Monday, February 19, 2007

Empat Rumah dan Satu Gedung SD Roboh

Kamis, 04 Januari 2007

Magetan, Kompas - Sebanyak sembilan desa di Kecamatan Ngariboyo dan Poncol, Kabupaten Magetan, Jawa Timur, diterjang angin puyuh, Selasa malam hingga Rabu (3/1) pagi. Akibatnya, empat rumah warga dan satu gedung sekolah dasar roboh, merusak genting ratusan rumah, serta menumbangkan puluhan pohon perindang jalan. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini.

Sembilan desa yang dilanda bencana itu antara lain Banyudono, Selotinoto, Ngariboyo, Bokoasri, dan Selopanggung (Kecamatan Ngariboyo), serta Desa Genilangit dan Gonggang (Kecamatan Poncol).

Kerusakan paling parah terjadi di Desa Banyudono dan Ngariboyo. Di desa ini dua rumah roboh dan dua ruang kelas SD Banyudono I ambruk tertimpa pohon. Untuk sementara aktivitas belajar-mengajar di SD tersebut dipindahkan ke Balai Desa Banyudono.

Rumah yang ambruk total adalah milik Tukimin dan Maryanto. Warga bergotong royong memperbaikinya. "Pemerintah Kabupaten Magetan membantu Rp 2 juta dan bahan makanan," ujar Kusnan, Kepala Desa Ngariboyo.

"Begitu genting-genting rumah mulai tersingkap, saya langsung mengajak istri keluar rumah. Beberapa menit setelah kami keluar, pusaran angin datang dan merobohkan rumah," ujar Tukimin (60) yang sehari- hari bekerja sebagai buruh tani.

Masih kencang

Saat Kompas menyusuri Desa Ngariboyo dan Banyudono, kemarin, angin masih bertiup kencang dari selatan ke utara. Embusan angin bahkan bisa membuat oleng para pengendara sepeda motor yang melintas di sepanjang jalan desa tersebut.

Staf Humas Pemkab Magetan Venly Nicolas mengatakan, selain di Kecamatan Ngariboyo, angin puyuh juga melanda dua desa di Kecamatan Poncol. Dua rumah di Desa Genilangit dan satu rumah di Desa Gonggang rusak berat akibat bencana itu.

Di Tanah Laut

Sebanyak 22 rumah di Pelaihari, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan, juga rusak diterjang puting beliung, Selasa. Empat di antaranya rusak parah akibat tertimpa pohon. Sebagian gedung kantor Kesejahteraan Bangsa Tanah Laut di Pelaihari dan Gedung Olahraga di Kecamatan Sungai Cuka juga rusak parah. Bupati Tanah Laut Adriansyah mengatakan, pemerintah kabupaten akan membantu perbaikan rumah warga.(FUL/ONI)

Friday, February 16, 2007

Dihantam Angin

Sabtu, 6 Januari 2007

Radar Banjarmasin

Hujan disertai angin kencang kerap terjadi sepekan terakhir di kota

Pelaihari. Di beberapa tempat angin sampai merusak rumah penduduk dan

merobohkan pepohonan. Sedangkan di Jl Kemakmuran seperti tampak pada

foto, angin membuat papan reklame di sisi jalan “bertekuk lutut”. (bin)

Korban Puting Beliung Terima Bantuan

umat, 5 Januari 2007

Radar Banjarmasin
PELAIHARI – Pemerintah Kabupaten Tala tidak ingin dikatakan lamban dalam menangani musibah yang menimpa warganya. Karena itu, pemkab pun segera menyalurkan bantuan untuk korban angin puting beliung yang terjadi pada Selasa dan Rabu kemarin.

Bantuan untuk korban bencana di Kelurahan Karang Taruna Jl Telaga Daim dan Desa Sungai Riam, diserahkan Bupati Tala Drs H Adriansyah di rumah salah seorang tokoh masyarakat di Jl Telaga Daim RT 10. Siangnya Bupati meluncur ke Desa Tanjung untuk menyerahkan bantuan yang sama, tepatnya di Masjid Darul Muhajirin RT 17.

Adapun bantuan yang diberikan berupa paket sembako terdiri dari 10 kilo beras, minyak goreng, gula, mie instan dan sarden. Masing-masing keluarga korban mendapat bantuan satu paket. Selain itu, Pemkab juga membantu biaya perbaikan rumah warga yang rusak, untuk rumah rusak berat dibantu Rp1.250.000, rusak sedang Rp500 ribu dan rusak ringan Rp200 ribu.

“Dari tiga tempat ini, 4 rumah termasuk rusak berat, sedang 4 buah dan 24 buah rusak ringan,” ujar Camat Pelaihari Drs Abdul Wahab.

Bupati Aad dalam sambutannya sebelum acara penyerahan, kepada para korban bencana mengingatkan agar bisa bersabar atas kejadian ini dan dapat mengambil hikmahnya.

“Setiap kejadian pasti ada hikmahnya, mungkin dengan bencana ini Allah ingin mengangkat derajad warga di sini,” ujar Aad menghibur warganya.

Meski demikian, Aad berharap kepada warganya, selalu berdoa agar bala bencana tidak terjadi lagi di daerah ini.

Terkait bantuan yang diberikan, menurut Aad mungkin tidak semua bisa mengganti kerugian warga, namun setidak-tidaknya diharapkan dapat meringankan beban. Kepada tetangga yang lebih beruntung, Bupati meminta untuk turut membantu.

“Misalnya uang yang dibantu pemerintah, paling-paling cukup untuk membeli kayu atau seng, tapi tidak cukup membayar upah tukang, tolong warga di sekitarnya membantu secara bergotong royong,” pintanya.

Sementara itu, Ansori (60) warga Desa Sungai Riam RT 5, korban angin puting beliung pada Selasa (2/1) pukul 11.00, hingga rumahnya mengalami rusak parah mengaku, baru pertama kali mendapati kejadian seperti ini dikampungnya.

“Anginnya kencang sekali, seluruh atap seng rumah saya lepas, bata dindingnya juga ambruk,” ujar Ansori.

Karena itu, ia memperkirakan bantuan yang baru saja diterimanya masih belum cukup untuk melakukan perbaikan. Tapi ia tetap berterima kasih kepada pemkab yang segera memberikan bantuan.

Ansori pun berharap, bisa segera memperbaiki rumahnya, karena ada 7 orang yang selama ini berteduh di rumah sederhana berukuran 80 meter persegi itu. (bin)

Puting Beliung Hantam Pelaihari

Rabu, 3 Januari 2007/ Radar Banjarmasin


PELAIHARI - Angin puting beliung kembali menghantam kota Pelaihari dan memporak porandakan puluhan rumah serta merobohkan pohon-pohon besar dan papan reklame. Menurut informasi yang berhasil didapat wartawan koran ini dari Camat Pelaihari Drs Abdul Wahab, sejak Senin (1/12) sampai kemarin pagi telah terjadi 3 kali hantaman angin puting beliung di wilayahnya.

Pertama pada Senin (1/1) sore angin menghantam wilayah Desa Sungai Riam -sekitar 15 kilometer dari kota Pelaihari- dan sebuah rumah di Kelurahan Karang Taruna. Kemudian pada Selasa (2/1) dini hari sekitar pukul 02.00, giliran Desa Tanjung Kecamatan Pelaihari yang diamuk angin puting beliung ketika penduduknya tengah terlelap. Akibatnya, 8 rumah yang berada di RT 17 dan 18 Dusun 1 B mengalami kerusakan berat.

"Beberapa pohon besar ikut tumbang, untungnya tidak menghantam rumah warga," ujar Wahab ketika ditemui di lokasi bencana Jl Telaga Daim.

Pagi harinya, sekira pukul 10.30 wita, hujan kembali turun disertai angin kencang. Kali ini giliran 12 rumah di RT 10 RW 1 Jl Telaga Daim Kelurahan Karang Taruna yang rusak. Paling parah menimpa rumah Masniah (50), janda yang bekerja pada bagian loundry RSUD H Boejasin.

Wanita paro baya itu kaget menyaksikan seluruh bagian atap rumahnya terbuka dan diterbangkan angin, kemudian jatuh berserakan di atas lahan kosong sekitar 30 meter dari rumah tersebut. Kejadian ini pun sempat membuat panik ibu-ibu dan anak kecil yang tinggal di rumah.

"Saya tadi lagi kerja, lalu dikabari kalau rumah dihantam angin," ujar Masniah yang menuturkan kalau ia tinggal bersama anak dan cucunya di rumah berkonstruksi kayu itu.

Selain merusak rumah warga, angin juga merobohkan dua baliho. Satu baliho di depan Bajuin Plasa dan satu lagi di simpang tiga parit. Lokasi robohnya kedua baliho ini berjarak sekitar 2 kilometer dari lokasi serangan angin puting beliung di Kelurahan Karang Taruna.

Sementara itu, di Desa Ambungan masih di Kecamatan Pelaihari, angin merobohkan pohon kelapa yang menghantam kabel listrik tegangan tinggi di pinggir Jl A Yani kilometer 5. Akibatnya listrik dipadamkan selama petugas PLN melakukan perbaikan dan baru menyala pukul 17.30 Wita.

Bupati Tala Drs H Adriansyah yang mendengar warganya terkena musibah langsung mengunjungi lokasi di Jl Telaga Daim. Kepada para korban Aad meminta untuk terus waspada dengan bencana serupa. Khusus untuk rumah Ny Masniah, bupati menjanjikan akan segera membantu material, sedangkan untuk tenaga kerjanya diharapkan masyarakat bisa bergotong royong. "Saya rasa rumah ibu ini yang harus diperbaiki segera, karena kerusakannya paling parah," ujar Aad. (bin)

[ Kemb

Satu Keluarga Tewas Tertimbun

Minggu, 14 Januari 2007 02:35


--------------------------------------------------------------------------------

14 Korban Sangihe belum ditemukan
Manado, BPost
Sebanyak 14 korban banjir dan tanah longsor di Kabupaten Sangihe, Sulawesi Utara, masih dalam pencarian. Adapun korban tewas yang ditemukan akibat bencana ekologi ini mencapai 20 orang.

"Pemerintah bersama masyarakat masih terus mencari korban yang hilang," kata Kepala Bagian Humas Pemprov Sulawesi Utara, Boyke Rompas, Sabtu (13/1).

Dijelaskan, sejak terjadi banjir dan tanah longsor, Jumat, jaringan telepon di Sangihe mengalami gangguan. Semua jaringan komunikasi, termasuk telepon seluler tidak berfungsi.

Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) pun meminta agar warga Sulawesi Utara dan Gorontalo tetap mewaspadai curah hujan lebat yang dapat disertai longsor. Selain hujan lebat, gelombang laut dapat mencapai 2,5 meter.

Dalam musbah yang lain, gempa berkekuatan 6,2 Skala Richter (SR) yang mengguncang Maluku, Kamis malam lalu, ternyata merusak 26 gedung di Kabupaten Buru. Sebagian besar rumah retak pada dinding dan lantai.

Sekeluarga Tewas

Tragedi di Kabupaten Sangihe memunculkan keprihatinan bagi masyarakat Indonesia pada umumnya. Namun kepedihan mendalam melingkupi keluarga Lahengko-Mandalika warga Kelurahan Dumuhung, Kecamatan Tahuna. Sebab dari puluhan korban tewas, keluarga tersebut kehilangan 6 anggota keluarganya.

Dituturkan Luther Lahengko --korban yang selamat, sebenarnya dia sudah mendengar teriakan warga tentang datangnya banjir dan tanah longsor. Luther pun mendengar suara air bergemuruh di belakang rumahnya.

Bersama istrinya, Luther yang tinggal bersama keluarga besarnya, berusaha menyelematkan diri.

