Sunday, July 29, 2007

Ratusan Kubik Kayu Disita Polres Razia Sawmil

Monday, 30 July 2007 01:21

BANJARMASIN, BPOST - Banjir yang melanda permukiman di sekitar Sungai Riam Kiwa dan Sungai Riam Kanan, sekitar sepuluh tahun lagi baru bisa teratasi. Itu pun dengan syarat, proyek gerakan rehabilitasi lahan (gerhan) di kawasan itu berhasil.

Kepala Dinas Kehutanan Kalimantan Selatan (Kalsel), Suhardi, mengatakan, di lokasi yang menjadi langganan banjir tersebut kini kondisinya cukup memprihatinkan, bukan hanya pohon-pohon besar habis ditebang, namun ilalang yang sebenarnya juga mampu menahan luapan air juga sudah dibabat.

"Kendati tidak ada pohon, ilalang pun masih mampu menjadi kawasan resapan air, tapi di daerah tersebut sudah gundul, akibat kegiatan tambang dan penebangan hutan," katanya.

Apalagi tambah Suhardi, pohon-pohon di hutan yang berada di kawasan lebih atas juga telah gundul, sehingga air hujan langsung menyebabkan banjir.

Mengatasi kondisi tersebut, Pemkab Banjar telah memprioritaskan kegiatan gerhan di daerah itu, namun tetap memerlukan waktu cukup lama karena menunggu pohon-pohon yang ditanam tumbuh dan berfungsi menahan luapan air.

Menurutnya selain Kabupaten Banjar, empat kabupaten lain di Kalsel yakni Tapin Tala, Tabalong dan Hulu Sungai Utara hutannya juga cukup kritis, sehinga harus mendapatkan perhatian serius dari semua pihak. "Di Tala saat ini kerusakan hutan juga sangat parah, sehingga banjir yang berulang kali terjadi sulit untuk diatasi," kata Suhardi. ant

Hutan Hilang

Saturday, 28 July 2007 01:53:58

BANJARMASIN, BPOST - Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) Kalimantan Selatan Rachmadi Kurdi menilai, hilangnya sejumlah kawasan hutan menjadi penyebab utama bencana banjir di Banua.

"Hilangnya kawasan hutan tersebut selain disebabkan perambahan atau penebangan liar, juga karena upaya reboisasi yang tak seimbang dengan penebangan," kata Rachmadi, Jumat (27/7) di kantornya.

Rachmadi belum melihat banjir itu disebabkan aktivitas pertambangan batu bara. "Saya kira kegiatan pertambangan batu bara juga bisa dibilang turut andil dalam kerusakan lingkungan, tapi belum bisa dikatakan penyebab utama bencana banjir," ujarnya.ant


Thursday, July 26, 2007

Ratusan Ton Gabah Rusak Akibat Hujan yang Turun Selama Beberapa Hari

Jumat, 27 Juli 2007

KOTABARU ,- Akibat hujan yang terus mengguyur selama beberapa hari di kawasan Kabupaten Kotabaru, ratusan ton gabah hasil panen dan siap panen di beberapa desa di Kecamatan Pulau Laut Timur rusak karena terendam dan tidak dapat dijemur.

   Camat Pulau Laut Timur, Bahrudin menjelaskan, akibat hujan dan meningginya permukaan air di sembilan desa, padi dan gabah hasil panen milik warga mengalami kerusakan karena tidak bisa dipanen dan dijemur.

   "Dengan kondisi seperti ini ratusan ton gabah yang sudah dipanen itu akan rusak dan kualitasnya akan menurun. Biasanya setelah padi dipanen, gabahnya langsung dijemur. Tapi akibat hujan terus menerus gabah tersebut tidak bisa dijemur,” ujar Bahruddin menjelaskan.

   Dari sekitar 5 ribu  hektar tanaman padi, lanjut Camat, sebagian besar telah dipanen. Namun hasil panennya baru sebagian yang sudah dijemur, sedangkan sisanya masih menumpuk di lumbung-lumbung padi.

   "Biasanya masyarakat di sini hanya mengandalkan sinar matahari untuk menjemur padi, karena saat ini kami masih belum memiliki peralatan pemanas buatan semacam dryer. Dengan tidak terkena matahari dapat dipastikan hasil panen petani di Pulau Laut Timur akan mengalami kerusakan," jelasnya.

   Selain kerusakan gabah, kawasan persawahan puluhan hektar siap panen kini juga rusak akibat terendam banjir selama tiga hari ini. Bahrudin khawatir, jika hujan terus menerus dan gabah tidak dapat dijemur, mengakibatkan nilai jual gabah akan turun drastis.

   Dengan kondisi seperti ini, petani di kawasan Pulau Laut Timur mengharapkan agar pemerintah Kabupaten Kotabaru bisa membangun mesin pemanas. Karena jika gabah tidak dijemur, kualitasnya akan menurun bahkan mengalami kerusakan, sehingga petani akan sangat dirugikan dengan kondisi alam seperti yang terjadi sekarang ini.

       Kiranya harapan masyarakat tersebut sejalan dengan rencana Pemkab Kotabaru yang akan menjadikan Pulau Laut Timur menjadi lumbung padi Kabupaten Kotabaru.(ins)

Sungai Riam Kiwa Meluap Debit Waduk Naik

Thursday, 26 July 2007 01:32

MARTAPURA, BPOST - Hujan yang kerap mengguyur sekitar kawasan Waduk Riam Kanan sepekan terakhir telah menyebabkan naiknya debit air di Sungai Riam Kiwa dan Waduk Ir PM Noor Riam Kanan. Luberan air itu juga menyebabkan tingginya debit air di Sungai Riam Kanan dan Sungai Martapura yang merupakan daerah alirannya.

Naiknya debit air di waduk itu menyebabkan debit air di bagian hulu sungai dan waduk itu juga ikut meluap. Ketinggian air sungai di hulu sungai tersebut naik hingga satu meter sejak Selasa (24/7). Tapi, dari pantauan, kenaikan air sungai itu tidak sempat menimbulkan banjir di beberapa kawasan yang sering dilanda banjir saat air di hulu sungai naik.

Camat Sungai Pinang Banjar M Aslam SSos mengatakan, hingga Rabu sore wilayahnya masih disaput mendung dan hujan. "Air sungai naik sekitar satu meter, tapi tidak sampai menggenangi desa-desa yang rawan banjir," ujar M Aslam, Rabu (25/7) siang.

Menurutnya, biasanya Desa Rantau Nangka dan Sungai Pinang kerap tergenang air bila debit air sungai naik. Tapi berdasarkan pantauannya, hingga kemarin masih tampak normal.sig


Tuesday, July 24, 2007

Pelatihan Bencana Bukan Menantang

Rabu, 25 Juli 2007

TANJUNG ,- Bencana dapat ditimbulkan karena kecerobohan manusia dalam memperlakukan alam, sehingga bencana banjir, tanah longsor, kebakaran dan bencana alam lainnya seringkali terjadi akibat human error. Namun, pelatihan bencana yang dilaksanakan Dinas Kessos Tabalong, bukan berarti bermaksud menantang terhadap terjadinya bencana.

Hal itu disampaikan Plt Sekda Tabalong Drs H Abdel Fadillah MSi pada pembukaan pelatihan taruna siaga bencana (Tagana) di aula Bandiklat Tabalong, awal pekan tadi.

