oleh pemerintah daerah,” jelasnya.

Selain meninjau banjir sekaligus memberikan bantuan yang diserahkan langsung oleh Wakil Bupati Tanbu H Abdul Hakim G, kedatangan rombongan dalam rangka untuk mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM) Komonitas Masyarakat Adat Tertinggal (KAT) yang bermukim di Desa Karang Bintang, Desa Selisilau, dan sejumlah desa di Kecamatan Kusan Hulu. Dalam arahannya, Wakil Bupati Tanbu H Abdul Hakim G, meminta kepada seluruh warga yang terkena musibah banjir agar selalu waspada apabila musibah serupa terjadi lagi.

“Jangan pikirkan harta benda. Jika musibah banjir datang, yang lebih utama selamatkan jiwa,” pesan wabup. (kry)


Thursday, April 19, 2007

Bupati ke Lokasi Banjir

Sabtu, 24 Februari 2007

Radar Banjarmasin

MARTAPURA- Ternyata tidak hanya Kecamatan Pengaron dan Simpang Empat di Kabupaten Banjar yang dilanda banjir. Kecamatan Sungai Pinang dan Kecamatan Peramasan serta Karang Intan juga mengalami hal serupa, meski tidak separah di dua kecamatan itu.

Untuk melihat kondisi banjir yang melanda kecanatan-kecamatan itu, Kamis (22/2) kemarin, orang nomor satu di Kabupaten Banjar, HG Khairul Saleh bersama unsur Muspida mengunjungi lokasi banjir terparah di Kecamatan Pengaron.

Untuk menuju lokasi banjir, para pejabat ini harus melalui jalan yang lumayan jauh. Bahkan jalannya berliku dan sangat terjal, lantaran harus melewati jalan angkutan tambang batu bara.

Meski demikian, Khairul Saleh didampingi Sekda Banjar Ir Yusni Anani bersama Dandim 1006 Martapura, Camat Pengaron serta Kepala Kesbanglinmas masih semangat, bahkan mereka rela berbasah-basah ria di atas perahu karet, yang membawa rombongan berkeliling desa untuk sekedar menyapa dan meringankan beban warganya, yang terkena musibah.

“Saya minta pian-pian bersabar, ini mungkin cobaan bagi kita. Mudah-mudahan banjir segera surut,” ujar Khairul ketika berbicara kepada warga yang bertahan di atap rumah yang terendam.

Di sela-sela peninjauan, Khairul Saleh mengatakan, musibah banjir di Kabupaten banjar hampir setiap tahun terjadi. Untuk itulah pemda selalu siaga setiap saat, untuk melakukan penanggulangan terhadap korban bencana. “Kami selalu siap setiap saat, jadi warga jangan khawatir,” tegasnya.

Khairul juga mengingatkan kepada warga yang berada di wilayah yang rentan banjir, supaya selalu waspada jika datang hujan, apalagi ketika hujan lebat. Karena hujan deras sangat berpotensi menimbulkan banjir kiriman, sehingga jangan sampai menimbulkan korban. “Kepada warga saya minta lebih waspada, karena ini adalah musim hujan, saya khawatir air kiriman akan melimpah,” pintanya.

Selin melakukan kunjungan, bupati juga membawa bantuan berupa beras sebanyak 8 ton, dan juga mi instan. Makanan tersebut sudah dibagikan kepada setiap kepala keluarga, masing-masing menerima 5 liter beras plus mi instant per KK yang terkena musibah banjir di 2 kecamatan terparah, yakni Kecamatan Pengaron dan Simpang Empat.(spn)

DPC PKB Bantu Korban Banjir

Sabtu, 24 Februari 2007
Radar Banjarmasin

RANTAU– Musibah banjir di Kabupaten Tapin mendapatkan simpati dari DPC Partai Kebangkitan Bangsa Tapin. Partai yang menjadi pemenang Pemilu beberapa tahun silam ini memberikan bantuan berupa 100 dos mi instan untuk Kecamatan Bungur dan Kecamatan Piani, kemarin pagi.

Wakil Ketua DPC PKB Tapin H Sulaiman Noor kepada koran ini menyatakan, bantuan ini diberikan pada 2 lokasi kecamatan yang ditimpa musibah banjir, yakni Kecamatan Bungur dan Kecamatan Piani. Bantuan tersebut berupa 50 dos mi instan untuk Kecamatan Bungur dan 50 mi instan untuk Kecamatan Piani.

Bantuan tersebut, kata Sulaiman diserahkan langsung kepada 2 camat di 2 kecamatan tersebut. “Di Kecamatan Piani, saya sendiri bersama pengurus DPC PKB Tapin di Desa Batung yang menyerahkan, dengan diterima Camat Piani HM Hasbi. Sedangkan untuk Kecamatan Bungur diserahkan kepada Camat Bungur H Abdul Hamid SSos oleh Wakil Ketua DPC PKB Sibawaihi, kemarin pagi di Bungur. Bantuan ini kami percayakan pada camat masing-masing yang menyerahkan kepada korban banjir. Soalnya mereka lebih tahu mana warga yang membutuhkan bantuan dan tidak,” kata Sulaiman.

Bantuan ini sengaja kami berikan, sebagai bentuk perhatian PKB kepada para korban musibah banjir, tambah Sulaiman.

Diharapkan, dengan bantuan ini akan memancing para dermawan lainnya baik yang ada di Tapin maupun yang ada di luar Tapin agar bisa membantu meringankan beban saudara kita yang tertimpa musibah.(nti)

4 Kecamatan Terendam Air Sungai Tapin Meluap

Jumat, 23 Februari 2007

Radar Banjarmasin
RANTAU,- Meluapnya Sungai Tapin akhirnya menimbulkan banjir di kawasan di sepanjang bantaran Sungai Tapin di Rantau. Mulai dari Desa Miawa di Kecamatan Piani, Desa Bungur hingga ke Linuh di Kecamatan Bungur hingga Kecamatan Tapin Utara, totalnya kurang lebih 15 desa terendam banjir hingga kemarin sore.

Banjir yang melanda 4 kecamatan tersebut diakibatkan hujan deras yang mengguyur Kabupaten Tapin sepanjang hari Rabu hingga Kamis dini hari kemarin. Akibatnya ratusan rumah warga dikepung banjir.

Dari pantuan Koran ini, di Kecamatan Piani, tepatnya di Desa Harakit jembatan kayu ulin putus akibat diterjang banjir, hingga warag di 4 desa terisolir. Keempat desa tersebut adalah Desa Harakit, Batu Ampar, Buniin, dan Pipitak dikepung banjir setinggi 50 centimeter.

“Alhamdulillah banjir di Piani sudah mulai menurun pagi kemarin, saat ini ketinggian air hanya mencapai setinggi lutut orang dewasa. Di Miawa ada 35 rumah yang terendam sedangkan di Batu Ampar ada 18 rumah yang terendam banjir,” ujar Camat Piani HM H Hasbi.

Akibat banjir di Batu Ampar, ada seorang nenek Samiah berusia sekitar 60 tahun meninggal dunia. Nenek Samiah meninggal usai mengangkat dan menyelamatkan kacang hasil panen ke tempat yang aman. “Kemungkinan besar, nenek Samiah kelelahan akibat mengangkat kacang dan mendadak meninggal dunia karena terkejut dengan datangnya banjir,” ucap Hasbi.

Keadaan seupr terjadi di Kota Rantau justru. Air sungai tiba-tiba datang dan meluap sekira pukul 05.00 Wita kemarin. “Subuh kemarin,tiba-tiba terdengar suara menderu-deru dan tanpa kami duga tuba-tiba saja air langsung masuk ke dalam rumah. Hanya dalam hitungan menit air sudah setinggi 50 meter, hingga sore ini air mencapai ketinggian 2,5 meter di dalam rumah kami,” ujar Raudatul Jannah, yang rumahnya berada di pinggiran Sungai Tapin di Kupang, Rantau.

Dikatakan Raudatul, dirinya dan suaminya masih sempat menyelamatkan kasur, televisi, dan lemari ke sebelah rumah yang rumahnya lebih tinggi. Begitu juga dengan kursi rotan di rumahnya pun diangkut ke halaman rumah, yang tidak terendam banjir. Hampir di sepanjang Jl A Yani di Kupang rumahnya kebanjiran, semakin siang air sungai semakin meluap hingga sore tadi mencapai 50 centimeter hingga 1,5 meter tingginya.

Begitu juga dengan kawasan Jalan Pelita yang padat rumah penduduknya banjir sudah memasuki rumah warga. Warga pun sibuk menyelamatkan perabotan di rumahnya. Mulai dari mengangkat kasur, televisi, karpet, dan barang berharga lainnya. “Di kawasan Pelita ini air naik sejak pukul 06.00 Wita pagi kemarin. Perlahan tapi pasti, air yang tadinya hanya di halaman rumah menyerbu masuk ke rumah setinggi lutut orang dewasa. Untungnya Rabu malam kami sudah dikabari keluarga di Linuh kalau air meluap. Kami pun sudah mengemasi barang-barang sejak tadi malam,” ujar Ebet, salah seorang warga yang tinggal di Jalan Pelita, Rantau.

Sementara itu, di sepanjang Jalan Kesuma Giri hampir sebagian besar jalan beraspal dikepung air yang datang dari Sungai Tapin setinggi 30–50 centimeter. Semakin siang air sungai semakin deras jalan mengalir ke jalanan beraspal di Kesuma Giri. Bahkan, kebun warga dan sawah petani yang ada di sepanjang jalan tersebut juga ikut terendam air setinggi 50 centimeter.

Begitu juga yang terjadi di Desa Bungur hingga ke Linuh dikepung banjir juga, tercatat ada 30 buah yang terendam air, Rantau Bujur ada 19 buah. Selain mengepung rumah warga yang ada di pinggiran sungai, banjir juga mengepung jalan aspal yang menjadi jalan utama ke Linuh. Banjir di kawasan ini mencapai ketinggian hingga 2 meter dalamnya. Bahkan, sebuah jembatan ambruk akibat arus sungai yang deras.

Akibat Sungai Tapin yang meluap, tercatat 4 SD di Kota Rantau yang diliburkan. Yakni SDN Kupang 2, Kupang 1, SDN Bungur, Madrasah Ibtidaiyah Rantau. “Kami tadi pagi datang ke sekolah dan air sungai sudah naik hingga mengenangi sekolah kami setinggi 1 meter. Siswa yang datang pun kami suruh pulang. Ini terpaksa kami lakukan sebab kami tidak berani menjamin keselamatan seluruh siswa yang berjumlah 114 orang,” ujar Kasek SDN Kupang 2 Saupil Hasanah di lokasi kejadian.