Naas baginya, belum sempat beranjak jauh, banjir sudah lebih dahulu menerjang. Luther berhasil berpegangan di dahan pohon jambu, sedangkan istrinya dan anggota keluarga yang lain tak mampu menahan derasnya air.

Akibatnya, istri, tiga anak, empat cucu dan dua cicit Luther tewas tertimbun longsoran. Seorang anggota keluarga Luther ditemukan tewas dengan posisi menggendong anaknya, sementara yang lainnya terkumpul di tempat tidur.

Mereka adalah Darius Liroga, Yul Lahengko, Noprisa Lahengko, Johanis Lahengko, Inka Alonius dan Syanet Mandalika.tic/dtc

Copyright © 2003 Banjarmasin Post

Korban Puting Beliung Terlilit Utang

Jumat, 13 Januari 2006 02:55


--------------------------------------------------------------------------------

MARTAPURA - Salamah, warga Desa Podok, Kecamatan Aluh Aluh, Kabupaten Banjar, mengaku terpaksa mengutang ke beberapa tetangganya untuk membangun kembali gubuk yang hancur diterpa angin puting beliung beberapa waktu lalu.

Salamah mengatakan angin yang sangat kencang tiba-tiba datang membawa terbang atap yang terbuat dari rumbia dan menghancurkan seluruh dinding kayu rumahnya.

Beberapa hari setelah kejadian, tambahnya, dia dan keluarga terpaksa bernaung dari panasnya terik matahari dan dinginnya malam.

Hingga akhirnya, tetangga dan saudara bersedia meminjamkan uang Rp300 ribu untuk memperbaik rumah dan mengganti atap seadanya.

"Rumah yang ada saat ini sudah diperbaiki, makanya bisa ditempati lagi," kata ibu tiga anak tersebut.

Nasib serupa juga dialami 87 penduduk Desa Podok lainnya. Menurut beberapa warga yang tinggal di desa terpencil tersebut, rumah mereka yang rata-rata terbuat dari kayu hutan dan beratap rumbia juga hancur diterjang angin puting beliung.

"Kedatangan gubernur hari ini, telah lama kami tunggu, biar tahu keadaan kami yang seperti ini," tambah satu warga lainnya.

Setelah beberapa kali tertunda, akhirnya Gubernur Kalsel Rudy Ariffin, datang ke Desa Podok untuk memberikan bantuan secara langsung terhadap 88 warga yang tertimpa musibah angin puting beliung. ant


--------------------------------------------------------------------------------



Copyright © 2003 Banjarmasin Post

"Jangan Lupakan Lapindo"

Kamis, 12 Januari 2006 01:20:50


--------------------------------------------------------------------------------

Ada minyak di Gresik
Jakarta, BPost
Semua lapisan masyarakat, termasuk pemerintah saat ini perhatiannya tertuju pada musibah pesawat Adam Air. Namun, bagaimana dengan korban lumpur Lapindo? "Lapindo juga harus tetap diurus dan diperhatikan," ujar Ketua Tim Pemantau Kasus Lapindo FKB DPR Ario Wijarnako, di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (11/1).

Tanggung jawab PT Lapindo Brantas kepada korban semburan lumpur masih belum maksimal, terutama soal pembayaran ganti rugi. Karena itu, Ario meminta Presiden kembali menekan Lapindo.

"Presiden telah mengeluarkan Keppres, yang bertanggung jawab itu Lapindo. Agar cepat selesai, Presiden harus kembali mengingatkan Lapindo," lanjut politisi PKB itu.

Dia meminta pemerintah memperpanjang umur Timnas Penanggulangan Lumpur Lapindo. Dia khawatir jika benar Timnas bubar pada Maret 2007, Lapindo akan lari dari tanggung jawab.

"Proses pengurusan sertifikat masyarakat dan lain-lain belum selesai. Kalau Timnas bubar bulan Maret 2007, semua akan amburadul karena tidak ada yang urus. Kasihan warga saya," pungkas anggota legislatif dari daerah pemilihan Jatim I (Surabaya, Sidoarjo) ini.

Setelah dilantik dan bekerja sejak 7 bulan lalu, kinerja Tim Nasional Penanggulangan Lumpur di Sidoarjo, Jawa Timur, mengevaluasi pekerjaannya secara menyeluruh, di Hotel Shangri-La, Surabaya, Kamis (11/1).

"Nanti dalam rapat kita akan membahas langkah-langkah yang telah dilakukan maupun yang akan datang. Misalnya operasi relief well yang selama ini ada kendala teknis maupun dana," terang Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro.

Perkembangan ke depan yang disampaikan Purnomo adalah pembangungan open channel (kanal terbuka) yang akan mengalirkan lumpur panas dari pusat semburan ke Kali Porong melalui beberapa desa dan berakhir di sekitar spillway di Desa Pejarakan Kecamatan Jabon.

"Open channel juga masih menyisakan kendala. Selain material berkurang, warga Jatirejo ada yang menolak lahannya dipakai dengan alasan kompensasi belum jelas," imbuhnya.

Begitu pula soal kritikan tajam yang dialamatkan ke timnas yang dianggap gagal, Purnomo menyerahkan sepenuhnya kepada Presiden SBY.

"Soal timnas juga akan kita bicarakan. Tetapi timnas akan berakhir 8 Maret, setelah itu bagaimana tergantung keputusan presiden. Sebab timnas adalah keputusan presiden," jawabnya.

Sumur Lengowangi

Sementara itu, ada indikasi sumur Lengowangi 1 di Desa Suci Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik, Jawa Timur mengandung minyak dan gas. Hal itu diketahui dari uji produksi di layer IV tempat terjadinya gas kick pada Minggu (12/11).

Humas Joint Operating Body Pertamina Petrochina East Java, Bambang Silasakti, Kamis (11/1), mengatakan indikasi adanya kandungan migas itu selanjutnya harus diuji dan dievaluasi lagi di laboratorium.

Kandungan minyak diketahui dari warna api. Tetapi untuk melihat seberapa besar kandungan migas di sumur Lengowangi 1 menunggu enam hingga 12 bulan lagi.

"Semua untuk kepentingan nasional secara makro dan Gresik sebagai salah satu kabupaten penghasil minyak," kata Bambang.

Mengenai protes dan tuntutan masyarakat, Bambang menegaskan dalam setiap tahapan drilling JOB PPEJ sudah menginformasikan ke perwakilan warga sekitar lokasi pengeboran.

Kepanikan warga sekitar sumur Lengowangi 1 Gresik sudah beberapa kali terjadi. Saat itu Minggu (12/11) aktivitas eksplorasi sumur Lengowangi sempat menimbulkan dua kali letupan dan semburan api setinggi lebih dari lima meter.

Kepanikan kedua muncul setelah terjadi ledakan tangki penampung minyak pada Rabu (16/12) karena residu dalam tangki memuai.dtc/kcm


--------------------------------------------------------------------------------

Copyright © 2003 Banjarmasin Post

130 Warga Belu Mengungsi Kena Longsor

Kamis, 11 Januari 2007 01:49:58


--------------------------------------------------------------------------------

Kupang, BPost
Bencana tanah longsor di bagian Barat Indonesia, di Padang Pariaman yang terjadi pada Senin (8/1) lalu, diikuti di wilayah Indonesia bagian Timur atau tepatnya Desa Babotin Selatan, Kecamatan Sasitamean, Kabupaten Belu, NTT, Selasa tadi.

Hujan yang mengguyur dalam sepekan terakhir ini, membuat kondisi tanah di Babotin Selatan menjadi labil, akibatnya longsor pun terjadi sekitar pukul 14.00 WIT.

Enam rumah rata dengan tanah, 18 rumah rusak berat, dan 22 rumah rusak ringan serta 130 warga mengungsi.

Selain merusak bangunan yang ada, longsor itu juga merusak jembatan yang menghubungkan Kecamatan Sasitamen dengan Kecamatan Malaka. Longsor itu juga merusak sekitar 45 ribu meterpersegi lahan pertanian.

Selain musibah tanah longsor di Desa Babotin Selatan, banjir juga melanda Kabupaten Ngada, Kecamatan Riung. Satu rumah dilaporkan hancur dan satu orang mengalami luka-luka.

Rugi Rp850 Juta

Sementara itu, kerugian materil akibat bencana alam tanah longsor di Jorong Kolam Janiah, Nagari Kudu Gantiang, Limo Koto Timur, Padang Pariaman, Sumbar, Senin (8/1) tadi diperkirakan mencapai Rp850 juta lebih.

"Besaran kerugian materil itu di antaranya berasal dari empat unit rumah penduduk dan satu unit mushalla yang hancur dihantam longsor," kata Sekretaris Satuan Koordinasi Pelaksana (Satkorlak) Penanggulangan Bencana (PB), Zulwadi Dt Bagindo Kali, Rabu (10/1).

Bencana tanah longsor yang terjadi Senin (8/1) sekitar pukul 16.30 WIB mengakibatkan 13 warga meninggal. Sementara 10 unit rumah (10 kk-92 jiwa) lainnya sangat berpotensi dihantam longsor, kini sudah diungsikan untuk diamankan sementara ke rumah keluarganya.dtc/ant/mio


--------------------------------------------------------------------------------

Copyright © 2003 Banjarmasin Post

Petani Tanbu Resah

Selasa, 09 Januari 2007 01:07


--------------------------------------------------------------------------------

Batulicin, BPost
Sejumlah petani di Tanah Bumbu (Tanbu) resah. Mereka khawatir, hujan tahun ini kembali membawa bencana banjir sebagaimana tahun sebelumnya.

Basir petani asal Desa Pakatelu, Kusan Hilir mengaku masih trauma dengan banjir yang melanda sawahnya pada Juni tahun lalu. Belum pulih dari banjir yang membuat padinya membusuk, Basir kembali dihadapkan kekeringan yang membuat padinya kopong (buah padi tidak berisi) pada September lalu.

"Kalau tahun ini kembali banjir, kami tidak tahu lagi harus berbuat apa. Banjir dan kekeringan tahun lalu membuat kami paceklik. Hampir semua pentani di desa ini mengalami nasib yang sama," kata Basir.

Tahun lalu kata Basir, saat banjir bandang melanda kecamatan Kusan Hilir dan Kusan Hulu ribuan hektare padi mulai berisi terendam air.

Bahkan, di areal persawahan bisa dilalui ketinting (perahu tempel) untuk mengungsi ketempat yang lebih tinggi. Dampak banjir tersebut membuat sejumlah petani tidak bisa menyelamatkan lumbung padi mereka yang berisi stok padi baik untuk bibit maupun bahan makanan sehari-hari. dhs


--------------------------------------------------------------------------------



Copyright © 2003 Banjarmasin Post

Banjir Dukungan

Selasa, 09 Januari 2007 01:08


--------------------------------------------------------------------------------

KENDATI jadwal pelaksanaan pemilihan kepala daerah (pilkada) langsung di Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) belum dikeluarkan, namun genderang persaingan sudah mulai ramai.

Fakhruddin yang tidak lama lagi akan mengakhiri masa jabatannya sebagai Bupati HSU, hingga kini masih menjadi rebutan baik dari partai politik, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) maupun tokoh masyarakat. Posisi Fakhruddin boleh dikata makin tak tergoyahkan setelah namanya secara resmi dicalonkan kembali sebagai balon bupati di Bumi Amuntai Bertakwa 2007 ini.

Partai Golkar yang memiliki jumlah kursi terbanyak di Dewan HSU secara resmi mengusung Fakhruddin. Begitu juga Partai Bintang Reformasi (PBR) yang mempunyai tiga kursi turut mengusungnya.

Tak hanya itu, sejumlah koalisi parpol seperti PDIP, PKS dan PBB serta PNU juga ikut mengusung nama Fakhruddin. Bahkan, sejumlah partai gurem juga ikut mendukungnya.