Ditambahkan Abdel yang mewakili Bupati Tabalong Drs H Rachman Ramsyi MSi dalam menyampaikan sambutan, bencana selalu menimbulkan dampak kerugian. Selain korban jiwa dan harta benda, juga mempunyai dampak sosial dan dampak psikologis yang tak ternilai.

“Kita semua menyadari bahwa segala macam bentuk bencana adalah merugikan, tidak ada jalan lain bagi kita kecuali menyiapkan upaya konkret berupa antisipasi terjadinya bencana. Kegitan pelatihan bukan sikap kita menantang datangnya bencana, karena merasa sudah terlatih lalu kita bisa seenaknya memperlakukan alam yang kita tempati,” pesannya.

Sesungguhnya, dalam keseharian, raga dan jiwa kita selalu terancam bencana apabila kita salah dalam mengelola lingkungan. Tetapi, jika kita berhati-hati memperlakukan alam dan lingkungan, insya Allah kita terhindar bencana. Pelatihan ini diharapkan semua komponen peserta siap melakukan langkah-langkah yang tepat untuk menanggulanginya misalnya melakukan proses evakuasi, recovery sampai rehabilitasi. “ Pelatihan adalah tahapan-tahapan yang sangat penting dan perlu difahami semua peserta. Wawasan bertambah dan memiliki sikap cepat tanggap,” pungkas Abdel.

Pelaksanaan pelatihan taruna siaga bencana itu sendiri dilaksanakan selama dua hari, tertanggal 23 Juli sampai 25 juli 2007 di aula Bandiklat Tabalong Jl Tanjung Selatan, Mabuun, Murung Pudak.

Pelatihan dilaksanakan dalam rangka menambah pengetahuan peserta untuk kegiatan bantuan korban bencana alam dan bencana sosial, terampil menghadapi bencana, matang di lokasi kejadian, siap, cepat dan tanggap.

Materi pelatihan Tagana meliputi bongkar pasang tenda, P3K, operasional, pengelolaan dapur umum dan pelaksanaan tugas di lapangan memasuki masa pra, saat dan pasca kejadian. Pelatihan diikuti sebanyak 50 peserta, berasal dari perwakilan Polres Tabalong, Kodim 1008 Tanjung, Kompi Senapan A 621 Hikun, Ormas, Orari, karang taruna, PSM dan karyawan perusahaan. (day)

Sunday, July 22, 2007

Warga Nanti Pembuatan Saluran

Senin, 23 Juli 2007
 
PELAIHARI- Banjir yang terjadi secara berulang, bahkan hingga beberapa kali dalam setahun, membuat warga Jorong khususnya warga Dusun III yang berada tepat di sisi Sungai Swarangan menjerit.

Sejak Sabtu (21/7) kemarin mereka terpaksa mengungsi ke rumah-rumah tetangga dan keluarga, karena rumah-rumah mereka digenangi air sampai setinggi dada orang dewasa. Hujan yang turun selama kurang lebih 11 jam ini telah membuat sebanyak 360 jiwa benar-benar memerlukan bantuan.

Hujan yang turun sejak Jumat tersebut menghantarkan banjir yang kedua kalinya selama bulan Juli ini, bahkan untuk kesekian puluh kali bagi 96 KK yang tinggal di desa itu.

“Banjir di desa ini memang sudah rutin terjadi, bahkan karena alasan tersebut, pada tahun 70-an jalan provinsi dipindah, sehingga tidak lagi melintasi kampung kami ini,” ujar Kepala Dusun III Asnaen.

Lebih lanjut ujarnya, seringnya banjir terjadi karena tidak adanya saluran air yang memadai, sehingga kampung warga yang daerahnya lebih rendah menjadi tempat genangan air.

“Bila hujan deras, air yang berasal dari atas gunung mengalir ke sungai-sungai yang ada di desa ini, air tertahan di desa ini dan meluap, sehingga luapan ini yang menyebabkan banjir dan biasanya perlu waktu seminggu, baru airnya kering.” ujar Asnaen yang juga ditunjuk menjadi Koordinator Posko Banjir Desa Jorong.

Lebih lanjut ia menyampaikan harapan warganya agar dibuatkan saluran pembuangan air, yang akan mengalirkan air hujan ke laut atau paling tidak ke hilir sungai Swarangan, sehingga desa mereka tidak lagi tenggelam, sekaligus pengerukan sungai mereka yang masih dangkal.

“Kami telah meminta ke pihak pemerintah daerah, dinas pertanian, dinas kehutanan atau perusahaan, untuk membantu pembuatan tanggul atau saluran sepanjang 4.000 meter, untuk mengalirkan air ini ke laut Swarangan, tapi sampai saat ini belum ada tanggapan, kami sendiri tidak memiliki kemampuan melakukannya, karena anggarannya sangat besar,” ujarnya.

Di samping itu harapan mereka dengan adanya tanggul atau saluran ini mereka dapat memanfaatkan lahan yang selama ini sangat berperan besar untuk mencukupi kebutuhan pertanian sebagian besar warga.

“Dalam setahun, kadang kami harus menanam padi sampai tiga kali, karena tanaman sering terendam banjir dan menjadi mati, sehingga harus diulangi lagi,” tandasnya.(bin)

Hujan Deras, Batam-Jorong Banjir --open

Warga Jorong Mengungsi di Langgar Bayi Merah Pun Berdesakan

Monday, 23 July 2007 02:56

TAK seperti biasanya, Langgar Taufikurrahman di Desa Jorong, Tanah Laut, dijejali warga. Beberapa wanita paro baya duduk lesu di teras. Yang lainnya rebahan di antara tumpukan kasur, pakaian, kardus, dan harta benda lainnya.

Di salah satu sudut, bayi perempuan mungil tertidur pulas, ditunggui ibunya Ny Norhayah (27) dan anak sulungnya (Elisa (4). Si bayi yang rencananya diberi nama Aulia itu seakan tak terusik dengan suasana serba-kurang saat itu. Padahal, keprihatinan sedang menerpa sang mama. Ia berharap musibah segera berlalu sehingga anak-anaknya tak lagi tidur di tempat yang jauh dari rumahnya.

Itulah kondisi salah satu tempat pengungsian warga Desa Jorong. Sebagian warga terpaksa mengungsi ke rumah sanak famili, tetangga, ataupun fasilitas umum, menyusul meluapnya air bah sejak Sabtu dinihari sekitar pukul 03.00 Wita. Tua, muda, anak-anak, dan bahkan bayi merah sekali pun terpaksa membaur menjadi satu di tempat pengungsian.

Di Langgar Taufikurrahman, misalnya, terdapat sekitar 40 orang. Mereka istirahat dengna kondisi seadanya, berdesak-desakan pada ruangan berukuran 6 x 6 meter, di antara barang-barang.

"Ya beginilah. Harus berdesak-desakan. Karena pengungsi penuh, di sini tak masalah. Sebenarnya kasihan juga dengan bayi merah ini, tapi mau bagaimana lagi?" tutur Norhayah , Minggu (22/7).

Anak bungsu Norhayah itu memang masih bayi merah. Ia lahir baru 25 hari lalu. Ia memang kurang beruntung, karena saat lahir Desa Jorong pun sedang kebanjiran.

Hingga kemarin, sebagian warga Jorong masih bertahan di pengungsiannya. Meski air mulai surut, namun tingginya masih selutut orang dewasa sehingga belum laik untuk dihuni lagi.