Di lokasi sepanjang Jalan By Pass atau Jl Jenderal Sudirman yang kebanjiran sebagian besar adalah warga yang rumahnya berada di pinggiran Sungai Tapin. Meskipun air terus meninggi, namun Masjid An Noor yang berada di pinggir Sungai Tapin tidak ikut kebanjiran.

Bahkan, rumdin Wakil Bupati Tapin juga ikut digenangi air setinggi 10 centimeter di halaman rumahnya. Kawasan Jalan MTQ yang berada di jantung Kota Rantau juga ikut kebanjiran. Parahnya, air mengalir memasuki rumah warga hingga ke setinggi 15 centimeter hingga 50 centimeter. Banjir kali ini lebih besar dibandingkan 3 tahun silam. Kalau dulu air hanya sampai di teras, namun kali ini sampai masuk ke rumah,” ujar Adi, seorang warga MTQ.

Sepanjang Jalan SPG Rantau juga dikepung banjir, air yang tidak diperkirakan warga bakal masuk ke rumah akhirnya sore kemarin mengalir deras masuk ke rumah.

Setali tiga uang dengan warga yang ada di kawasan hilir Sungai Tapin. Sebagian rumah warga yang berada di pinggiran Sungai Tapin ikut terendam air. Bahkan 2 buah jembatan gantung putus di Desa Bakarangan dan sebuah jembatan Abri di Gadung juga putus diterjang banjir. (nti)


Banjar Mulai Dilanda Banjir

Kamis, 22 Februari 2007
Radar Banjarmasin

MARTAPURA,- Diguyur hujan terus menerus dari Selasa malam sampai berita ini diturunkan, membuat beberapa kawasan di Kabupaten Banjar mulai dilanda banjir.

pantauan Radar Banjarmasin, banjir mulai melanda Desa Munggu Raya Kecamatan Astambul, Desa Tambak Baru, Kecamatan Martapura Timur dan Desa Bincau Muara, Desa Labuan Tabu dan Jl Veteran Sungai Sipai Kecamatan Martapura Kota. Serta Desa Jingah Habang Kecamatan Karang Intan.

Kecuali di Jl Veteran Desa Sungai Sipai, ketinggian air di ruas jalan-jalan desa sudah mencapai lutut orang dewasa. Dengan demikian jukung menjadi satu-satunya sarana transportasi yang dipakai warga.

Sejauh ini warga mengaku belum berkeinginan untuk mengungsi. Karena menurut mereka, banjir masih dalam kondisi normal. Apalagi air belum sampai masuk ke dalam rumah.

“Kami masih melihat perkembangan sampai malam nanti (Rabu malam, Red). Kalau air terus naik kemungkinan besar kami akan bersiap-siap mengungsi. Tetapi kalau air menurun, ya kami memilih untuk tetap di kampung,” ujar seorang warga Jingah Habang.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, daerah-daerah yang kini mulai dilanda banjir merupakan daerah langganan banjir. Mengungsi memang sangat jarang dilakukan. Kecuali pada saat banjir pertengahan tahun 2006 lalu, mengungsi dilakukan karena ketinggian air lebih tinggi dari biasanya. Selain itu yang lebih menghebohkan tersebar isu bendungan PLTA Riam Kanan jebol.

“Kita semua tetap harus waspada menghadapi kondisi darurat yang bisa terjadi setiap saat. Apalagi curah hujan sangat tinggi. Bisa saja kondisi darurat seperti banjir bandang terjadi, tetapi mudah-mudahan tidak,” ujar Ketua Bumi Selamat Rescue (Buser) Khairuddin kepada Radar Banjarmasin, kemarin.

Menurut dia, dari laporan para anggota Buser yang bertugas memantau langsung di lapangan, potensi banjir besar sangat mungkin terjadi. Di sebagian kawasan seperti Desa Munggu Raya debit air terus bertambah.

“Di Desa Munggu Raya sarana transportasi jalan sudah terputus. Begitu juga di Desa Tambak Baru. Tadi pagi kami sudah laporkan hasil pantauan kami ke Satlak Bencana Alam Kabupaten Banjar,” ujarnya.(yan/spn)

Diguyur hujan terus menerus dari Selasa malam sampai berita ini diturunkan, membuat beberapa kawasan di Kabupaten Banjar mulai dilanda banjir.

pantauan Radar Banjarmasin, banjir mulai melanda Desa Munggu Raya Kecamatan Astambul, Desa Tambak Baru, Kecamatan Martapura Timur dan Desa Bincau Muara, Desa Labuan Tabu dan Jl Veteran Sungai Sipai Kecamatan Martapura Kota. Serta Desa Jingah Habang Kecamatan Karang Intan.

Kecuali di Jl Veteran Desa Sungai Sipai, ketinggian air di ruas jalan-jalan desa sudah mencapai lutut orang dewasa. Dengan demikian jukung menjadi satu-satunya sarana transportasi yang dipakai warga.

Sejauh ini warga mengaku belum berkeinginan untuk mengungsi. Karena menurut mereka, banjir masih dalam kondisi normal. Apalagi air belum sampai masuk ke dalam rumah.

“Kami masih melihat perkembangan sampai malam nanti (Rabu malam, Red). Kalau air terus naik kemungkinan besar kami akan bersiap-siap mengungsi. Tetapi kalau air menurun, ya kami memilih untuk tetap di kampung,” ujar seorang warga Jingah Habang.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, daerah-daerah yang kini mulai dilanda banjir merupakan daerah langganan banjir. Mengungsi memang sangat jarang dilakukan. Kecuali pada saat banjir pertengahan tahun 2006 lalu, mengungsi dilakukan karena ketinggian air lebih tinggi dari biasanya. Selain itu yang lebih menghebohkan tersebar isu bendungan PLTA Riam Kanan jebol.

“Kita semua tetap harus waspada menghadapi kondisi darurat yang bisa terjadi setiap saat. Apalagi curah hujan sangat tinggi. Bisa saja kondisi darurat seperti banjir bandang terjadi, tetapi mudah-mudahan tidak,” ujar Ketua Bumi Selamat Rescue (Buser) Khairuddin kepada Radar Banjarmasin, kemarin.

Menurut dia, dari laporan para anggota Buser yang bertugas memantau langsung di lapangan, potensi banjir besar sangat mungkin terjadi. Di sebagian kawasan seperti Desa Munggu Raya debit air terus bertambah.

“Di Desa Munggu Raya sarana transportasi jalan sudah terputus. Begitu juga di Desa Tambak Baru. Tadi pagi kami sudah laporkan hasil pantauan kami ke Satlak Bencana Alam Kabupaten Banjar,” ujarnya.(yan/spn)


Putting Beliung Hancurkan Rumah Warga

Kamis, 22 Februari 2007

Radar Banjarmasin

BANJARMASIN,- Hujan deras disertai tiupan angin puting beliung yang mengguyur kota Banjarmasin sejak Selasa (20/2) malam telah menghancurkan beberapa rumah warga yang bermukim di Jl Sulawesi Gg SD Pasar Lama di RT 14 dan 16.

Tercatat sekitar 11 rumah warga yang tinggal di RT 14 rusak berat. Sedangkan rumah warga yang tinggal di RT 16 tercatat satu rusak berat dan 3 lainya rusak ringan.

Rata-rata rumah warga yang rusak berat mengalami kehancuran pada bagian atas. Beberapa rumah bahkan ada yang roboh. Untungnya tak ada korban jiwa dalam peristiwa yang menakutkan warga tersebut.

Menurut penuturan warga, peristiwa ini terjadi sekitar pukul 21.00 Wita. Saat itu hujan turun sangat deras disertai tiupan angin yang sangat kencang. Kondisi ini membuat warga merasa takut, karena hembusan angin mulai menerbangkan beberapa barang milik warga. Suara gemuruh angin ditambah guyuran hujan yang sangat deras membuat warga merasa ketakutan. Apalagi saat itu listrik sedang padam, sehingga membuat suasana sangat mencekam. “Angin sangat kencang. Bahkan banyak atap rumah yang terbuat dari seng berterbangan,” tutur seorang warga.

Kondisi ini berlangsung beberapa saat lamanya. Meski takut warga lebih memilih tinggal di dalam rumah karena listrik saat itu sedang padam. Setelah hujan mulai reda barulah warga berani keluar rumah untuk melihat kondisi yang terjadi. “Ternyata banyak rumah warga yang rusak berat, bahkan ada juga sampai roboh,” kata warga lainnya menimpali.

Dari pantauan koran ini, rumah warga yang rusak berat di RT 14 adalah milik Nurhasanah, Murjani, Anang Nurhadi, Hamdiah, Syarwani. Sedangkan rumah warga yang rusak berat di RT 16 adalah milik Hj Berlian. Selain rusak berat, puluhan rumah lainnya rusak ringan. Diperkirakan kerugian ditaksir mencapai ratusan juta rupiah.

Warga yang rumahnya mengalami kerusakan memilih tinggal di rumah tetangga atau keluarga. Sebagian lainnya memilih tidur di musala. Untuk menjaga keamanan warga pun berjaga-jaga sambil mengantisipasi kejadian tak diinginkan. (mey)

Beberapa Desa di HST Terendam

Kamis, 22 Februari 2007

Radar Banjarmasin

BARABAI,- Hujan yang mengguyur mulai Selasa malam hingga siang kemarin, membuat sungai dan anak sungai di Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) meluber. Akibatnya, beberapa desa terutama yang berada di pinggiran sungai mulai terendam.

Di Kecamatan Haruyan, hujan deras di Pegunungan Meratus ini berdampak debit air Sungai Haruyan meluber. Tercatat ada lima desa, dari 17 desa di kecamatan tersebut, yang sudah kemasukan air. Antara lain Desa Haruyan, Teluk Masjid, Lok Buntar, Mangunang, dan Haruyan seberang. Akses jalan dari Kantor Camat Haruyan menuju Desa Batu Panggung, Sungai Harang, Lok Buntar, dan Pangambau Hulu, tidak bisa dilalui. Masyarakat yang mau ke kecamatan terpaksa harus melewati jalan alternatif atau berputar sejauh 8 kilometer dari jalan semula.