Bustan Hamasta, ketua koalisi partai gurem HSU menyatakan, berdasarkan hasil rapat yang dihadiri sebanyak 11 perwakilan partai gurem belum lama tadi, secara aklamasi memutuskan untuk menyatakan dukungannya kepada Fakhruddin.

Koalisi partai gurem itu terdiri dari Partai Merdeka, Demokrat, Buruh Sosial Demokrat, Partai Demokrasi Kebangsaan, PNBK, PPDI, Partai Persatuan Daerah, Patriot Pancasila, Pelopor, Partai Syarikat Indonesia dan Partai Karya Peduli Bangsa.

"Suara kami jatuh ke Fakhruddin," ujarnya kepada BPost. Tak ketinggalan, LSM Seima Jaya Amuntai serta Forum Komunikasi Kerukunan Masyarakat Sungai Malang (FKKMS) juga memberikan dukungan kepada Fakhruddin.

"Tidak menutup kemungkinan masih ada figur lain yang layak jual. Namun, kami menilai beliau berhasil membangun banua ini," ujar Akhmad Junaidi, ketua LSM Seima Jaya.

Ketua Himpunan Kerukunan Remaja Kota Bertakwa (HKR-KB), H Gusti Nanag Hadi mengatakan, HKR-KB yang beranggota 1.047 orang tersebar di 12 kecamatan dan 131 desa di Kabupaten Tabalong ini menyatakan dukungannya kepada Fakhrudin. Dia menilai, selain keberhasilan pembangunan juga kedekatan Fakhrudin dengan seluruh masyarakat dan ulama.

Namun jangan salah. Hamli Kursani dengan pendukung fanatiknya, diprediksi bakal mengganjal jalan Fakhruddin. Hamli yang kini menjabat Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemko Banjarmasin ini juga mempunyai pendukung yang tidak sedikit.

Bahkan, Hamli mengklaim bahwa dirinya telah didukung sejumlah parpol besar, termasuk PAN. Hamli mengaku mendapatkan dukungan dari ketua DPW PAN Kalsel. Meski ada dua nama besar itu, namun masyarakat berharap ada calon lain sebagai alternatif. ori

Air Waduk Naik

Selasa, 09 Januari 2007 01:07


--------------------------------------------------------------------------------



Martapura, BPost
Meski hujan deras sudah turun setiap hari hampir di seluruh kawasan di Kabupaten Banjar, namun tidak otomatis meningkatkan debit air secara signifikan di Bendungan Riam Kanan yang difungsikan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).

Hingga Senin (8/1) pagi, kedalaman air di bendungan itu baru mengalami kenaikan sekitar 12 cm dibandingkan tiga hari sebelumnya. Kini, kedalaman air mencapai 53,63 meter, sedangkan tiga hari sebelumnya, atau Jumat (5/1) setinggi 53,51 meter.

Camat Aranio, Drs HM Zain Syafie, menyatakan, berdasarkan pantauan dan koordinasi dengan pihak PLTA Riam Kanan, kedalaman air di bendungan Riam Kanan terus mengalami kenaikan.

"Kita lihat pagi tadi, sekitar pukul 08.30 Wita kedalaman air sudah mencapai 53,63 meter. Kenaikan air ini diambang batas normal. PLTA Riam Kanan masih mengoperasikan dua turbin," ujarnya.

Terkait dengan kondisi masyarakat di kecamatan setempat, khususnya pada daerah yang rawan banjir, ia menyatakan, tidak ada permasalahan dan berlangsung normal.ofy/mtb


--------------------------------------------------------------------------------

Pembangunan Berbuah Bencana

Selasa, 09 Januari 2007 00:37

* Eksploitasi SDA Dan Pengabaian Hak Rakyat

Pembangunan berkelanjutan yang selama ini digadang-gadang pemerintah, ternyata masih tetap mengedepankan kepentingan ekonomi (jangka pendek) daripada keberlanjutan kehidupan itu sendiri.

Oleh: Berry Nahdian Forqan
Direktur Eksekutif Walhi Kalsel

Terjadinya banjir besar di empat kabupaten pada Juni lalu, memberikan gambaran tentang kondisi lingkungan hidup terutama kawasan hutan di Kalsel yang mengalami degradasi cukup parah. Belum selesai berbenah akibat dampak banjir itu, pada Agustus sampai November masyarakat Kalsel dihadapkan lagi pada persoalan yang tidak kalah serius yaitu kebakaran hutan dan lahan yang menimbulkan kabut asap dan berdampak luas terhadap berbagai aspek kehidupan terutama bagi kesehatan manusia. Pada musim penghujan banua ini mengalami kebanjiran dan musim kemarau kekeringan, kebakaran hutan dan lahan yang berujung pada bencana asap yang cukup menderitakan sebagian besar masyarakat kita.

Bencana banjir, kekeringan dan kabut asap yang terjadi pada 2006 di banua ini jelas bukan karena faktor alam semata. Namun lebih disebabkan oleh kesalahan manusianya yang salah urus dalam mengelola sumber daya alam (SDA) dan lingkungan. Sebagaimana disebutkan Kartodihardjo dan Jhamtani (2006): "Bencana pembangunan terjadi sebagai gabungan faktor krisis lingkungan akibat pembangunan dan gejala alam itu sendiri, yang diperburuk dengan perusakan SDA dan lingkungan serta ketidakadilan dalam kebijakan pembangunan sosial." Pembangunan yang hanya menekankan kepada kepentingan ekonomi pada akhirnya mengancam keselamatan keberlangsungan kehidupan rakyat. Ketika bencana datang, pertanyaan kita adalah siapa yang paling dirugikan. Apakah pejabat-penguasa, pengusaha atau rakyat marginal kebanyakan?

Tak Berprespektif Lingkungan

Pembangunan ekonomi yang berlangsung selama ini, menempatkan SDA hanya sebagai onggokan komoditas. Karenanya, eksploitasi terhadap SDA dilakukan secara masif dan berlebihan dengan mengabaikan aspek ekologi-lingkungan, sosial dan kemungkinaan dampak bencana yang ditimbulkannya. Jika pun ada beberapa kebijakan dan pembangunan yang prolingkungan, namun tetap saja tidak mampu membendung laju kerusakan lingkungan yang terus berlangsung karena posisinya yang memang hanya dijadikan sebagai ‘alat pelengkap’ agar kelihatan akomodatif dan bervisi berkelanjutan.

Pembangunan berkelanjutan yang selama ini digadang-gadang pemerintah, ternyata masih tetap mengedepankan kepentingan ekonomi (jangka pendek) daripada keberlanjutan kehidupan itu sendiri. Hanya ‘pembangunannya’ yang terus berlanjut, sedangkan keberlangsungan perikehidupannya terabaikan. Eksploitasi SDA yang dilakukan sudah melebihi daya dukung lingkungan yang ada dan melampaui ambang batas.

Berbagai kebijakan pemerintah baik daerah maupun pusat, cenderung mempermudah jalan bagi terlaksananya eksploitasi yang masif tanpa memperhitungkan keseimbangan lingkungan. Kawasan hutan yang semestinya dilindungi dan berfungsi sebagai penyangga, justru dieksploitasi dengan diberikannya izin pertambangan di kawasan hutan lindung. Padahal, hampir 50 persen hutan di Kalsel telah mengalami deforestasi. Kapasitas terpasang industri perkayuan di Kalsel yang besarnya melebihi tiga juta kubik per tahun, jelas sangat jauh melebihi kemampuan daya pasok hutan alam yang ada secara lestari.

Berdirinya industri kayu serpih (chip mill) di Desa Ale-ale Kecamatan Tanjung Seloka Kabupaten Kotabaru, dan rencana pembangunan industri bubur kertas (pulp) di Desa Sungai Cuka Kecamatan Satui Kabupaten Tanah Bumbu dengan kapasitas industri sebesar 600 ribu sampai satu juta ton per tahun, justru akan semakin menambah gap antara suply dan demand terhadap kayu sehingga pemenuhan kebutuhannya mengancam lingkungan dan hutan alam yang ada.

Kawasan Pegunungan Meratus sebagai bagian terpenting dalam menjaga kestabilan lingkungan hidup di Kalsel dan ‘benteng pertahanan terakhir’, terus dibabat dan digusur baik oleh aktivitas pembalakan kayu maupun penambangan legal dan ilegal. Ditambah terbitnya ratusan izin Kuasa Pertambangan (KP) Batu Bara dan puluhan izin PKP2B (terdapat lebih 300 izin pertambangan di Kalsel), tiga HPH aktif, empat IPK aktif, enam HTI aktif dan 46 izin perkebunan skala besar, maka lengkaplah sudah potret pembangunan yang tidak berperspektif lingkungan.

Menuai Bencana

Juni 2006 lalu, banjir menyapu empat kabupaten yaitu Banjar, Tanah Laut, Tanah Bumbu dan Kotabaru. Dengan korban 12.2048 jiwa, sembilan orang meninggal dunia, ribuan hektare sawah dan rumah terendam, ratusan kilometer jalan rusak dan kerugian total akibat bencana itu sekitar Rp146,457 miliar. (Sumber Presentasi Wagub Kalsel 2006). Ini baru yang terdata oleh pemerintah. Bagaimana dengan yang tidak tercatat dan kerugian sosial lainnya, saya yakin realitasnya jauh lebih besar.

Tidak berselang lama (Agustus 2006), terjadi kebakaran hutan dan lahan. Kabut asap pun menjadi masalah dan puncaknya pada November 2006. Menurut Kepala Dinkes Kalsel, Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) Oktober 2006 memperlihatkan kandungan partikulat (PM 10) sangat tinggi hingga mencapai 640 u/m3, padahal batas standar sehat hanya 150 u/m3. Artinya, kondisi udara sudah tidak sehat. Akibatnya menimbulkan beberapa penyakit seperti ISPA, iritasi mata dan kulit serta ganguan kejiwaan bagi masyarakat.

Dari fenomena bencana yang terjadi, aspek penting untuk diperhatikan adalah pola perusakan ekologi, pola iklim dan penanganan yang dilakukan pemerintah. Pada musim kemarau, kita selalu kekurangan air dan pada musim penghujan kebanjiran. Ini mengindikasikan, semua infrastruktur yang dibuat untuk merekayasa lingkungan telah gagal, karena sumber masalah tidak ditangani sungguh-sungguh. Krisis demi krisis akibat salah urus ini kemudian berujung pada bencana ekologis yang kian nyata terlihat.

Bencana banjir, kekeringan, kebakaran lahan dan hutan serta kabut asap tidak hanya dilihat dari proses alamiah dan dampaknya secara insedentil, tetapi juga dilihat dari faktor pendukung lain dan akar penyebabnya. Sebagai manusia yang dikarunia akal dan pemikiran, mestinya harus memiliki upaya preventif dan maksimal dalam menghadapi bencana tersebut. Namun hampir di setiap bencana, respon dan penanganannya terasa lambat dan jalan di tempat.

Dalam hal ini, pemerintah tidak memaksimalkan lembaga yang memiliki fungsi dan peranan menghadapi bencana tersebut. Belum lagi kalau kita berbicara tentang pola penanggulangan atau pengelolaan risiko bencana, hampir tidak ada upaya transformatif untuk menciptakan perubahan kondisi tersebut. Padahal kita memiliki banyak orang yang mumpuni dalam bidang tersebut.

Jika kita cermati, penanganan bencana di Kalsel dilaksanakan dengan pendekatan konvensional dan dilakukan dengan mekanisme eksternal. Rencana kegiatan penanggulangan bencana (pada tahap prevensi, mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat, rehabilitasi, rekontruksi) yang tertuang pada keputusan Menko Kesra, terlihat memosisikan masyarakat sebagai objek.

