Thursday, May 31, 2007

Kabut Asap Mulai Mengancam Dephut Targetkan Tekan Hot Spot 50 Persen

Kamis, 31 Mei 2007
BANJARMASIN,- Tindakan preventif dilakukan jajaran Departemen Kehutanan (Dephut) RI untuk meminimalisir bencana kabut asap yang mulai mengancam negeri ini.

Selain meningkatkan sosialisasi tentang larangan pembakaran saat membuka lahan dan hutan, Dephut bersama pihak terkait juga melakukan deteksi dini untuk menekan titik api (hot spot). Untuk itu, pada tahun 2007 ini Dephut menargetkan mampu menekan 50 persen hot spot dibandingkan tahun 2005 lalu.

“Berdasarkan satelit National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), pada tahun 2005 hot spot secara nasional sebanyak 35 ribu titik. Sedangkan pada tahun 2006 hot spot meningkat menjadi 140 ribu titik. Nah, pada tahun 2007 ini kami optimis mampu menekan 50 persen dibandingkan tahun 2005 lalu,” kata Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan Departemen Kehutanan RI Ir Sonny Partono kepada koran ini pada sela-sela Lokakarya Menggalang Pihak Terkait Dalam Pengendalian Kebakaran Lahan dan Hutan serta Penanggulangan Bencana Asap Tahun 2007, di Hotel Rattan Inn Banjarmasin, kemarin.

Berdasarkan pengalaman sebelumnya, papar Sonny, sebaran hot spot banyak terdapat di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Di antaranya Riau, Kalbar, Sumatera Utara, Kalteng, dan Kalsel. “Berdasarkan deteksi Satelit NOAA pada tahun 2006 lalu, hot spot yang berada di kawasan hutan hanya 40 persen saja, sementara sisanya 60 persen hot spot berada di luar kawasan hutan,” terangnya.

Untuk itulah, lanjut Sonny, pada tahun 2007 ini Dephut terus melakukan langkah-langkah preventif upaya pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan. Salah satunya adalah menggelar lokakarya dengan mengundang berbagai pihak, seperti unsur Muspida tingkat I dan II, Satkorlak, Satlak, dan instansi terkait, untuk menyamakan persepsi dalam pencegahan dan penanggulangan pembakaran hutan. “Dalam sebulan terakhir sudah 3 kali digelar lokakarya. Yang pertama di Jambi, lalu di Pelembang, dan terakhir Kalsel,” ujarnya.

Lantas, bagaimana dengan antisipasi kabut asap di Kalsel? Kepala Dinas Kehutanan Kalsel Ir Suhardi Atmoredjo optimistis pihaknya mampu menekan hot spot di Kalsel 50 persen dibandingkan tahun 2006 lalu. Sekadar gambaran, sebutnya, pada tahun lalu hot spot di Kalsel sebanyak 5.813 titik. Nah, pada 2007 ini pihaknya menargetkan mampu menekan 50 persen dari jumlah tersebut. “Insya Allah, dengan dukungan semua pihak terkait, target tersebut akan terealisasi,” katanya.

Sementara itu, Gubernur Kalsel H Rudy Ariffin mengemukakan, dari 5.813 hot spot yang terdapat di Kalsel, sebanyak 4.228 titik berada di luar kawasan hutan lindung. “Jadi, hanya 1.585 titik yang berada di kawasan hutan lindung,” kata Rudy.

Berdasarkan laporan instansi terkait, sambungnya, sampai 24 Mei 2007 ini sudah terdapat 20 hot spot. “Biasanya kabut asap cukup tebal antara Juli sampai September, karena saat itu intensitas pembakaran lahan dan hutan cukup tinggi,” ujarnya.

Namun demikian, lanjut mantan Bupati Banjar ini, jika dibandingkan dengan Kalbar dan Kalteng, produksi kabut asap di Kalsel lebih kecil. “Pada tahun lalu, kabut asap akibat pembakaran lahan dan hutan tidak begitu banyak dibandingkan Kalbar dan Kalteng,” selorohnya.(sga)

Wednesday, May 30, 2007

Melihat Kesiapan Tagana HSU Menghadapi Bencana Banjir Siaga 24 Jam, Siap Bergerak Bila Banjir Datang

Rabu, 30 Mei 2007
Namanya bencana alam tentu saja datangnya tak pernah diundang. Ketika bencana banjir datang, semua yang dilewatinya pasti diterjang, tanpa peduli jatuhnya korban jiwa dan harta benda. Karena itu, untuk mengantisipasi bencana banjir dibentuklah satuan tugas yang diberi nama Tagana (Taruna Siap Bencana). Bagaimanakah kesiapan Tagana HSU? .

ABI ZARRIN AL GHIFARI, Amuntai

Kabupaten HSU kerap dilanda banjir besar yang menenggelamkan rumah-rumah penduduk. Ini karena posisi HSU sendiri yang berada diapit tiga sungai besar, yaitu Sungai Barito, Sungai Tabalong dan Sungai Balangan.

Hampir tiap tahun warga selalu direpotkan dengan air yang memasuki rumah-rumah mereka. Meski sudah terbiasa dengan acara “wajib tahunan”, warga tentunya tak ingin adanya korban jiwa maupun harta benda.

Taruna Siap Bencana (Tagana) HSU direkrut dan disiapkan dari warga desa masing-masing dari 219 desa yang tersebar di 7 kecamatan di seluruh Kabupaten HSU. Di setiap desa akan direkrut 5 orang anggota Tagana. .

Seperti pada upacara kesiapan 1.300 orang anggota Tagana HSU yang digelar di lapangan Pahlawan Amuntai, Selasa (29/5) kemarin. Dihadapan Pembina Tagana HSU Drs H Fakhruddin MSi, mereka menunjukkan kebolehannya mengantisipasi bencana banjir yang datang mendadak.

Contohnya, seperti saat simulasi penyelamatan yang ditampilkan anggota Tagana HSU. Pada simulasi ini ada sejumlah warga yang terkepung banjir dengan beberapa anggota warga masyarakat yang terjebak banjir, ditambah adanya korban jiwa yang perlu dievakusi secepatnya. Dengan sigap 4 orang anggota Tagana dengan sebuah Landing Craft Rubber (LCR) atau kerap disebut perahu karet mendatangi korban banjir yang terjebak.

Sementara itu, di tengah lapangan, sekitar 20 orang anggota Tagana yang sudah dibekali materi Safety and Rescue (SAR) atau pertolongan dan keselamatan, hanya dengan dalam waktu tak lebih 20 menit berhasil mendirikan 3 tenda peleton.

Simulasi yang dipertontonkan pada upacara kemarin mendapat perhatian penuh sejumlah orang yang hadir. Betapa tidak, dengan waktu tak lebih dari 20 menit, 1 unit dapur umum lengkap sudah berdiri tegak, ditambah satu unit tenda peleton untuk perawatan korban banjir sementara sudah tersedia. Ditambah lagi satu unit tenda peleton sebagai posko induk koordinasi ketika banjir yang secara tiba-tiba menerjang daerah ini.

Pembina Tagana HSU, Drs Hazairin menceritakan bahwa kesiapan Tagana ini memang dirancang untuk mengantisipasi bencana banjir yang kerap datang. Saat ini 8 tenda peleton, 2 unit dapur umum, 2 buah LCR dan 2 buah perahu Dolphin dimiliki oleh Tagana HSU. "Koordinasi cepat, karena tiap desa kita sudah mempunyai 5 anggota yang bergerak cepat ketika bencana datang. Ada sekitar 1.300 lebih anggota Tagana di daerah ini," ujarnya.***

Kalsel Siapkan Pemadam

Wednesday, 30 May 2007 01:49

  • Antisipasi bencana asap
  • 20 Hotspot terdeteksi

BANJARBARU, BPOST - Ancaman asap belum juga berakhir dan masih menghantui warga di Banua. Terbukti, Satelit NOAA-AVHRR (National Oceanic Atmospheric Administration Advanced Very High Resolution Radiometer) telah mendeteksi mulai munculnya titik api (hotspot) di Kalsel.

Untuk mengantisipasi dampaknya pemerintah pusat bakal memberikan alat khusus pemadaman kebakaran lahan Gambut kepada Pemprov Kalsel.

Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Departemen Kehutanan RI, Sony Partono yang kemarin khusus datang ke Kalsel dalam rangkaian pencegahan bencana asap, menjelaskan, Departemen Kehutanan menargetkan penurunan jumlah titik api.