Ketinggian air di Haruyan, seperti depan Masjid As Shalihin, mencapai pinggang orang dewasa. “Dalamnya hingga sepinggang,” kata Johan, warga Haruyan. Menurutnya, banjir seperti ini sudah langganan. Tahun 2006 lalu sampai tiga kali Sungai Haruyan meluber hingga merendam sebagian rumah warga. Namun ia menyakini, banjir ini akan cepat surut. “Bila pagi banjir paling-paling sore sudah surut,” timpal Udin, warga lainnya.

Meskipun warga terbiasa, dari laporan Kades Haruyan Rusdian ke kantor kecamatan, ketinggian air sekira pukul 14.48 Wita meninggi hingga 30 sintemeter.

Camat Haruyan Akhmad Fathoni mengatakan, warga yang rumahnya terendam tidak ada yang mengungsi karena tinggi air dalam rumah masih bisa ditolerir. Sedangkan areal pertanian di beberapa desa memang dilaporkan ikut terendam. “Berapa luasannya belum bisa dihitung,” kata camat saat ditemui di kantornya, kemarin.

Menurutnya, banjir di wilayahnya hanyalah banjir lewat, artinya kejadian ini kerap terjadi apabila di daerah hulu Pegunungan Meratus terjadi instesitas hujan yang tinggi. Nah, gara-gara curah hujan tersebut maka sungai tidak bisa menampung air. Logis, akhirnya air pun meluber hingga ke pemukiman penduduk, jalan maupun ke dalam rumah warga. Ia memperkirakan, bila curah hujan tidak mengganas di hulu maka banjir di beberapa desa akan cepat surut. “Surutnya air dalam hitungan jam saja,” terangnya.gara-gara air sungai yang meluber, anak-anak pun banyak yang menjadikannya sebagai kolam renang. Meski berair keruh mereka pun dengan gembira mandi di sana.

Sementara itu, Sungai Barabai juga menunjukkan peningkatan volume. Air pun mulai merayap hingga ke pelataran rumah warga yang berada di pinggir sungai. “Kondisinya lebih dalam dari sebelumnya,” kata Lia, seorang warga Jalan Brigjen H Hasan Basri yang rumahnya berada di pinggir Sungai Barabai.

Sementara itu Satkorlak juga sudah siaga mengantisipasi musibah banjir. Tak hanya itu, Dinas PMPP dan Kessos juga sudah menyiapkan evakuasi kit dan buffer stok bila sewaktu bencana alam terjadi. Menurut Kepala Dinas PMPP dan Kessos Yazid Bustami, evakuasi kit berupa lima buah tenda masing-masing berkapasitas 75 matras atau bila menggunakan bed dapat menampung 40 orang. Juga 2 set dapur umum yang dapat menyediakan kebutuhan makanan bagi 2.000 orang, dan generator set bertenaga 6 ribu kilowatt. “Kami siap siaga mengantisipasi banjir yang datang tak terduga,” ujarnya. Tak hanya peralatan evakuasi, dinas ini juga menyediakan buffer stok (makanan cadangan), yakni 1.500 kaleng sarden, 480 botol sambal, sebanyak 180 botol minyak goreng, 480 botol kecap manis, dan 400 bungkus mie instan. (why)



Balangan Banjir, 20 Desa Terendam 2 Desa Terisolir

Selasa, 17 April 2007

Radar Banjarmasin


PARINGIN ,- Hujan lebat yang mengguyur selama sepekan ini, mengakibatkan 20 desa yang berada di 3 kecamatan di Kabupaten Balangan yakni Kecamatan Halong, Kecamatan Juai, dan Kecamatan Paringin banjir. Bahkan di Kecamatan Juai ada dua desa yang terisolir yakni Desa Wonorejo dan Desa Sumber Rejeki. Hal ini terjadi akibat sulitnya medan yang ditempuh untuk menuju desa tersebut, juga derasnya arus air yang harus dilalui.

Pantauan Radar Banjarmasin kemarin, di 3 kecamatan yang terendam banjir lebih parah dibanding banjir tahun lalu di mana jika dahulu ketinggian air hanya selutut orang dewasa, sekarang ketinggian air sudah mencapai dada orang dewasa. Tak hanya itu, sekitar 3.199 jiwa terancam penyakit lantaran tidak mau mengungsi dan menganggap banjir ini biasa-biasa saja.

Bupati Balangan Ir H Sefek Effendie ME kepada wartawan mengatakan, tim Satlak PB Kabupaten Balangan dan Tagana telah diturunkan untuk melakukan evakuasi kepada warga yang ingin mengungsi. “Kami tidak ingin dikatakan lamban menangani banjir, tim Satlak dan Tagana sudah saya perintahkan untuk sesegera mungkin membantu korban terutama di dua desa yang terisolir. Saya juga meminta segera menyediakan perahu karet, tenda pengungsian dan dapur umum,” ungkap Sefek yang langsung meninjau lokasi banjir bersama Wakil Bupati Balangan Drs H Ansharuddin Msi.

Ditambahkan Sefek, untuk kerugian sementara belum bisa didata. Namun akibat banjir kali ini, dipredeksi 1.200 hektare areal persawahan terancam gagal panen. Untuk antisipasi, Pemkab Balangan telah menyiapkan 30 ton bibit padi untuk diberikan kepada masyarakat yang lahannya terkena banjir. “Untuk kerugian masih dihitung. Namun untuk areal persawahan yang terkena banjir dan gagal panen kami siapkan bantuan bibit,” tambah Sefek sembari menjelaskan pihaknya juga melakukan evakuasi sebanyak 36 siswa SMA yang akan mengikuti UAN pada besok (hari ini, Red) supaya mereka tidak tertinggal.

Sementara Wakil Bupati Balangan Drs H Ansharuddin Msi yang juga Ketua Satlak PB Kabupaten Balangan menjelaskan, bahwa bantuan sembako telah disiapkan bagi korban banjir. “Seandainya ada bantuan dari pihak lain, kami siap menampungnya,” jelas Anshar.

Aman (50), warga Desa Teluk Bayur Kecamatan Juai kepada Radar Banjarmasin mengatakan, masyarakat yang terkena banjir sangat memerlukan bantuan sembako. “Kami mengharapkan bantuan, walaupun seadanya kami sangat berterimakasih,” paparnya. Aman menyesalkan kunjungan Bupati Sefek ke lokasi banjir hanya sebatas serimonial menyerahkan bantuan di kantor Kecamatan Juai, tanpa langsung turun untuk melihat ke daerah-daerah yang kondisinya parah terkena banjir.

Tim relawan Radar Banjar Peduli (RBP) yang berkoordinasi dengan wartawan Radar Banjarmasin biro Kabupaten Balangan Achmad Juhriansyah juga mendata jumlah masyarakat yang terkena banjir untuk selanjutnya RBP akan menyalurkan bantuan sembako kepada warga yang benar-benar memerlukan, serta memberikan layanan pemeriksaan kesehatan secara gtaris.

Sementara itu, PT Adaro Indonesia juga turun menurunkan tim bantuan medis dan menyediakan sebuah perahu karet untuk mengevakuasi korban. “ Kami juga akan membantu dengan memberikan pelayanan medis,” jelas Abdurrahman, Kepala Bagian Comunitty Development (CD) PT Adaro Indonesia. (jhr)

Desa-Desa Yang Terkena Banjir

1. Kecamatan Juai

- Desa Gelumbang 160 KK 625 Jiwa

- Desa Teluk Bayur 160 KK 636 Jiwa

- Desa Juai 155 KK 596 Jiwa

- Desa Sumber Rezeki Terisolir

- Desa Wonorejo Terisolir

- Desa Bata - 443 Jiwa

- Desa Lalayau 133 KK 536 Jiwa

- Desa Mihu Belum ada data mutlaknya di Dinas Sosial

-

2. Kecamatan Halong

- Ada 3 Desa yang terendam namun pihak Kecamatan belum melaporkan nama-nama desanya

3. Kecamatan Paringin

- Desa Paringin Kota 45 KK 164 Jiwa

- Desa Batu Piring 29 KK 113 Jiwa

- Desa Bungin 3 KK 15 Jiwa

- Desa Murung Jambu 1 KK 6 Jiwa

- Desa Hujan Mas 12 KK 36 Jiwa

- Desa Tarangan 8 KK 20 Jiwa

- Desa Kalahiyang 3 KK 8 Jiwa

- Desa Harapan Baru 5 KK 20 Jiwa

- Desa Baruh Bahinu Dalam 2 KK 8 Jiwa


Banjir Mulai Melanda Banjar

Jumat, 16 Februari 2007
Radar Banjarmasin

TINGGINYA curah hujan belakangan ini berdampak semakin meningginya permukaan Sungai Martapura. Sejauh ini belum ada laporan terjadinya banjir besar di wilayah Kabupaten Banjar.

Kendati demikian, kewaspadaan terhadap kemungkinan banjir besar harus tetap siaga. Apalagi di sejumlah daerah permukaan air sudah mulai tinggi. Bahkan di Desa Tambak Baru Kecamatan Martapura Timur air sudah sampai di halaman rumah. Beberapa rumah, dan sekolahan air sudah sampai lantai.

“Bagi warga di sini kondisi seperti ini biasa Mas, biasanya air masuk rumah sampai sekilan dalamnya . Ini terjadi setiap tahun,” ujar salah seorang warga kepada Radar Banjarmasin, kemarin.

Karena itu katanya, warga tidak akan meninggalkan kampung. Berbeda dengan banjir yang terjadi di Bulan Juni tahun lalu, warga kebanyakan memilih meninggalkan kampung.

“Waktu itu kami panik. Bukan soal banjirnya, tetapi isu bendungan pecah itu yang membuat kami semua panik dan meninggalkan kampung,” ujarnya.

Dari pantauan Radar Banjarmasin, air Sungai Martapura memang lumayan tinggi. Di Kecamatan Martapura Barat, air bahkan sudah meluap sampai pinggiran aspal jalan. Sementara itu, warga mengaku tidak merasa cemas dengan kondisi tersebut. (yan)


Cegah Banjir, Sungai Dinormalisasi

Jumat, 16 Februari 2007
Radar Banjarmasin


BATULICIN,- Banjir yang melanda Kabupaten Tanah Bumbu beberapa waktu lalu, menjadi pelajaran berharga bagi pemerintah daerah setempat. Karena tak ingin musibah itu terulang lagi, Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kabupaten Tanbu telah melakukan langkah antisipasi bahaya banjir dengan cara menormalisasi sejumlah Daerah Aliran Sungai (DAS) besar akibat banjir bandang, beberapa waktu lalu.