Jika kita telusuri, ada pemahaman yang kurang tepat tentang bencana tersebut. Selama ini, umumnya pemerintah menganggap bencana sebagai gangguan terhadap proses pembangunan yang normal, peristiwa yang berdiri sendiri, tidak serta merta (hubungan sebab akibat) sehingga penanganannya pun hanya bersifat darurat.

Pemahaman yang kurang tepat ini, berpengaruh terhadap pola penanganan bencana. Pola emergency action yang dipakai selama ini, hanya bertujuan memperbaiki situasi menjadi sebelum terjadi bencana, sehingga dana yang dikeluarkan pun dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Sementara upaya penanganan jangka panjang dalam bentuk pengelolaan risiko bencana (Disaster Management Risk) sebagai upaya kesiapan, dan minimalisasi dampak akibat bencana kurang mendapat perhatian. Pemerintah belum mampu menjamin dan memberikan perlindungan terhadap hak rakyat atas lingkungan hidup yang baik, aman, nyaman dan sehat.

Dari berbagai bencana banjir, kekeringan, kebakaran lahan dan hutan serta kabut asap yang terjadi pada 2006, jelas sekali memperlihatkan pengelolaan SDA yang tidak bijaksana adalah penyebab utamanya. Di samping itu, kegiatan dan perencanaan pembangunan yang dilakukan sama sekali tidak memperhitungkan dampak dan tidak mengakomodasi risiko bencana yang mungkin terjadi (tanpa ada Managemen Risiko). Pencegahan bencana bukan menjadi bagian dari proses pembangunan, sehingga yang dilakukan bukan pencegahan tetapi justru lebih pada penanganan bencana. Padahal, apabila perencanaan kegiatan pembangunan digabungkan dengan Risk Management maka dalam perencanaan pembangunan bisa diperhitungkan segala kemungkinan yang terjadi.

Juga terlihat jelas, pengambilan manfaat dari SDA tidak memperhitungkan dampak secara ekologi dan sosial. Pengambilan manfaat atas SDA yang dilakukan secara tidak bijak ini berdampak buruk terhadap semua aspek kehidupan. Pembangunan yang salah kaprah, menyebabkan berbagai degradasi dan kerusakan lingkungan. Krisis ekologi terjadi dan berujung pada terjadinya bencana dan akhirnya berlanjut semakin terpuruknya tatanan kehidupan sosial ekonomi masyarakat, kemiskinan, pengungsi, ketidakberdayaan, wabah penyakit, meningkatnya kejahatan dan konflik serta penyakit sosial lainnya.

Jika saat ini kita menuai bencana yang merupakan buah dari pembangunan selama ini, maka kita patut bertanya kembali bahwa pembangunan itu sebenarnya untuk apa dan kepentingan siapa?

e-mail: forqan@walhi.or.id

Copyright © 2003 Banjarmasin Post

Kesbang Waspadai Asam Asam

Senin, 08 Januari 2007 00:48

Pelaihari, BPost
Seperti telah diisyaratkan Wakil Bupati Tanah Laut H Ikhsanudin Husin, Badan Kesbang dan Linmas kini mulai bersiaga dan terus memonitor sejumlah permukiman yang rawan banjir.

Desa Asam Asam di Kecamatan Jorong adalah salah satu tempat yang kini diwaspadai. Permukiman yang cukup padat penduduk tersebut masih rawan dari risiko luapan air bah.

"Setiap saat kami terus memantau perkembangan di Asam-Asam, terutama jika terjadi hujan yang lebat. Daerah lainnya yang rawan banjir juga terus kami pantau," kata Kepala Kesbang dan Linmas HM Taufik Kuderat, pekan tadi.

Pertengahan tahun lalu selama kurang lebih sepekan ribuan rumah warga Desa Asam Asam terendam. Genangan air ada yang sampai mencapai atap rumah. Luapan air juga melanda permukiman warga di beberapa desa di Kecamatan Kintap dan Batu Ampar. Permukiman di kawasan Pintu Air di Kota Pelaihari pun juga tak luput dari banjir.

Tidak hanya menyebabkan kerugian materi (kerusakan/kehilangan rumah maupun tanaman dan ternak), banjir bandang yang terjadi tahun lalu bahkan merenggut satu nyawa warga di Kecamatan Batu Ampar.

Risiko buruk serupa dimungkinkan bisa terulang lagi tahun ini. Apalagi rencana pemecahan Sungai Asam-Asam urung dilaksanakan tahun 2006 lalu karena kendala dana.

Sementara perilaku alam kini mulai memperlihatkan gejala negatif. Intensitas hujan kian meningkat yang kadang disertai angin kencang. Bahkan 21 rumah warga telah menjadi korban terjangan angin puting beliung dalam kurun waktu sepekan terakhir.

Satlak Penanggulangan Bencana Badan Kesbang dan Linmas Tala pun kini mulai sibuk. Mereka tak bisa lagi tidur dengan nyenyak kareka setiap saat harus selalu siaga dan memonitor kawasan yang rawan bencana.

"Insya Allah kami sudah siap dan selalu siap. Kalau menyangkut sumber daya manusia tidak perlu khawatir," sebut Taufik.

Kendati dukungan sarana tidak memadai, Taufik menegaskan pihaknya tetap akan bekerja maksimal. Seluruh kekuatan telah disiagakan untuk menanggulangi bencana alam.

Pihaknya memilik cukup tenaga terlatih, di antaranya Tim Satlak PB, Tagana (taruna siaga bencana), dan relawan lainnya yang telah terdata di Kesbang Linmas.

Bagaimana dengan logistik? "Masih ada, walau tak banyak. Diantaranya mie instans sekira 400-an dos dan dua pikul beras. Tapi, ini stoknya di Dinas PMD dan Kesos," jelas Taufik seraya mengatakan mestinya Kesos kembali menjadi bagian dari Badan Kesbang agar distribusi pangan ke korban bencana bisa lebih berjalan cepat dan efektif. roy

Copyright © 2003 Banjarmasin Post

Puting Beliung Mengancam

Senin, 08 Januari 2007 00:48

Banjarbaru, BPost
Meski badai isobel telah berhenti, ancaman bencana alam berupa terjangan angin puting beliung lokal diramalkan bakal menyerang Kalsel dalam beberapa hari ke depan.

Dwi Agus Priyono, Kepala Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Bandara Syamsudin Noor di Landasan Ulin Banjarbaru menyebutkan, pantauan satelit di tempatnya menangkap adanya pergerakan alam yang mengarah pada terjadinya angin dengan kekuatan besar. Angin berkekuatan hingga 30 knot masih berpotensi terjadi di Kalsel.

"Isobelnya sudah sangat jauh dari Kalsel. Energinya sekarang masuk ke daratan dan sudah hilang sama sekali. Yang rawan justru terjadinya angin puyuh atau puting beliung lokal," terangnya.

Potensi angin lokal di udara berpeluang lebih besar terjadi pada ketinggian antara 10 ribu hingga 15 ribu kaki dari permukaan laut dengan kekuatan 30 knot.

Di Kalsel, dominasi pola angin Utara Selatan masih memiliki kontribusi memunculkan serangan angin besar.

Jika angin datang dalam kondisi awan comulunimbus (CB) sedang aktif di daerah itu maka kemungkinan semakin memperkuat angin di daerah-daerah pertemuan.

Kekuatan angin itu bakal lebih dahsyat bila terjadi di daerah bebas hambatan seperti tanah lapang. Di perkotaan angin melemah karena terhalang rapatnya bangunan. niz

Copyright © 2003 Banjarmasin Post

Puting Beliung Mengancam

Senin, 08 Januari 2007 00:48

Banjarbaru, BPost
Meski badai isobel telah berhenti, ancaman bencana alam berupa terjangan angin puting beliung lokal diramalkan bakal menyerang Kalsel dalam beberapa hari ke depan.

Dwi Agus Priyono, Kepala Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Bandara Syamsudin Noor di Landasan Ulin Banjarbaru menyebutkan, pantauan satelit di tempatnya menangkap adanya pergerakan alam yang mengarah pada terjadinya angin dengan kekuatan besar. Angin berkekuatan hingga 30 knot masih berpotensi terjadi di Kalsel.

"Isobelnya sudah sangat jauh dari Kalsel. Energinya sekarang masuk ke daratan dan sudah hilang sama sekali. Yang rawan justru terjadinya angin puyuh atau puting beliung lokal," terangnya.

Potensi angin lokal di udara berpeluang lebih besar terjadi pada ketinggian antara 10 ribu hingga 15 ribu kaki dari permukaan laut dengan kekuatan 30 knot.

Di Kalsel, dominasi pola angin Utara Selatan masih memiliki kontribusi memunculkan serangan angin besar.

Jika angin datang dalam kondisi awan comulunimbus (CB) sedang aktif di daerah itu maka kemungkinan semakin memperkuat angin di daerah-daerah pertemuan.

Kekuatan angin itu bakal lebih dahsyat bila terjadi di daerah bebas hambatan seperti tanah lapang. Di perkotaan angin melemah karena terhalang rapatnya bangunan. niz

Copyright © 2003 Banjarmasin Post

Kalsel Rawan Banjir Dan Longsor

Senin, 08 Januari 2007 00:47

* 544 Ribu hektare lahan kritis

Banjarbaru, BPost
Sekitar 544 hektare lahan kritis di Banua berpotensi kuat memicu bencana banjir dan longsor. Daerah paling rawan bencana terdapat di daerah yang bersinggungan langsung dengan pegunungan Meratus.

Ir Sony Partono MM, Kepala Dinas Kehutanan (Dishut) Kalsel, mengakui ancaman dua bencana itu belum menjauh dari Kalsel.

"Banjir dan erosi itu kan akibat penutupan lahan di atas semakin berkurang sehingga tak mampu lagi menahan air," tandas Sony.

Dishut meminta semua pihak waspada, terutama yang tinggal di daerah hulu daerah aliran sungai (DAS), mengingat banyak lahan kritis di sekitar wilayah ini.

Kabupaten Kotabaru dan Tanah Bumbu menduduki peringkat pertama daerah paling kritis karena mempunyai 150 ribu hektare lahan kritis. Disusul Kabupaten Banjar 120 ribu hektare, Tapin 65.000 hektare, Tanah Laut 49 ribu hektare, Tabalong 44 hektare.

Jumlah itu bisa berubah tergantung pergeseran pola hidup masyarakat. Era 1970-an, diyakininya sebagai awal kehancuran hutan seiring munculnya Hak Penguasaan Hutan (HPH) dan maraknya penambangan.

Dishut Kalsel sendiri, menurutnya, meski telat, fokus melaksanakan reboisasi dengan melakukan penanaman di daerah-daerah hulu DAS sejak tahun 2006.

Panjangnya musim kemarau tahun lalu menjadi penyebab Dishut menunda program reboisasi tersebut.

"Jika dikerjakan demi mengejar tahun anggaran, dikhawatirkan akan menjadi proyek mubazir, bibitnya akan mati karena kekeringan atau terbakar karena terik matahari berlebihan," ucapnya.

Karena itu, sejak Januari ini, ada 17 ribu hektare lahan ditanami 15 juta bibit. Penanaman kembali ini memanfaatkan fenomena alam di mana diharapkan saat musim penghujan bibit dapat maksimal tertanam. niz

Copyright © 2003 Banjarmasin Post

1.200 Korban Banjir Telantar Di Pengungsian

Senin, 08 Januari 2007 01:10:30

* Terserang berbagai penyakit

Sambas, BPost
Lokasi pengungsian yang sangat memprihatinkan, membuat ribuan korban banjir jatuh sakit. Sekitar 1.200 orang dari 2.104 pengungsi mengalami gangguan kesehatan dan mendapat perawatan medis di Kecamatan Tebas, Kabupaten Sambas.