Selama 2007, asap di delapan titik rawan kebakaran lahan dan ancaman kabut asap ditarget menurun 50 persen. Salah satu upaya yang dilakukan, dengan membeli peralatan khusus.

"Pemerintah merencanakan akan menyewa tiga helikopter dan bekerjasama dengan PT Pindat, membeli alat khusus pemadaman kebakaran di lahan gambut yang mirip tank. Salah satunya dioperasikan di Kalsel," tandas Sony.

Program ini meminimalkan titik api menjelang musim kemarau ini tetap pada penyadaran lingkungan, kepada warga yang masih hobi membukaan lahan, baik di dalam kawasan hutan maupun di luar kawasan dengan cara membakar.

Sebagai shock terapi pada pembakar lahan, jika dalam satu bulan ada 100 lebih hot spot ditemukan, pembuka lahan akan diburu dan diperingatkan serta kemungkinan diberi sanksi keras.

Kadishut Kalsel Suhardi, Selama 2006 tadi, jumlah titik api di daerah ini telah melesat bahkan melebihi temuan 2005. Setahun silam, terdapat 1.453 titik. Grafik data kumpulan titik api di Kalsel bahkan terus meningkat tajam dari sebelumnya yang berkisar kurang dari 700 titik.

Dari rekap data hotspot di Dishut, diketahui titik api tertinggi lima tahun terakhir ditemui 2004 tadi yaitu mencapai kisaran 2.000 titik. Sebelumnya, sejak 2002 titik api berkisar pada level 1.000 titik dan paling rendah jumlahnya pada 2005 tadi. niz

Warga Siap-siap Mengungsi Banjir dan tanah longsor ancam Desa Melangkayan

Monday, 28 May 2007 01:43

KOTABARU, BPOST - Warga Desa Melangkayan, Kecamatan Hampang, Kotabaru mulai mengemasi barang. Mereka siap mengungsi jika air bah tiba-tiba datang seperti yang terjadi tahun sebelumnya.

Agus Gadang, tokoh masyarakat setempat, mengatakan, warga trauma dengan peristiwa banjir bandang tahun lalu yang menghanyutkan sebelas rumah. Sehingga, ketika hujan deras terus menerus warga langsung bersiap-siap menyelamatkan diri.

Akhir pekan tadi, warga kembali dikagetkan dengan adanya air bah dan merendam lima rumah dengan ketinggian air sekitar 1,5 meter.

Menurut Agus, luapan air itu membuat beberapa warga yang tinggal di bantaran sungai kini mulai meninggalkan rumahnya dan memilih menumpang di rumah saudaranya yang jauh dari bantaran sungai.

Air bah tersebut juga merusak jalan yang baru selesai dibangun dan Jembatan Melangkayan. Namun, kerusakan jalan dan jembatan tersebut tidak mengganggu aktivitas masyarakat sekitar, karena masih ada jalan dan jembatan alernatif.

Dia memperkirakan air bah itu berasal dari hujan di gunung, dan luapan Bendungan Mayung Tagalin di Desa Limbur Baras.

Bendungan itu kini rusak berat. Alat berat tidak bisa masuk, sehingga untuk memperbaikinya mengandalkan tenaga masyarakat setempat.

Saat banjir bandang 11 Juli tahun lalu, bendungan itu hancur. Batu dan kayu-kayu bendungan itu hanyut ke Sungai Limbur bersama lumpur. Akibatnya, arus sungai terhambat.

Warga khawatir, jika tak segera diperbaiki menggunakan alat berat, bendungan darurat itu kembali jebol. Ratusan rumah di sekitar bendungan itu dipastikan ikut tenggelam.

"Karena arus sungai tak lancar, sehingga air tertahan di bendungan. Rumah kami yang berada di sekitar bendungan itu pasti tenggelam," katanya. dhs


Disarankan Bangun Rumah Lebih Tinggi

Jumat, 25 Mei 2007

MARABAHAN,- Selain melakukan kunjungan dan penyerahan bantuan kepada masyarakat di Kecamatan Kuripan yang terkena banjir kiriman Sungai Barito, Bupati Barito Kuala Drs H Eddy Sukarma juga menyempatkan diri untuk berdialog dengan beberapa tokoh masyarakat. Dialog tersebut berkenaan dengan solusi terhadap ancaman banjir tahunan di daerah tersebut.

Beberapa saran dan antisipasi yang tercetus dalam dialog tersebut cukup menarik. Antara lain; bangunan rumah dibikin lebih tinggi dari yang ada sekarang dan lokasinya lebih ke arah bagian daratan atau tidak berada di tepi sungai.

Begitu pula dengan aktivitas perekonomian warga yang didominasi usaha perikanan, disarankan agar menggalakkan budidaya ikan dengan memakai pola keramba apung. Bukan dalam bentuk kolam ikan, seperti sekarang ini.

Selain itu, untuk tanaman padi, tercetus dalam dialog tersebut untuk menanam padi unggul yang lebih cepat panen. Sebab, jika padi lokal, dipastikan akan mengalami kegagalan karena 6 bulan baru bisa dipanen, sedangkan padi unggul hanya memerlukan waktu sekitar 3 bulan.

Bupati Barito Kuala sendiri memberikan komitmen untuk memprioritaskan pembangunan sarana pra sarana dan permukiman penduduk yang diharapkan semakin ke arah wilayah daratan. (tri)

Rumah Warga Longsor

Jumat, 25 Mei 2007
 

RANTAU ,- Akibat mengalami erosi arus Sungai Tapin, Senin dinihari kemarin, rumah Yamani (50) yang terletak di Desa Jingah Babaris, Kecamatan Tapin Utara longsor dan hanyut dibawa arus sungai beserta seluruh isi rumahnya.

Dijelaskan Yamani, pada saat kejadian terjadi, dirinya sedang tidak tidur di rumah. Hanya isteri dan 2 orang anaknya yang berumur 10 tahun dan 12 tahun saja yang sedang berada di rumah.

Dicertakan, waktu kejadian, isterinya Dasimah (45) sedang tidur nyenyak bersama 2 orang anaknya. Dinihari sekitar pukul 02.00 Wita, Dasimah dikejutkan suara tanah longsor dari bawah rumah yang berada di pinggiran Sungai Tapin. Tanpa berpikir panjang, ia langsung membangunkan 2 orang anaknya dan membawa keluar rumah untuk menyelamatkan diri. ”Detik berikutnya, rumah berukuran 5x5 meter yang terbuat dari kayu itu pun ambruk bersama dengan longsornya tanah di pinggiran sungai Tapin tersebut,” ujar Aman, begitu ia kerap disapa.

Dijelaskan Aman, seluruh bangunan rumah dan perabot miliknya ikut terbawa longsor dan hanyut di sungai. Bahkan beberapa hari sebelumnya dirinya sempat membeli beberapa lembar seng yang juga ikut hanyut dibawa arus sungai yang deras.

Baik Aman dan Dasimah mengaku kalau kejadian ini merupakan musibah yang terjadi di luar perkiraan mereka. Dan mereka pun bersedia direlokasi asalkan dibantu. Untuk sementara ini, Yamini dan Dasimah serta 2 orang anaknya menempati rumah mereka yang berada persis di depan rumah mereka yang longsor.

Dinas PU Kabupaten Tapin dan Dinkesos Tapin usai mendapatkan laporan perihal kejadian yang menimpa salah seorang warganya langsung turun ke lapangan.

Kabid Perairan Dinas PU Tapin H Mastur Adnan mengatakan, desa ini sebenarnya sudah ada proyek penyiringan Sungai Tapin sepanjang 75 meter, yang sedang tengah digarap oleh CV Mutiara Kencana yang nilai proyek mencapai Rp450 juta.

Hingga saat ini pihak pemborong pembangunan siring tersebut masih terus mengerjakan proyek siring di sepanjang Sungai Tapin dengan memasang patok-patok kayu dari kayu galam.

Sementara itu, Satlak PB Kabupaten Tapin melalui ketuanya Sugiri sudah membantu bahan pangan dan seprangkat peralatan dapur. “Usai kejadian kami langsung datang ke lokasi kejadian dan membawa bantuan bahan pangan berupa beras, mie instan, saos, kecap, sarden, dan peralatan dapur, seperti kompor, panci, wajan, sutil, ceret, sedok, hingga piring sudah diserahkan kepada korban,” ujar Sugiri.

Sementara itu, bantuan untuk korban longsor tersebut juga datang dari Camat Tapin Utara H Rajudin Noor SSos yang mendatangi lokasi kejadian dan menyerahkan sumbangan dari dana pribadi yang diserahkan secara spontan.