Menurut Kepala PU Kabupaten Tanbu Ir Sofiani MT, normalisasi sungai dilakukan di sejumlah titik yang rawan banjir. Seperti Desa Sebamban Lama dan Sebamban Baru di Kecamatan Sungai Loban dan Desa Sekapuk Kecamatan Satui.

Seperti diketahui, akibat banjir bandang yang terjadi beberapa waktu yang lalu, karena tingginya curah hujan yang terjadi di bagian hulu Sungai Satui, Sungai Kusan dan Sungai Batulicin, beberapa wilayah desa yang ada di bagian hilir mengalami banjir. Beberapa anak sungai yang bermuara di tiga sungai besar itu mengalami abrasi hebat dan mengalami pendangkalan. Sehingga ketika di bagian hulu sungai mengalami curah hujang tinggi, sungai-sungai itu tidak dapat menampung air bah.

“Program normalisasi sungai-sungai ini dilakukan agar fungsi sungai-sungai besar itu dapat kembali normal,” terangnya kepada koran ini, kemarin. (kry)


Wednesday, April 18, 2007

Pemerintah Gagap Hadapi Bencana

Kamis, 15 Februari 2007
Radar Banjarmasin

JAKARTA,- Pemerintah masih gagap menghadapi bencana alam. Indikatornya bisa dilihat dari penanganan bencana yang masih bersifat responsif, bukannya preventif. Sampai saat ini pemerintah belum punya skrenario penanganan seandainya bencana alam yang bentuknya bermacam-macam itu terjadi.

”Bagaimana melibatkan masyarakat ikut serta dalam penanganan bencana juga kurang diperhatikan,” ungkap Pelaksana Tugas Deputi Pencegahan dan Kesiapsiagaan Bakornas Penanggulangan Bencana (PB) Sugeng Tri Utomo ketika menjadi pembicara dalam diskusi bertajuk Sebelum Bencana Datang Lagi, Bagaimana Kesiapan Kita? yang diselenggarakan di Hotel Millenium kemarin.

Kondisi geografis Indonesia yang rawan dan rentan bencana alam membutuhkan sebuah badan penanggulangan bencana yang definitif, bukan sebuah badan yang diketuai oleh pejabat secara ex offocio. ”Sayangnya penanganan bencana di Indonesia masih terkendala masalah koordinasi,” tambah Sugeng.

Bicara soal koordinasi adalah soal informasi, bukannya masalah hirarki, kekuasaan komando, atau kelembagaan. Kalau ada bencana, semua orang ingin membantu tapi tidak tahu bantuan seperti apa yang sesuai dan kepada siapa bantuan tersebut ditujukan. ”Penguasa, apapun lembaganya dan benderanya, selalu mengatakan harus melalui ‘saya’. Informasi jelas soal kondisi lapangan itulah esensi koordinasi,” ungkap Ketua Pelaksana Badan Rekonstruksi dan Rehabilitasi (BRR) Aceh, Kuntoro Mangkusubroto. Berdasarkan pengalaman, seringkali bantuan menumpuk sementara korban menderita kelaparan atau barang yang diberikan ternyata tidak sesuai dengan kebutuhan korban.

Diungkapkannya ada empat hal yang harus dilakukan ketika bencana terjadi. Yang paling utama tentu saja tahapan penyelamatan (rescue) untuk menjaga agar masyarakat yang menjadi korban tetap selamat. ”Dalam tahapan ini, tidak usah banyak teori, yang penting bagaimana orang yang selamat tidak ikut mati,” ungkap pria berkacamata tersebut. Yang kedua adalah tahap pemenuhan logistik untuk menjaga kelangsungan hidup korban yang selamat. Bisa diakui untuk dua tahap tersebut, Indonesia sudah berhasil melakukannya.

Sayangnya dua tahap yang lain yakni pencatatan, baik jumlah korban maupun kerusakan, jarang dilakukan secara tuntas. Apalagi, melakukan rehabilitasi secara menyeluruh dan tuntas, selalu saja terlewatkan dalam penanganan bencana yang berkali-kali terjadi di negara ini. ”Inilah siklus kebodohan manusia,” tambah Kuntoro yang saat itu memakai kemeja berwarna merah muda tersebut.

Yang paling penting dari bencana adalah manajemen kepanikan, bagaimana mengedalikan kepanikan dalam masyarakat. Menurut Kuntoro, tidak semua masyarakat siap menghadapi bencana dan punya pengetahuan soal bencana. Seperti penduduk Pulau Simeulue, Aceh misalnya. Pengetahuan turun-menurun (local wisdom) bahwa jika setelah gempa air laut surut, itu pertanda tsunami akan datang dipatuhi warga. Bukannya memungut ikan yang menggelepar saat air surut, warga beramai-ramai mengungsi ke tempat yang lebih tinggi. Itulah yang membuat mayoritas penduduk pulau tersebut selamat dari bencana. ”Indonesia daerah yang penuh dengan bencana, perlu edukasi soal itu pada masyarakat. Negara lah yang paling bertanggungjawab,” tambah Kuntoro.

Sebagai wakil dari pemerintah, Dirjen Bantuan dan Jaminan Departemen Sosial Purnomo Sidi pun angkat bicara. Menurutnya, penanganan soal bencana bukan hanya tanggung jawab pemerintah pusat. Pemerintah daerah baik Gubernur maupun Bupati/Walikota harus sadar bencana. Apalagi otonomi daerah membuat peran pemerintah pusat hanya sebagai penguatan.

Kenyataannya, tambahnya, pemerintah daerah masih sangat tergantung dengan pusat untuk urusan bencana. Tahun 2007 ini saja pemerintah pusat harus mendistribusikan peralatan penanggulangan bencana sampai level kabupaten. Tidak hanya itu, tiap tahun Depsos menyuplai 50 ton beras sebagai persedianan logistik saat bencana ”Ini sebenarnya sudah keterlaluan,” tambahnya.

Pria yang saat itu mewakili Mensos Bachtiar Chamsyah yang urung hadir karena mengikuti rapat kabinet mengungkapkan banyak hal harus diperbaiki untuk meminimalisasi dampak bencana seperti revitalisasi ruang terbuka hijau sebagai daerah resapan air dan masih banyak persoalan lainnya. ”Hrus ada antisipasi dini sehingga biaya tidak habis untuk menanggulangi bencana tapi bisa disalurkan untuk hal-hal positif lainnya,” tambahnya. (ein/fal)

Penanganan Masalah Banjir

Selasa, 13 Februari 2007
Radar Banjarmasin

BANJIR Jakarta memang sudah mulai surut, tapi duka yang dirasakan para korban banjir semakin dalam. Lagi, korban meninggal akibat banjir yang melanda wilayah Jakarta dan sekitarnya bertambah. Per 9 pebruari jumlahnya menjadi 64 orang meninggal. Mereka rata-rata tewas akibat terseret arus dan tersengat arus listrik. Bahkan beberapa hari terakhir wabah penyakit mulai bermunculan dan menyerang para pengungsi. Mulai dari penyakit kulit, diare sampai lestopirosis. Semua ini disebabkan oleh kondisi lingkungan di pengungsian yang tidak kondusif, sanitasi yang buruk dan konsumsi makanan yamg kurang bergizi sehingga daya tahan tubuhpun menurun. Sungguh sangat memprihatinkan sekali kondisi yang dialami oleh korban banjir tersebut.

Pasca banjir, ternyata masih meninggalkan masalah. Salah satunya adalah sampah yang bertebaran dimana-mana. Menurut hitungan Wahana Lingkungan Hidup (WALHI), Jakarta menghasilkan 25.824 meter kubik atau sekitar 6.500 ton sampah dalam sehari. Sedangkan sampah yang bisa terangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) rata-rata 84,68 persen. Sisanya sekitar 16 persen tidak terangkut dan tercecer di selokan, jalan-jalan, termasuk tercecer di 13 bantaran sungai di Jakarta.

Banjir memang merupakan masalah yang kompleks. Selain faktor alam yang disebabkan oleh tingginya curah hujan di daerah Bogor, banjir juga disebabkan oleh faktor manusia. Diantaranya, kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kebersihan lingkungan, system pengelolaan sampah yang kurang baik dan sedikitnya daerah resapan air karena diganti dengan pembangunan gedung-gedung.

Kalau faktor alam memang sudah sunnatullah. Jika allah berkehendak apapun bisa terjadi. Tapi faktor manusia juga dominan mempengaruhi, karena manusia bisa menjadi ‘agen perusak’ sekaligus ‘agen penyelamat’ lingkungan. Maraknya penebangan dan penambangan liar akhir-akhir ini, menjadi penyebab langsung terjadinya banjir.

Bagaimana tidak, hutan yang seharusnya daerah resapan air sudah digunduli. Akibatnya hujan yang terjadi antara November sampai maret, menjadi momok bagi warga yang berada di daerah bantaran sungai atau daerah-daerah rendah yang selalu mendapat banjir kiriman dari daerah di atasnya.

Tragedi 2002 lalu, ketika banjir besar pertama kali melanda ibukota Negara seharusnya menjadi pelajaran yang berharga untuk tahun-tahun selanjutnya. Peristiwa lima tahunan tersebut seharusnya sudah bisa diprediksi akan terjadi lagi, tapi pemerintah sepertinya tidak punya program yang jelas untuk menanggulanginya. Yang gencar justru pembangunan infrastruktur dengan memperbanyak gedung-gedung, mal-mal, dsb.

Banjir Jakarta 2007 ini, semestinya bisa ditanggulangi dan ditanggapi dengan reaksi cepat oleh pemerintah. Agenda pembuatan daerah resapan air di Jakarta dan reboisasi hutan yang gundul harus segera direalisasikan. Tidak ada waktu untuk menunggu dan berpikir dengansegala macam dalih. Jangan terlalu banyak bicara dan berdiskusi tapi action dan reaksi yang rakyat inginkan.

Semoga banjir 2007 tidak terulang lagi, rakyat bangsa ini sudah banyak merasakan beban dari semua musibah dan bencana yang terjadi. Semoga kita bisa mengambil hikmah dari bencana ini.(*)

Cempaka Rawan Banjir Kanal Bantu Disiapkan

Senin, 12 Februari 2007
Radar Banjarmasin

BANJARBARU – Hujan yang akhir-akhir terus terjadi di Banjarbaru, membuat semua pihak kuatir. Kekhawatirnya itu terutama pada daerah Pumpung Kecamatan Cempaka yang selama ini menjadi langganan banjir.