"Dari data di posko-posko pengungsian, diketahui hingga saat ini 1.200 orang yang sakit selama berada di pengungsian. Mereka rata-rata sakit diare, batuk, demam, dan gatal-gatal," kata Camat Tebas Muzani, di lokasi pengungsian di Desa Sungai Kelambu, Kecamatan Tebas, kemarin.

Ada sembilan desa dari 15 desa di Kecamatan Tebas yang dilanda banjir parah setinggi 1-3 meter, yakni desa Sungai Kelambu, Matang Labong, Pangkalan Kongsi, Bukit Sekuler, Batu Makjage, Tebas Sungai, Maktangguk, Serindang, dan Segedong.

Untuk menampung warga korban banjir, dibuka tujuh posko pengungsian yakni di Masjid Ar Rohim Sungai Dungu, Min Rosada Sebebal, SDN Galanak, SDN_Parit Jawi, SDN 22 Maktangguk, jembatan Sungai Kelambu, serta SMPN 3 Sekadim.

Hanya ada dua dokter, sejumlah bidan desa, dan petugas PMI yang memberikan pelayanan kesehatan di tujuh lokasi pengungsian itu. Di posko pengungsian Jembatan Sungai Kelambu yang menampung 142 warga, didirikan dua tenda barak yang hanya dilengkapi 28 tempat tidur lipat.

Sebagian pengungsi terpaksa tidur di lantai beralaskan terpal. Belum ada bantuan selimut bagi pengungsi untuk menghalau udara dingin, di saat malam hari atau saat hujan deras.

Saat hujan deras disertai angin kencang, pengungsi yang berlindung di tenda pengungsian turut basah kuyup, karena tendanya bocor. Padahal sebagian besar pengungsi adalah anak-anak, perempuan, dan orang berusia lanjut. Tercatat ada 28 ibu hamil di posko pengungsian itu.

Mereka kesulitan, jika harus mengungsi ke bangunan permanen yang tidak terendam banjir karena jaraknya jauh. Di samping itu, posko ini dikepung genangan air dan untuk menjangkaunya harus menggunakan perahu karet atau sampan sejauh lebih dari satu kilometer dari jalan raya yang masih memungkinkan dilalui kendaraan.

Kondisi posko pengungsi yang kurang memadai, faktor kelelahan fisik, dan ditambah cuaca buruk di tempat pengungsian, membuat warga rentan terserang beragam penyakit.kcm

Copyright © 2003 Banjarmasin Post

Gubernur Wajib Siaga Bencana

Selasa, 02 Januari 2007 03:00:31

Jakarta, BPost
Bencana yang bertubi-tubi melanda di seantero tanah air benar-benar menuntut kekompakan sikap seluruh elemen bangsa. Mendagri M Ma’ruf, meminta seluruh gubernur untuk segera melakukan siaga bencana dengan mengaktifkan posko penanggulangan banjir dan longsor di wilayahnya.

Hal itu harus menjadi fokus perhatian untuk mengantisipasi terjadinya bencana yang diperkirakan masih bakal berlangsung hingga Maret 2007.

"Selain itu, para gubernur juga diminta untuk membangun posko yang dilengkapi berbagai peralatan penunjang," kata Mendagri saat membuka Rapat Antisipasi Penanganan Banjir dan Longsor, di Jakarta, Jumat (5/1). Rapat tersebut dihadiri para gubernur, Ketua Pelaksana Harian Bakornas PB, Syamsul Mua’rif, dan Ketua BMG Sri Woro Hardijono.

Gubernur juga diminta mendayagunakan semua potensi yang ada, termasuk unsur TNI dan polisi dalam upaya penanganan banjir dan longsor.

Yang tak kalah penting, para kepala daerah harus mengamankan persediaan sembako menghadapi kemungkinan bencana yang bisa mengakibatkan gagal panen maupun terhambatnya distribusi sembako.

Mengenai dana pengaktifkan posko banjir itu, Mendagri mengatakan, kepala daerah bisa menganggarkannya melalui APBD, yang notabene penggunaannya harus bisa dipertanggungjawabkan.

Dalam kesempatan itu, Mendagri mengingatkan bahwa telah terjadi 122 depresi tropis dan 5 kali kejadian siklon selama Oktober- November 2006, yang semua kejadian itu berpengaruh terhadap terjadinya banjir.

Sementara analisis data Digital Elevation Model Departemen PU dan Citra Landsat-7 ETM menunjukkan, bahwa di Sumatera terdapat 1.840 daerah genangan yang tersebar di 97 kabupaten/kota, 661 daerah genangan di Kalimantan yang tersebar di 42 kabupaten/kota, serta 869 daerah genangan di Jawa yang tersebar di 86 kabupaten/kota.

Menurut Mendagri, selama ini ada beberapa kelemahan penanggulangan bencana, yakni menyangkut aspek kelembagaan dimana Satkorlak PB masih bersifat ad hac dan ex-officio, aspek peralatan, kesiapan aparat, dan aspek antisipasi bencana yang masih lamban.ant/mic

Copyright © 2003 Banjarmasin Post

Lima Desa Porak Poranda

Kamis, 04 Januari 2007 01:12

* Pemkab bantu material

Pelaihari, BPost
Korban amukan angin puting beliung yang terjadi Selasa (2/1) dinihari dan siang hari di Tala meluas. Daerah yang menjadi sasaran angin berkecepatan tinggi itu ternyata tidak hanya di dua tempat, tetapi di lima tempat.

Data di Kesbang dan Linmas Tala sesuai hasil pendataan di lapangan selama sehari penuh, tercatat empat lokasi korban puting beliung. Di Kelurahan Angsau dan Kelurahan Karang Taruna, Desa Tanjung, dan Desa Sei Riam dengan total rumah/bangunan yang rusak sebanyak 22 unit.

Di Angsau, tepatnya di lingkungan Kantor Kesbang di Jalan S Syairani, puting beliung memorak-porandakan atap pos BPK. Di Ka_rang Taruna (RT 10 Telaga Daim) 12 rumah warga rusak yang sebagian besar di bagian atap, terparah rumah Masniah yang kehilangan atap bersama kerangkanya.

Di Desa Tanjung ada lima rumah warga yang rusak, terpara di rumah Rohadi/Teplok. Di Desa Sei Riam juga ada lima rumah yang rusak, terparah melanda rumah M Hadi Kustanto dan Ansari.

Sementara itu, Rabu (3/1), seorang warga di Kecamatan Kintap melaporkan kepada BPost, angin puting beliung juga melanda wilayah terjauh dari kota Pelaihari itu. Rumah H Taipu di Desa Muara Kintap di lokasi tambak udang roboh.

"Di Desa Sungai Cuka, atap gedung olahraga juga rusak parah diterjang angin puting beliung," beber Sulaiman, ketua LSM Amanah Kintap via telepon selular.

Kerusakan fisik akibat terjangan angin puting beliung tak hanya sebatas itu. Pantauan BPost, beberapa batang pohon besar di Kota Pelaihari juga tumbang. Bahkan, atap langgar di Kompleks perumahan Citra Indah Permai di Desa Atu-Atu penyok akibat kerobohan pohon.

Sebuan papan baliho ukuran besar di muara Jalan Datu Daim, Pelaihari, juga roboh diempas angin kencang Selasa siang lalu. Sementara sejumlah antena televisi warga kota juga bertumbangan.

Kaban Kesbang dan Linmas Drs HM Taufik Kuderat MM mengatakan amukan puting beliung datang dan pergi begitu cepat.

Taufik memastikan para korban puting beliung akan menerima bantuan. "Setidaknya bantuan material, terutama atap (seng, asbes atau genteng). Ini sedang saya bicarakan dengan Bupati."

Bupati Drs H Adriansyah sendiri telah turun ke lapangan meninjau lokasi korban puting beliung. roy

Copyright © 2003 Banjarmasin Post

95 Warga Akhirnya Ikut Mengungsi

Kamis, 04 Januari 2007 01:40:49

Sidoarjo, BPost
Sebanyak 31 Kepala Keluarga atau 95 jiwa, warga Desa Kedungbendo dan Desa Renokengo yang menjadi korban semburan lumpur Lapindo, akhirnya menyusul ke pengungsian di Pasar Baru Porong (PBP), Rabu (3/1).

43 jiwa (17 KK) berasal dari RT 14 dan 36 jiwa (10 KK) dari Perum Citra Pesona, Desa Kedungbendo, Kecamatan Tanggulangin serta 16 jiwa (4 KK) dari Dusun Wangkal, Desa Renokenongo, Kecamatan Porong. Sedang total jumlah pengungsi yang berada di pengungsian PBP kini tercatat sebanyak 12.388 jiwa (3.515 KK).

Petugas Pendataan PBP Hidayat di pengungsian PBP menjelaskan, warga Desa Renokenongo masuk ke pengungsian mulai Selasa (3/1) malam, sedangkan warga desa Kedungbendo dari Perum Citra Pesona masuk, Rabu (3/1).

"Masuknya warga dua desa ke pengungsian itu, akibat warga merasa ketakutan karena air dan lumpur telah memasuki rumah mereka, sedang untuk Perum Citra Pesona yang berada di sebelah Selatan Balai Desa Kedungbendo kondisi rumahnya sudah terendam, sehingga wajar jika memilih mengungsi," ungkapnya.

Sementara pengungsi dari dua desa yang sudah masuk ke pengungsian tertampung di los I, M dan sebagian ada yang memilih lokasi sendiri yang berdekatan dengan sanak saudara dan kenalan.

Minta Diperpanjang

Meski masa aktif Timnas Penanggulangan Bencana Semburan Lumpur di Sidoarjo (PSLS) sesuai Keppres 13/2006 berakhir dua bulan lagi, tetapi Bupati Sidoarjo Win Hendrarso, meminta kepada pemerintah agar keberadaan Timnas PSLS nantinya dapat diperpanjang lagi.

Permintaan perpanjangan masa aktif Timnas PSLS itu disampaikan Bupati Sidoarjo saat menerima empat anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Daerah Pemilihan (Dapil) Jawa Timur di Pendopo Delta Wibawa Sidoarjo dalam rangka kunjungan kerjanya menjaring aspirasi masyarakat, Rabu (3/1).

"Daerah ini masih perlu bantuan Timnas PSLS, untuk itu kami berharap agar keberadaan Timnas yang akan berakhir pada 8 Maret 2007 nanti bisa diperpanjang. Kami jangan ditinggal sendirian," ucap Win.

Keberadaan Timnas PSLS dalam menangani bencana lumpur di Sidoarjo dinilai sangat mendesak, selain bersifat spesifik dalam melihat kasus bencananya, juga masa waktu penanganannya pun dinilai sangat komulatif, sehingga waktunya pun tidak bisa diprediksi sampai kapan bisa tertangani.

Selain meminta memperpanjang keberadaan Timnas, Win juga mengusulkan kepada pemerintah pusat untuk membiayai dana "recovery" (pemulihan) infrastruktur melalui APBN 2007, sebesar Rp2 triliun, terdiri biaya pemulihan "relinement" sebesar Rp1,2 triliun, rel kereta api Rp375 Milliar, Jalan Raya Porong Rp250 miliar dan dana revitalisasi pipa gas sebesar Rp100 miliar.