Akibat kejadian ini, Aman dan Dasimah menderita kerugian berupa sebuah rumah, beserta perabot rumahnya yang ditaksir bernilai Rp7 juta. Namun, untungnya akibat musibah tersebut tidak ada korban jiwa. Namun, akibat musibah longsor ini, masih ada rumah lain lagi, yaitu tetangga dari Aman di kiri dan kanan yang juga dikhawatirkan mengalami hal serupa. Namun, mereka diminta waspada untuk mengantisipasi kejadian tersebut. (nti)


Monday, May 28, 2007

Barito Meluap, 7 Desa Terendam

Rabu, 23 Mei 2007
Radar Banjarmasin


AMUNTAI,- Sedikitnya 356 buah rumah warga di tujuh desa di Kecamatan Danau Panggang, Hulu Sungai Utara (HSU), terendam air akibat meluapnya Sungai Barito yang berhulu di Kalteng.

Tujuh desa tersebut adalah Desa Paminggir, Desa Paminggir Seberang, Desa Sapala, Desa Palbatu, Desa Tampakang, Desa Ambahai, dan Desa Bararawa. Ke tujuh desa yang masuk wilayah Kecamatan Danau Panggang tersebut memang berada dekat Sungai Barito, yang berbatasan langsung dengan Jenamas, Kabupaten Barito Selatan, Kalteng.

Menurut data Kesbanglinmas Pemkab HSU, banjir luapan sungai terbesar di Kalimantan yang membelah dua provinsi ini, air sudah menggenangi rumah-rumah warga sejak Jumat (18/5) pekan tadi. Hingga berita ini diturunkan, air masih merendam rumah-rumah warga, dengan ketinggian bervariasi antaara 10 cm hingga 50 cm. "Rumah warga banyak yang terendam, dan sangat memprihatinkan" ujar H Fathurrahman SSos MSi, Kabag Kesbang Linmas Pemkab HSU.

Namun demikian, paparnya, hingga kemarin belum ada warga ada yang dievakuasi atau diungsikan ke tempat penampung. Pasalnya, banjir serupa hampir tiap tahun melanda desa-desa yang berada di tengah rawa tersebut. "Warga sepertinya sudah terbiasa dengan kejadian seperti ini. Namun begitu, Satlak Penanggulangan Bencana HSU tetap dikirimkan dan selalu stand by 24 jam memantau keadaan," katanya.

Fathurrahman menjelaskan, untuk Desa Paminggir ada 36 buah rumah warga yang terendam, Desa Paminggir Seberang 40 buah rumah, Desa Bararawa 52 rumah, Desa Sapala ada 32 rumah, Desa Tampakang 46 buah rumah, Desa Palbatu tercatat 32 rumah, dan terakhir Desa Ambahai paling banyak rumah yang terendam yaitu berjumlah 118 buah rumah.

Ditambahkannya, sedikitnya 2 tempat ibadah juga ikut terendam beserta jalan desa sepanjang 500 meter ikut terendam luapan Sungai Barito ini. "Saat ini ketinggian air masih belum menyurut, untungnya Sungai Negara yang membelah kota Amuntai tidak ikut meluap, sehingga bisa diharapkan dalam waktu segera air akan surut," ujarnya. (bie)

Sunday, May 27, 2007

Kuripan Disapu Banjir Kiriman 400 Rumah Terendam Air

Selasa, 22 Mei 2007

MARABAHAN,- Air bah kiriman dari hulu Sungai Barito (wilayah Kalimantan Tengah) dan kawasan Hulu Sungai Utara sejak sepekan ini menyapu Kecamatan Kuripan, Kabupaten Barito Kuala. Sedikitnya 400 rumah, 6 surau, dan 1 buah mesjid di empat desa terendam air dengan ketinggian mulai 20 cm hingga 40 cm, sedangkan di jalanan ketinggian air mencapai 1 meter. Banjir kiriman ini merupakan rutinitas yang terjadi setiap tahun di daerah tersebut.

Akibat banjir kiriman tersebut, aktivitas perekonomian masyarakat di empat desa, yaitu Tabatan, Tabatan Baru, Kuripan, dan Jambu Baru, terganggu. Sedangkan lima desa lainnya ketinggian air hanya sebatas mata kaki. Masyarakat yang sebagian besar bekerja sebagai pencari ikan, bertani, dan berkebun, terpaksa menghentikan kegiatannya. Kebanyakan mereka tinggal di rumah saja.

Hingga kemarin, warga yang mengalami musibah tahunan tersebut belum ada yang mengungsi. Mengantisipasi rumah yang terendam, mereka membuat lantai darurat berbentuk apar-apar yang lebih tinggi dari lantai asal.

Sedangkan aktivitas para guru dan siswa-siswi di masing-masing desa itu belum terganggu. Sekolah-sekolah tetap buka, karena bangunannya dengan sistem panggung yang agak tinggi, sehingga air tidak mencapai lantai. Selain sekolah, beberapa pasar di beberapa desa tersebut juga masih melakukan aktivitas.

“Untuk sementara, banjir kiriman belum mengkhawatirkan. Tetapi jika berlangsung lama, kemungkinan aktivitas warga menjadi sangat terganggu,” kata Ijai, salah seorang warga dengan nada khawatir. Sebab, berdasarkan pengamatan warga, ada kecenderungan banjir kiriman tersebut ketinggiannya makin meningkat.

Sekretaris Camat Kuripan Wahyuni SSos mengemukakan, dampak yang muncul akibat banjir kiriman yang sudah berlangsung selama sepekan tersebut memang belum begitu menimbulkan dampak negatif terhadap warga.

Tetapi, ia menyebut di empat desa yang terendam tersebut gejala batuk-batuk dan gatal-gatal sudah ada yang menyerang warga. Namun, untuk serangan diare dan mutaber belum ada warga yang dilaporkan terkena penyakit tersebut. (tri)

Banjar dan Tala Tetap Waspada

Senin, 21 Mei 2007 01:45

  • Banjir masih mengancam

BANJARBARU, BPOST - Stasiun Klimatologi (Staklim) Badan Geofisika dan Meterologi (BMG) Kalimantan Selatan di Banjarbaru, meminta warga Kabupaten Banjar, Tanah Laut (Tala) dan kawasan Banua Enam waspada banjir, karena sampai Juni curah hujan di kedua daerah itu masih tinggi.

Khawatir Sawah Terendam Lagi

Ancaman kembali datangnya banjir membuat petani di Kalsel waswas. Mereka khawatir, sawah yang mulai kering terendam lagi.

Namun petani tetap memiliki harapan masih dapat berproduksi. Salah satunya dengan mengupayakan tata pengairan yang tepat.

Beberapa petani di kawasan Syamsudin Noor misalnya, mengaku kerapkali membenahi tabat untuk pengaturan sistem pengairan di areal sawah mereka. Petani tak mengenal kata bosan menghalau air saat musim penghujan dan menjaga agar sawah tadah hujan mereka tak kekeringan saat musim kering.

"Tetap diusahakan saja tabatnya berfungsi. Kalau berputus asa dan tidak berusaha kan, khawatir terus, sawahnya tidak produksi nanti," ujar Slamet, petani yang mengaku telah dua kali ini gagal tanam karena banjir.

Data Dinas Pertanian Kalsel sampai Maret 2007, seluas. 1.055 hektare lahan pertanian di Kalsel padinya fuso karena lahan terendam air. niz

Kepala Staklim BMG, Sucantika Budi, mengatakan, meski sebagian besar wilayah Kalsel pada pertengahan tahun ini memasuki musim kemarau, namun sifatnya yang basah tetap memunculkan potensi hujan.

"Perkiraan kami, Juni itu masih turun hujan, bahkan banjir masih sangat mungkin terjadi karena curah hujan masih tinggi," katanya, Minggu (20/5).

Menurut Budi, Mei ini sebagian Kalsel sudah memasuki musim kemarau. Namun, tetapi karakteristiknya basah sehingga masih ada hujan di sela-sela kemarau.

Juni mendatang diperkirakan, sebagian wilayah Kabupaten Banjar bagian selatan dan Tanah Laut bagian selatan akan menerima limpahan air hujan di atas normal.

Menurut Budi tak hanya di kawasan itu saja banjir bisa terjadi. Tergantung tutupan lahan di mana hujan turun, apabila tutupannya habis dan berganti menjadi kawasan pertambangan, jelas ancaman banjir lebih besar.

Kondisi cuaca lokal dan global, kata Budi, mempengaruhi dinamika iklim di Kalsel. Kalsel sama halnya dengan berbagai wilayah di Indonesia memiliki variabilitas suhu yang tak menentu.