Meski Kimpraswil Banjarbaru telah melakukan pengerukan sungai dari parit besar menuju Ujung Murung sepanjang 6 Km dengan lebar 7 meter yang mampu mengantisipasi air saat hujan, langkah antisipasi yang lebih mulai disiapkan.

“Banjir memang tak bisa dihindari, tapi setidaknya dengan pengerukan yang telah kita lakukan, setidaknya penyaluran air cepat mengalir dan tak menyebabkan air lama bertahan” terang Ir Fakhruddin, Kabid Pengairan Kimpraswil kepada koran ini.

Pihaknya sendiri berencana membuat beberapa kanal-kanal pembantu untuk bisa lebih mengalirkan air yang ada menjadi jauh lebih. Kanal itu sendiri nanti akan dibuat dengan lebar yang sama 7 meter. Kanal pembantu itu rencanakan akan dibuat di antara parit besar dengan ujung besar, lalu kawasan hulu parit besar dibuka menuju Banyu Hirang serta satu kanal menyisir di tebing Danau Salak.

Pembuatan kanal bantu itu sendiri baru akan diajukan pada pengerjaan proyek 2008 nanti. “Ini ‘kan baru rencana saja, tapi bila nantinya disetujui tentu pada 2008 sudah bisa dikerjakan,” tambah pria kalem ini.

Sejauh ini sendiri, usaha untuk bisa membebaskan kawasan Pumpung Cempaka dari bahaya banjir terus saja dilakukan. Tak terkecuali, nantinya pihaknya terus melakukan pemeliharan terhadap sungai-sungai yang ada dengan melakukan pengerukan dari endapan tiap 2 tahun sekali.

Selain kawasan Pumpung Cempaka, kawasan lain yang rawan terhadap genangan air juga terjadi pada daerah persawahan di Pengkayuan, Landasan Ulin Barat. Hanya saja, berbeda dengan Pumpung, kawasan Pengkayuan itu lantaran letaknya yang berada di bawah. Salah cara untuk menghidari itu terjadi, salah satunya dengan memaksimalkan saluran maluka yang mampu mengalirkan air hingga ke laut. (mul)

Awas, Daerah Rawan Banjir

Jumat, 9 Februari 2007
Radar Banjarmasin
BANJARMASIN,- Pasca Redanya Banjir di HSU

Banjir bandang yang melanda Kabupaten Hulu Sungai Utara, perlahan-perlahan mulai surut. Namun, banjir yang melanda kabupaten yang didomisasi rawa-rawa itu akibat serbuan luapan Sungai Tabalong, Sungai Negara, dan Sungai Balangan itu, tetap harus diwaspadai. Soalnya, banjir yang menjadi siklus tahunan itu dipastikan akan mengancam daerah tetanganya, yakni Kabupaten HSU.

"Dengan tingginya curah hujan di bulan Februari ini, daerah-daerah yang berpotensi banjir atau rawan banjir harus waspada. Sebab, ancaman banjir ini masih tetap mengancam," ujar Kepala Badan Kesbanglinmas Kalsel Hadi Susilo kepada wartawan usai acara coffe morning di kantornya, kemarin.

Menurut Sekretaris Satkorlak PBP Kalsel ini, untuk daerah-daerah rawan banjir itu, pihaknya sudah menyiapkan pelatihan persiapan menghadapi banjir. Hal ini dilakukan agar ketika banjir, sumber daya manusia (SDM) dan perangkat pertolongan bahaya banjir benar-benar siap. "Kami tak ingin begitu banjir, justru mereka tidak siap," ujarnya.

Untuk daerah yang rawan banjir pasca HSU ini, seperti Kabupaten Banjar, Tanah Bumbu, Kotabaru, Tanah Laut, Tabalong, dan Balangan. Menurut Hadi, surutnya banjir yang sempat melanda HSU dalam sepekan ini, total kerugian cukup besar terutama menyangkut kerusakan jalan. "Pak Gubernur sudah memerintah untuk menghitung kerusakan jalan, terutama jalan provinsi dan pusat. Namun, karena masih banjir, tentu kita tak tahu, apa saja yang rusak atau jalan yang putus. Masalah ini masih dikoordinasikan dengan pihak Satlak PBP setempat," ujar bekas penyiar radio ini.

Sementara itu, dari data Satkorlak PBP yang terungkap dalam acara coffe morning itu, ruas jalan yang terendam mencapai 73.350 meter, terdiri dari 60.418 jalan kabupaten, 6.000 meter jalan provinsi, serta 2.000 meter jalan negara.

Selain itu, sedikitnya ada 2.913 kepala keluarga yang masih bertahan dalam rumahnya yang terendam banjir sebanyak 2.181 buah. Kemudian, fasilitas pendidikan turut pula kebanjiran, yakni 46 buah TK, 43 SD, 6 buah Madrasah Ibtidayyah, 4 buah gedung SMP, dan sebuah gedung SMA.

Dalam coffe morning yang sekaligus menggelar rapat koordinasi itu, Hadi Soesilo mengakui bahwa masalah banjir yang dihadapi HSU itu masih berada dalam wewenang Bupati HSU Fakhruddin. Sementara ini, pihak Pemprov Kalsel belum turun tangan, karena banjir yang sempat melanda kabupaten yang masuk daerah miskin itu belum meluas. (dig)

Friday, April 13, 2007

HSU Banjir, Seorang Tewas, Sungai Balangan dan Tabalong Meluap, 7 Kecamatan Terendam

Senin, 5 Februari 2007

Radar Banjarmasin, AMUNTAI – Dua hari sudah Kabupaten Hulu Sungai Utara dikepung banjir. Peristiwa ini menyusul meluapnya dua sungai besar; Balangan dan sungai Tabalong yang mengapit kabupaten ini. Seorang meninggal dunia dalam peristiwa luapan kedua sungai tersebut.

Korban meninggal bernama Madi bin Maslan, anak berusia 12 tahun. Warga desa Kembang Kuning, Kecamatan Amuntai Tengah ini ditemukan mengapung di sungai Durait, Kecamatan Babirik.

Menurut para saksi mata, Madi hanyut terbawa arus deras setelah sebelumnya bermain di sungai Balangan. Kendati pandai berenang, ia tak mampu bertahan hempasan arus deras air yang datang tiba-tiba. “Madi hanyut dibawa air bah,” ujar warga Kembang Kuning. Sore kemarin, jenazah Madi disemayamkan di orang tuanya.

Keganasan banjir ini sebenarnya juga merendam hampir seluruh wilayah di Kabupaten HSU. Tercatat ada 7 kecamatan di kabupaten ini yang disapu luapan sungai Tabalong dan sungai Balangan. Beberapa ruas jalan utama di Amuntai, ketinggian air selutut orang dewasa.

Dari laporan wartawan Radar Banjarmasin Abi Zarin Al-Ghifari di Amuntai, air menggenangi jalan Ahmad Yani yang persis berada di depan perkantoran Pemkab HSU. Begitu pula jalan H Abdul Aziz dan jalan Kuripan, Kelurahan Murung Sari, turut terendam.

Malah 4 RT yang masuk dalam wilayah administrasi Kelurahan Murung Sari, lebih parah. Ketinggian air mencapai pinggang orang dewasa. Ratusan rumah warga yang berpondasi rendah terendam hingga mata kaki.

Kondisi lebih parah juga dialami warga Desa Danau Ternate, Kecamatan Banjang. Dari 118 kepala keluarga yang menempati 92 rumah, seluruhnya terendam banjir. Untungnya, desa ini tidak terisolir. Hingga kemarin sore, penduduk terpaksa berperahu keluar dari desa.

Bupati HSU Drs Fakhruddin MSi saat meninjau lokasi banjir di desa Danau Ternate mengatakan, banjir ini akibat curah hujan yang tinggi. Akibatnya sungai Balangan dan Tabalong meluap.

“Kondisi ini diperparah dengan topografi Kabupaten HSU yang berada di daerah resapan dua air sungai tersebut. Makanya, HSU dapat kiriman air luapan dua sungai besar itu,” ujarnya.

Menurut Bupati, sejak kemarin Pemkab HSU telah menyiapkan tim untuk membantu warga akibat peristiwa banjir. “Tapi belum ada langkah evakuasi warga,” tambah Bupati.(bie)

Curah Hujan Tinggi, 4 Kecamatan Terendam

Senin, 5 Februari 2007

H Arifin MT: Kami akan Bangun Sodetan

Radar Banjarmasijn, BANJARMASIN – Intensitas curah hujan yang tinggi melanda Kabupaten Tabalong beberapa hari terakhir lalu, sempat merendam empat kecamatan; Muara Harus, Kelua, Pugaan dan Kecamatan Benua Lawas. Ketinggian air di empat kecamatan itu mencapai puluhan centimeter.

“Memang beberapa hari lalu, empat kecamatan di Tabalong sempat terendam banjir akibat curah hujan tinggi. Tapi alhamdulillah, kini airnya sudah surut,” ujar Kepala Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tabalong Ir H Arifin Noor MT saat berada di Banjarmasin, Sabtu (3/2).

Banjir yang melanda empat kecamatan di Tabalong tersebut, dilaporkan akibat luapan sungai Tabalong. Ketinggian air tak tertampung sungai Tabalong hingga melampaui ambang batas. Akibatnya, sejumlah infrastruktur jalan dan areal persawahan warga terendam.

Menurut Arifin, yang diusung koalisi Partai Bulan Bintang dan Partai Amanat Nasional untuk menjadi Bupati Tapin pada pilkada mendatang, peristiwa banjir di empat kecamatan itu cukup menjadi pelajaran. Saat ini Bina Marga dan Pengairan Tabalong telah merancang program antisipasi.

“Kami akan bangun beberapa sodetan untuk mengantisipasi luapan sungai Tabalong,” ujar pria yang akrab dengan kalangan ulama ini. Program sodetan ini merupakan rancangan “mengoperasi” sungai Tabalong. Sungai akan disambung dengan kanal-kanal.

