Sunday, December 30, 2007

”Antisipasi Banjir Sejak Dini” Jamhari: Keruk Sungai Astambul

Selasa, 27 November 2007
Radar Banjarmasin

MARTAPURA– Pemkab Banjar diingatkan untuk sedini mungkin mengantispasi datangnya banjir di tahun 2008 mendatang. Apalagi di sebagian daerah Kalsel banjir sudah melanda. Seperti di Kabupaten Balangan.

“Jika melihat kondisi alam, memang banjir tidak akan melanda daerah kita dalam waktu dekat ini. Tetapi melihat pengalaman yang sudah-sudah, tidak berlebihan jika antispasi sudah dilakukan sejak dini,” imbau Wakil Ketua Komisi IV H Jamhari, kemarin.

Menurut dia, selain sarana dan prasarana umum banyak yang rentan bencana banjir, areal pertanian juga tak kalah rentannya. Seperti Kecamatan Astambul, sebagian Martapura Kota, Martapura Timur dan Barat selalu menjadi daerah langganan banjir.

“Untuk areal pertanian, Jamhari menggarasibawahi antisipasi yang sangat penting dilakukan oleh pemerintah adalah ketersediaan bibit tanaman padi,” katanya.

Pun demikian, Jamhari menegaskan, untuk mengatasi persoalan tersebut tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah saja. Tanpa kesadaran dan peran aktif masyarakat, semua penanganan yang dilakukan tidak bakal berjalan maksimal.

“Paling gampang peran aktif masyarakat adalah menjaga saluran-saluran air tetap normal. Jangan lah membuang sampah sembarangan di tempat-tempat aliran sungai. Iya ‘kan sungai-sungai penting di Kabupaten Banjar saat ini banyak yang mengalami kedangkalan,” katanya.

Makanya, tambah politikus PKS Kabupaten Banjar ini, tanpa kepedulian yang baik dari masyarakat, persoalan banjir ini tidak bakal bisa diatasi dengan baik.

Lebih jauh Jamhari mengungkapkan, sungai-sungai yang saat ini kondisinya mengalami pendangkalan parah antara lain Sungai Astambul yang mengalir ke arah desa Kelampaian.

“Lihat saja di muara Sungai Astambul yang mengalir ke Sungai Tuan. Kalau pernah menyaksikan kondisi sungai itu pada tahun 1980-an lalu, baik kedalaman maupun lebar sungai sudah jauh lebih dangkal dan sempit. Nah, dengan kondisi aliran sungai seperti itu, sangat wajar jika air hujan tidak bisa tertampung dengan baik dan akhirnya meluap ke areal persawahan,” ujarnya.

Untuk mengatasi masalah itu, Jamhuri menyarankan untuk melakukan pengerukan dasar sungai. Atau bisa juga dengan melakukan normalisasi sungai.

Sekadar diketahui, sungai tersebut mengaliri ribuan hektare areal persawahan. Seperti di Desa Kelampaian, Sungai Tuang, Sungai Putat, Limamar, Akar Baru, Munggu Raya sebagian Kampung Melayu dan banyak daerah pertanian lainnya lagi.(yan)

Semua Kabupaten Berpotensi Banjir Satlak PBP Diminta Siaga

Sabtu, 24 November 2007
Radar Banjarmasin

BANJARMASIN – Satuan Koordinasi Pelaksana Penanggulangan Bencana dan Pengungsi (Satlak PBP) diimbau meningkatkan kewaspadaan pada 4 bulan ke depan (Desember 2007 sampai Maret 2008 mendatang). Pasalnya, semua kabupaten di Kalsel berpotensi banjir.

“Berdasarkan pengamatan Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG), curah hujan dalam 4 bulan ke depan masih tinggi. Untuk itu, semua Satlak PBP sudah disiagakan sejak 2 bulan lalu sampai 4 bulan ke depan,” ujar Kasubdin Bina Organisasi dan Penanggulangan Bencana, Zakaria, kepada wartawan kemarin.

Diakui Zakaria, musibah banjir tak bisa diprediksi karena fenomena alam tersebut di luar kehendak manusia. Hanya saja, mengacu pengamatan BMG tersebut, antisipasi harus dilakukan sedini mungkin.

Tahun sebelumnya, jelas Zarkasi, langganan banjir adalah Kabupaten Banjar, Hulu Sungai Utara (HSU), Hulu Sungai Tengah (HST), Tanah Bumbu, Tanah Laut, dan Kotabaru, maka pada awal 2008 mendatang semua kabupaten berpotensi banjir. “Ini yang harus diwaspadai, karena semua kabupaten berpotensi banjir,” katanya.

Selain banjir, sambung Zarkasi, bencana alam yang patut diwaspadai adalah angin puting beliung dan tanah longsor. “Bencana alam tidak hanya membuat korbannya sengsara, tapi juga kerugian harta benda,” ujarnya.

Ia menghitung, sejak Januari hingga November 2007 ini, telah terjadi 22 kali musibah banjir, 1 kali tanah longsor, dan 12 kali angin ribut. Kerugian akibat bencana alam sepanjang tahun 2007 ini diperkirakan Rp 5.788.500.000 atau Rp 5,7 miliar lebih. Sedikitnya 24.761 Kepala Keluarga (KK) atau 80.528 jiwa menjadi korban bencana alam tersebut. “Taksiran kerugian ini belum termasuk musibah banjir yang terjadi di Balangan,” jelasnya.

Menyinggung bantuan untuk korban banjir Balangan, Zarkasi mengaku sudah mendistribusikan lauk pauk, sandang, peralatan mandi, dan tenda. “Bantuan sudah dikirim. Informasi terakhir yang saya terima, banjir di Balangan mulai surut,” katanya.