Satelit pendeteksi gejala alam MBG, ujarnya, sempat menangkap awan dalam jumlah yang sangat besar. Suhu panas akan memunculkan awan potensi hujan yang bisa turun sewaktu-waktu.

Namun, bukan berarti ini mengubah posisi musim. Sama halnya dengan 2006, kemarau yang benar-benar kering tanpa hujan terjadi sekitar Agustus atau September. niz

Friday, May 11, 2007

Bersama Kita Tanggulangi Banjir

Sabtu, 12 Mei 2007 00:38

Hal ini diperparah lagi oleh terlalu banyak kebijakan yang lahir tanpa melalui pertimbangan kemanusiaan.

Oleh:
M Nur Iman Ridwan SSos MSi
Staf Pengajar Prodi Administrasi Negara Fisip Unlam

Banjir di banua kita sangat sering terjadi. Bahkan dalam 2007 ini saja, beberapa kabupaten/kota mengalami sedikitnya dua sampai tiga kali kebanjiran. Seperti yang dialami Kabupaten HST, HSS dan Tanah Bumbu, pekan lalu. Walaupun diberitakan bahwa banjir yang terjadi di wilayah tersebut telah surut, bukan berarti kewaspadaan dan perhatian dari semua pihak harus menurun. Kenapa? Banjir masih mengintai dan mengancam banua kita, karena beberapa daerah masih berpotensi banjir seperti HSU dan HSS yang saat ini Sungai Negara, Tabalong dan Balangan di Kabupaten HSU meluap. Apalagi status DAS Balangan dalam kondisi kritis.

Persoalan banjir memang tidak mengenal batas administratif suatu daerah. Bahkan diduga, salah satu penyebab banjir yang terjadi di daerah hilir seperti HSU dan HSS merupakan dampak dari rusaknya hutan di Kabupaten Tabalong dan Balangan. Sayangnya, dalam pengelolaan banjir masih bekerja sendiri-sendiri sehingga tidak efektif. Juga tidak ada tindakan nyata dari pemerintah provinsi untuk memfasilitasinya, khususnya penanggulangan banjir dalam jangka panjang. Ironisnya lagi, dana untuk penanggulangan bencana terkadang dianggarkan pada APBD dalam porsi kecil sehingga cepat habis dan upaya recovery (pemulihan) hampir tidak pernah dilaksanakan. Bahkan ada kesan ‘biar masyarakat yang memikirkan’.

Di sisi lain, banjir bukan hanya menyebabkan sawah tergenang sehingga tidak dapat dipanen dan meluluhlantakkan perumahan dan permukiman. Tetapi juga merusak fasilitas pelayanan sosial ekonomi masyarakat dan prasarana publik, bahkan menelan korban jiwa. Kerugian semakin besar jika kegiatan ekonomi dan pemerintahan terganggu, bahkan terhenti. Meskipun partisipasi masyarakat dalam penanggulangan banjir sangat nyata, terutama aktivitas tanggap darurat. Namun, banjir menyebabkan tambahan beban keuangan negara terutama untuk merehabilitasi dan memulihkan fungsi parasana publik yang rusak.

Hal ini diperparah lagi oleh terlalu banyak kebijakan yang lahir tanpa melalui pertimbangan kemanusiaan. Melainkan hanya demi peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan ego kedaerahan, sehingga buah dari kebijakan ini yang sering membawa musibah ‘beruntun’ bagi publik.

Agenda ke depan

Agenda ke depan selain perlu merancang solusi jangka pendek terhadap korban banjir, seperti bantuan tanggap darurat (pangan dan sandang), tidak kalah penting adalah upaya strategis yang bersifat jangka panjang. Tanpa ada penanganan yang bersifat mendasar, maka kerugian publik dan keuangan negara akan semakin membesar setiap tahun. Untuk itu, penanggulangan banjir ke depan harus diawali dari komitmen pembuat kebijakan di daerah ini untuk bertekad agar dampak banjir dapat diminimalisasi. Syukur-syukur dapat menjadikan banua ini sebagai daerah bebas banjir.

Ajakan Bupati HSS agar semua pihak dapat duduk bersama membicarakan persoalan bencana ini (BPost, 9 Mei 2007), harus direspon oleh semua kepala daerah khususnya bupati Tabalong, Balangan, HST dan HSU yang daerahnya berada di hulu dan hilir. Hal ini sangat penting dalam kerangka keterpaduan pembangunan/kebijakan dalam penanggulangan bencana antara hulu dan hilir. Termasuk penting untuk membicarakan persoalan One River, One Plan, One Integrated Management (pengelolaan dan pengembangan DAS terpadu), menginventarisasi peraturan daerah ataupun kebijakan yang dianggap berpotensi menimbulkan bencana alam (biasanya terkait erat dengan masalah pengelolaan SDA, IMB dan Amdal).

Jangan sampai Kalsel yang sekarang tersenyum, pada masa mendatang menangis. Jangan sampai Kalsel yang sekarang kaya hasil tambang (walaupun lebih banyak dinikmati pemerintah pusat) dan bumi menjadi daerah miskin, akibat eksplorasi SDA yang berlebihan sehingga menyebabkan rawan bencana berkepanjangan. Lakukanlah sebelum semuanya terlambat dan menimbulkan dampak yang lebih mengerikan.

1.346 Ha Lahan Terendam 20 Hektare Dinyatakan Puso

Radar Banjarmasin, Kamis, 10 Mei 2007
BARABAI – Dampak banjir yang melanda beberapa kecamatan di Kabupaten Hulu Sungai Tengah sungguh merisaukan petani. Bagaimana tidak, dari 1.346 hektare yang terendam, 20 hektare diantaranya puso.

Menurut Kadis Pertanian dan Agribisnis Fauzi Mahfoed, sampai kemarin dari hasil laporan petugas di lapangan padi puso terdapat di Kecamatan Haruyan dan Labuan Amas Utara. “Dua kecamatan itu termasuk yang paling parah kena dampak banjir,” katanya kepada Radar Banjarmasin, kemarin.

Selain terkena puso, di dua kecamatan tersebut luasan sawah yang terendam mencapai 779 hektare. Sisanya, ada di Kecamatan Pandawan 372 hektare, Batang Alai Utara 50 hektare, Labuan Amas Utara 50 hektare, dan Batu Benawa 95 hektare. Rata-rata, ungkap mantan Wakil Kepala Dinas Pertanian Provinsi ini, tanaman yang terkena tersebut berusia 3 sampai 4 bulan, sebagian lainnya masih dalam tahap persemaian.

Selain merusak tanaman padi petani, banjir juga membuat beberapa jembatan putus dan ruas jalan banyak yang rusak. Seperti di Kecamatan Haruyan, dilaporkan sedikitnya dua jembatan terputus. Akibatnya akses masyarakat menjadi terganggu. “Kami terus menginvestaris kerusakan jembatan dan jalan,” ujar Asisten II Bidang Kesra dan Ekonomi Syahriali Bangsawan saat ditemui di ruang kerjanya, kemarin.

Terkait jalan yang longsor, sambung Syahriali, Dinas PU dan Bangwil telah mengerahkan sejumlah alat berat, seperti exavator dan dozer. Mengenai kerusakan tanaman padi milik petani, dinas terkait mengupayakan mengajukan usulan bantuan dana ke Pusat. “Jadinya pada musim tanam berikutnya para petani yang tanamannya puso akan diganti pemerintah,” ujar mantan Sekretaris Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemberdayaan Perempuan Kalsel ini.

Bagaimana dengan sekolah? Diakui Kepala Dinas Pendidikan Akhmad Tamzil, dampak banjir memang tidak membuat kerusakan pada sekolah. Di kawasan perkotaan ada tiga sekolah yang sempat diliburkan. Untuk di kecamatan hanya sedikit, itupun pada kecamatan yang parah kena banjir, seperti di Haruyan. Kemungkinan bila pun ada yang terendam, hanya membuat kerusakan ringan. Seperti cat saja terkelupas. Menangani itu, Disdik sudah meminta kepada kepala sekolah memperbaikinya secara mandiri. (why)


Tuesday, May 08, 2007

Dua Desa Terendam Banjir Selaru dan Sungai Pasir dapat Air Kiriman

Rabu, 9 Mei 2007


Radar Banjarmasin
KOTABARU ,- Akibat hujan deras sepanjang hari, dua desa di Kecamatan Pulau Laut Tengah, yaitu Desa Selaru dan Sungai Pasir, terendam banjir. Bahkan kedalaman air mencapai 1 meter dan menenggelamkan ruas jalan raya yang melewati kawasan dua desa tersebut.