"Untuk masalah sosial itu tanggung jawab Lapindo, sedang kami meminta kepada pemerintah pusat untuk bisa ikut menangani masalah pemulihan infrastrukturnya. Ini harus dipikirkan, sebab ini berdampak ‘multiplayer effect’ yang sangat kompleks dan penting, yaitu masalah perekonomian," jelasnya.ant/rci

Copyright © 2003 Banjarmasin Post

Badai Besar Ancam Kalsel

Kamis, 04 Januari 2007 02:26:26

* BMG: Tunda perjalanan
* Pencarian Adam Air terganggu
* Nahkoda KM Senopati ditemukan
* Bandara Syamsudin Noor belum tanggap

Jakarta, BPost
Badai Isobel menyerang wilayah Indonesia, di antaranya Kalimantan Selatan. Masyarakat diimbau menunda perjalanan baik jalur udara maupun laut.

Peringatan ini dilontarkan Kepala Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Sri Woro Harijono di Jakarta, Rabu (3/1). "Lebih baik tunda dulu perjalanan menggunakan transportasi udara dan laut sampai Kamis malam. Badai Isobel menyerang ditambah banyaknya kumpulan awan comulunimbus," tegasnya.

Badai Isobel mengancam kawasan Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan bagian Selatan dan Sulawesi. Badai yang juga disebut Badai Inigo ini bisa memicu gelombang laut hingga dua setengah meter di Pantai Barat Sumatera hingga Bengkulu.

Peluang gelombang setinggi itu juga bisa terjadi di Samudera Hindia sebelah Selatan Jawa, Bali hingga Laut Timor, Masalembo hingga Laut Flores, Selat Sunda, Selat Bali dan perairan sekitar Nusa Tenggara. Selain tingginya gelombang, badai ini ditandai tingginya intensitas hujan dan angin kencang

"Dan banyaknya awan tebal comulusnimbus yang menyelimuti sebagian besar wilayah Indonesia dapat mengganggu penerbangan," tuturnya.

Masyarakat pun perlu mengantisipasi diri agar tidak berada di dekat bangunan yang semi permanen. Sementara, pemerintah disarankan menginventarisasi pohon-pohon tua. Angin puting beliung biasanya terjadi sekitar 5-20 menit.

Badai tropis yang sudah melanda Australia Utara ini terus bergerak ke Indonesia. Akibatnya, cuaca lebih memburuk di berbagai wilayah di Tanah Air. Masyarakat harus mulai mengantisipasi cuaca buruk tersebut yang ditandai dengan timbulnya awan hitam bergumpal seperti kembang kol.

Jika prediksi ini benar, situasi kian parah. Musibah akibat kemarahan alam terus terjadi. Kemarin saja, kecelakaan kapal kembali terjadi di Kupang, NTT. KM Harapan Jaya yang mengangkut kayu gelondongan dari Sulawesi Tenggara tenggelam di perairan Tanjung Bolang, sebelah Timur Pulau Semau. Dalam kecelakaan ini, seorang awak kapal bernama Sius Tokan meninggal.

Jumlah korban hilang akibat meninggalnya KM Senopati Nusantara di Perairan Mandalika, Jepara, Jateng pun masih banyak yang belum ditemukan. Dari posko yang ada di Pelabuhan Tanjung Mas, Semarang, jumlah korban yang belum ditemukan masih sekitar 400 orang dengan korban tewas sebanyak 15 orang dan korban selamat 213 orang

Siang kemarin, ada tiga korban yang dimakamkan secara massal di Desa Kabongan Kidul, Rembang, Jateng. Dan malam tadi, nahkoda kapal, Kapten Wiratno TJ berhasil diselamatkan. Wiratno yang patah tangannya bersama sejumlah penumpang ditemukan Kapal Perang RI Hiu terapung di sebuah sekoci yang tersangkut di sebuah rig pengeboran lepas pantai.

Ketika itu, KRI Hiu tidak dapat mendekat karena khawatir menabrak rig, sehingga mengancam keselamatan para korban. Beruntung, saat bersamaan melintas kapal tugboat dan lalu membantu pengevakuasian korban dan dibawa ke RS Pelabuhan Petrochemical Center Surabaya.

Mengenai penyebab karamnya kapal tersebut, Asosiasi Perawatan dan Perbaikan Inflatable Life Raft Indonesia (APPILRI) menyatakan akibat tidak berfungsinya alat keselamatan kapal. Dari 47 alat yang berfungsi hanya lima unit saja.

Tim Penyelamat juga berhasil menemukan titik lokasi bangkai Kapal Tristra yang tenggelam di Selat Batam. Namun, karena cuaca buruk evakusi ditunda hingga hari ini. Hingga kemarin, dari 58 penumpang, sebanyak 33 orang telah ditemukan, 30 di antaranya selamat dan tiga orang meninggal dunia. Sedangkan 25 orang masih dalam pencarian.

Pesawat

Pengaruh cuaca pun juga mempengaruhi pencarian pesawat Adam Air. Pesawat pengintai Boeing 737-200 milik TNI AU dan pesawat Nomad TNI AL serta tiga kapal perang yakni KRI Acak, KRI Fatahillah dan KRI Pulau Rengat terpaksa menghentikan pencarian pada sore kemarin karena cuaca yang buruk.

Gangguan juga terjadi di Makassar. Sebanyak 6 pesawat mengalami penundaan keberangkatan selama 3 jam di Bandara Hasanuddin. Sedangkan 6 pesawat lain yang akan mendarat terpaksa dialihkan ke bandara lain.

Pesawat yang mengalami penundaaan dan dialihkan itu berasal dan bertujuan Jakarta, Denpasar dan Surabaya. "Sejak pagi cuaca sangat buruk. Hujan deras dan angin kencang," ujar Asisten Manajer Sistem Informasi Manajemen Data dan Laporan Bandara Hasanuddin, Yan Daulima.

Lalu bagiamana dengan Bandara Syamsudin Noor? Pengelola bandara dan sejumlah maskapai penerbangan mengaku masih belum menentukan sikapnya atas instruksi bernada larangan tersebut. "Kita masih belum bisa bersikap. Sebelum jelas ada perintah resmi secara tertulis tentang larangan tersebut. Kalau dilarang sama sekali, saya kira juga tidak," ujar Manajer operasional PT AP I Bandara Syamsudin Noor, Siswadi.

Dia berpendapat, pelarangan terkait cuaca buruk adalah batasan minimalnya. Jadi bukan melarang total, melainkan dihentikan dengan kondisi persyaratan minimal. dtc/kcm/mtc/niz

Copyright © 2003 Banjarmasin Post

KERUSAKAN PASCA BANJIR Muara Harus Dan Kalua Diprioritaskan

Rabu, 03 Januari 2007 01:06


Tanjung, BPost
Rusaknya infrastruktur jalan dan jembatan akibat sapuan banjir di delapan kecamatan, di Kabupaten Tabalong harus segera diperbaiki. Namun prioritas perbaikan hanya dilakukan di dua daerah terparah yaitu Kecamatan Kalua dan Muara Harus.

Adapun infrastruktur di Muara Harus yang perlu segera diperbaiki yaitu jalan poros Desa Tantaringin. Jalan ini rusak akibat abrasi. Sedangkan jembatan Tantaringin kini tak layak dilewati karena membahayakan.

Sedangkan di Kalua, jalan nasional yang menghubungkan Kalua dengan kota Tanjung dan jembatan gantung Pudak Setagel rawan putus. Kepala Dinas Pekerjaan Umum Arifin, yang juga pemimpin PT Bina Marga Kabupaten Tabalong menyatakan akan memperbaikinya setelah melakukan inventarisasi dan identifikasi kerusakan.

Menurutnya, perbaikan bisa selesai pekan ini. "Dengan cuaca seperti ini, memang sulit melakukan perbaikan total. Karena itu kita prioritaskan pada kerusakan terparah," katanya, Selasa (2/1).

Arifin menambahkan, pihaknya telah menerima banyak laporan kerusakan titik-titik jalan di sejumlah desa dari beberapa kecamatan, baik jalan poros, jalan desa maupun jalan provinsi. Bahkan laporan tersebut telah disampaikan ke Pemprov Kalsel untuk mendapatkan bantuan dana.

Staf Perumusan Perencanaan Program Bina Marga Lucky Umari menambahkan, ada lima kecamatan yang secara resmi telah melaporkan kerusakan infrastruktur di daerahnya, yakni Muara Harus, Kalua, Banua Lawas, Murung Pudak dan Pugaan.

Di Banua Lawas, kerusakan terparah terjadi di daerah Sungai Anyar. Sebagian badan jalan amblas karena tergerus luapan air sungai saat banjir.

Sedangkan di Murung Pudak, Desa Belimbing, sebuah jembatan yang oleh warga minta ditinggikan offbrigde atau arena penghubung badan jalan dengan jembatan. nda


Copyright © 2003 Banjarmasin Post

Dilalap Api, Lalu Disapu Angin

Rabu, 03 Januari 2007 01:05

 

MUSIBAH terus saja mendera warga Telaga Daim, terutama yang bermukim di RT 10. Sebelum dihantam angin puting beliung, Selasa (2/1), dua tahun lalu, permukiman setempat dilanda kebakaran.

Rumah warga yang menjadi korban pun sama yakni rumah Masniah dan tetangganya. Belum lama mereka berbenah hidup, musibah kembali menjelma dan kembali menyebabkan kerugian materi yang tak sedikit.

Masniah adalah salah satu korban puting beliung yang paling menyedihkan. Rumahnya bisa dikatakan hancur, karena bagian atap melayang dan berantakan bersama rangka atau kuda-kudanya.

Tak hanya itu. Seorang keponakannya Salmiah (24) mengalami luka lecet di lengan kanan dan punggung akibat tertimpa reruntuhan kerangka atap bagian depan.

Saat kejadian, Masniah sedang berada di tempat kerjanya, di Ruang Bersalin RSUD Hadji Boejasin. "Begitu mendengar ada musibah, saya langsung pulang dan saya mendapati rumah saya sudah tak beratap lagi," tutur Masniah sedih.

Janda yang kesehariannya hidup pas-pasan ini tidak tahu harus berbuat apa lagi. Ia bingung, darimana memperoleh dana untuk memperbaiki rumahnya yang rusak berat itu.

Penghasilannya sebagai buruh cuci hanya cukup untuk makan sehari-hari. Sementara, kendati tidak memiliki anak, Masniah memiliki dua orang keponakannya yaitu Salmiah dan Farida (20). idda royani

Copyright © 2003 Banjarmasin Post

Rangka Dan Atap Terlempar

Rabu, 03 Januari 2007 01:04

 

* Puting beliung kembali serang Tala

Pelaihari, BPost
Bencana alam kembali melanda Tanah Laut. Seperti yang terjadi beberapa bulan lalu, Selasa (2/1), angin puting beliung memorak-porandakan beberapa rumah warga.

Sekitar pukul 02.00 Wita, angin yang berhembus kencang menghantam tiga rumah warga Desa Tanjung, Kecamatan Pelaihari. Masing-masing rumah Wandi di RT 17, Pahud dan Rohadi di RT 18.

Pada pukul 10.30 Wita, angin puting beliung kembali muncul di Kota Pelaihari. Sembilan rumah warga di RT 10, Telaga Daim di Kelurahan Karang Taruna menjadi korban. Di antaranya, rumah Masniah, Johansyah, Matnoor, Kartini, dan Sutrisno.

Tidak ada korban jiwa dalam musibah yang terjadi di Tanjung maupun Telada Daim tersebut. Namun terjangan angin puting beliung menyisakan kerusakan serius beberapa rumah warga.

Di Desa Tanjung, kerusakan terparah terjadi di rumah Rohadi. "Posisi rumahnya menjadi miring, nyaris ambruk. Yang lainnya hanya mengalami kerusakan sebagian atapnya," kata Kades Tanjung Zainuddin kepada BPost via telepon selular.

Ia berharap Pemkab Tala segera memberikan bantuan. Terutama bantuan material untuk atap rumah. Pasalnya saat ini musim penghujan kian intens, sehingga para korban sangat membutuhkan material guna memperbaiki rumah mereka.