Menurutnya, ketinggian air di Balangan masih dalam batas wajar, sehingga warga sekitar lokasi banjir belum diungsikan. “Ketinggian air mencapai lutut orang dewasa,” jelasnya.(sga)


Lima Titik di Pelaihari Dilanda Banjir

Jumat, 23 November 2007
Radar Banjarmasin

PELAIHARI ,- Akibat guyuran hujan deras di Kota Pelaihari subuh Kamis (21/11), Sungai Kandangan yang melintasi Kota Pelaihari meluap. Akibatnya sejumlah kawasan pemukiman mengalami kebanjiran dengan kedalaman bervariasi, mulai dari selutut sampai sedada orang dewasa. Ada lima titik kawasan pemukiman yang terendam, yakni Jl Kemakmuran Parit, Jl Pintu Air, Jl Datu Daim, Jl Karang Jawa, Jl Sawahan dan Angsau.

Jalan Pintu Air, merupakan kawasan padat penduduk yang paling parah terendam banjir. Tidak sedikit kerugian material akibat kejadian ini. Apalagi air meluap secara mendadak, karena saat ini tengah berlangsung proyek normalisasi Sungai Kandangan, sedangkan di wilayah Pintu Air pengerukan masih belum berjalan, karena masih dalam proses relokasi rumah penduduk di bantaran sungai.

Warga di sekitar lokasi mengaku, sejumlah barang milik mereka terendam oleh luapan air sungai yang mengaliri rumah-rumah mereka. Syaifullah, salah seorang warga mengaku kasur, kompor serta sejumlah baju yang ada di rumahnya terendam.

“Barang dagangan saya, 8 buah keranjang mangga terendam , sehingga rusak, tetangga saya, berasnya terendam juga” ujar pedagang buah di Pasar Tapandang Berseri tersebut.

Menurut Syaifullah, hujan yang terjadi sejak pukul 02.00 dinihari sampai pagi, mulai merendam rumah mereka pada pukul 04.30 wita. Sejumlah warga sangat terkejut dengan cepatnya air naik, meskipun daerah ini sudah menjadi langganan banjir setiap musim hujan.

Sementara itu warga yang tinggal di daerah Jl Kemakmuran Parit Baru menyayangkan, karena pengerukan sungai yang masih belum tuntas.

“Jika Sungai di Parit saja yang dikeruk, sementara yang di Pintu Air meluap, air akan tetap meluber, bahkan di Parit sendiri, airnya meluber hingga ke jalan,” ujar salah sarang warga yang enggan disebut namanya.

Untuk diketahui, pengerukan sungai yang dilakukan Pemkab Tala masih berkisar di bantaran Sungai Kandangan Lama di Parit, sementara di bantaran sungai Pintu Air belum dilakukan pengerukan, mengingat bantaran sungai masih dipadati rumah warga, sementara itu upaya pemindahan rumah-rumah warga sedang berjalan.

Ketika hal ini dikonfirmasilkan kepada Pemkab Tala, Kabag Informasi Setda Tala Drs Sukamta mengatakan upaya normaliasai Sungai Kandangan telah dilakukan, bahkan mendapat bantuan dari pusat.

“Namun untuk daerah Pintu Air, saat ini sedang disepakati upaya ganti rugi rumah warga, sehingga upaya normalisasi sepenuhnya akan segera dituntaskan” ujarnya. (mr-90)

Thursday, December 27, 2007

Korban Puting Beliung Dibantu Rp30,2 juta

Senin, 19 November 2007
Radar Banjarmasin

MARTAPURA– Derita para koran amukan puting beliung yang terjadi di Desa Lok Buntar Sungai Tauk beberapa waktu lalu, sedikit terobati. Hal ini sehubungan dengan telah diserahkannya santunan dari Pemkab Banjar.

“Total santunannya Rp30.250.000. Santunan itu sudah diserahkan dua hari lalu. Mudah-mudahan ini bisa sedikit mengobati penderitaan yang dialami para korban bencana itu,” ungkap Kabag Sosial H Yuseran Ya’qub, kemarin.

Dijelaskan, dana tersebut diberikan masing-masing kepada 16 warga yang rumahnya terkena puting beliung. Kemudian ada lagi yang diserahkan kepada pihak sekolah dan masjid.

Perinciannya, santunan sebesar Rp1 juta diberikan kepada masyarakar yang rumahnya rusak parah. Kemudian untuk yang rusak tidak parah mendapat santunan Rp250 ribu. Selain rumah ada lagi santunan untuk dua sekolahan, masing-masing Rp5 juta. Kemudian ditambah lagi santunan untuk masjid sebesar Rp5 juta.

Seperti diketahui, akhir pekan lalu anggin puting beliung menerjang Desa Lok Buntar Kecamatan Sungai Tabuk. Sebanyak 15 rumah mengalami rusak parah. Ditambah 1 rumah mengalami rusak ringan. Kejadian fenomena alam tersebut tidak sampai menimbulkan korban jiwa. Hanya saja masyarakat yang rumahnya rusak parah terpaksa harus mengungsi. Mereka untuk sementara mengungsi ke rumah-rumah penduduk di sekitarnya.

Sejumlah fasilitas umum juga terkena amukan puting beliung yang memang hampir setiap tahun menerjang berbagai wilayah di Kabupaten Banjar ini. Fasilitas umum itu adalah dua sekolah madrasah dan satu masjid.

Lebih jauh Yuseran menjelaskan, santunan yang diberikan Pemkab Bnajar kepada korban puting beliung memang lebih besar dibanding tahun-tahun sebelumnya.