Di Desa Jorong tercatat 96 KK atau 360 jiwa yang kebanjiran. Seperti halnya nasib Desa Asam-Asam dan empat desa lainnya di Kecamatan Kintap, banjir yang melanda Jorong kali ini adalah banjir kali ketiga tahun ini.

Kepala Dusun III Desa Jorong, Asnain, berharap Pemkab Tala segera membangun saluran guna memperlancar peresapan air.roy


Copyright © 2003 Banjarm

Wednesday, July 18, 2007

Kabut Asap Mulai Mengancam

Rabu, 18 Juli 2007

BANJARMASIN ,- Fenomena alam berupa kabut asap setiap saat mengancam Kalsel. Prediksi ini muncul mengingat frekuensi hujan mulai menurun, sementara sejumlah lahan pertanian di Kalsel dan provinsi tetangga Kalteng sebagian besar sudah dipanen.

Berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya, kabut asap yang terjadi di Kalsel merupakan akumulasi asap lokal dan asap kiriman dari provinsi tetangga, Kalteng. Itu terjadi akibat pembakaran lahan pertanian dan hutan secara serampangan. ”Bencana kabut asap menjadi ancaman seiring berakhirnya musim penghujan. Meski di Kalsel belum terjadi, tapi tidak salahnya diantisipasi sedini mungkin, bagaimana mengatasinya sebelum asap membesar,” kata Sekretaris Satuan Koordinasi Pelaksanaan Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi (Satkorlak PBP) Kalsel Hadi Soesilo kepada wartawan, kemarin.

Menurut Hadi, jurus paling ampuh untuk mengatasi kabut asap adalah membentuk perilaku masyarakat agar tidak membakar saat membuka lahan pertanian.

Hanya saja, untuk mewujudkannya tidak semudah membalik telapak tangan dan perlu waktu. Karena itu, tandas Hadi, perlu solusi jangka pendek dan dicari formulasi yang tepat dalam penanganan titik api di lahan gambut. Diakuinya, sejauh ini belum ditemukan teknologi yang efektif khusus penanganan titik api di lahan gambut. Bahkan, negara sebesar Australia pun belum memiliki teknologi tersebut. “Saya baru datang dari Australia. Menariknya negara sekelas Australia ternyata belum punya teknologi untuk pemadaman titik api di lahan gambut,” ungkapnya.

Ia mengemukakan, tahun lalu sudah mencoba mengerahkan semua kekuatan Barisan Pemadam Kebakaran (BPK) di Kalsel, tapi masih saja kewalahan. “Saat ini kita sudah punya 2 unit pemadam yang mampu beroperasi di lahan gambut. Idealnya 10 unit, agar berimbang dengan kemungkinan titik asap yang terjadi,” katanya.

Di sisi lain, mantan kareteker Walikota Banjarbaru ini mengungkapkan, berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG), hot spot (titik api) di Kalsel sekarang ini sudah sebanyak 88 titik.

Menariknya, jumlah tersebut berbeda dengan informasi dari Dinas Kehutanan Kalsel yang menyebutkan sampai Juni lalu ada 20 titik. Informasi dari Dinas Kehutanan Kalsel mengacu pada pantauan satelit National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA).(sga)

Puting Beliung, 2 Bangunan Ambruk - Tak Ada Korban Jiwa - Pendopo TK Pembina Baru Ditempati

Selasa, 17 Juli 2007

BANJARMASIN ,- Angin puting beliung memang tak bersahabat dengan Kota Banjarmasin. Setelah peristiwa puluhan rumah ambruk di kawasan Sungai Lulut beberapa waktu lalu, kemarin giliran dua bangunan di kawasan Jl Lingkar Utara Dalam RT 3, Banjarmasin Timur, porak-poranda dihantam kerasnya angin berputar ini.

Bangunan yang ambruk itu adalah Pendopo Posyandu yang berfungsi pula sebagai sekolah TK Negeri Pembina. Bangunan ini ambruk ke tanah, dan yang tersisa cuma lantainya. Bangunan lainnya yang juga ambruk adalah showroom mobil Intan yang luluh lantak, bahkan tiangnya tercabut dan diterbangkan angin beberapa meter. Beruntung dalam peristiwa itu tak menelan korban jiwa.

Peristiwanya berawal dari hujan lebat disertai angin kencang sekitar pukul 16.00 Wita, kemarin. Menurut seorang saksi mata di sekitar lokasi kejadian, saat turun hujan tiba-tiba muncul angin yang begitu kencang. Lalu, “Tiba-tiba pendopo ini roboh,” katanya.

Dari pantauan koran ini, pendopo tanpa dinding yang baru selesai dibangun oleh CV Al Kautsar ini menggunakan dana anggaran belanja tambahan (ABT) tahun 2006 sebesar Rp 80 juta. Atapnya dari genteng metal, runtuh hingga menghalangi jalan masuk ke TK Negeri Pembina dan SMPN 14 Banjarmasin. Bahkan, kayu-kayu ulin yang menopang bangunan patah berserakan. Saat kejadian, tak seorang pun berada di pendopo yang berfungsi sebagai pusat posyandu dan gedung sekolah TK Negeri Pembina serta kelompok bermain anak-anak Kecamatan Banjarmasin Timur itu.

Namun, peritiswa itu justru tak merobohkan 3 buah bangunan di sebelahnya. Tiga bangunan itu masih berdiri tegak tanpa mengalami kerusakan sedikit pun.

Puspa Murni, Kepala TK Negeri Pembina Negeri yang datang melihat kondisi ambruknya sekolah memaparkan, baru pagi hari sebelum peristiwa murid TK mulai melakukan aktivitas belajar di sekolah tersebut. “Awalnya tempat sekolah kami di depan Polda Kalsel. Baru tadi pagi kami menempati bangunan ini,” katanya.

Para pengajar dan murid TK, lanjut Puspa, berani berpindah ke bangunan TK Negeri Pembina ini setelah mengetahui terbitnya SK Walikota Banjarmasin untuk penggunaan bangunan tersebut. “Begitu ada SK Walikota, kami langsung pindah ke sini (bangunan TK Negeri Pembina, Red),” ungkapnya.

Sebanyak 65 orang murid TK dan 20 anak kelompok bermain dipindahkan ke gedung baru tersebut. Yang sangat disayangkan, baru satu hari ditempati, bangunan itu roboh ditiup angin puting beliung.

Sementara itu, Zaitunniah (30), warga setempat yang juga menjadi salah seorang pengajar di TK tersebut, mengaku kaget dengan peristiwa ini. Wanita berjilbab istri dari Lurah Banua Anyar ini menuturkan, bangunan yang roboh tersebut sebenarnya akan difungsikan sebagai pusat posyandu di Kecamatan Banjamasin Timur. “Nantinya di tempat tersebut akan dipusatkan semua kegiatan posyandu di Kecamatan Banjarmasin Timur,” ujarnya.

Sungguh di luar dugaan, bangunan yang usianya baru mencapai 6 bulan itu roboh. “Kalau bangunan lain di sampingnya itu sudah 2 tahun berdiri. Cuma pendopo ini saja yang berdiri sekitar setengah tahun lalu,” tambahnya.