Harapan senada diutarakan para korban puting beliung di Telaga Daim. "Saya sangat berterima kasih jika ada yang peduli atas musibah yang saya alami ini," kata Masniah (47).

Harapan janda yang kesehariannya berprofesi sebagai buruh cuci di Ruang Bersalin dan Ruang Anak RSUD Hadji Boejasin ini tak berlebihan. Pasalnya, rumahnya terbilang paling parah mengalami kerusakan. Seluruh rangka dan atap rumahnya terlempar sejauh 100-an meter. Sementara, rumah warga lainnya umumnya mengalami kerusakan bagian atap (sebagian seng atau genteng terlepas).

Seperti tiga rumah lainnya, rumah Masniah berkonstruksi kayu, tercatat paling sederhana. Atap seng dan dinding kayunya telah usang ditelan waktu. Itu sebabnya, kerangka dan atap rumahnya terbang disapu puting beliung.

Akibatnya seluruh harta benda milik Masniah pun basah. Beruntung hujan tidak berlangsung lama, sehingga barang-barangnya masih bisa diselamatkan.

Sekda Drs H Atmari langsung memerintahkan staf teknis terkait segera ke lokasi guna melakukan pendataan. Asisten II Ir HA Nizar SSos MSi memimpin peninjauan korban puting beliung di Telaga Daim, sedangkan Bagian Bangda dan Kesra ke Tanjung.

Atmari menegaskan Pemkab Tala secepatnya akan memberikan bantuan. "Apakah dalam bentuk bahan pangan, material, uang, masih kami bicarakan."

Terpisah, Bupati Drs H Adriansyah menegaskan pemerintahannya akan membantu seluruh korban puting beliung. "Kita akan perbaiki rumah yang rusak, terutama yang rusak parah seperti rumah Masniah." roy

Copyright © 2003 Banjarmasin Post

Puting Beliung Minta Korban

Rabu, 03 Januari 2007 01:21:23

* Satu tewas, tujuh terluka
* 287 Rumah rusak

Bandung, BPost
Angin puting beliung yang melanda kawasan wisata Kawah Putih dan kolam renang Air Panas Cimanggu selama 7 jam, sejak pukul 02.00 WIB, mengakibatkan satu orang tewas tertimpa pohon yang tumbang dan tujuh orang mengalami luka-luka, Selasa (2/1).

Korban tewas bernama Ana Sutrisna (24). Baik korban tewas maupun yang mengalami luka dan patah tulang adalah pemilik warung makan dan minuman di sekitar obyek wisata. Ana sendiri langsung dimakamkan keluarganya di Desa Rawabogo, Ciwidey, Kabupaten Bandung. Sementara korban luka dirawat di Rumah Sakit Soreang.

Menurut Edi Sutrisna (56), pemilik warung yang mengalami luka di kepala mengatakan, Selasa dinihari sekitar pukul 02.00 WIB angin besar melanda kawasan tersebut. Sekitar pukul 03.00 WIB dia terbangun karena pohon kayu putih berdiameter 1,5 meter yang tumbuh sekitar lima meter di muka warung menimpa kepalanya. Ia langsung menyelamatkan dirinya menuju Desa Patenggang, dekat kawasan wisata.

Kepala Polsek Ciwidey AKP Sujoko, mengatakan, petugas telah mengevakuasi korban dan memindahkan pohon tumbang yang menghalangi jalan. "Kami juga menebang empat pohon yang membahayakan," kata Sujoko.

Aji Sulaeman, Kepala Pengelola Wisata Cimanggu mengatakan kawasan wisata tersebut akan ditutup selama seminggu. Padahal, sejak Minggu (31/12) hingga Senin (1/1) daerah wisata di kawasan tersebut banyak dikunjungi pengunjung. Selain kawasan Kawah Putih Ciwidey dan kolam renang Air Panas Cimanggu, terdapat juga perkemahan Ranca Upas dan Situ Patenggang.

287 rumah rusak

Musim hujan yang disertai angin kencang puting beliung telah menyerang pemukiman di Lampung Barat pada Minggu malam (31/12) dan Senin dinihari (1/1) dan memorak-porandakan 287 rumah, sekolah dan tempat ibadah serta seribuan pohon damar di Kecamatan Pesisir Tengah, Kabupaten Lampung Barat.

Bupati Lampung Barat Erwin Nizar, Selasa (2/1), mengungkapkan angin kencang yang membuat panik warga itu pertama terjadi pukul 06.30 WIB saat warga menunaikan salat Idul Adha. Lalu peristiwa serupa terjadi lagi pukul 01.30 Senin dinihari saat sebagian warga merayakan dan menyambut malam pergantian tahun.

Erwin menjelaskan data yang dihimpun stafnya menyebutkan jumlah rumah yang rusak 287 buah, termasuk bangunan sekolah dan tempat ibadah. Peristiwa yang terjadi pagi hari itu menyebabkan kerusakan terparah di Pekon Balai Kencana, yakni 95 rumah warga, sebuah SD, dan masjid rusak.

Sementara itu, di Pekon Suka Negara 33 rumah rusak dan Pekon Pahmongan 4 rumah rusak. Peristiwa pukul 19.30 itu menyebabkan kerusakan 77 rumah di Pekon Jawa, di Pekon Way Redak 33 rumah rusak, dan kelurahan di Pasar Krui tercatat 35 rumah rusak.

Peristiwa yang terjadi malam hari itu juga menyebabkan atap masjid dan Kantor Polsek Pesisir Tengah beterbangan. kcm/mio

Copyright © 2003 Banjarmasin Post

50 Titik Jalan Rusak

Senin, 01 Januari 2007 00:44

Tanjung, BPost
Banjir yang melanda puluhan desa dari delapan kecamatan di Kabupaten Tabalong telah merusak sejumlah sarana publik, khususnya jalan. Penyebabnya, aspal terkikis saat banjir, jalan becek karena lama terendam air, serta rusaknya badan jalan karena derasnya aliran air.

Informasi dari tiga kecamatan, Banua Lawa, Kalua dan Muara Harus, setidaknya ada 50 titik jalan yang rusak akibat banjir tempo hari.

Zulfanoor, Camat Kalua mengatakan, di wilayahnya ada 21 titik jalan yang rusak, tujuh di antaranya jalan protokol di RT1 dan 2 Kelurahan Pulau, RT3 Desa Putik Setegal, RT4 Desa Sei Buluh, RT2 dan 9 Desa Telaga Itar, RT3 dan 4 Desa Paliat.

"Kerusakan terjadi karena jalan terendam sehingga aspal terkikis sepanjang 10 meter sampai 1 kilometer," katanya.

Kerusakan juga terjadi di jembatan gantung sepanjang 400 meter di RT4 Desa Putik Setegal yang memang telah berumur tua. Selain itu juga ada dua unit rumah yang bergeser karena banjir di Desa Ampang dan sayap kiri pintu air yang ambruk di Desa Sei Buluh.

"Khusus untuk kerusakan di pintu air bila tidak segera diperbaiki, maka saat banjir lebih besar SDN Sei Buluh 1 yang ada dibelakangnya bisa tenggelam. Kerusakan itu sudah kami laporkan ke PT Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum," katanya, Sabtu lalu.

Camat Banua Lawas, Haris Fadilah juga melaporkan adanya sejumlah kerusakan di wilayahnya. Selain pintu air yang ambrol hingga membuat jalan Desa Hapalah sepanjang 10 meter putus karena becek, banjir juga menyebabkan jalan beraspal di Desa Bangkiling rusak karena terkikis.

Banjir juga menggenangi sekitar 10 hektare sawah di Desa Bangkiling, Bangkiling Raya dan Bungin. Namun belum berdampak pada kerugian materi karena petani baru mulai menggarap lahan.

"Kalau pun ada yang mulai tanam sedikit dan benih ditanam paling sekitar 0,5 blek saja," katanya.

Dampak banjir sebelumnya menggenangi sekitar 171 rumah di Desa Banua Rantau, Banua Lawas, Bangkiling, Bangkiling Raya, dan Hapalah di kecamatan setempat juga sudah dilaporkan ke Bina Marga.

Camat Muara Harus, Syamsul Hadi melaporkan adanya jalan rusak karena abrasi sungai yang meluap saat banjir seperti di Desa Tantaringin. Di desa setempat juga ada badan jalan yang longsor karena siring jalan ambrol.

Sementara itu persoalan pemberian bantuan kepada korban banjir yang sempat dikeluhkan mendapatkan tanggapan dari Kepala Dinas Sosial Tabalong, H Birhasani. Ia mengakui adanya penyimpangan di lapangan karena kurangnya pengawasan.

"Kita hanya bertugas memberikan bantuan natura sesuai dengan juklak dan aturan. Bantuan itu bukan untuk dibagi perorangan tapi untuk keperluan dapur umum, karena kalau dibagi memang tidak cukup dan bisa salah sasaran," katanya.

Soal pembagian bantuan secara langsung kepada masyarakat memang seharusnya ada peran Satlak di tingkat kecamatan dan kelurahan. Hanya belum bekerja secara optimal membantu mengawasi penyaluran bantuan.

Birhasani juga mengakui ada bantuan yang tidak sampai karena memang diselewengkan oleh ketua RT seperti terjadi di RT6 Pangkalan Hikun di Agung. Namun berdasarkan informasi terakhir, ketua RT setempat sudah mengembalikan natura yang sempat dijualnya kepada masyarakat.

Kepala Kesbanglinmas setempat Marzuki Hakim berjanji segera mengoptimalkan peran Satlak. Ia mengakui pada penanganan banjir kemarin Satlak di tingkat kelurahan dan kecamatan belum dibentuk dan disiagakan. nda

Copyright © 2003 Banjarmasin Post

Banjir Meluas Capai Enam Desa

Senin, 01 Januari 2007 01:29:37

 

Kupang, BPost
Makin meluapnya air sungai Benanain di Kecamatan Malaka Barat, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT) mengakibatkan banjir meluas hingga melanda enam desa yang sebelumnya hanya dua desa, Minggu (31/12) pukul 08.00 Wita.

Ketinggian air di enam desa tersebut bervariasi antara 20 sentimeter (cm) sampai satu meter. Camat Malaka Barat Remegius Asa mengatakan, Jumat (29/12) malam banjir hanya menggenangi dua desa yaitu Besikama dan Sikun.

Namun, pada Sabtu (30/12) malam, terjadi hujan lebat di sekitar wilayah Malaka Barat, menyebabkan empat desa yang berbatasan dengan Desa Besikama dan Sikun turut terendam. Empat desa itu adalah Umalor, Fafoe, Umatoos, dan Lasaen.

Wilayah paling parah terkena banjir adalah Desa Lasaen karena berada tepat di bantaran Sungai Benanain. Sekitar 40 rumah panggung milik warga Dusun Bekolo di desa tersebut terendam banjir meskipun ketinggian tiang penyangga rumah mencapai satu meter.

"Banyak warga sudah mengungsi ke rumah warga lainnya. Tetapi kami belum mendata dan sejauh ini belum ada korban jiwa," kata Remegius Asa, Minggu (31/12).

Dia mengatakan, warga Desa Lasaen terancam karena mulai terbentuk sungai kecil yang membelah wilayah desa. Sungai terbentuk setelah bantaran sungai Benanian yang berbatasan dengan Lasaen, jebol dihantam banjir.

Sampai Minggu pagi, curah hujan di wilayah itu mulai berkurang. Namun, ketinggian air belum berkurang. Hal tersebut akibat hujan yang terjadi di hilir sungai Benanain masih cukup deras yakni di wilayah Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) dan Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS).

"Meskipun tidak ada hujan di Malaka Barat, kami sering menerima banjir kiriman," katanya. Dia juga belum memastikan kerusakan yang timbul akibat musibah banjir tersebut.