“Sebelum ini, santunan kepada korban biasanya sebesar Rp500 ribu. Tetapi beberapa waktu lalu ada instruksi Pak Bupati untuk menaikkan santunan hingga besarnya Rp1 juta untuk korban yang rumahnya rusak parah,” katanya.(yan)

Tuesday, December 18, 2007

Kawasan Angsau Barometer Banjir

Senin, 03-12-2007 | 00:30:51

PELAIHARI, BPOST - Jajaran petugas Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana Alam (satlak PB) Tanah Laut selama ini hanya mengandalkan naluri alamiah untuk memprediksi banjir, sehingga acapkali meleset.

Karena rekaan didasarkan karakter hujan yang sedang berlangsung, biasanya Satlak PB tak punya waktu cukup untuk mempersiapkan peralatan sehingga pertolongan kepada korban banjir kadang kurang berjalan maksimal. Apalagi dengan minimnya sarana dan prasarana.

Permasalahan tersebut terungkap dalam Seminar Lokakarya Membangun Model Koordinasi Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat di Balairung, Kamis (29/11) pekan tadi. Acara yang digelar Yayasan Cakrawala Hijau (YCHi) bekerjasama dengan German Technical Cooperation ini dihadiri Satlak PB Kabupaten Tala dan Tanah Bumbu, relawan, dan institusi terkait.

"Pokoknya jika hujan terus menerus dalam tempo 24 jam, maka kemungkinan besar akan terjadi banjir. Ini yang selama ini umumnya menjadi pegangan Satlak PB," beber Endang SM, Divisi Riset YCHi Kalsel, dua hari lalu.

Lain lagi yang menjadi ukuran kalangan TNI di Tala. Mereka melihat kondisi air sungai di kawasan Angsau. "Jika ketinggian air dekat jembatan di sungai setempat naik sekian centimeter, berarti akan terjadi banjir," sebut Endang.

Akurasi tinggi prediksi banjir sebenarnya bisa diketahui melalui data intensitas curah hujan. Namun selama ini Satlak PB kesulitan memperoleh data itu. Padahal ada institusi yang memiliki data tersebut yaitu Badan Meterologi dan Geofisik (BMG).

"Sistem deteksi dini inilah yang harus kita perkuat melalui singronisasi visi semua pihak terkait. Ke depan diharapkan data curah hujan BMG bisa diakses secara cepat dan mudah oleh Satkorlak PB dan jajaran di bawahnya," ucap Endang.

Informasi curah hujan penting diketahui Satlak PB. Setidaknya dengan data ini jauh-jauh hari mereka bisa memperkirakan potensi banjir dan mendeteksi titik-titik yang rawan banjir. Selain hal itu, sebut Endang, ada dua hal penting lainnya yang juga perlu diperkuat sesuai hasil notulen seminar. Pertama, pembenahan sistem koordinasi antar pihak yang saling berkepentingan dalam penanganan bencana.

"Koordinasi dengan masyarakat, penting karena mereka lah yang lebih mengetahui kondisi di lapangan," jelas Endang.

Kedua, mengadakan pelatihan pada masyarakat supaya mereka bisa melakukan langkah penyelamatan pertama ketika terjadi musibah banjir.

"Sebelum bantuan datang, para korban banjir diharapkan bisa menolong diri sendiri. Misalnya mengevakuasi keluarga ke tempat yang aman," sebut Endang.

Data YCHi, 80 persen daerah di Kalsel rawan banjir, angin puting beliung, dan tanah longsor akibat kerusakan alam di hulu-hulu sungai. Tahun 2006 lalu, sedikitnya 122.048 penduduk di Kalsel yang tersebar di 25 kecamatan kebanjiran. roy

Banjir Permukiman Seribu Keluarga di Pelaihari Terendam

Jumat, 23 November 2007

Banjarmasin, Kompas - Ratusan rumah milik 1.000 keluarga di Kota Pelaihari, Kabupaten Tanahlaut, Kalimantan Selatan, Kamis (22/11), terendam banjir setinggi 1-1,5 meter.

Selain itu, 921 rumah di 15 desa Kecamatan Tebing Tinggi dan Awayan, Kabupaten Balangan, Kalsel, juga terendam banjir dengan ketinggian air mencapai 1, 5 meter. Banjir menenggelamkan 120 hektar sawah dan memutuskan tiga jembatan kayu penghubung antardesa.

Banjir itu disebabkan oleh hujan deras yang terjadi terus-menerus, pendangkalan sungai, dan rusaknya hutan.

Banjir di Pelaihari melanda Kelurahan Pelaihari, Karang Taruna, dan Sarang Halang. Tidak ada korban jiwa, dan penduduk masih bertahan di rumahnya.

Kepala Kantor Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Tanah Laut Taufik Kuderat, Kamis di Pelaihari, menyatakan, "Kami menyiapkan perahu karet untuk mengevakuasi warga."

Dari 15 desa yang terendam, delapan desa berada di Kecamatan Tebing Tinggi, yaitu Desa Mayanau, Sungsum, Tebing Tinggi, Gunung Batu, Juuh, Langkap, Simpang Nadung, dan Simpang Bumbuan. Di Kecamatan Awayan ada tujuh desa, yakni Pulantan, Awayan, Awayan Hilir, Putatbasiun, Baramban, Badalungga, dan Badalungga Hilir.

Kepala Humas Pemerintah Kabupaten Balangan Alive Yosfahlove, saat dihubungi Kamis, menyatakan, banjir yang menggenangi dua kecamatan itu akibat luapan Sungai Pitap. "Bupati Balangan Sefek Effendi dan Wakil Bupati Asharuddin melakukan peninjauan ke lokasi," katanya.