Menanggapi robohnya proyek seumur jagung tersebut, Kepala Disdik Kota Banjarmasin Drs Iskandar Zulkarnain MSi mengungkapkan, dana pembangunannya sebesar Rp 80 juta melalui anggaran ABT tahun 2006 Kota Banjarmasin yang dikerjakan CV Al Kautsar. “Karena bangunan itu sudah diserahkan oleh kontraktornya ke Pemkot, maka perbaikannya menjadi tanggung jawab Pemkot. Kami akan anggarkan kembali. Tapi kontraktor juga harus memberikan pertanggungjawaban moral untuk mengamankan material bangunan yang bisa digunakan kembali pada pembangunannya nanti,” ujar Iskandar yang dihubungi melalui saluran teleponnya tadi malam.

Hal yang sama terjadi dengan showroom mobil Intan milik H Upik yang jaraknya sekitar 500 meter dari pendopo TK Negeri Pembina. Saat angin kencang, tiang bangunan tercabut dan dibawa angin. Makanya, 4 unit mobil pikup yang dipamerkan untuk dijual, selamat dari kerusakan. “Saat hujan dan angin kencang, kami berada dalam bangunan sebelah ini. Kami melihat bangunan showroom ini diseret angin,” terang Lani, karyawan showroom.(irn/dla)

Monday, July 16, 2007

*Melihat Kerusakan Jalan di Desa Tambak Baru Sebagian Besar Jalan Berlubang dan Lapisan Aspal Terkelupas

Sabtu, 14 Juli 2007

Musibah banjir yang sedikitnya empat kali menggenangi sebagian besar wilayah Kabupaten Banjar, ternyata bukan hanya berdampak langsung pada masyarakat. Bukan hanya gagal tanam atau tanaman para petani saja yang mati, fasilitas umum seperti ruas jalan pun banyak yang rusak.

SAPARIANSYAH, Martapura

Kecamatan Martapura Kota dan Kecamatan Astambul adalah dua dari 17 kecamatan yang ada di Kabupaten Banjar yang selalu menjadi langganan terkena musibah banjir. Bisa dimaklumi, lantaran lokasi kedua kecamatan tersebut memang terbilang rendah dan cenderung menjadi tumpukan air dari daerah atas.

Untuk tahun 2007 ini saja di dua kecamatan tersebut ada empat atau lima kali di kawasan yang sama menjadi langganan genangan air. Di Kecamatan Martapura Kota Desa Tambak Baru adalah langganan banjir sebelum di wilayah lain banjir. Sedangkan di Kecamatan Astambul Desa Munggu Raya juga tak kalah rentannya. Pastinya kedua wilayah itu masyarakatnya sangat akrab dengan air banjir.

Kini musim hujan sepertinya memang mulai berlalu. Masyarakat di kedua wilayah tersebut sudah mulai bisa menggarap sawah dan menanam padi. Namun tidak bisa terbantahkan fasilitas umum seperti jalan sampai saat ini masih dalam kondisi rusak.

Ironisnya, ruas jalan seperti yang ada di Desa Tambak Baru adalah jalan yang baru saja selesai diaspal. Belum genap satu tahun masyarakat di sana menikmati mulusnya badan jalan, kini mereka pun kembali menikmati ruas jalan yang rusak. Penuh lubang dan bebatuan. Bahkan di sebagian titik tidak ada bekas aspal yang tersisa.

”Namanya juga musibah. Di sini kebetulan terendamnya selalu lebih awal. Bahkan kalau air mulai dalam arus air menyeberang jalan sangat kencang. Untuk menyeberang kami harus menggunakan jasa masyarakat yang menolong menyeberangkan kendaraan. Kalau tidak bisa terseret ke sawah,” ujar Siti, warga Pingaran yang mengaku selalu melintasi jalan tersebut saat pergi ke Pasar Martapura.

Ruas jalan di Desa Tambak Baru saat ini kondisnya memang jauh berbeda ketika sebelum terendam banjir. Sedikitnya ada tujuh titik yang mengalami rusak parah. Lapisan aspalnya sudah menghilang, yang ada hanya lubang-lubang dengan sembulan batu gunung.

Itu di Desa Tambak Baru. Bergeser sedikit masih pada jalur itu, ruas jalan semula yang belum diaspal juga berantakan. Badan jalan yang baru dipadatkan tersebut juga mengalami kerusakan tak kalah hebatnya. Batu gunung yang menjadi materialnya terkikis habis. Sekilas badan jalan yang ada seperti bekas aliran sungai yang memotong ruas jalan.

Dengan kondisi seperti itu, tidak berlebihan jika masyarakat setempat menantikan perbaikan jalan yang rusak itu dari Pemkab Banjar.***


Sungai Dikeruk dan Dipecah

Saturday, 14 July 2007 04:15

PELAIHARI, BPOST - Banjir tahunan yang melanda sejumlah desa di Tanah Laut menjadi perhatian besar pemkab setempat. Mulai tahun ini beberapa aliran sungai akan dinormalisasi melalui pengerukan maupun pemecahan.

Menurut Plt Kadis Kimprasda Tala HM Amin, tahap pertama adalah sungai Asam Asam di Kecamatan Jorong dan Kandangan serta Tabanio di Kecamatan Pelaihari. Normalisasi sungai ini diharapkan mampu mencegah, mengatasi, atau setidaknya memperkecil risiko banjir. Tahap berikutnya direncanakan menormalisasi sungai di wilayah Kecamatan Kintap.

Air yang meluap di tiga sungai itu selama ini memang cukup sporadis. Di Desa Asam Asam, misalnya, setiap tahun selalu menjadi langganan banjir dengan jumlah rumah terendam mencapai 600 unit.

Hingga pertengahan tahun ini sudah dua kali kebanjiran; pertama 14 Juni lalu dan terakhir 6 Juli lalu.

Banjir serupa juga melanda empat desa (Kintapura, Kintap, Pasir Putih dan Kintap Kecil) di Kecamatan Kintap. Total rumah terendam mencapai seribu lebih.

Kerugian paling nyata akibat banjir adalah rusaknya badan jalan desa. Sebagian warga yang telat mengevakuasi, sejumlah harta bendanya ada yang rusak akibat tersapu air dan hilangnya beberapa ekor hewan ternak maupun ikan budidaya.

Desa Muara Kintap meski permukiman warga tidak terluap banjir, namun ribuan hektare tambak warga setempat musnah terbawa air bah. Termasuk ratusan hektare tambak di Desa Muara Asam Asam.roy

LINGKUNGAN Titik Panas Terpantau di Kalsel dan Kalteng

Kamis, 12 Juli 2007

Palangkaraya, Kompas - Satelit North Oceanic Atmospheric Administration mulai mendeteksi kemunculan titik panas di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan. Selama 10 hari terakhir di Kalteng, titik panas terpantau di Kabupaten Seruyan, Sukamara, Kotawaringin Barat, Kotawaringin Timur, Barito Utara, dan Katingan.

Sebanyak lima titik panas ditemukan dalam kurun dua hari pada awal Juli silam di Seruyan. Di Sukamara dideteksi dua titik, satu di Kotawaringin Barat, tiga di Kotawaringin Timur, dan dua di Barito Timur.

Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalteng Edy Sutiyarto menuturkan, titik panas yang terpantau itu belum tentu merupakan api kebakaran lahan. "Titik panas merupakan api jika keberadaannya berlangsung minimal tiga hari berturut-turut dalam satu lokasi," kata Edy di Palangkaraya, Rabu (11/7).