Dengan sistem sodetan, volume air sungai Tabalong dipecah. Fungsinya akan kelihatan tatkala curah hujan tinggi seperti sekarang. “Air diantisipasi agar tidak meluap ke infrastruktur jalan atau pahumaan warga,” katanya.(ddn)


Banjir Berlanjut, Kerugian Meluas

Minggu, 4 Februari 2007

Pengamat Proyeksi Picu Inflasi Februari

Radar Banjarmasin, JAKARTA – Pemerintah harus segera melakukan kebijakan efektif untuk menanggulangi banjir yang melanda Jakarta. Terutama mengantisipasi dampak-dampak ekonomi yang diakibatkannya. Hingga kini berbagai pihak masih menmghitung estimasi kerugian dan potensi kerugian akibat banjir yang melanda selama dua hari di Jakarta.

Faktor-faktor utama yang harus segera ditanggulangi adalah menyangkut perbaikan sektor telekomunikasi dan infrastruktur secepatnya. Kemudian proses-proses pelancaran arus-arus vital transportasi yang menjadi tulang punggung distribusi berbagai produk-produk ekonomi.

Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia Handaka Sentosa mengemukakan bahwa dari laporan anggotanya banjir berdampak signifikan terhadap capaian omzet ritel. Selama dua hari banjir, asosiasi mencatatkan penurunan rata-rata transaksi harian mencapai 60 persen.

“Kalau hanya dua hari ini (Kamis-Jumat kemarin) maka dampaknya tidak akan signifikan. Namun kalau ini berlanjut, kerugian dunia usaha akan meluas,” ujarnya saat dihubungi koran ini kemarin.

Menurut hitungan Handaka, dengan penurunan omzet harian 60 persen, bila dihitung dalam kerangka satu bulan maka kontribusinya hanya 2 persen. “Rendahnya daya beli merupakan dampak terbesar bagi pengusaha ritel. Banyak orang yang malas berbelanja,” paparnya.

Dirinya juga mengingatkan mengenai meluasnya kerugian terutama menyangkut kendala proses distribusi akibat banjir yang terjadi. “Kalau hanya dua hari, maka supermarket maupun pusat-pusat perbelanjaan masih memiliki stok produksi yang cukup. Tapi yang ditakutkan bila kondisi ini terus berlanjut, stok habis, dan distribusi macet,” katanya.

Oleh karena itu pemerintah harus segera mengupayakan solusi yang komprehensif menyangkut bencana banjir yang terjadi. Warga Jakarta yang biasanya berakhir pekan dengan berbelanja lebih memilih untuk tinggal di rumah daripada keluar rumah. Kondisi pusat-pusat perbelanjaan terlihat lenggang. Beberapa pasar tradisional belum menunjukkan aktivitas ekonomi, karena kemarin terendam banjir.

Kekhawatiran terhadap meluasnya kerugian ekonomi akibat banjir juga dikemukakan oleh ekonom senior BNI Ryan Kiryanto. Menurut Ryan, selama ini bencana banjir seringkali hanya dilihat sebagai bencana alam yang diakibatkan force majeur.

“Padahal sebenarnya proses pengelolaan kota, dalam hal ini Pemprov DKI Jakarta juga perlu diperbaiki untuk mencegah terjadinya kondisi yang berulang. Jakarta pernah mengalami banjir besar pada 2002, tapi tampaknya tidak ada perubahan yang signifikan dalam proses penanganan,” katanya.

Ryan menambahkan, bahwa efek susulan dari banjir yang melanda Jakarta adalah peningkatan laju inflasi. Bencana banjir akan menjadi salah satu cost push inflation (faktor pendorong inflasi) untuk Februari ini. Dari data BPS sendiri angka inflasi Januari mencapai 1,04 persen. Angka tersebut menunjukkan peningkatan dari bulan-bulan sebelumnya.

“Amburadulnya distribusi akibat banjir akan membuat pasokan bahan baku ke pabrik terhambat. Sementara distribusi ke tingkat pasar juga terlambat, akibatnya pasokan produk menurun dan harga-harga barang naik,” katanya.

Dampak lainnya, di sektor perbankan adalah harus kehilangan potensi pendapatan non bunga (fee based income) akibat matinya sistem RTGS (realtime gross settlement) pada pukul 11.00-15.00.

Ryan mengemukakan bahwa dari 130-an bank yang ada, hanya sekitar 20 bak yang berhasil melakukan sistem RTGS. “Bisa ditebak bahwa 20 bank ini hanya yang besar-besar saja,” ungkapnya.

Direktur Perencanaan Strategis dan Humas BI Budi Mulya menjelaskan bahwa terputusnya akses RTGS akibat matinya STO di daerah Semanggi akibat banjir. Hal ini mengakibatkan komunikasi online BI dengan bank sekitarnya terganggu. Untuk mengantisipasi hal tersebut, BI memperbaiki hubungan ke bank dengan mekanisme dial up sehingga transaksi kliring dan RTGS bisa tetap terlaksana.

“BI telah menjamin terselenggaranya sistem pembayaran. Sehingga gangguan tersebut tidak signifikan mempengaruhi akses perbankan,” katanya.

Sedangkan untuk kerugian fisik yang terjadi disektor perbankan maupun ritel sebenarnya tidak begitu signifikan. Terutama karena aset-aset baik ATM maupun kantor cabang yang ada lazimnya sudah mendapatkan perlindungan asuransi kerugian. Namun demikian, kondisi bencana yang terjadi akan berpengaruh pada jumlah premi yang harus dibayar pada waktu mendatang. Ini karena perusahaan asuransi meningkatkan resiko dari aset asuransi yang dilindunginya.

Sejumlah Gardu Listrik Masih Padam

Selain menghadapi bahaya banjir, beberapa kawasan titik pusat banjir juga harus berjibaku dnegan kegelapan. Ini karena PLN masih akan memadamkan sebagian besar gardu listrik yang ada.

Dari data yang dimiliki oleh PLN hingga 14.00 kemarin, 1.746 gardu listrik dipadamkan. Jumlah tersebut meng-cover 672 ribu pelanggan listrik ibukota. General Manager P3B PT PLN (persero) Muljo Adji mengemukakan bahwa PLN masih konsentrasi terhadap bencana dan usaha-usaha recoverynya.

“Dalam pelaksanaan pemulihan listrik akibat banjir ini, PLN mengutamakan keselamatan manusia, jangan sampai ada korban akibat sengatan listrik,” katanya.

Muljo merinci lokasi gardu yang harus dipadamkan sebagian besar berada di Gambir (735 gardu), Kebayoran (210 gardu), Tangerang (304 gardu) dan Kramat Jati (497 gardu).

Beberapa gardu induk (GI) juga harus dipadamkan diantaranya GI pulogadung 5,6,7,8 dan 9. Kemudian GI Penggilingan trafo 1 dan 3. Gardu Induk Gambir Baru 1,2, dan 3 juga tidak luput dari pemadaman. “GI Kembarang, genangan air sudah sampai ke halaman (switchyard) namun belum perlu dipadamkan. Kami akan terus pantau GI tersebut,” katanya. (iw)


Perusahaan Sawit Wajib Punya Amdal

Sabtu, 3 Februari 2007

Radar Banjarmasin, RANTAU- Bagi investor kelapa sawit yang ingin atau sudah masuk ke Kabupaten Tapin diminta untuk membuat Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal), sebelum beroperasi di Bumi Ruhui Rahayu.

Hal itu ditegaskan Kepala Dinas Tenaga Kerja Penanaman Modal dan Lingkungan Hidup Kabupaten Tapin, Drs Syamsul Huda MAP, saat rapat koordinasi , beberapa waktu lalu. “Sudah menjadi ketentuan dan Undang-Undang, bahwa setiap perusahaan yang ingin memulai suatu usaha harus membuat Amdal. Meski perusahaan sudah mengantongi izin usaha, tapi kalau belum punya Amdal, lebih baik jangan beroperasi dulu. Mengingat Amdal ini merupakan salah satu persyaratan yang harus dipenuhi sebuah perusahaan,” ujar Syamsul.

Syamsul khawatir, jika peusahaan yang belum memiliki Amdal sudah melakukan operasi, maka pelaksanaan teknis di lapangan tidak sesuai dengan Amdal yang sudah dibuat. Hal ini tentu sangat bertentangan, dan tidak hanya merepotkan perusahaan, tetapi masyarakat di sekitar lokasi perkebunan sawit ikut protes.

Dalam Amdal disebutkan, kata Syamsul, soal jarak lahan perkebunan sawit dengan sungai atau dengan pemukiman penduduk mencapai 3 kilometer hingga 4 kilometer.

“Jadi, investor kelapa sawit yang sudah mengantongi izin, diminta untuk bersabar dulu. Sebab Amdalnya harus selesai dulu dibikin. Semakin cepat amdal yang maka semakin cepat juga perusahaan beroperasi di Tapin, “ saran Syamsul.

Hingga saat ini, tambah Syamsul, sudah ada 3 perusahaan yang mengantongi izin usaha lokasi dengan total mencapai 49 ribu hektar. Adapun lokasi yang mencakup 4 kecamatan, yakni Kecamatan Tapin Tengah, Tapi Selatan, Candi Laras Utara, dan Candi Laras Selatan.

“Saat ini ketiga perusahaan sedang dalam proses registrasi lahan dan pencatatan lahan, yang diwajibkan lapor ke Badan Pertanahan Nasional sesuai dengan penggunaan lahan yang diperoleh. Termasuk mengurus soal izin HGU. Perusahaan tersebut juga diminta untuk membuat laporan 6 bulan sekali dan mereka sudah memasukkan laporan pertama di bulan November 2006,” kata Syamsul.(nti)


Prioritaskan Penanggulangan Banjir

Senin, 29 Januari 2007
Radar Banjarmasin, PELAIHARI - Banjir tahunan yang melanda sejumlah kawasan di kota Pelaihari dan sekitarnya, menurut Wakil Ketua DPRD Abdi Rachman SPd, harus menjadi agenda penting pembangunan Tanah Laut di tahun 2007 ini. Artinya, pemkab harus melakukan upaya sungguh-sungguh agar banjir serupa tidak terulang lagi, termasuk menyediakan dana yang cukup untuk mendukung langkah-langkah tersebut.

“Penanganan banjir, khususnya di kawasan perkotaan, sudah tidak bisa ditawar lagi,” ujar Abdi kepada Radar Banjarmasin hari Jumat (27/1) pagi, di sela-sela acara penyerahan bantuan (70 dus mie instan, 30 rak telur dan 150 kaleng sarden) kepada korban banjir di Desa Panjaratan.