Penurunan tanah

Dari Bandung, Jawa Barat, dalam lokakarya nasional "Optimalisasi Pemanfaatan Informasi Geologi Lingkungan dalam Pengelolaan Lingkungan", Kamis, Kepala Badan Geologi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Bambang Dwiyanto menyatakan, bencana alam seperti banjir bandang atau longsor dipicu oleh padatnya penduduk dan perlakuan buruk pada lingkungan.

Perlakuan buruk itu, antara lain, pengambilan air tanah secara berlebihan. Hal itu menjadi penyebab utama penurunan tanah, intrusi air laut, dan penurunan muka air tanah di banyak kota besar di Indonesia.

Bambang menyebutkan, penurunan muka air tanah terjadi di Cekungan Air Tanah Jakarta, Bandung-Soreang, Semarang- Demak, Karanganyar-Boyolali, Pasuruan, dan Denpasar-Pasuruan. Intrusi air laut terjadi di beberapa wilayah Jakarta, seperti Kebon Jeruk, Tanah Abang, Cempaka Putih, Kelapa Gading, dan Cilincing.

Menurut Kepala Pusat Lingkungan Geologi Badan Geologi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Djumarma Wirakusumah, di daerah luar Jawa yang banyak penduduknya, seperti Medan dan Sumatera Utara, penurunan muka air tanah dan tanah juga terjadi.

"Bila dibiarkan, kejadian longsor lumpur di daerah pegunungan atau banjir di daerah pesisir sangat mungkin terjadi," kata Djumarna. (FUL/CHE)

Monday, December 17, 2007

Hujan Mengguyur, Banjir Menghadang

Senin, 12 November 2007
 
Radar Banjarmasin

BANJARMASIN – Beberapa hari belakangan ini, hujan berulang kali mengguyur Banua. Seperti kemarin saja di Banjarmasin, Banjarbaru dan daerah sekitarnya, cuaca mendung sudah terlihat sejak pagi. Beranjak siang, hujan deras mengguyur. Teduh beberapa saat, kemudian hujan lagi.

Hujan tentu saja harus diwaspadai menjadi awal bencana banjir. Apalagi pada daerah-daerah yang selama ini menjadi langganan banjir, seperti di kawasan Banua Anam.

Gubernur Kalsel Rudy Ariffin mengungkapkan, telah mengantisipasi bencana banjir tersebut. Menurut mantan Bupati Banjar ini, Pemprov Kalsel telah menyusun beberapa program atau kegiatan. Diantaranya, program tanggap darurat jalan dan jembatan. Kemudian program pengendalian banjir, normalisasi sungai dan program penataan ruang.

“Pemprov telah memiliki program reboisasi dan rehabilitasi hutan dan lahan,” ujar suami Hj Hayatun Fardah ini beberapa waktu lalu di DPRD Kalsel. Dari data Pemprov Kalsel sendiri, lahan kritis saat ini mencapai 555.983 hektare, yang terdiri dari kritis 500.078 hektare dan sangat kritis seluas 55.906 hektare.

Selain memang intensitas hujan yang tinggi, banjir yang beberapa kali merendam beberapa wilayah di Kalsel, ditengarai disebabkan dengan kerusakan lingkungan hidup pada bidang pertambangan dan kehutanan.

Persoalan ini, dijelaskan Rudy, bahwa secara umum permasalahan lingkungan hidup di Kalsel adalah masalah pencemaran udara, pencemaran air dan kerusakan lahan. Pencemaran udara umumnya disebabkann oleh polutan dari kebakaran hutan atau lahan, sementara pencemaran air umumnya disebabkan limbah industri dan limbah domestik serta sedimentasi akibat kerusakan lahan.

“Perusahaan pertambangan batubara diwajibkan melaksanakan reklamasi areal bekas bukaan tambang sementara sebelum tahap reklamasi, mereka diwajibkan memberikan jaminan uang reklamasi,” jabar Ketua DPW PPP Kalsel ini. (pur)

Wednesday, December 05, 2007

Banjir Mulai Ancam Ujung Murung

Senin, 19-11-2007 | 00:45:04

  • Juai Masih Aman

TANJUNG, BPOST - Terus naiknya debit air Sungai Tabalong yang melintasi sejumlah kecamatan mulai mengancam desa-desa yang letaknya paling rendah.

Warga Desa Ujung Murung yang selalu jadi langganan banjir karena berada persis di tepian sungai, bahkan sudah merasakan genangan air menutupi pelataran rumah hingga ketinggian lebih satu meter.
Ketinggian tiang penyangga rata-rata rumah di desa setempat sekitar dua meter tak mampu menahan laju air yang terus naik hampir menyentuh lantai pertama rumah warga. Meskipun warga masih tenang karena sudah terbiasa, ada juga yang mulai bersiap mengungsikan harta bendanya ke loteng atau sekadar menaikkan ke karam patai atau panggung di dalam rumah.
Saat BPost melihat-lihat ke desa yang terletak di ujung Pasar Tanjung pukul 11.00 Wita, Minggu (18/11), tampak genangan air yang paling dangkal sudah mencapai mata kaki orang dewasa. Sedangkan genangan terdalam sekitar lima meter dari bantaran sungai sudah mencapai paha orang dewasa atau satu meter lebih.
Kondisi itu dimanfaatkan sebagian warga untuk beraktivitas memcuci pakaian di depan rumah atau membasuh kendaraan roda duanya di sambil berendam. Sedangkan anak-anak tampak asyik berenang dan main sepeda di jalanan yang tergenang.
“Air naik dari jam tiga subuh tadi. Sepertinya bakal terus naik, sebab kalau melihat arus di sungai masih deras dari hulu ke hilir arah ke Amuntai (HSU), terus banyak batang kayu ukuran besar ikut larut,” ujar Aluh, warga RT 04.
Menurut Aluh, warga mengenali tanda-tanda banjir dari derasnya arus sungai dan membawa banyak sampah kayu berukuran besar dari daerah hulu yang merupakan kawasan pegunungan di Kecamatan Muara Uya dan Jaro. Apalagi tiga hari belakangan hujan turun sangat lebat dan sepertinya merata sampai ke daerah pegunungan.
Rumah Aluh termasuk yang sudah calap sampai ke ambin pertama tangga rumahnya yang sebenarnya cukup tinggi. Namun sampai kemarin ia belum berupaya mengungsikan perabotnya karena air belum naik sampai lantai pertama rumahnya.
Di RT 4 Ujung Murung saat ini ada sekitar 130 rumah tangga. Sedangkan total bangunan rumah atau toko di RT 4 dan RT 5 sekitar 200 unit.
Sementara itu pantauan BPost di sejumlah desa di Kabupaten Balangan, tepatnya di Desa Juai, Galumbang dan Teluk Bayur Kecamatan Juai yang rawan banjir, sampai kemarin masih terlihat aman. nda