Setiap titik panas yang terpantau dalam 10 hari terakhir hanya "berumur" satu hari dan hilang di hari berikutnya. Pemantauan lapangan dilakukan jika satu titik api terdeteksi selama tiga hari berturut-turut.

Sementara di Kalsel, satelit memantau 20 titik panas dalam dua bulan terakhir. Sebanyak 18 di antaranya ada di kawasan pertanian dan perkebunan. Jumlah itu masih kecil dibandingkan periode yang sama pada tahun 2006 dengan jumlah 500 titik.

Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Bandara Syamsuddin Noor Banjarbaru juga mencatat tingkat kekeringan di provinsi tersebut meningkat. Beberapa hari terakhir, kekeringan bergerak ke arah ekstrem. Itu perlu diwaspadai karena semua vegetasi bisa mudah terbakar.

Dalam kesempatan terpisah, Dinas Perkebunan Kalsel meminta 62 perkebunan besar dengan total luas lahan 476.685 hektar mewaspadai kebakaran di areal mereka. Diingatkan, semua perusahaan wajib membuka lahan tanpa membakar.

"Kalau sampai terjadi kebakaran, perusahaan bersangkutan harus bertanggung jawab," kata Kepala Dinas Perkebunan Kalsel Haryono.

Sebanyak 43 perusahaan di antaranya sudah memiliki izin hak guna usaha dan sudah menanam di areal seluas 258.908 hektar.

(CAS/FUL)

Kabut Asap Mulai Muncul BMG : Indeks Bahaya Kebakaran Ekstrim

Thursday, 12 July 2007 04:33

BANJARBARU, BPOST - Musim kemarau dan ancaman bencana tahunan kabut asap sudah saatnya diwaspadai lagi. Stasiun Klimatologi (Staklim) Kelas I Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Kalsel di Banjarbaru menyatakan indeks bahaya kebakaran saat ini pada katagore ekstrim.

Teriknya matahari nyaris tanpa hujan deras beberapa waktu terakhir yang memicu panasnya suhu udara di wilayah ini, patut diwaspadai karena berisiko kebakaran lahan.

Forecaster Staklim Kelas BMG Kalsel di Banjarbaru, Irman Sonjaya menjelaskan, grafik fire danger rating system (FDRS) atau sistem peningkatan bahaya kebakaran menunjukan peningkatan. Peningkatan terjadi drought code (DC) atau indeks kekeringan dan konsumsi bahan bakar total yang menggambarkan potensi asap menunjukkan angka yang terus meninggi.

Imbasnya Fire Weather Index (FWI) atau indeks dari bahaya kebakaran, intensitas api, dan peringkat penanggulangan kebakaran pun mencapai titik ekstrim. Dari data yang terlihat, indeksnya telah mencapai 88. Hal itu terlihat jelas sejak 7 Juli dan 8 Juli.

"Ini artinya tingkat intensitas api mulai ekstrim. Kemungkinan pemadaman yang dilakukan sangat kecil dan harus memerlukan peralatan canggih. Tanpa harus dibakar pun, tanaman yang mengering bisa terbakar kapan saja. Jadi patut diwaspadai," kata Irman.

Tidak heran, jika sepekan terakhir, kabut asap mulai menyaput sebagian wilayah Banjarbaru. Meski tipis, namun cukup mengganggu aktivitas warga. Mereka yang harus beraktivitas lewat tengah malam sampai dini hari kerap menghirupnya. Kawasan yang mulai diselimuti asap ini, seperti Landasan Ulin sampai Liang Anggang.

Mengenai korelasinya dengan suhu udara, Irman menjelaskan, posisi saat ini masih kategori normal yaitu berkisar 30 sampai 31 derajat celcius.

Diakuinya, intensitas hujan mulai berkurang. "Kalau pun ada hujan, dalam seminggu itu hanya sekali saja dan maksimal sekali hujan maksimal 3 jam saja," imbuh Irman. niz

Banjir Masih Mengancam Juga Angin Puting Beliung

Rabu, 11 Juli 2007

BANJARMASIN ,- Meski sudah memasuki pancaroba ke musim kemarau, namun bencana banjir dan angin puting beliung masih mengancam wilayah Kalsel. Kasubbid Kesiagaan Badan Kesbanglinmas Kalsel Akhmad Arifin mengemukakan, berdasarkan ramalan Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG), dalam seminggu ke depan banjir dan puting beliung masih mengancam, khususnya bagian selatan dan tenggara Kalsel.

“Berdasarkan informasi dari BMG, banjir dan angin puting beliung masih mengancam,” ujarnya saat ditemui wartawan koran ini di ruang kerjanya, kemarin.

Untuk itulah, ia meminta Satlak PB di daerah tetap meningkatkan kewaspadaan dengan meningkatkan monitoring di kawasan yang rawan terserang banjir.

Sementara itu, menyinggung kondisi banjir yang telah menimpa sejumlah kawasan di Kabupaten Tanah Bumbu, pria yang juga aktif di Satkorlak PB Kalsel ini mengaku belum menerima secara rinci laporannya dari Satlak PB Kabupaten Tanah Bumbu.

Namun demikian, ia memastikan sekira 6 desa terendam akibat bencana banjir tersebut, dan sampai kemarin kondisi air belum turun. Desa yang terendam adalah Desa Sungai Danau yang mengakibatkan rumah 2.525 KK tergenang, Desa Jombang sebanyak 99 KK, Satui Timur sebanyak 145 KK, Desa Bukit Baru sebanyak 66 KK, Desa Sekapuk sebanyak 91 KK, dan Satui Barat sebanyak 171 KK. “Laporan sementara korban yang paling banyak adalah Desa Sungai Danau,” ungkapnya.

Lebih lanjut dijelaskannya, berdasarkan informasi Kesbanglinmas Kabupaten Tanah Bumbu, tidak ada korban jiwa dalam peristiwa banjir tersebut. Disebutkan pula, banjir tersebut merupakan musibah yang ketiga sepanjang tahun 2007, yang pertama terjadi Mei, lalu Juni, dan terakhir Juli.

Sementara itu, menyikapi kemungkinan bencana alam yang setiap saat terjadi, Dinas Sosial Provinsi Kalsel telah menambah bufferstock makanan, seperti beras, gula pasir, mie instan, ikan kaleng, dan keperluan makanan lainnya.(sga)

Hot Spot Diyakini Menurun Dishut Optimis Mampu Tekan Sampai 50 Persen

Selasa, 10 Juli 2007

BANJARMASIN ,- Kepala Dinas Kehutanan Kalsel Ir Suhardi Atmoredjo optimistis pihaknya mampu menekan hot spot (titik api) di Kalsel 50 persen, dibandingkan tahun 2006 lalu.

Apalagi, berdasarkan prediksi Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG), musim kemarau tahun ini adalah kemarau basah yang secara alami akan menurunkan temperatur panas.

Dijelaskan Suhardi, hot spot dapat menimbulkan percikan api ketika suhu udara mencapai 250 derajat celcius. “Nah, karena kemarau tahun ini masuk kategori basah, maka akan menekan suhu udara pada titik aman,” ujarnya kepada wartawan koran ini, kemarin.