Hujan yang terus berlangsung sejak Sabtu (5/5) sampai hari Minggu (6/5) itu membuat air mulai meninggi. Hingga akhirnya, luapan air dari gunung yang mengalir deras itu mengakibatkan rumah-rumah penduduk terendam air sampai lutut orang dewasa. Datangnya banjir pun tidak diduga-duga warga, karena saat air mulai naik warga dua desa tersebut masih terlelap tidur.

"Saat banjir datang kami masih tertidur. Kami baru tahu sekitar pukul empat dini hari. Ketika terbangun saya melihat kompor di warung istri saya hanyut dibawa air dan sepeda yang ada di gudang roboh dan mengapung," ujar Kepala Desa Sungai Pasir Haderansyah kepada wartawan, kemarin.

Melihat harta bendanya hanyut terbawa air, kepala desa itu langsung berusaha menyelamatkan harta bendanya yang masih tersisa dan masih bisa diselamatkan. Seperti surat menyurat dan barang-barang elektronik ke tempat yang lebih tinggi, karena hujan tidak berhenti sehingga air terus meninggi.

Untung saja hujan selanjutnya tidak begitu deras dan air luapan dari gunung mengalir deras ke laut sehingga genangan air berangsur-angsur menurun. "Yang cukup membahagiakan, kami sudah melakukan panen tahun ini, sehingga tanaman padi tidak ada yang rusak dan warga tidak banyak mengalami kerugian akibat banjir kiriman ini," katanya.

Air bah yang menerjang desa tersebut berasal dari Gunung Jambangan dan Gunung Samiaran. Sedikitnya 20 rumah penduduk di Desa Sungai Pasir terendam oleh banjir yang berlangsung sekitar 12 jam itu.

Pada saat yang sama banjir juga terjadi di Desa Selaru, yang berjarak sekitar 30 km dari Sungai Pasir. Banjir di Selaru tampak lebih parah, karena ketinggian air lebih tinggi dari pada Desa Sungai Pasir.

Menurut data dari Kepala Desa Selaru Abdul Malik, jumlah rumah yang terendam tidak kurang dari 40 buah rumah. Fasilitas umum yang juga ikut terendam seperti sebuah masjid dan sebuah poliklinik desa.

Sama seperti yang dialami warga Desa Sungai Pasir, warga Desa Selaru juga tidak menyangka akan datangnya air bah yang datang secara tiba-tiba itu. Karena selama ini Desa Selaru tidak pernah terkena banjir dan selalu aman dari bencana ini.

"Selama puluhan tahun tinggal di desa ini, baru kali ini rumah saya terkena banjir," ujar seorang ibu, sambil membenahi barang-barangnya yang tercecer akibat banjir.

Akibat banjir tersebut jalan raya di Desa Selaru terendam air yang mengalir deras. Beberapa mobil harus antre melewati jalan yang terendam air setinggi sekitar satu meter itu. Sedangkan sepeda motor harus dituntun dan dibantu masyarakat sekitar untuk melewati jalan agar tidak terseret arus deras.

Banjir yang pertama kali terjadi ini diyakini oleh warga adalah akibat dari penggundulan hutan dan pengalihfungsian hutan. "Air bah kiriman dari Gunung Aru. Karena di sana pohon-pohonnya sudah banyak yang ditebangi oleh masyarakat, dan sebagian hutannya jadi perkebunan kelapa sawit. Dulunya kawasan tersebut adalah daerah tangkapan air, tapi sekarang ini sudah tidak lagi. Akibatnya air langsung turun dan menenggelamkan beberapa desa yang ada di bawahnya.

Camat Pulau Laut Tengah Sultan Syahril S.Sos, ketika meninjau desa-desa yang terendam banjir menyatakan bersyukur tidak ada korban jiwa dalam musibah tersebut dan genangan air cepat menurun, sehingga masyarakat tidak harus mengungsi dan masih bisa tinggal di rumahnya masing-masing.

"Untuk banjir ini kita tidak akan membangun posko, karena warga sudah bisa melanjutkan aktivitasnya dan tetap tinggal di rumahnya masing-masing karena genangan air sudah turun," ujarnya seraya berharap tidak lagi mengalami musibah yang sama. (ins)

Rumdin PNS di Murung Rawan Banjir

Selasa, 8 Mei 2007
Radar Banjarmasin

TANJUNG,- Saban kali musim penghujan yang mengguyur tiada henti, musibah banjir selalu mengancam sekitar wilayah Kabupaten Tabalong dan tak terkecuali dengan warga pinggiran Sungai Tabalong di Jl Putri Jaleha Murung, Kelurahan Tanjung, Kecamatan Tanjung.

Sebagaimana rumah warga yang kontruksi bangunannya mayoritas terbuat dari kayu, lalu kerab terendam air bilamana musim penghujan. Kondisi tak jauh berbeda dialami pula oleh para PNS dan polisi yang menempati rumdin dan asrama.

Kendati tak pernah lepas dari intaian musibah banjir, masyarakat setempat tak berkeinginan untuk pindah. Ironisnya, rumah dinas milik Pemkab Tabalong dan asrama anggota Polres Tabalong berada di kawasan tersebut.

Seakan sudah terbiasa dengan kebanjiran, maka warga telah mengantisipasinya. Yakni membangun rumah bertingkat, sedang rumdin dan asrama dianggap agak jauh dari bantaran Sungai Tabalong.

Kabag Umum dan Perlengkapan Setda Tabalong Syaiful Ikhwan SIP MSi menyatakan, sepengetahuan dia tidak ada Pemkab Tabalong menganggarkan untuk melakukan relokasi pemindahan rumdin.

“Mungkin dulu Korpri ada rencana pembangunan rumdin di Mabuun untuk disediakan bagi PNS, tapi selama saya menjabat hingga sekarang tidak pernah terdengar realisasinya. Begitu pun mengenai relokasi rumdin di Murung,” kata mantan Camat Tanjung ini.

Sebagai ganti tidak ada pelaksanaan relokasi, Pemkab Tabalong telah melakukan rehab rumdin di Murung. Rumdin yang bagai bedakan itu mendapatkan perbaikan di bagian atap dan dinding. (day)

Luapan Sungai HSU Ancam HSS

Rabu, 09 Mei 2007 01:39

AMUNTAI, BPOST - Tingginya curah hujan di Amuntai dan sejumlah wilayah di Kab Hulu Sungai Utara (HSU) beberapa hari ini, membuat Sungai Negara, Tabalong dan Sungai Balangan di Kabupaten Hulu Sungai Utara mulai meluap.

Luapan ini bukan hanya mengancam banjir untuk sejumlah pemukiman di Daerah Aliran Sungai (DAS) di kab itu, namun juga akan sampai ke wilayah kabupaten tetangganya yaitu Hulu Sungai Selatan (HSS).

Sampai Selasa (8/5), rendaman air memang baru menggenangi pekarangan rumah warga dan beberapa ruas jalan kabupaten maupun provinsi. Kendati demikian, beberapa pemukiman warga di DAS seperti Palampitan Hulu dan Desa Tambalangan yang menjadi langganan banjir, khawatir dan mulai mengamankan perabot-perabot mereka.

Air naik ini juga membuat pekarangan Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah Ukhuwah di Kecamatan Banjang juga kembali terendam. Akibatnya, siswa terpaksa memarkirkan sepeda pancal mereka di halaman rumah warga bahkan ada yang di bahu jalan protokol.

Mulai melupanya beberapa sungai di kabupaten HSU, bupati Drs H Fakhruddin, memperingatkan warganya supaya lebih berhati-hati dan mewaspadai banjir yang ketiga kali selama di tahun 2007 ini.

Sungai Nagara

Meluapnya sungai-sungai di HSU ini membuat Sungai Nagara tak mampu menampung debit air kiriman banjir kabupaten tetangga di Banua Enam maupun hulu DAS Barito di Kalteng.

Dalam sehari atau dua hari setelah banjir di kabupaten tetangga, warga HSS memastikan debit air Sungai Nagara bakal naik secara drastis dan kembali merendam rumah penduduk di bantarannya. Bupati HSS Dr HM Safi’i saat dikonfirmasi Selasa (8/5) meminta semua pihak untuk duduk bersama membicarakan bencana ini, pasalnya penyebab terjadi banjir di HSS karena kabupaten tertua ini merupakan daerah tampungan air daerah lain selama ini.