Penambang Liar Ditangkap

Kamis, 29-11-2007 | 00:15:17

PELAIHARI, BPOST - Setelah sekian lama tiarap, para pelaku penambangan tanpa izin (peti) diam-diam mulai bergerak lagi. Namun telinga petugas Polres Tala lebih tajam dan berhasil membekuk satu penambang liar batu bara, dua hari lalu.

"Tersangka penanggungjawab peti tersebut, Rahman warga Desa Asam-Asam Kecamatan Jorong, sudah kami amankan di sel Mapolres," kata Kapolres Tala AKBP Dadik Soesetyo S melalui Kasat Reskrim AKP Kaswansdi Irwan, Senin (26/11).

Terbongkarnya aktivitas peti tersebut berkat laporan dari jaringan (informan) yang selama ini disebar di lapangan. Minggu (25/11) dinihari pukul 01.00 Wita, Kaswandi memerintahkan Tim Minning yang dipimpin Kaur Reskrim Ipda Trias turun ke lokasi di kawasan hutan Kiningan Desa Jorong Kecamatan Jorong.

Begitu tiba di lokasi, petugas mendapati aktivitas penambangan sedang berlangsung. Mereka yang berada di tempat kejadian perkara (TKP) terkejut dan tak bisa berbuat banyak.

Ipda Trias dan personelnya meminta penanggung jawab tambang setempat untuk memperlihatkan surat-menyurat (dokumen). Mereka gugup dan tak bisa menunjukkan dokumen legalisasi atas aktivitas penambangannya.

"Petugas kami juga melakukan pengecekan lokasi dengan GPS (gelombang position system), ternyata lokasi tambang itu tidak ada izin KP (kuasa pertambangan)nya. Ini juga dikuatkan dengan data-data yang kami miliki. Jadi, aktivitas tambang itu liar," sebut Kaswandi.

Dari TKP, Ipda Trias dan anggotanya menyita satu unit eksavator merek dagang kobelco. Alat berat yang berfungsi untuk mengupas lapisan atas tanah dan mengeruk batu bara ini telah dievakuasi ke Mapolres.

Kaswandi menegaskan pihaknya tidak akan pernah ragu untuk menangkap siapa pun yang terlibat dalam kegiatan peti. Peti adalah salah satu sasaran utama jajaran Polda Kalsel dalam penegakkan hukum, selain illegal logging dan illegal bahan bakar minyak.

Tidak hanya itu, Kaswandi juga mengatakan dirinya telah menyebar jaringan informasi di seluruh tempat yang rawan tindak kejahatan, khususnya illegal minning. roy

Banjar Siaga Banjir

Selasa, 13-11-2007 | 00:50:15

MARTAPURA, BPOST - Hujan deras sudah mulai sering mengguyur Kabupaten Banjar akhir-akhir ini, membuat warga dan petani di sekitar kawasan aliran sungai was-was.

Terlebih lagi dengan ratusan petani di Kecamatan Martapura Barat dan Timur yang menjadi langganan banjir.
Tahun ini, petani di kabupaten ini telah gagal tanam dan gagal panen sebanyak tiga kali berturut-turut, karena padinya dihantam banjir, Februari, April dan Juli. Belum sempat menikmati padi, kini telah memasuki musim penghujan lagi dengan curah hujan cukup tinggi intensitasnya.
Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat (Kesbanglinmas) Kabupaten Banjar, H Djamhuri mengatakan, saat ini Banjar relatif masih aman dari ancaman banjir.
“Air sungai Riam Kiwa  tidak sampai naik meski ada yang sudah keruh menandakan penambahan volume air sungai itu,” katanya.
Namun pihaknya terus memantau dan berkoordinasi dengan pihak kecamatan, khususnya kecamatan yang rawan banjir. “Posko di kabupaten dan personilnya tetap kita siagakan untuk memantau perkembangan,” jelasnya.
Kabupaten Banjar merupakan salah satu daerah di Kalsel yang menjadi langganan banjir pada saat musim hujan. Seperti halnya tahun 2006, banjir mengakibatkan kerugian miliaran rupiah dan mengakibatkan warga mengungsi secara besar-besaran karena permukiman terendam.
Warga di sekitar aliran sungai Riam Kiwa diimbau agar waspada jika hujan lebat, terutama hujan di hulu sungai, di Kecamatan Simpang Empat, Matraman, Astambul, Martapura hingga Sungai Tabuk. sig

Data Bencana Rawan Salah

Sabtu, 24-11-2007 | 01:06:47

BANJARMASIN, BPOST - Data korban bencana merupakan bagian yang paling rawan menimbulkan kesimpangsiuran. Terutama jika terjadi bencana besar yang menelan ribuan korban jiwa seperti tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam dan gempa di Jogja.