Sampai kemarin, lanjut Suhardi, jumlah hot spot yang terpantau satelit National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) sebanyak 20 titik. Menurutnya, jumlah tersebut jauh lebih kecil dibandingkan dengan 2006 lalu, karena tahun lalu pada bulan yang sama jumlahnya sudah mencapai 500 titik. “Tahun lalu pada bulan Juli sudah 500 titik, kemudian Agustus-Oktober sudah mencapai 1.000 titik. Untuk diketahui, sepanjang 2006 lalu hot spot di Kalsel sebanyak 5.813 titik,” jelasnya.

Lebih jauh dijabarkannya, dari 5.813 hot spot yang terdapat di Kalsel, sebanyak 4.228 titik berada di luar kawasan hutan. “Jadi, hanya 1.585 titik yang berada di kawasan hutan,” katanya.

Sedangkan kawasan yang paling dominan titik hot spot-nya terdapat di Kabupaten Banjar, Tanah Laut, dan Kabupaten Batola.

Nah, pada 2007 ini pihaknya menargetkan mampu menekan 50 persen dari jumlah tersebut. “Insya Allah, dengan dukungan semua pihak terkait, target tersebut akan terealisasi,” katanya optimistis.

Sebelumnya, Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan Departemen Kehutanan (Dephut) RI Ir Sonny Partono juga menargetkan, secara nasional mampu menekan 50 persen hot spot dibandingkan tahun lalu. “Pada tahun 2005 lalu, satelit NOAA mendeteksi secara nasional sebanyak 35 ribu titik hot spot. Kemudian pada tahun 2006 lalu, hot spot meningkat menjadi 140 ribu titik. Nah, pada tahun 2007 ini kami optimis mampu menekan 50 persen dibandingkan tahun 2005 lalu,” ujar Sonny Partono.

Berdasarkan pengalaman sebelumnya, papar Sonny, sebaran hot spot banyak terdapat di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Diantaranya, Riau, Kalbar, Sumatera Utara, Kalteng dan Kalsel. “Berdasarkan deteksi Satelit NOAA pada tahun 2006 lalu, hot spot yang berada di kawasan hutan hanya 40 persen saja, sementara sisanya 60 persen hot spot berada di luar kawasan hutan,” terangnya.

Untuk itulah, lanjut Sonny, pada tahun 2007 ini pihaknya terus melakukan langkah-langkah preventif upaya pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan.(sga)

Aspal Jalan Langsung Terkoyak Warga Kintapura Reboisasi Lahan Kritis

Tuesday, 10 July 2007 03:25

PELAIHARI, BPOST - Banjir yang melanda sejumlah desa di Tanah Laut, pekan tadi, menyisakan masalah baru. Badan jalan desa menjadi compang-camping akibat terkoyaknya lapisan aspal.

"Beberapa titik badan jalan di desa kami menjadi semakin rusak setelah disapu banjir. Ini dampak paling nyata yang kami rasakan," kata Kades Kintapura Husaini, Senin (9/7).

Kerusakan badan jalan terparah terjadi di RT 4 yang berpenduduk 150 kepala keluarga. Husaini memerkirakan panjang kerusakan mencapai 300 meter dari total panjang jalan 500 meter.

Sebelumnya badan jalan di titik tersebut memang tidak lagi mulus. Namun pascabanjir semakin banyak dan semakin besar lobang-lobang yang menghiasi badan jalan. Lapisan aspal terkoyak sehingga bebatuannya pun banyak yang terhambur.

Pengakuan serupa diutarakan Kades Asam Asam Subandi. "Setelah banjir memang kondisi badan jalan banyak yang rusak, mungkin akibat terlalu lama terendam. Memang tidak parah, tapi perlu diperbaiki segera."

Dalam tempo kurang dari sebulan, banjir memang melanda Asam Asam dan Kintapura. Termasuk menjamah Desa Kintap, Kintap Kecil, dan Pasir Putih di Kecamatan kintap. Banjir pertama terjadi 14 Juni lalu dan disusul 6 Juli pekan tadi.

Warga tidak berpangku tangan. Seperti yang dilakukan warga Kintapura yang tergabung dalam Koperasi Serba Usaha Kintap Bersatu (KSUKB), mereka menyiagakan perahu-perahu untuk mengevakuasi korban banjir.

"Kami juga telah melaksanakan penghijauan dengan menanam pohon akasia. Dari luasan areal 1.000 hektare, yang sudah kami hijaukan 110 hektare," tutur M Yus’a Saleh humas KSUKB didampingi Manajer SUKB H Rahman yang datang ke redaksi BPost.

Warga di desanya, lanjutnya, heran terhadap banjir kedua Jumat pekan tadi. Pasalnya justru desanya yang terendam cukup parah. Sementara Desa Kintap Kecil yang topografinya lebih rendah tidak terlalu kebanjiran.

Pemkab Tala terus berupaya untuk mencegah atau setidaknya meminimalisasi banjir. roy

Ribuan Pemadam Bersiap Jika Perlu, Kalsel Akan Sewa Helikopter Pemadam Kebakaran Hutan

Senin, 09 Juli 2007

Banjarmasin, Kompas - Sebanyak 1.000 warga yang tergabung dalam barisan relawan pemadam kebakaran atau balakar di Kalimantan Selatan bersiap menghadapi kebakaran hutan dan lahan pada kemarau tahun ini. Setiap kelompok balakar umumnya terlatih serta memiliki peralatan dan kendaraan operasional.

Menurut Wakil Gubernur Kalimantan Selatan (Kalsel) Rosehan NB, ke-1.000 orang itu adalah relawan yang disiapkan oleh Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana Provinsi Kalsel. Untuk menguji kesiagaan, sebanyak 64 anggota balakar mengikuti kompetisi keterampilan dan kecepatan pemadaman kebakaran di Banjarmasin, Minggu (8/7).

"Meskipun anggota balakar sukarelawan, mereka bisa kami kerahkan kapan pun," kata Rosehan. Bukan hanya beranggotakan relawan yang tidak digaji pemerintah, peralatan dan kendaraan yang dimiliki kelompok-kelompok balakar juga hasil swadaya, donasi perorangan, atau milik yayasan-yayasan swasta.

Rosehan berharap tidak ada lagi saling menyalahkan dalam upaya memadamkan kebakaran hutan dan lahan. Sebab, tugas dan tanggung jawab dalam pengamanan daerah telah dibagi secara struktural.

Bupati dan wali kota, misalnya, adalah penanggung jawab keamanan wilayah kabupaten dan kota. Adapun gubernur menjadi penanggung jawab di tingkat provinsi.

Dalam kesempatan itu, Wali Kota Banjarmasin Yudhi Wahyuni menyatakan, ibu kota Kalsel tersebut memiliki 3.000 relawan pemadam kebakaran. Ribuan orang itu tergabung dalam Balakar 654.

Semua kelompok balakar di Banjarmasin memiliki 89 kendaraan operasional. Paling sedikit, setiap kelompok juga memiliki satu mesin penyedot air.

Relawan pemadan kebakaran memiliki latar belakang pendidikan dan pekerjaan yang beragam. Mereka berasal dari kalangan remaja, pemuda, hingga orang tua. Sehari-hari anggota balakar ada yang berprofesi sebagai pedagang, buruh, karyawan, hingga pengusaha dan profesional.

"Selain memadamkan kebakaran rumah dan bangunan di Banjarmasin, mereka juga siap dikerahkan untuk memadamkan kebakaran hutan dan lahan di daerah lainnya di Kalsel," ucap Yudhi.