Ia mengatakan, pihaknya terus melakukan pemantauan guna meminta warga segera mengungsi ke lokasi yang lebih aman.

Ditambahkannya, banjir yang melanda wilayahnya disebabkan penggundulan hutan yang terjadi sepanjang bantaran sungai Benanain.

Kepala Dinas Sosial NTT Fransiskus Salem mengatakan pemerintah menyiapkan bantuan beras dan makanan siap saji untuk dikirim ke lokasi banjir. Namun, pengiriman bantuan masih menunggu laporan dari pemerintah kabupaten Belu.tic

Copyright © 2003 Banjarmasin Post

Friday, February 09, 2007

Korban Banjir HSU Tak Dapat Bantuan

Kamis, 08 Februari 2007 02:10
Amuntai, BPost
Ratusan Kepala Keluarga (KK) di Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) yang rumahnya kebanjiran belum mendapatkan bantuan sembako dari pemerintah. Meski masih mempunyai cadangan bahan makanan, warga tetap mengharapkan bantuan sembako karena beberapa hari tak bisa mencari nafkah.

Ini seperti yang dialami sedikitnya 89 KK di RT 2 dan 4 Desa Lok Suga Kecamatan Amuntai Utara. Desa ini cukup parah terendam banjir. Rahmadi (40), warga Lok Suga, mengatakan mereka melalui kepala desa sudah mengajukan proposal bantuan kepada Pemkab. Namun sampai sekarang bantuan tak juga datang.

"Kami sangat mengharapkan bantuan segera disalurkan," ujar Rahmadi ketika ditemui BPost, Rabu (7/2).

Di kedua RT tersebut hampir semua rumah penduduk terendam. Sampai sekarang ketinggian air masih di atas lutut orang dewasa.

Karena berada di sisi Sungai Tabalong, hampir setiap musim hujan, desa ini dilanda banjir.

Saikanah (35) warga RT 2, terpaksa mengungsi bersama anak semata wayangnya. "Kami mengungsi ke rumah keluarga beberapa hari ini karena khawatir air semakin naik. Ketika bupati meninjau desa kami, kebetulan saya di rumah sanak saudara yang rumahnya tak terendam air," ujarnya.

Jalan maupun titian desa yang terbuat dari kayu ulin seluruhnya terendam air. Kendati demikian, warga tak melakukan pengungsian besar-besaran.

Banjir juga merendam Madrasah Ibtidaiyah Sulamul Ulum hingga siswanya diliburkan.

Ketua Satuan Pelaksana Penanganan Bencana (PB) Kabupaten HSU, HM Welny, mengatakan pihaknya akan kembali menyalurkan bantuan seperti beras, minyak goreng, mi instan dan, ikan sarden kalengan. Stok makanan yang sempat menipis terselamatkan oleh bantuan pemerintah provinsi.

"Bantuan sudah kami terima hari ini (kemarib) dan segera kami salurkan," katanya.

Kadis Pembermas Kessos HSU, Huzairin, menambahkan bantuan kepada 119 KK Desa Danau Terate.

"Bantuan Pemprov, kami salurkan untuk 89 KK Desa Lok Suga, 50 KK Desa Kaludan Kecil dan warga Desa Tebing Liring," ujarnya.

Korban banjir yang belum mendapatkan jatah sembako agar berkoordinasi dengan kepala desa atau camat.

Tapi, warga yang mendapatkan bantuan hanya warga kategori miskin, penerima Bantuan Langsung Tunai . ori

Copyright © 2003 Banjarmasin Post

* Seorang bocah tewas

Senin, 05 Februari 2007 03:10

HSU Masih Terendam
Amuntai, BPost
Banjir yang melanda sebagian wilayah Hulu Sungai Utara (HSU) belum juga surut. Ketinggian air di dataran rendah seperti Paliwara, Desa Tambalangan, Paliwara, Palampitan, Kecamatan Amuntai Tengah dan beberapa desa di Kecamatan Banjang, sekitar setengah meter.

Di Kecamatan Banjang, dari pantauan BPost, puluhan unit rumah yang berada di bantaran Sungai Balangan terendam air, setinggi tumit orang dewasa. Sementara Madrasah Tsanawiyah Ukhuwah di Jalan Jermani Husin, halamannya mulai terendam.

Sedangkan di beberapa jalan protokol, seperti Jalan Basuki Rahmat, H Abdul Aziz, Karias, Palang Merah, sebagian Jalan A Yani persisnya di depan Kantor Bupati, Kantor PU, Dispenda, Kejaksaan Negeri, Pengadilan Negeri, Kantor Perpustakaan Daerah Amuntai, ketinggian air antara 20-50 cm.

Dalam musibah ini, seorang bocah bernama Madi bin Maslan (12), tewas. Dia terseret arus air. Bocah laki-laki warga Desa Kambang Kuning, Kecamatan Amuntai Tengah, HSU ini hilang sejak Sabtu (3/2) sekitar pukul 17:00 Wita.

"Menurut informasi yang kita peroleh, bocah laki-laki itu tengah bermain di air bersama teman-temannya. Mungkin akibat aliran air sungai lumayan deras, sehingga korban hanyut terbawa arus," ujar Kapolres HSU AKBP Saidal Mursalin.

Malam tadi Kepala Kesbanglinmas HSU, Rahmadi menginformasikan, bocah itu telah ditemukan dalam kondisi meninggal oleh tim Satkorlak di Sungai Babirik, sekitar 8 Km dari lokasi saat tenggelam, pada Minggu petang.

Melihat kondisi wilayahnya, Bupati Fakhruddin setiap hari melakukan pemantauan di lapangan. "Sebagai bupati saya harus mengetahui kondisi sebenarnya. Tanpa melihat langsung ke lapangan, tak mungkin saya tahu keluhan warga terkait bencana ini," katanya.

Bupati tak sendirian ke lokasi banjir. Dia didampingi sejumlah petugas Satkorlak HSU, anggota Polres HSU dan beberapa personil TNI setempat. Lokasi yang dikunjungi antara lain kawasan pinggiran sungai yang terendam banjir seperti Banjang, Paliwara, Palampitan dan Danau Panggang. Di sini, Fakhruddin juga memberikan bantuan sembako kepada sejumlah warga yang terparah terkena dampak banjir itu.

Mengantisipasi, makin meluapnya banjir ke permukiman penduduk, dia juga telah menginstruksikan membuat tanggul di kawasan Jalan Basuki Rahmat, Kebun Sari dan Palang Merah.

"Kita juga meminta kepada seluruh camat agar selalu waspada dan rutin memonitor daerah masing-masing," tegas Fakhruddin. ori

Copyright © 2003 Banjarmasin Post

Sunday, February 04, 2007

Rumah Bupati HSS Terendam

Minggu, 04 Februari 2007 02:58
BANJIR pun masih menyerang Kalimantan Selatan. Di saat ketinggian air di Tabalong mulai berkurang, banjir terjadi di Hulu Sungai Selatan (HSS).

Tak hanya permukiman warga, jalan-jalan protokol, perkantoran, sekolah bahkan halaman kediaman Bupati HSS, H Fakhruddin pun ikut terendam. Ketinggian air yang diduga luapan Sungai Balangan dan Negara pada Sabtu (3/2) siang ini mencapai setengah meter.

Dari pantuan BPost, kawasan yang terendam antara lain Jalan Basuki Rahmat, Abdul Azis, Karias, Jermani Husin dan A Yani, depan kantor bupati.

Pasar yang berada di kawasan Jalan Abdul Azis pun tergenang sehingga sebagian pedagang memilih menutup kiosnya. Air pun merambah hingga sejumlah desa di Kecamatan Banjang, Amuntai Utara, Amuntai Selatan dan Amuntai Tengah.

Warga pun disibukkan dengan terjangan air bah ini. Seharian mereka sibuk memindahkan perabot rumah tangga ke tempat lebih tinggi. "Antisipasi saja, kami sudah biasa menghadapi banjir kiriman ini," kata Sorga Wati, warga Desa Tambalangan. Hingga malam tadi, warga belum mengungsi.

Untuk mencegah kian meluasnya luapan air, Dinas PU beserta aparat Kepolisian serta TNI membuat bendungan di sekitar Jalan Basuki Rahmat, Kebun Sari dan bantaran Sungai Malang. Bendungan dibuat dengan cara menumpuk karung pasir.

Surut

Di Tabalong, banjir yang sempat melanda sejumlah permukiman dan lahan pertanian mulai surut. Ketinggian air di kawasan terparah seperti Desa Ujung Murung, Desa Agung dan Desa Hikun di Kecamatan Tanjung tinggal setengah meter. Sebelumnya mencapai 1,5 meter.

Penurunan ini menyusul berkurangnya arus air kiriman air dari daerah hulu seperti Upao melalui Sungai Tabalong.

Imbasnya, aktivitas warga pun berangsur kembali normal. "Mulai Jumat malam air sudah tidak naik lagi," ujar seorang warga Ujung Murung, Arpiah. Meski surut, warga masih menggunakan jukung sebagai alat transportasi. nda/ori

Copyright © 2003 Banjarmasin Post

Tabalong Tenggelam Lagi

Jumat, 02 Februari 2007 01:28
Tanjung, BPost
Diguyur hujan deras tiga hari berturut-turut membuat Sungai Tabalong kembali meluap dan menenggelamkan kawasan permukiman dan pertanian.

Banjir terparah terjadi Desa Ujung Murung, Hikun dan Agung. Ketinggian air di kawasan itu 1,5 meter. Warga pun harus mengevakuasi barang dan perabot rumah tangganya ke tempat yang lebih tinggi.

Warga Desa Ujung Murung RT 4 bahkan mulai mengoperasikan lagi jukung atau perahu kecil sebagai sarana transportasi keluar kompleks perumahan.

Camat Banua Lawas Haris Fadillah mengatakan sekitar 100 hektare sawah yang baru disemai Desa Bangkiling, Bangkiling Raya dan Desa Banua Lawas, sejak kemarin mulai terendam.

Jika ketinggian air banjir terus bertambah dan menggenangi lahan persawahan lebih dari sepekan, ia khawatir petani tak bisa panen. Jika banjir cuma bertahan 3-4 hari, lahan persawahan masih bisa diselamatkan.

Menurutnya, masyarakat dan aparat kecamatan, berupaya meminimalisir dampak banjir dengan membuat bendungan di sekitar persawahan. Bendungan dibuat dengan menumpuk karung-karung berisi pasir, bantuan dari satkorlak kabupaten.

Kepala Kesbanglinmas Tabalong H Marzuki Hakim mengatakan berdasarkan laporan, lima kecamatan yang mulai dilanda banjir, yakni Banua Lawas, Kalua, Tanjung, Muara Harus dan Upau.

Menurut Marzuki, kategori banjir belum membahayakan sehingga bantuan belum saatnya disalurkan.

"Kalau air terus camat setempat janji melapor. Kita juga akan berkoordinasi dengan tim Satkorlak termasuk mengaktifkan satlak di kecamatan dan kelurahan. Supaya penanganan banjir termasuk penyaluran bantuan lebih tepat dan terkoordinir," ujarnya.

Akibatnya Sungai Balangan dan Sungai Nagara, tiga desa di Hulu Sungai Utara (HSU) Tambalangan, Palampitan dan Paliwara, sejak kemarin, juga mulai terendam. Namun ketinggian air 20-25 cm.

Belum ada rumah warga yang terendam akibat luapan air itu. Namun di beberapa ruas jalan seperti Jalan Jermani Husinl lalu lintas mulai terganggu, karena ketinggian air sudah mencapat tumit pria dewasa. nda/ori

Copyright © 2003 Banjarmasin Post