Oleh karena itu, Kepala Pusat Departemen Komunikasi dan Informasi, Agus Salim Husein meminta agar Bagian Humas Pemprov dan kabupaten/kota menjadi garda terdepan mengumpulkan data ketika terjadi bencana.

"Data bencana, seperti berapa korban dan kerugian merupakan bagian yang paling rawan. Seringkali terjadi, informasi yang sudah telanjur disampaikan ke publik melalui media massa tidak sinkron dengan fakta di lapangan," ujarnya dalam workshop Revitalisasi Kehumasan di gubernuran, Kamis (22/11).

Akibatnya, jumlah korban yang sudah terpublikasi, besok harinya justru berkurang. Contoh konkrit, informasi yang disampaikan Satkorlak Kalsel ketika terjadi bencana di wilayah Tanah Bumbu tahun lalu.

"Jumlah korban yang dipublikasikan ratusan orang, ternyata setelah didata dengan baik korban hanya puluhan. Apa yang sudah dikatakan mati hidup lagi?," ujarnya dengan nada bercanda.

Karena itu, lanjut Agus, jika terjadi bencana, Humas di semua bidang pemerintahan harus jeli, dan rajin turun ke lapangan melakukan kroscek data korban, bukan hanya di balik meja menunggu laporan. Pasalnya, dalam bencana besar, data korban setiap waktu berkembang cepat. "Kalau menunggu laporan, keburu wartawan nanya, akhirnya data yang belum fix diberikan. Kemudian tidak boleh panik, tetap di media center, sebab panik penyebab informasi yang diterima tidak akurat," tukasnya. ais

Cuaca Kalsel Berbahaya

Seluruh Kalsel Terancam Banjir

Selasa, 13-11-2007 | 02:16:25

  • Tala dan Banjar Paling Rawan
  • Siapkan Alat Deteksi Dini

BANJARBARU, BPOST - Peringatan bagi warga di Kalimantan Selatan. Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) memprediksi hingga akhir tahun, seluruh wilayah Banua akan diguyur hujan lebat yang berpotensi mengakibatkan banjir di sejumlah tempat.

Info Grafis

 

Hujan deras mencapai puncaknya sejak minggu ketiga November hingga Desember. “Dampaknya ancaman banjir, terutama daerah dataran rendah akibat tumpahan air dari daerah pegunungan,” kata Sucantika Budi, kepala Stasiun Klimatologi (Staklim) Kelas I BMG Kalsel di Banjarbaru, Senin (12/11).
Mengantisipasi kondisi itu, Sucantika mengingatkan warga di dataran rendah agar waspada terhadap  ancaman menjadi korban banjir kiriman dari wilayah-wilayah dataran tinggi.
Wilayah paling rawan banjir meliputi Kabupaten Banjar. Dari pengamatan selama ini, dominasi kontur pegunungan di daerah itu sangat berpotensi menumpahkan air ke arah Kecamatan Pengaron dan Kecamatan Astambul.
“Tumpahan air hujan diprediksi akan turun ke arah Kecamatan Sungai Tabuk,” jelas Sucantika.
Staklim I BMG Kalsel mengukur takaran hujan terus mengalami kenaikan cukup signifikan dalam dua hari terakhir. Hujan dengan durasi cukup panjang terjadi sejak Sabtu (10/11) hingga Minggu (11/11), yakni menunjuk pada kisaran 20 menit dan menyentuh takaran 10 milimeter.
Prediksi ancaman banjir itu juga diperkuat Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BP DAS) di Banjarbaru. Potensi banjir besar berada di DAS Kintap di Tanah Laut, juga Riam Kanan dan Kiwa Kabupaten Banjar.
“Jika curah hujan dengan intensitas tinggi, dipastikan tiga DAS tersebut meluap,” jelas Eko Kuncoro MP, kepala BP DAS kepada BPost, kemarin.
Menurut Eko, saat ini tidak lagi hanya melihat kritis tidaknya lahan. Yang pasti, saat hujan turun maka yang perlu diwaspadai adalah  DAS Kintap, Riam Kanan dan Riam Kiwa.
Selain ketiga DAS tersebut,aliran sungai di enam kabupaten di Banua Anam juga tidak luput dari ancaman banjir besar. Hulu Sungai Utara, contohnya, wajib waspada mengingat tumpuan di DAS Negara bertemu di sana.
Khusus DAS Kintap,  terjadinya luapan sungai  lebih banyak disebabkan oleh pendeknya aliran sehingga air lambat turun.
Tidak adanya tutupan berupa vegetasi di atas lahan turut andil menipiskan penahanan air.
Kapasitas penahan air di kawasan itu tidak mampu lagi berfungsi maksimal, mengingat luas DAS Kintap hanya 74.452,68 hektare. Padahal DAS lain seperti di Hulu Sungai luasnya yang mencapai 173.970,08 hektare.
“Kondisi akan bertambah parah tatkala air pasang ikut mengiringi banjir akibat guyuran hujan. Membeludaknya air akan bertahan lebih lama,” urainya.
Selama ini, Kabupaten Banjar, Tanah Laut, Hulu Sungai Utara, Hulu Sungai Tengah, Tabalong dan Tanah Bumbu merupakan langganan banjir tahunan. Hal ini disebabkan menipisnya daerah resapan air di Pegunungan Meratus akibat penebangan liar dan eksploitasi pertambangan.
Deteksi Dini
Mengantisipasi ancaman bencana banjir-banjir besar melanda Banua, BP DAS mengupayakan pemasangan alat pendeteksi dini bencana banjir. Alat itu bernama metigasi banjir.
“Cara kerja alat itu mirip early warning system pada saat gempa atau gelombang tsunami,” kata Eko.
Pendeteksi itu berupa tongkat yang berfungsi sebagai pengukur ketinggian  air. Secara online data yang ada bisa diketahui, termasuk jika sewaktu-waktu kondisinya membahayakan.
Selama ini pengamatan banjir dan ketinggian air hanya diterapkan secara manual. Nantinya, setiap pergerakan air baik dalam kategori bahaya, biasa saja atau waspada akan terpantau. “Alarm tanda berbahaya secara otomatis akan berbunyi memperingatkan kepada warga di sekitar  DAS,” imbuhnya.
Sayangnya, alat tersebut hingga kini belum bisa dioperasikan oleh BP DAS. Eko mengaku alat itu baru beroperasi 2008 mendatang. “Kita masih dalam tahap persiapan, termasuk sosialisasi kepada warga di sekitar DAS,” katanya. niz