"Dari 180 ribu kilometer luas HSS, 54 persennya atau seluas 90 ribu kilometer persegi terdiri daerah rawa. Artinya, mayoritas daerah HSS merupakan tampungan debit air yang meluap di sungai kabupaten lain," jelas Safi’i.ori/ary


BOCAH KORBAN BANJIR HSS DITEMUKAN "Kubalik, Ternyata Jenazah Shinta"

Rabu, 09 Mei 2007 03:10

Dua kelopak mata Ny Masriyah (45), tampak berkantung. Selasa (8/5) dinihari itu, ia hanya bisa memandangi jenazah anaknya, M Andi (4), yang sudah kaku. Ia pun terpaksa melepas pakaian yang masih menempel di tubuh sang anak menggunakan gunting.

Beberapa jam sebelumnya, M Andi, salah satu bocah korban banjir meluapnya Sungai Hamak Timur di Kecamatan Telaga Langsat, Hulu Sungai Selatan (HSS), ditemukan sekitar lima kilometer dari lokasi tenggelam. Bocah malang itu ditemukan tak bernyawa dalam keadaan mengapung di atas sungai. Atas kesepakatan keluarga, Selasa dinihari, jenazahnya dimakamkan di Pekuburan Muslimin setempat.

Hingga siang kemarin, suasana duka masih menyelimuti keluarga Mahyuddin (45) yang tinggal di Dusun Datar Kapayang, Hamak Timur itu. Di sela-sela kesibukannya, sang istri, Ny Masriyah, mengaku sangat terpukul dengan musibah yang menimpa bungsunya.

Dikisahkan, Senin pagi, dirinya sedang mencuci di belakang rumah. Sedangkan Andi beserta Sani, Shinta Maryam, Ari, Abidin, dan Eka, bermain-main di pinggiran sungai. Jarak rumahnya dengan bantaran sungai sekitar 80 meter.

Karena kondisi arus deras, ia sempat dua kali mendatangi anaknya dan kemudian pulang lagi untuk melanjutkan bekerja. "Saat saya datangi kali kedua, mereka masih main di pinggiran sungai bahkan belum menceburkan diri," ungkapnya.

Namun nahas, sekitar pukul 09.00 Wita ketika ia kembali mendatanginya, para bocah itu sudah tak terlihat, kecuali Ari (4) yang didapatinya sedang menangis di pinggir sungai.

Seribu kekhawatiran menaungi kepalanya. Apalagi ia merasakan aliran sungai telah pasang. Dengan refleks ia menarik tubuh Ari ke daratan agar tak terseret arus. Kepada sang bocah, ia kemudian menanyakan segala sesuatu yang terjadi sebelumnya.

Dari cerita Ari itulah, ia mendapat cerita bahwa rekan- rekannya, terutama Andi, Shinta dan Sani terbawa arus sungai. Tanpa berpikir panjang, Ny Masriyah langsung ikut menceburkan diri ke sungai untuk mencari anaknya yang hilang. Ia berenang di sepanjang aliran sungai di kampung setempat hingga kemudian sempat menemukan sesosok mayat bocah yang mengapung.

Sesosok jasad bocah itu kemudian dibawanya ke daratan. Saat dibalik ternyata itu mayat Shinta (3), anak tetangganya. "Saat itu tak ada orang yang tahu kejadianya kecuali saya, lalu saya letakkan lagi jasad Sinta di tepi sungai dan kembali berenang," terangnya.

Sampai tiga kilometer ia menyusuri sungai, namun tak kunjung menemukan anaknya. Masriyah hampir saja pingsan akibat kelelahan. Ia kemudian naik ke daratan dan memberitahukan kabar tersebut ke warga lain.

Dari siang hingga malam sebagian besar warga ikut terjun ke sungai mencari keberadaan para bocah. Warga yang dibantu polisi kemudian menemukan Sani (3,5) dan terakhir, Andi pada tengah malam.

Suka Digendong

Hati Ny Masriyah bertambah hancur ketika mengingat kelincahan Andi selama ini. Apalagi anaknya ini memang dekat dengannya dan sering minta digendong.

"Dia belum bisa renang apalagi dia selalu sama saya kalau keluar kecuali pada hari itu," cerita Masriyah.

Karena itulah saat jenazahnya ditemukan, pakaiannya masih lengkap menempel di badan. Berbeda dengan tubuh dua korban lainnya, Sani dan Sinta, mereka dalam keadaan telanjang. Andi diduga hanya ikut-ikutan menceburkan diri ke sungai padahal dia belum pernah melakukannya.

Ny Masriyah mengaku sempat menerima firasat dari anaknya. Waktu itu bungsunya ini berkata, kalau Andi nanti mati, ibu akan punya anak lagi. Namun, kala itu Ny Masriyah tak mengerti maksudnya. Sampai akhirnya Andi meninggal, kata-kata itu masih terngiang di telinga.

Andi yang lahirkan 23 Juni 2003, merupakan bungsu dari tiga bersaudara. Anak bungsunya itu juga belum kesampaian untuk difoto sebagai album keluarga. "Kami tak punya fotonya kecuali ada foto Andi waktu ada keluarga pengantinan di Sungai Raya HSS, tapi di rumah kami tak ada foto dia," kata Mahyuddin menimpali. ahmad arya

Monday, May 07, 2007

Musim Hujan Banjir Masih Landa Sulawesi dan Kalimantan

Selasa, 08 Mei 2007

 

Palu, Kompas - Belum lagi banjir di Morowali, Sulawesi Tengah, menyusut, Kota Palu, ibu kota provinsi tersebut, dilanda banjir pula. Rangkaian bencana alam tersebut mengikuti fenomena banjir yang juga melanda Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan, dalam lima bulan terakhir.

Hujan deras terus-menerus selama dua hari, Sabtu-Minggu (5-6/5) di Kota Palu, mengakibatkan 10 kelurahan di kota itu tergenang air. Sedikitnya 1.000 rumah terendam dan 5.000 warga mengungsi.

Banjir terjadi akibat Sungai Palu yang membelah Kota Palu tidak mampu menampung air hujan yang turun sejak Sabtu pagi. Beberapa bagian tanggul Sungai Palu jebol dan air meluap ke rumah-rumah warga yang berada di bantaran sungai.

Wakil Wali Kota Palu Suardin Suebo, Senin (7/5), mengatakan, sampai kemarin malam sedikitnya 10 kelurahan di Kota Palu masih terendam setinggi 50 sentimeter sampai 1,5 meter. Bahkan, di beberapa tempat, ketinggian air mencapai dua meter.

Pemerintah Kota Palu, kata Suardin, telah mendirikan sejumlah posko untuk menampung bantuan dari masyarakat. Pemerintah Kota Palu juga menyalurkan bantuan berupa makanan, minuman mineral, dan obat-obatan. "Kami masih mengharapkan bantuan dari berbagai pihak. Banjir kali ini cukup besar," kata Suardin.

Selain membanjiri Kota Palu, luapan Sungai Palu juga membanjiri tiga kecamatan di Kabupaten Donggala.

Sementara itu, banjir yang melanda Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan (500 kilometer utara Makassar), sejak Januari hingga Mei ini menyebabkan stok beras setempat habis. Pengungsi saat ini mulai kekurangan bahan makanan dan obat-obatan.

Banjir di Luwu Utara terjadi sejak Januari lalu. Pernah surut, tetapi tidak lama, lalu datang lagi. Begitu seterusnya. Pengungsi sudah kekurangan bahan makanan dan obat-obatan. Sebenarnya, sebagian sudah mulai pulang akhir April lalu. Namun, banjir susulan yang datang sejak 5 Mei membuat mereka terpaksa kembali mengungsi.

Di Morowali, Sulawesi Tengah, warga transmigran di Kecamatan Petasia minta direlokasi karena permukiman mereka berada di daerah rawan banjir.

Kalimantan

Di Kalimantan, secara umum banjir mulai surut meski di sejumlah tempat masih terdapat genangan. Sejumlah desa di Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur, misalnya, sudah terbebas dari luapan Sungai Mahakam. Begitu juga dengan desa-desa di Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Provinsi Kalimantan Selatan.

Akan tetapi, ketika sungai sudah surut, kemarin tiga bocah justru terseret arus Sungai Mandala. Dua bocah ditemukan tewas dan seorang lagi masih dicari.