Yudhi menambahkan, Pemerintah Provinsi Banjarmasin juga tengah menyiapkan dana asuransi keselamatan bagi para anggota balakar.

Dalam kesempatan terpisah, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Siswoyo menyatakan, tim Manggala Agni (tim pemadam kebakaran Dinas Kehutanan) hanya terkonsentrasi di daerah operasional, yaitu Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu.

"Idealnya, Kalsel membutuhkan empat daerah operasional Manggala Agni sehingga cukup efektif melakukan pemadaman kebakaran hutan dan lahan secara cepat," tutur Siswoyo.

Sewa helikopter

Di satu daerah operasi, Manggala Agni menempatkan 60 petugas yang dibagi menjadi empat regu. Mereka disiapkan beroperasi secara bergantian ataupun bersamaan saat kebakaran lahan melanda.

Menurut Kepala Dinas Kehutanan Kalsel Suhardi, pemadaman kebakaran hutan dari udara juga akan dilakukan jika diperlukan. Untuk itu, dinas kehutanan akan menyewa helikopter dengan biaya disesuaikan anggaran yang disediakan pemerintah. Untuk Kalsel, dana yang dijatahkan Rp 1,7 miliar.

"Pembakaran lahan di Kalsel mulai terjadi, tetapi masih skala kecil," tutur Suhardi. (FUL)

BANJIR Tambak Udang Seluas 8.500 Hektar Hancur

Minggu, 08 Juli 2007

Banjarmasin, Kompas - Sedikitnya 8.500 hektar tambak udang dan puluhan keramba ikan hancur oleh banjir yang dua kali menerjang Kecamatan Kintap dan Jorong, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan, dalam tiga pekan terakhir.

Para petambak tak berdaya untuk bangkit karena telah kehabisan uang. Kini, harapan ditumpukan kepada pemerintah daerah untuk membantu menyediakan bibit udang dan ikan pengganti.

Para petambak di Desa Muara Kintap, Kintap, menuturkan, banjir pertama menerjang pada medio Juni silam selama tiga hari. Jutaan udang tambak usia dua- tiga bulan tersapu.

Banjir kembali melanda selama dua hari hingga Sabtu (7/7) kemarin. Kali ini tambak terendam semakin dalam karena banjir melimpas bersamaan dengan datangnya pasang naik air laut.

Seusai banjir pertama, para petambak telah berusaha bangkit dengan kembali menabur bibit udang. Kadir, misalnya, menabur 5.000 bibit udang di tambaknya seluas empat hektar. Malang, ribuan bibit itu kembali musnah.

"Dua tahun berturut-turut tambak di sini hancur akibat banjir. Harapan kami, pemerintah daerah membantu meringankan beban kami," kata Junaid, petambak lainnya.

Sesungguhnya tidak seluruh tambak di Desa Muara Kintap yang terlimpas. Hanya saja, tambak daerah pesisir yang lolos dari banjir itu tetap kemasukan air banjir. Tingkat keasaman tambak pun berubah sehingga udangnya banyak yang mati.

Tambak-tambak di Desa Asam-asam juga kebanjiran. Di desa itu, puluhan keramba juga disapu luapan air sungai.

"Banjir mulai surut, tetapi sebagian wilayah desa masih terendam," kata Suratno, petugas lapangan satuan pelaksana (satlak) penanggulangan bencana Tanah Laut.

Kepala Bidang Usaha Dinas Perikanan dan Kelautan Tanah Laut Muhktar di Pelaihari mengungkapkan, nilai kerugian bibit udang yang musnah akibat kerusakan 8.697 hektar tambak di kedua kecamatan itu sebesar Rp 205,9 juta. Usulan bantuan telah diajukan kepada Dinas Kelautan dan Perikanan Kalimantan Selatan.

Warga tewas

Banjir yang mulai menerjang sejak Jumat pagi itu juga menewaskan seorang karyawan perkebunan kelapa sawit bernama Efendi (19).

Menurut sejumlah rekan korban, Efendi yang tengah bekerja terjebak di tengah banjir. Arus air deras karena tempat Efendi berada di bagian lembah dalam perkebunan.

Malang, pemuda tersebut tak bisa berenang. Jenazah korban ditemukan di salah satu blok perkebunan, Jumat sore.

Di Kecamatan Kintap dan Jorong, banjir merendam sekitar 800 rumah. Sebagian warga korban bertahan di rumah masing-masing dengan menyelamatkan barang ke atas perahu atau para. Namun, sebagian yang lain telah mengungsi ke rumah kerabat. (FUL)

Korban Banjir Bertahan di Rumah Famili Ribuan Benih Udang Hanyut

Sunday, 08 July 2007 02:30

PELAIHARI, BPOST - Banjir yang melanda empat desa di Kecamatan Kintap (Kintapura, Kintap, Pasir Putih, dan Kintap Kecil), Kabupaten Tanah Laut, mulai surut. Tapi, masih banyak warga yang bertahan di pengungsian, yaitu rumah sanak famili.

Saniah, warga RT 3 Desa Kintapura menyatakan masih bertahan karena rumahnya masih tergenang selutut orang dewasa. "Air memang mulai surut. Tapi, di rumah saya, air masih selutut. Sebelumnya (Jumat) sepinggang," tuturnya.

Kondisi Desa Kintap lebih baik, karena topografinya berada di daerah lebih tinggi. "Semuanya sudah kembali ke rumah masing-masing. Pagi ini (kemarin, red) sudah bersih-bersih rumah," tandas Kades Kintap Iswandi.

Susutnya air bah itu menyusul cuaca cerah. Sabtu kemarin matahari bersinar terang dan cukup menyengat kulit. Meski begitu warga tetap diimbau agar waspada. "Mudah-mudahan cuaca cerah terus. Kalau ada hujan lebat lagi, air bisa naik lagi, " tukas anggota Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana Tala Suratno.

Sementara itu, banjir yang melanda Desa Muara Kintap, Jumat (6/7) pagi, kembali mengempaskan kehidupan para petambak. Ribuan ekor benih udang yang baru ditabur musnah tersapu air bah.

Sentra pertambakan di Desa ini air bah mulai menyapu tambak Sabtu (7/7) dinihari pukul 01.00 Wita. Beruntung hanya sebagian kecil yang kebanjiran.

Kadir, petambak di desa itu menuturkan, ada puluhan ha tambak yang diterjang banjir. "Tambak milik saya sendiri, 4 petak atau kira-kira 10 hektare. Semuanya kebanjiran," tuturnya.

Seperti dilansir harian ini, 8.485 ha tambak ikan di Muara Kintap terserang banjir 14-16 Juni lalu. Dari luas tersebut, yang selamat hanya 62 ha. Sebanyak 4.730.000 ekor benih udang hilang, tanggul tambak juga banyak yang rusak.

Sementara di Desa Muara Asam Asam Kecamatan Jorong 212 ha tambak yang kebanjiran, 80 ha nya selamat). Tambak yang kebanjiran, dengan benih udang hilang 2.130.500 ekor.

Sebagian petambak Muara Kintap kini benar-benar dilanda kesusahan. Mereka tidak tahu lagi apakah masih bisa melanjutkan usahanya itu, karena modal sudah habis.