Lebih lanjut Abdi mengatakan, kalau Pemkab tidak lagi mempunyai tambahan dana untuk penanggulangan banjir, bisa saja dengan menggeser anggaran lain, seperti anggaran untuk keindahan kota Pelaihari, sebesar Rp3 miliar yang diajukan pemkab dalam prioritas plafon anggaran (PPS).

“Dana tersebut rencananya digunakan untuk mempercantik kota Pelaihari, dengan target perolehan adipura,” ujar Abdi.

Namun melihat banjir melanda Kelurahan Pelaihari, Angsau, Karang Taruna, Pabahanan, Desa Kunyit dan Panjaratan yang semuanya termasuk wilayah Kecamatan Pelaihari, menurut Abdi akan menjadi lebih bermanfaat bagi masyarakat, bila prioritas pembangunan kota diarahkan pada upaya pencegahan dan penanggulangan banjir.

Adapun langkah yang harus dilakukan menurut Abdi, secepatnya instansi teknis melakukan identifikasi, apa saja penyebab banjir.

“Semua banjir memang disebabkan oleh air, tapi yang perlu dicari kenapa airnya menggenang dan sampai merendam pemukiman penduduk,” ujarnya.

Setelah itu segera membuat strategi yang tepat untuk menanggulanginya, sehingga tahun depan kejadian serupa yang sangat merugikan penduduk secara material tidak terulang lagi.

“Bayangkan berapa kerugian masyarakat, sawah rusak, ternak hilang, fasilitas umum seperti titian ulin rusak dihantam air, belum lagi barang-barang di rumah warga yang terendam, selama beberapa hari mereka tidak bisa menjalani aktivitas secara normal,” tandasnya.

Sementara itu, mengenai banjir di wilayah Desa Panjaratan, bagi warga setempat sepertinya sudah menjadi hal biasa, karena rutin terjadi dalam kurun waktu 15 tahun terakhir.

“Yang mengagetkan kami, tahun ini air begitu cepat naik, sehingga banyak warga tidak sempat menyelamatkan barang-barang,” ujar Busra Juhri, Guru SDN Panjaratan yang diaminkan warga lainnya.

Kemudian, turunnya air juga terasa lebih lambat, sebab biasanya menurut warga hanya perlu waktu dua atau tiga jam, air sudah mulai berangsur surut. Sedangkan tahun ini, air baru berangsur surut setelah merendam rumah warga selama dua hari. Mereka menduga, hal ini terjadi karena adanya tanggul-tanggul yang dibangun perkebunan kelapa sawit di sebelah desa mereka, sehingga aliran air menjadi terhambat.

Terhadap dugaan tersebut, menurut Abdi pemerintah juga harus melakukan kajian komprehensif, sebelum mengeluarkan perizinan terhadap pembangunan areal perkebunan sawit di daerah rawa. Agar dampak negatif dari pembangunan tersebut dapat diminimalkan. (bin)

Dapur Umum Bantu Korban BanjirRelawan RBP, Satlak PB dan Satgana PMI Bergabung

Sabtu, 27 Januari 2007
Radar Banjarmasin, PELAIHARI – Sekitar seribu warga di sekitar Jl Sawahan, Perintis dan Beramban Kelurahan Pelaihari yang terendam, merasa sangat terbantu dengan adanya dapur umum yang dibangun Badan Kesbang, Kamis (25/1) lalu.

Selain anggota satlak penanggulangan bencana, tampak bergabung dengan masyarakat di dapur umum ini relawan Radar Banjar Peduli dan Satgana PMI, untuk membantu meringankan beban para korban.

Dapur umum yang berdiri di Jalan Perintis beroperasi sejak pukul 11.00 Wita, mulai diserbu warga untuk mendapatkan makanan.

Menurut Feri Kusmana SP MP, koordinator relawan RBP Pelaihari, sejak siang hingga sore hari, sudah lebih dari 1.000 bungkus nasi telah habis. Bahkan menurut pantauan koran ini, dapur umum tersebut menjelang maghrib tetap masih dikunjungi warga.

“Masih ada beberapa KK yang belum mengambil jatah nasi bungkus, sebab warga RT 19 masih belum bisa menyebrang lantaran air masih tinggi,” ujar salah satu Relawan dari Badan Kesbang.

Sementara itu, mengenai jumlah korban banjir, Lurah Pelaihari Hj Lina Herlina SSos MT belum bisa memastikan, karena masih ada dua RT yang belum memberikan laporan berapa jumlah rumah yang terendam. Kedua RT tersebut adalah RT 25 dan RT 19.

Sementara itu, seiring dengan berangsur surutnya air di wilayah Kelurahan Pelaihari, Kamis malam Kesbang mengalihkan dapur umum ini ke Desa Panjaratan, masih di wilayah Kecamatan Pelaihari.

Warga mulai dapat merasakan pelayanan dari dapur umum, mulai Jumat pagi kemarin. Itupun, para anggota Satlak PB dan relawan, harus bekerja semalam suntuk memasang tenda darurat, dilanjutkan dengan memasak untuk makan pagi, sejak pukul 04.00 dini hari. (bin)

Pelaihari Dikepung Banjir

Jumat, 26 Januari 2007

Radar Banjarmasin PELAIHARI – Kota Pelaihairi Rabu kemarin dikepung banjir, sejumlah kawasan pemukiman di daerah rendah terendam air. Seperti Jl Kemkmuran Kelurahan Angsau, Jl Telaga Daim Kelurahan Karang Taruna dan Desa Kunyit. Meski kemarin air sudah beranjak surut, namun khusus di Jl Perintis II dan Jl Sawahan Kelurahan Pelaihari, air masih merendam rumah penduduk.

Di tempat ini, air mulai naik sejak pukul 17.00 wita dan baru mulai turun pukul 03.00 dinihari. Diperkirakan jumlah rumah yang terendam mencapai 500 buah, meliputi wilayah RT 18 dan 19 Jl Perintis, Kemudian RT 20 J Beramban dan RT 25 dan 29 Jl Sawahan.

Menurut M Hasani Warga RT 25, banjir di kawasan ini merupakan banjir kiriman dari Sungai Kandangan dan Sungai Tabanio.

“Dalam dua tahun terakhir, ini termasuk banjir paling besar,” ujarnya.

Sementara itu, karena cepatnya air meninggi, membuat satu keluarga terpaksa harus dievakuasi dengan perahu karet kemarin malam. Mama Hamdah dan putranya Masran, 14 tahun terjebak didalam rumah mereka. Dengan bantuan warga dan perahu karet milik kesbang, keduanya lalu dievakuasi dan sempat dibawa ke UGD RSUD H Boejasin. Namun berdasar laporan perawat di UGD, hanya Masran yang sempat berobat karena mengeluh sakit panas.

Kemudian, masih di Jalan Sawahan, sebuah sekolah terpaksa diliburkan, yakni SDN Pelaihari 8. Pasalnya bangunan sekolah di Jl Sawahan Gg Budi ini tepat berada disisi danau. Air di dalam ruang kelas mencapai satu meter. Parahnya, karena banjir terjadi di malam hari, banyak arsip sekolah yang tidak terselamatkan.

“Buku-buku sekolah yang baru dibeli dari dana BOS dan puluhan kotak kapur tulis ikut terendam,” ujar Rosita, seorang guru SDN Pelaihari 8.

Sementara itu, menurut pantauan Kepala Badan Kesbang Tala Drs Taufik Kuderat MM, banjir memang telah mengepung kota Pelaihari, daerah-daerah pinggiran yang memang berada di dataran rendah semuanya terendam air. Mulai dari Desa Kunyit, Kelurahan Pabahanan, Kelurahan Angsau, Kelurahan Pelaihari dan Karang Taruna.

“Tapi sekarang air sudah berangsur surut, tinggal di kawasan Jl Sawahan dan Perintis ini yang paling dalam,” ujarnya.

Karena itu, untuk membantu masyarakat yang terkena banjir, kemarin siang kesbang bersama masyarakat membuat dapur umum di Jl Perintis II. Dapur umum terpaksa dibuat di tengah jalan yang tidak terendam banjir.

“Untuk tanggap darurat, kita siap peralatan dapur umum juga logistik,” ujar Taufik.

Banjir kemarin juga menarik perhatian dua anggota DPRD, yakni Drs HM Djadi dari Fraksi Golkar dan Hj Asmiriyati Yunus yang juga ketua DPC PBB. Dari kunjungan tersebut, keduanya banyak menerima aspirasi masyarakat yang intinya meminta agar pemerintah segera memberikan bantuan kepada korban banjir dan serius menanggulani banjir, agar tidak terulang lagi. (bin)

Wednesday, April 11, 2007

Permukiman Warga Terancam Longsor

Kamis, 12 April 2007 01:40

Kandangan, BPost
Permukiman warga di sekitar bantaran Sungai Amandit daerah Kandangan Hulu LK II terancam ambruk ke sungai. Tanah longsor di bantaran semakin melebar hingga mendekati rumah mereka. Apalagi, dalam sepekan, intensitas hujan meningkat.

Pantauan BPost Rabu (11/4) , di lokasi longsor juga terdapat beberapa rumah kayu dengan pondasi tiang ulin. Padahal letak permukiman itu di ketinggian lebih 10 meter dari kawasan Sungai Amandit.

Banjir dan hujan terus menerus di lokasi itu sedikit demi sedikit menggerus dan mendekati rumah warga, apalagi tak ada penyiringan di sana.

Rumah Yadi, misalnya, kini sudah menjadi sasaran tanah longsor dan mengubur tiang pondasi di belakang rumahnya hingga nyaris ambruk.

Panjang areal yang mengalami longsor kini mencapai 50 meter, membentang di pesisir bantaran sungai. Sementara di sana terdapat sedikitnya sepuluh rumah warga.

Seperti pengakuan Dahlan, longsor seperti ini juga pernah terjadi beberapa tahun lalu, bahkan sampai menghanyutkan sebuah rumah karena ambruk ke sungai.

Pemkab HSS memang sudah membuat siring bronjong di permukiman warga seberang sungai, namun tak sampai ke daerah Kandangan Hulu.

"Karena bagian seberang sudah disiring, maka benturan arus semakin keras ke daerah kami," tutur Dahlan. ary

Normalisasi Sungai Asam Asam Rp16 M

Rabu, 11 April 2007 01:56

Pelaihari, BPost
Pengerukan Sungai Asam Asam di Kecamatan Jorong, Tanah Laut untuk mencegah banjir, direalisasikan tahun ini. Kasi Pengairan Dinas Kimprasda Tala D Heru Purwanto memastikan biayanya bersumber dari APBN pada pos tanggap darurat.