Di Kalimantan Tengah, naiknya permukaan Sungai Barito menyebabkan kapal-kapal pengangkut batu bara tak bisa melintasi kolong Jembatan Hasan Basri di Muara Teweh. Akibatnya, sejumlah perusahaan tambang mengaku rugi sampai Rp 1,2 miliar dalam lima hari terakhir. (REI/REN/BRO/FUL/CAS)

Sunday, May 06, 2007

Banjir Landa Kalimantan Permukiman di Tepi Sungai Sebaiknya Direlokasi

Senin, 07 Mei 2007

Kandangan, Kompas - Luapan beberapa sungai, terutama di bagian hulu, mengakibatkan banjir di sejumlah kabupaten di Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur dalam beberapa hari terakhir. Di Kalsel, banjir yang cukup luas menimpa Kandangan, ibu kota Kabupaten Hulu Sungai Selatan.

Banjir di Kandangan mencapai ketinggian hingga 1,5 meter akibat luapan air Sungai Amandit yang membelah kota. Menurut Khairuddin, pejabat Dinas Sosial Hulu Sungai Selatan, banjir terjadi akibat hujan lebat yang terus mengguyur selama 15 jam lebih.

Minggu (6/5), sebagian besar warga di Kandangan yang menjadi korban banjir masih bertahan di rumah masing-masing. Mereka umumnya menyelamatkan barang dengan meletakkannya di tempat yang lebih tinggi, seperti di atas lemari atau panggung-panggung papan yang sengaja dibuat di dalam rumah.

Beberapa warga juga menyiapkan perahu dan batang pisang di depan rumah. Dengan sarana sederhana itulah warga akan mengevakuasi diri jika banjir terus meninggi. Akhir bulan Februari lalu sebagian Kandangan juga banjir akibat luapan Sungai Amandit.

Di Hulu Sungai Tengah, banjir setinggi lebih dari 1 meter di Kecamatan Haruyan merendam permukiman, kantor pemerintah, kantor polisi, dan sarana umum lainnya. "Sementara ini banjir baru di wilayah Haruyan. Banjir ini adalah yang kedua setelah dua bulan lalu," kata Kepala Kepolisian Resor Hulu Sungai Tengah Ajun Komisaris Besar Eko Krismianto.

Sungai Balangan di Kabupaten Balangan juga meluap dan merendam Kecamatan Juai. Tim Taruna Siaga Banjir telah diturunkan ke kecamatan itu.

Kutai Barat

Di Kutai Barat, Kaltim, banjir luapan Sungai Mahakam masih melanda beberapa kecamatan sejak sepekan lalu. Menurut M Yasir, Camat Melak, banjir kali ini melimpas 19 dari 21 kecamatan di Kutai Barat dengan ketinggian 1-3 meter.

"Air baru turun 1 sentimeter di Melak," kata Yasir. Dia menjelaskan, puluhan rumah di wilayah itu nyaris tenggelam sehingga para penghuninya mengungsi ke rumah kerabat di tempat yang lebih tinggi.

"Sekolah terpaksa diliburkan, kecuali murid kelas VI yang akan mengikuti ujian sekolah," kata Yasir lagi. Aktivitas para siswa juga dipindahkan ke sekolah lain yang tidak kebanjiran.

Untuk meringankan penderitaan para korban, pemerintah setempat memberi bantuan beras 10 kilogram per keluarga beserta uang Rp 25.000.

Menurut Yasir, banjir yang terjadi setiap tahun sejak puluhan tahun silam selalu mengganggu aktivitas sosial ekonomi warga. Karena itu, menurut dia, relokasi permukiman yang berada di tepian sungai merupakan solusi terbaik atas persoalan tersebut.

Kalteng

Di Kalteng, luapan air Sungai Barito bagian hulu merendam ratusan rumah di Kabupaten Murung Raya dan Barito Utara dalam tiga hari terakhir. Menurut Camat Laung Tuhup Syahrial, 235 rumah di kecamatan itu tergenang air hingga 1 meter.

"Untuk sementara belum ada warga yang mengungsi. Banjir luapan Barito terjadi tiap tahun," kata Syahrial.

Di Barito Utara banjir setinggi hingga 1 meter merendam sekitar 500 rumah di Kecamatan Teweh Tengah, Montallat, dan Lahei. "Genangan air sempat turun, tapi Minggu ini hujan masih turun di Muara Teweh," kata Etho, warga Muara Teweh.

Sejumlah ponton pengangkut batu bara dari tambang di pedalaman juga tidak dapat menghilir dan terpaksa buang jangkar di Muara Teweh karena permukaan Sungai Barito yang meninggi membuat rentang kolong Jembatan Hasan Basri tidak cukup tinggi untuk dilewati.

Gubernur Kalteng Agustin Teras Narang mengatakan bahwa bantuan telah disiapkan bagi warga korban banjir di Murung Raya, Barito Utara, dan Barito Selatan.

SUNGAI AMANDIT DAN HARUYAN MELUAP Lansia Dievakuasi dengan Perahu

Senin, 07 Mei 2007 02:42

KANDANGAN, BPOST - Hujan deras selama dua hari menyebabkan Sungai Amandit di Hulu Sungai Selatan (HSS) dan Sungai Haruyan di Hulu Sungai Tengah (HST) meluap. Kedua kabupaten bertetangga itu pun dilanda banjir.

Akibat luapan air yang terjadi sejak Minggu (6/5) dinihari itu, sekitar 2.000 rumah terendam. Ketinggian air mencapai sepundak orang dewasa.

Di HSS banjir terparah terjadi di Kecamatan Angkinang dan Kandangan Kota. Diperkirakan sedikitnya 500 warga di sana terpaksa mengungsi ke rumah-rumah penduduk yang dianggap aman.

Ratusan rumah di sepanjang bantaran Sungai Amandit memang menjadi wilayah terparah. Misalnya Desa Muara Banta, Kandangan Hulu, Palantingan hingga daerah padat pemukiman seperti Pulau Nagara, Pulau Sepakat dan Pulau Ringgit.

Pusat kota Kandangan pun tak luput dari terjangan banjir. Akibatnya, Madrasah Darul Ulum di Jl Singakarsa yang biasanya tidak libur pada hari Minggu terpaksa parai karena ruangan kelas terendam air. Nasib serupa dialami SDN Baluti I dan Kandangan Kota II.

Sementara itu, di daerah pegunungan Kecamatan Loksado, air jeram Amandit meluap drastis. Puluhan pohon bertumbangan ke sungai akibat tebing longsor. Namun, sejauh ini belum diperoleh keterangan adanya korban jiwa.

Banjir kali ini merupakan kali kedua selama tahun 2007. Sebelumnya pada Februari 2007 lalu, 1.895 rumah terendam dan 1.000 hektare sawah rusak.

Musibah itu terjadi, selain karena luapan air sungai, dipengaruhi pula buruknya sistem drainase, terutama di wilayah perkotaan. Sejumlah drainase di permukiman warga tak mampu menampung air hujan hingga meluber ke jalanan.

Menyikapi banjir tersebut, petugas Dinkessos mendirikan posko banjir di Kantor Bupati HSS dan Kantor Dinkessos. Namun sampai petang kemarin belum ada pembagian bantuan makanan. Sedangkan Bupati HSS, HM Safi’i serta Wabup Bahdar Djoehan juga telah melakukan peninjauan.

Kabid Bantuan Kesejahteraan Sosial, Hairuddin, mengatakan, pihaknya masih menunggu instruksi untuk membuka dapur umum maupun memberikan bantuan tanggap darurat.

Seperti halnya nasib tetangganya, HSS, banjir di HST terparah menerjang Desa Pengambau Dalam dan Pengambau Hilir, dan Pengambau Luar, Kecamatan Haruyan. Ketinggian air sekitar satu meter.

Tim Resque 654 Murakata terpaksa minta bantuan Taruna Siaga Bencana (Tagana) Amuntai karena kewalahan menanganinya warga yang ingin mengungsi. "Itulah kelemahan kita di sini, kita tidak punya perahu karet, makanya terpaksa minta bantuan Tagana," ujar Barap HS, Ketua resque 654 Murakata.

Sementara menunggu datangnya bantuan dari Amuntai, tim resque mencoba mengevakuasi warga yang terjebak banjir, terutama para kaum lanjut usia (lansia). ary/yud

Friday, May 04, 2007

Korban Puting Beliung Dibantu

Selasa, 1 Mei 2007
Radar Banjarmasin


MARABAHAN ,- Tiga warga di Desa Tebing Rimbah Rai V yang rumahnya menjadi korban angin puting beliung, 25 April 2007 lalu bisa berlega hati. Kesusahan yang mereka alami akhirnya didengar Bupati Barito Kuala Drs H Eddy Sukarma.