"Akibat banjir Juni lalu, kami rugi banyak karena udang belum sempat dipanen. Baru dua mingguan ini saya menabur 5.000 gelondongan (benih udang ukuran agak besar seharga Rp 200 per ekor). Ini pun dari uang utang. Eh, sekarang tersapu banjir lagi," keluh Kadir. "Kami sekarang benar-benar butuh bantuan," ucapnya.

Petambak lainnya, H Junaid, mengatakan pihaknya sangat mengharapkan uluran tangan dari Pemkab Tala. "Tidak usah berupa uang. Cukup dibantu benih udang dan pupuk saja, kami sangat berterimakasih."katanya.

Tambak H Junaid aman. Tapi ia tetap dirundung kekhawatiran. "Air rawa (banjir) merembes ke tambak. Ini bisa menyebabkan udang mati, karena air rawa cukup asam," ujarnya Junaid yang menabur 10 ribu ekor benih udangnya. roy

Sunday, July 15, 2007

Satu Tewas Terjebak Banjir 900 Rumah di Tala Terendam

Saturday, 07 July 2007 04:12

PELAIHARI, BPOST - Belum genap sebulan, air bah kembali menyapu sejumlah desa di Kabupaten Tanah Laut, Kamis (5/7). Akibat musibah tersebut, seorang warga meninggal dunia dan sedikitnya 900 rumah terendam hingga sebagian penghuninya mengungsi ke rumah sanak famili.

Korban tewas bernama Efendi (19), karyawan PT Smart (perusahaan kelapa sawit), mengalami tenggelam karena terjebak di cekungan yang airnya meluber.

"Korban ditemukan oleh rekan-rekan kerjanya dalam kondisi sudah tak bernyawa di blok H13 pukul 09.30 Wita," tutur Suratno, anggota Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana (Saltak PB) Tala.

Hingga semalam data korban banjir masih didata. Namun diperkirakan, banjir akan semakin tinggi jika hujan kembali mengguyur wilayah Tala dan sekitarnya.

Suratno mengatakan berdasarkan keterangan yang dihimpun di lapangan, korban tidak bisa berenang. Itu sebabnya, pemuda yang sering dipanggil Hases itu langsung meninggal di tempat kejadian.

Seperti biasa, Jumat pagi kemarin, Hases dalam perjalan menuju kebun. Saat itu ia sendirian, terpisah jauh dari rekan-rekannya. Akibat guyuran hujan lebat sejak Kamis siang, sebagian lokasi lahan perkebunan di PT Smart pun juga tergenang air, termasuk cekungan di wilayah setempat.

"Diperkirakan karena menduga tak begitu dalam, ia nekad melintasi genangan itu. Akhirnya dia tewas tenggelam di situ. Laporan yang kami terima, air bah yang menggenangi cekungan itu mencapai 2 meter," sebut Suratno.

Sementara berdasarkan pantauan BPost, kemarin, ketinggian luapan air di dalam rumah bervariasi mulai selutut hingga setinggi dada orang dewasa. Di RT 5 Desa Asam-Asam Kecamatan Jorong, misalnya, rata-rata rumah warga terendam hingga dua meter, atau setengah tinggi rumah.

Luapan air bah memang tak separah banjir yang terjadi pada 14-16 Juni lalu. Namun luapan air masih bisa bertambah besar jika turun hujan lagi.

"Ini sifatnya situasional. Kalau dalam beberapa hari mendatang hujan lebat masih turun lagi, bisa jadi banjir kali ini sama besar atau bahkan lebih besar dari sebelumnya," kata Suratno lagi.roy

Sunday, July 08, 2007

Lima Rumah Disapu Puting Beliung Karena Panik Cebur ke Danau

Thursday, 05 July 2007 02:04

AMUNTAI, BPOST - Angin puting beliung kembali terjadi di Kabupaten Hulu Sungai Utara Selasa (3/6) malam. Meski tak ada korban jiwa, lima rumah di Desa Pinang Habang Kelurahan Tapus Dalam, Kecamatan Sungai Pandan rusak.

Tiga tiang listrik juga patah. Untungnya, kabelnya tak putus. Rumah yang terkena sapuang angin itu, milik Iderus, Syamli, M Arsyad, Arbain dan Rusmiati.

Rumah Ideris (50) mengalami rusak paling parah. Pengamatan BPost, rumah bernomor 19 RT 11 yang dihuninya bersama istrinya Zakiah dan tiga anaknya itu rusak di bagian atapnya.

Empat dari lima kamar tidur, atapnya terbang sekitar 50 meter. Atap bagian dapur hilang tak bersisa bersama kayu kerangkanya. Atap tersisa di rumah Ideris yang bekerja sebagai petani dan nelayan itu, kini tinggal di bagian kamar tidurnya dan ruang tamu.

Sebelum kejadian listrik di desa itu mati. Hingga Rabu (4/6) siang kemarin, petugas PLN masih sibuk memasang tiga tiang yang patah bagian bawahnya.

Satu tiang PLN dari beton yang roboh, persis berada di depan rumah Iderus. Untungnya, patahan tiang itu tak menimpa rumahnya.

Hj Zakiah (45), istri Iderus menuturkan, malam itu rumahnya dilewati hembusan angin kencang sekitar pukul 19:30 Wita. Ia mendengar suara seperti pohon patah. Saat itu, ia sedang santai bersama anaknya di ruang tamu. Sedangkan suaminya Ideris sedang berzikir.

Putrinya yang merasakan gelagat tak baik, langsung menarik tubuh kedua orangtuanya keluar dari rumah. Saat itulah, Hj Zakiah memilih meloncat ke danau di belakang rumahnya. Sedangkan suaminya menuju ke jalan raya.

"Karena panik, aku menceburkan diri ke danau di belakang rumah. Beberapa detik terdengar petir menggelegar. Kupikir, kami sudah mati," tuturnya.

Malam itu, membuat warga di Desa Pinang Habang geger. Hj Zakiah sempat pingsan lantaran tak kuasa melihat kondisi rumahnya tak beratap lagi. ori


Copyright © 2003 Banjarmasin Post

Monday, July 02, 2007

Sawah Terendam Satu Meter

Monday, 02 July 2007 01:19

MARTAPURA, BPOST - Ribuan hektare sawah di desa-desa Kecamatan Martapura Timur hingga kini mangkrak tidak bisa ditanami. Tingginya air yang merendam sawah, membuat para petani kesulitan untuk mengolah lahan dan menanam padi.

Ihsan Pambakal Desa Akar Baru, Minggu (1/7), mengeluhkan, kondisi yang dialami warganya yang menggantungkan hidup dari bertanam padi. Seluruh sawah di desanya yang mencapai ratusan hektare, hingga kini masih terendam air dengan kedalaman satu meter.

Tidak hanya desanya yang mengalami nasib demikian, seluruh sawah desa-desa di Kecamatan Martapura Timur ini juga masih tenggelam tidak bisa ditanami.

Sawah yang terendam, terbentang dari Desa Tambak Anyar, Tambak Anyar Ulu, Tambak Anyar Ilir, Antasan Senor, Antasan Senor Ilir, Mekar, Melayu Ulu, Melayu Ilir, Melayu Tengah, Akar Begantung, Akar Baru, Dalam Pagar, Dalam Pagar Ulu, Sungai Kitano, Keramat Baru, Pekauman Dalam, Pekauman Ulu serta Desa Pematang Baru. mtb/wid


Copyright © 2003 Banjarmasin Post