Berapa besar dana yang dikucurkan pemerintah pusat, Heru belum bisa memastikan. "Yang pasti, kami mengusulkan Rp16 miliar untuk normalisasi beberapa aliran sungai vital di Tala," katanya usai mengikuti rapat di kantor bupati Senin (9/4).

Dana tersebut dibutuhkan untuk normalisasi Sungai Asam Asam, Sungai Tabanio, dan Sungai Kandangan. Keberadaan ketiga sungai ini vital karena berhubungan langsung dengan kehidupan keseharian warga, terutama yang bermukim di sekitar bantaran sungai.

Akibat kondisi alur sungai kurang terawat dan pendangkalan secara sporadis, menyebabkan air meluap pada musim penghujan. Seperti yang terjadi tahun lalu, ribuan rumah warga (permukiman Pintu Air, Sawahan, Panjaratan, Parit) terendam.

Beruntung musim penghujan tahun lalu, Sungai Asam Asam tidak meluap sehingga ribuan warga setempat selamat dari banjir. Namun, tahun sebelumnya banjir besar menyebabkan ribuan rumah warga terendam bahkan ada yang terlihat atapnya saja.

Sejak saat itu warga setempat dan sesuai hasil kajian teknis Dinas Kimprasda mencetuskan perlunya pengerukan sungai tersebut. Namun tahun lalu, rencana itu belum terlaksana karena keterbatasan anggaran hingga akhirnya harus melobi pemerintah pusat.

Heru mengatakan pihaknya telah membuat desain teknis normalisasi sungai itu.

Kegiatannya terdiri dari pengerukan (normalisasi) sekaligus meluruskan alur yang berkelok-kelok sepanjang tiga kilometer dan memecah alur (membuat alur baru) di bagian hilir dekat laut sepanjang 2 kilometer.

"Jika terlaksana, risiko banjir bisa diperkecil. Setidaknya luapan air pada puncak penghujan bisa dikurangi secara signifikan sehingga tidak sampai merambah ke permumikan warga. Air akan mengalir cepat ke laut melalui pelurusan kelokan sungai. Ini yang menyebabkan air lamban bergerak ke laut," jelas Heru.roy

Thursday, April 05, 2007

Penanganan Korban Banjir Tak Terkoordinasi Baik Jumlah Pengungsi Mencapai 189.665 Orang

Minggu, 04 Februari 2007

Jakarta, Kompas - Penanganan korban banjir di DKI Jakarta, Tangerang, dan Bekasi hingga Sabtu (3/2) belum terkoordinasi dengan baik. Ribuan korban banjir masih terjebak di dalam rumah masing-masing, sedangkan puluhan ribu pengungsi lainnya belum mendapat pasokan bahan makanan secara teratur.

Di Jalan Manggarai Utara II, Kelurahan Manggarai, Jakarta Selatan, Ati (25), misalnya, harus membangun sendiri tenda untuk tempat mengungsi. Padahal, di tenda plastik yang dipasang di tepi jalan itulah, ia harus berteduh bersama anak tunggalnya, ayah, ibu, dan suaminya.

"Plastik ini saya beli sendiri, Rp 35.000," kata Ati. Di bawah tenda itulah barang-barang miliknya dan orangtuanya disimpan. Semuanya ditaruh dalam kantong plastik hitam, termasuk satu pesawat televisi, agar tidak basah saat hujan turun. Mereka mengungsi ke tepi jalan karena rumah terendam lagi Jumat siang, setelah pada pagi hari surut.

Bersama ribuan warga bantaran Sungai Ciliwung yang terpaksa mengungsi akibat banjir, Ati pun kemarin sore khawatir Ciliwung akan meluap lebih besar. Apalagi pada siang hari ketinggian air di Katulampa, Bogor, sudah mencapai 250 sentimeter.

Pos-pos pengungsi dalam skala besar dan kecil lain di Jakarta tersebar secara acak di berbagai kawasan Ibu Kota, sehingga penanganan tidak terkoordinasi. Beberapa pos pengungsian mendapat suplai makanan yang cukup, sementara ratusan pos lain masih mengandalkan swasembada warga dan bantuan seadanya dari para donatur.

Fredi, warga Kompleks BHP, Kelurahan Dukuh, Jakarta Timur, mengatakan, pengungsi di permukimannya belum mendapat bantuan bahan makanan dari pemerintah.

Kondisi lebih parah dialami ribuan warga RW 05 Karet Tengsin, Jakarta Pusat. Setelah dua hari, mereka masih terisolasi karena air masih sedada orang dewasa. Surono, warga RW 05 yang dapat menyelamatkan diri, mengatakan, mayoritas warga yang masih terkepung banjir adalah anak-anak dan perempuan. Mereka tidak berani menerobos banjir yang sedikit surut di siang hari karena arus yang deras.

Posko-posko pengungsian yang dijanjikan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta, sebelumnya ternyata tidak efektif karena banyak warga yang membuat tempat pengungsian sendiri. Husni, koordinator pengungsi di Bendungan Hilir, Jakarta Pusat, mengatakan, tempat pengungsian diurus warga secara mandiri karena posko di kelurahan terlalu jauh dan tempatnya tidak memadai untuk semua orang.

Banjir di Jakarta telah menggenangi 60 persen wilayah dan menyebabkan banyak orang menderita. Data di posko banjir Badan Koordinasi Nasional pada hari Sabtu menunjukkan, pengungsi di Jakarta, Bekasi, dan Tangerang mencapai 189.665 orang, 4.904 orang di antaranya di Jakarta.

Selama dua hari banjir di Jakarta, terdapat tujuh korban meninggal. Mayoritas korban meninggal itu akibat kesetrum listrik dan hanyut.

Sulit dipusatkan

Sekretaris Daerah DKI Jakarta Ritola Tasmaya mengatakan, para pengungsi sulit dipusatkan dalam posko-posko resmi karena mereka lebih suka mengungsi di tempat paling dekat dengan rumah masing-masing. "Tersebarnya para pengungsi membuat penyebaran bahan pangan dan logistik lainnya sulit dilakukan secara merata," ujarnya.

Semua petugas cadangan untuk mengatasi banjir, ungkap Ritola, sudah disiagakan sehingga penanganan korban banjir akan lebih cepat. Peralatan evakuasi dan tenda pun sudah didistribusikan ke berbagai kawasan.

"Belum ada lokasi khusus untuk korban banjir. Namun, sebagian telah ditampung sesama warga yang selamat dari banjir sejak Kamis malam lalu. Sempat ada instruksi agar warga setempat menyediakan tempat untuk dapur umum, tetapi sampai sekarang bahan makanan tidak juga datang dari pemerintah," kata Rahmadi, warga Kebon Manggis, Matraman, Jakarta Selatan.

Warga yang kebanjiran mulai mengeluh kedinginan dan sakit-sakitan karena hampir dua hari penuh berpakaian basah. Korban banjir mengaku tidak sempat menyelamatkan banyak barang-barang rumah tangga karena banjir datang begitu cepat. .

Sebagian pengungsi kemarin juga memenuhi ruas Tol Pluit-Tanjung Priok. "Ruas Tol Pluit-Tanjung Priok, terutama antara Sunter dan Podomoro, digunakan untuk menampung pengungsi. Mereka tidak punya tempat lain sehingga memilih ruas tol yang memang berada lebih tinggi," kata petugas jaga Traffic Management Center Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya Brigadir Kepala Ogan Lovian.

Di Kelurahan Bukit Duri, Jakarta Selatan, air menggenangi sejumlah gang di Jalan Kampung Melayu Dalam, terutama di RW 10, 11, dan RW 12. "Air terus naik. Kami sudah meminta warga untuk mengungsi, tetapi banyak yang bertahan di rumah untuk menjaga harta-benda," ujar Adi seorang relawan.

Gunadi, warga RT 08 RW 12 Bukit Duri, mengaku kondisi banjir tahun ini lebih buruk dari bencana tahun 2002. Banjir di Jakarta pada Minggu sekitar pukul 01.30 semakin tinggi akibat meluapnya Ciliwung. Sejak Sabtu sore, air secara pelahan sudah naik. Menurut Yanto, staf Kecamatan Jatinegara, banjir di RW 02 Kelurahan Kampung Melayu dan Kelurahan Bidara Cina pada pukul 21.30 mencapai 3,1 meter. Sebagian besar penduduk di tepi sungai sudah diungsikan sebelumnya.

Di Petamburan, ratusan warga Gang Mulia, RW 08 dan RW 15 Kelurahan Petamburan, Jakarta Pusat, mengungsi ke berbagai tempat dan belum mendapat bantuan. "Belum ada bantuan sama sekali," ujar Helmi warga korban banjir.

Banjir di Jakarta Utara semakin parah. Seperti dituturkan Wali Kota Jakarta Utara Effendi Anas, tinggi air di Kelapa Gading dan Kapuk Muara pada Sabtu petang telah mencapai dua meter. Danau Sunter, Waduk Pluit, dan Waduk Papanggo meluap hingga merendam permukiman sekitar.

Di Jalan Tol Prof Sedyatmo, yang menghubungkan Jakarta dengan Bandara Soekarno-Hatta dan sebaliknya, genangan air dengan tinggi selutut sampai dada orang dewasa tampak di tiga titik, yakni di KM 23-26 serta di dekat gerbang tol pertama dan kedua.

Pemerintah bisa tangani

Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai masalah banjir di Jakarta dan sekitarnya masih bisa ditangani oleh pemerintah daerah. Khusus untuk Jakarta, antisipasi sudah dilakukan satu-dua bulan silam sekalipun diakui bencana banjir saat ini jauh lebih besar daripada yang diperkirakan.

Jusuf Kalla di sela-sela acara Saresehan Antargenerasi Partai Golkar di Jakarta, Sabtu siang, menyebutkan, prosedur penanganan bencana banjir telah berjalan. Penanganan bencana dilakukan oleh pemerintah daerah dengan satkorlaknya.

Menurut Kalla, Pemprov DKI Jakarta juga cukup kaya untuk menutup biaya tanggap darurat akibat banjir ini. Kalau memang ada kerugian yang besar, barulah pemerintah pusat bersama-sama pemerintah daerah turun menanganinya.