Baru-baru tadi, orang nomor satu di bumi Selidah berkenan memberikan bantuan untuk perbaikan rumah. Kastono mendapatkan Rp 1,5 juta karena rumahnya yang mengalami kerusakan paling parah, Warsan mendapat bantuan Rp 750 ribu, dan Najib mendapatkan Rp 750 ribu.

“Harap bantuan tersebut jangan dipandang nilainya, tetapi semoga bantuan tersebut bisa meringankan kesusahan yang dialami warga akibat terkena angin puting beliung,” kata Eddy. (tri)

Jalan Desa Tambalang Rusak Berat

Selasa, 01 Mei 2007 01:23

Amuntai, BPost
Sepanjang 300 meter jalan kabupaten di Desa Tambalang Kecil Kecamatan Sungai Pandan, Hulu Sungai Utara, kini mengalami rusak parah. Kerusakan lebih parah setelah jalan beraspal itu terendam akibat banjir kiriman belum lama tadi.

Pantauan BPost belum lama tadi, sekitar 2,5 km panjang jalan Desa Tambalang, dari Desa Teluk Batung, Tambalang Kecil hingga ke Tambalang Tengah, mengalami kerusakan.

Kerusakan terparah terletak di Desa Tambalang Kecil di RT3, sepanjang 300 meter jalan desa beraspal. Padahal baru saja selesai dikerjakan 2006, namun sudah banyak yang berlubang dan bergelombang.

Bahkan, ada bahu jalan yang ambruk lantaran tidak dibuatkan siring atau dek beton penahan banjir. Selain dampak banjir, kerusakan juga akibat dilewati truk pengangkut tanah.

Begitu pula jalan masuk menuju ke Desa Teluk Betung, persis di pertigaan jalan. Sekitar 4 meternya rusak parah. Karena berada di dataran rendah, jalan tak beraspal itu kerap dilalui aliran Sungai Tabalong, sehingga berlobang-lobang.

Untuk bisa melewatinya warga setempat dibuatkan titian darurat dari bambu dan papan. Jalan menuju Desa Tambalang Kecil itu sampai saat ini masih terendam air sekitar 20 cm dan menjadi aliran sungai kecil hingga merembet ke halaman salah satu permukiman warga.

Syahlani, Kepala Desa Tambalang Kecil, mengaku sudah melayangkan surat permohonan perbaikan ke pemkab HSU. Namun, sampai sekarang belum direspon. "Kami sudah dua kali mengirim surat kepada bupati, minta segera diperbaiki," ujar Syahlani.

Syahlani menambahkan, ada kesalahan teknis dalam pembangunan jalan ini, karena yang dibangun lebih dulu di Desa Tambalang Tengah membuat jalan di Tambalang Kecil yang sudah beraspal rusak akibat sering dilewati truk besar.ori

Thursday, May 03, 2007

Sawah Petani Kembali Terancam

Kamis, 26 April 2007 01:38

  • Sungai Tabalong meluap

Tanjung, BPost
Hujan deras yang kini rutin mengguyur di Kabupaten Tabalong mulai berdampak pada meluapnya Sungai Tabalong. Hal itu mengancam padi di sawah milik petani yang sedang berbuah.

Petani khawatir di Kecamatan Banua Lawas khawatir, jika sawahnya yang belum panen itu kebanjiran lagi, yang berakibat gagal panen. Hingga Rabu (25/4) ketinggian air terus meningkat.

Sebagian besar sawah mereka belum panen. Padahal, Banua Lawas merupakan salah satu kawasan terendah yang sering jadi langganan banjir. "Kalau air terus naik, tentu kami khawatir padi rusak. Sekarang air masih di bawah bibir siring sungai," kata Ramli, petani Desa Bangkiling Kecamatan Banua Lawas Rabu (25/4).

Ramli mengatakan dari 40 borong sawahnya, ada 6 borong yang ditanami jenis R-42, tapi padinya belum berisi (belum masak). Sisanya, lahan yang ditanami jenis Ciherang sudah dipanen, tapi belum selesai.

Kekhawatiran juga dirasakan Ikur, petani warga Bungin. Lahan seluas 15 borong milik Ikur juga belum bisa di panen karena sebagian padinya belum berisi.

Camat Banua Lawas, Haris Fadillah memperkirakan 50 persen lebih areal persawahan di daerahnya dilahan rawa-rawa belum panen. Karena itu ia berharap ketinggian air tidak terus bertambah karena mengancam pertanian.

"Sekarang air lagi naik, tapi belum sampai menggenangi rumah warga dan persawahan. Kalau sampai padi yang belum berisi itu tenggelam,kemungkinan puso," katanya. Areal persawahan yang sudah panen di Banua Lawas cukup merata, terutama untuk lahan yang ditanami padi jenis Cehirang.

Sedangkan yang terlambat panen adalah lahan yang ditanami jenis R-42. Sementara itu Desa Ujung Murung yang berada pada kawasan terendah kini mulai digenangi air setinggi 15 senti atau semata kaki. Air mulai meninggi sejak pagi kemarin.

Pantauan BPost di desa yang menjadi langganan banjir itu sekitar pukul 11.00 Wita, air dari Sungai Tabalong yang berjarak sekitar 10 meter dari batas paling ujung desa mulai terlihat naik.

Ketinggiannya diperkirakan terus bertambah, mengingat arus Sungai Tabalong yang berhulu di daerah tinggi seperti Kecamatan Muaya Uya dan Bintang Ara tersebut kian deras menuju ke hilir yaitu arah Amuntai. nda

Kerugian Bencana Alam Rp3 M Lebih Data Mulai Januari Sampai Maret

Sabtu, 21 April 2007 Radar Banjarmasin
BANJARMASIN ,-

Kerugian akibat bencana alam yang terjadi sepanjang awal tahun 2007 ini cukup besar. Berdasarkan data pada Dinas Kesejahteraan Sosial Kalsel, mulai Januari sampai Maret 2007 ini taksiran kerugian akibat bencana alam yang melanda Kalsel mencapai Rp 3.190.000.000 atau Rp 3 miliar lebih.

Selain itu, dampak lain akibat bencana alam yaitu korban meninggal dunia 6 orang dan luka 12 orang. Dinas Kesejahteraan Sosial juga mencatat kerusakan bangunan yang terjadi pasca bencana alam, yaitu rusak total sebanyak 17 buah, rusak berat sebanyak 6 buah, dan rusak ringan sebanyak 416 buah.

Sementara itu, jenis bencana alam yang kerap terjadi sepanjang awal tahun 2007 ini adalah banjir sebanyak 6 kali dan angin ribut sebanyak 6 kali. “Jumlah warga yang tertimpa bencana alam mulai Januari sampai Maret sebanyak 6.569 kepala keluarga (KK) atau 23.988 jiwa,” ujar Kasubdin BOPB Dinas Kesejahteraan Sosial Kalsel Drs Djakaria, kepada koran ini, kemarin.

Dijelaskannya, data tersebut belum termasuk kerugian akibat banjir di Balangan dan Hulu Sungai Utara (HSU) yang baru saja terjadi. Seperti diketahui, Amuntai (HSU) telah mengalami banjir kiriman dari kabupaten Tabalong dan Balangan. Diakui Djakaria, banjir tahunan yang terjadi kali ini lebih parah dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu 6 kecamatan di Kabupaten HSU terendam.

Rinciannya, Kecamatan Amuntai Tengah, Banjang, Amuntai Utara, Babirik, Danau Panggang, dan Sungai Pandan. “Laporan terakhir yang saya terima, air mulai surut di HSU. Sedangkan banjir di Balangan yang semula merendam 3 kecamatan, tinggal satu kecamatan yang terendam,” katanya.

Ia mengharapkan curah hujan dalam sepekan ke depan berkurang, sehingga ketinggian air akan terus menurun dan normal kembali. “Sampai kemarin dilaporkan tidak ada warga yang meninggalkan rumah atau mengungsi. Itu terjadi karena masyarakat sudah terbiasa dengan kondisi tersebut. Rata-rata tingkat kedalaman air sampai ke lantai rumah,” paparnya lagi.

Namun demikian, tandas Djakaria, Departemen Kesejahtearan Sosial Kalsel terus memantau kondisi di Balangan dan HSU untuk mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan yang bakal terjadi. Bahkan, dalam minggu ini juga akan disalurkan bantuan 2 ton beras dan 100 dos mie instant untuk membantu para korban yang masih kesulitan membeli kebutuhan pangan akibat aktivitas ekonomi yang belum normal. “Sampai kemarin belum ada korban jiwa akibat musibah tersebut. Mudah-mudahan sampai terjadi,” pungkasnya.(sga)