“Itu Kebakaran Biasa”

Jumat, 05-10-2007 | 22:55:46

  • Percikan Api Kenai Apron

BANJARBARU, BPOST - Kendati sudah mulai menjalar hebat, kebakaran lahan di Kalsel dipandang Gubernur Rudy Arifin masih belum mengkhawatirkan. Bahkan dia mengatakan kalau kebakaran itu masih kategori biasa.

Pun saat menyaksikan kebakaran di areal Bandar Udara Syamsudin Noor yang bahkan percikan apinya sempat melompat ke dalam areal apron, Kamis (4/10) siang. Padahal, saat itu kebetulan kebakaran yang melanda apron bersamaan saat Gubernur Kalsel yang baru saja turun dari salah satu pesawat perintis.

"Ah, itu kebakaran bias. Kebakaran lahan saat ini juga jauh menurun sampai sisanya 15 persen saja dari tahun sebelumnya," ujar Rudy Arifin, ditemui usai menghadiri upacara HUT ke-62 TNI di lapangan Murdjani Banjarbaru, Jumat (5/10).

Mantan Bupati Banjar itu, mengatakan, justru yang patut diwaspadai saat ini kebakaran kebakaran yang telah merambah permukiman.

Menurutnya, banyaknya warga Kalsel yang menjadi korban kebakaran membuat semua Satkorlak ikut bersiap siaga.

Selain itu, Gubernur juga mengimbau agar semua pihak bersama-sama mengantisipasi terjadinya bencana kebakaran. Caranya, meningkatkan.

Pantauan BPost, kebakaran lahan kembali melanda kawasan Bandara Syamsudin Noor, Kamis (4/10) pukul 13.00 Wita. Kali ini api menjalar lebih hebat, karena percikan api sempat masuk ke dalam areal apron baru di sebelah Timur.

Informasi didapat, api mulai menjalar dari hamparan rumput di lapangan terbuka di sebelah Barat apron baru. Api terus membesar di bawah panasnya sinar matahari.

Kencangnya hembusan angin membuat api terus membara sampai-sampai percikannya masuk ke dalam kawasan apron. Asap hitam ditambah hawa panas di sekitar apron mulai terasa. niz

Satwa Berlarian ke Luar Hutan

Senin, 01-10-2007 | 01:31:23

  • Lagi, Kebakaran Rambah Hutan Meratus

BANJARBARU, BPOST - Kebakaran lahan kembali merambah kawasan hutan lindung juga kawasan konservasi. Akibatnya, habitat satwa khas Kalimantan yang seharusnya dijaga untuk menjaga kelestarian lingkungan rusak.

Data pada Pos Siaga Bencana Kebakaran Lahan dan Kabut Asap Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalsel mencatat pada pekan terakhir September ini setidaknya ada 15 hot spot di kawasan konservasi dan di hutan lindung. Paling banyak di Taman Hutan Rakyat (Tahura) Kabupaten Banjar ada 12 titik panas.
Pantauan satelit NOAA-AVHRR (National Oceanic Atmospheric Administration Advanced Very High Resolution Radiometer) 18/15/12 mendeteksi ada tiga titik panas (hot spot) di Hutan Lindung Meratus.
Hasil potretan satelit ini menunjukkan dua lahan di hutan Kabupaten Tabalong dan satu titik api terlihat di hutan Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS).
Pantauan itu dibuktikan dengan mulai berlariannya satwa khas Kalimantan seperti Owa Owa, lutung dan burung berlarian ke luar hutan guna menyelamatkan diri, saat mengetahui tempat tinggalnya rusak.
“Naluri satwa kan kadang lebih tahu duluan dari manusia, jadi begitu ada tanda kerusakan mereka lari,” ujar Amir Hamzah, kepala BKSDA Kalsel.
Selain itu, aku Amir sejumlah vegetasi khas Kalimantan seperti pohon kayu ulin, meranti dan sejenisnya ikut terbakar. Walau jumlahnya tak banyak. Namun, ia tak merincikan, berapa luasan lahan dan jumlah penghuninya yang ikut terbakar di sana.
Kebakaran di dalam lahan hutan lindung ini, ungkapnya masih tergolong kecil. Jumlahnya hanya 36 persen saja dari keseluruhan titik api yang muncul sebanyak 415. Dominasi pembakarn sebanyak 64 persen justru berada di areal penggunaan lain (APL) seperti ladang penduduk atau semak belukar di luar hutan.
Terbakarnya lahan hutan lindung dan kawasan konservasi itu, ujar Amir memang bukan menjadi sumber awal api. Awalnya api bermula dari pembakaran lahan di areal penggunaan lain oleh penduduk di sekitar hutan.
Namun, karena terik matahari yang cukup menyengat, tak pelak membuat api semakin lama semakin besar. Api akhirnya melalap tumbuhan yang masuk wilayah hutan yang dilindungi tersebut.
Antisipasi dan upaya penanggulangan yang mereka lakukan ialah mempersiapkan 29 daerah operasi (DAOPS) lengkap dengan brigade pengendalian kebakaran hutan (Manggala Agni). niz
baca juga:

Cegah Sejak Awal

KEBAKARAN lahan dan hutan di Kalsel dipandang tak bisa dipandang secara parsial. Pun upaya penanganannya, bukan saatnya lagi hanya ditanggulangi, melainkan harus ada antisipasi.
Berry Nahdian Furqan, direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Kalsel menyarankan, pemerintah tak lagi terlampau melekatkan program penanganan bencana ini dengan labelnya sendiri. Jauh dari itu, masyarakat sebaiknya lebih banyak dilibatkan di dalamnya.
“Saya kira program kebakaran lahan ini memerlukan program terintegrasi antara pemerintah dan masyarakat. Pelibatan masyarakat terutama dalam upaya pencegahan musibah kebakaran lahan sampai merambah ke hutan lindung dan mengancam satwa dan tumbuhan di dalamnya tak terulang terus sangat perlu,” sarannya.
Konkretnya, ungkap Berry sudah saatnya masyarakat diajak melakukan identifikasi di daerah mana saja titik rawan terjadinya kebakaran lahan.
Dia yakin program ini secara tak langsung menyadarkan pentingnya tak membakar lahan tanpa menyalahkan pemerintah. niz

Sunday, December 02, 2007

Masyarakatkan Peta Rawan Bencana

Senin, 03-09-2007 | 23:43:57

SERAMBI INDONESIA
Berdasarkan daftar inventaris yang disusun United Nations Development Program (UNDP), gempa bumi menduduki peringkat teratas dari 12 jenis bencana yang dianggap rawan terjadi di Aceh. Sebagai contoh, pascagempa bumi yang disusul gelombang tsunami pada 26 Desember 2004 hingga April 2007 lalu, di Aceh terjadi 14.859 kali gempa bumi. Tapi yang dirasakan cuma 314 kali.

Hasil inventarisasi Disaster Risk Reduction Unit UNDP, di Aceh ada 12 jenis bencana: gempa bumi, tsunami, angin puting beliung, kebakaran hutan, banjir, tanah longsor, erupsi gunung berapi, kekeringan, konflik sosial, epidemi malaria, penyakit TB, demam berdarah, flu burung, bahaya pencemaran industri. Dari semua itu, ada empat bencana yang perlu menjadi perhatian serius yaitu gempa bumi, tsunami, gunung berapi, banjir dan tanah longsor.
Menjadi persoalan sekarang adalah masyarakat kita belum tahu tentang peta kerawanan bencana. Akibatnya, mereka tidak siap atau bahkan tidak tahu bagaimana menyiapkan diri menghadapi peristiwa yang tak diinginkan itu.
Oleh sebab itu, pascateridentifikasinya kerawanan bencana itu, pemerintah tak boleh bersikap diam. Instansi terkait mestinya sejak sekarang menyosialisasi peta daerah rawan bencana kepada masyarakat, agar mereka bisa mengantisipasi bencana.
Peta daerah rawan bencana apa pun di Aceh perlu disosialisasi secara bersinergi antara pemerintah dan elemen masyarakat, sehingga bisa meminimalkan korban harta, benda dan jiwa. Pemerintah pun perlu melakukan pendekatan persuasif dan edukatif kepada penduduk, agar mereka mau pindah dengan kesadaran sendiri dari kawasan tempat tinggalnya yang rawan bencana, utamanya tanah longsor dan banjir.
Jika penduduk tetap tak mau pindah ke daerah lain yang aman dari bencana, mereka perlu diberi pembekalan/pemahaman tentang langkah taktis maupun teknis agar dapat melakukan antisipasi cepat dan tepat ketika terjadi bencana.
Membangun pengertian penduduk untuk menghindar dari daerah rawan bencana merupakan hal yang sangat penting. Sebab, efektivitas upaya penanggulangan bencana yang berdampak membawa korban jiwa, harta dan benda tergantung kesadaran masyarakat. Di pihak lain, masyarakat pun harus menyadari kalau pencegahan atau penanggulangan bencana hanya dibebankan kepada pemerintah jelas takkan terselesaikan. Bencana sangat kompleks, karakteristik wilayah bencana variatif dan memerlukan biaya tinggi untuk mengondisikan apalagi mengubah wilayah itu menjadi minim rawan bencana.
Menghindari daerah rawan bencana berdasarkan peta daerah rawan bencana yang disusun menjadi kunci solusi penting, agar penduduk terhindar dari bencana yang dapat menimbulkan korban jiwa, harta dan benda.
Oleh karena itu, penduduk yang bermukim di daerah rawan bencana harus mematuhi pemanfaatan lahan sesuai konsep tataruang yang ditentukan, melaksanakan budaya hidup bersih, tak mendirikan bangunan di bantaran sungai dan tak menebang pohon pelindung di daerah resapan air.
Instansi terkait perlu memberi informasi secara kontinyu sejak sekarang kepada kalangan masyarakat mengenai perubahan cuaca, iklim atau situasi tertentu yang patut diduga akan mengakibatkan bencana. Masyarakat harus diberi edukasi penyiapan guna mengambil langkah pencegahan secara umum maupun spesifik, seperti penanaman pohon penghijauan dan menghindari penebangan pohon di hutan secara liar.
Langkah antisipasi sebetulnya sangat sederhana dan gampang melakukannya. Menjadi persoalan, kita punya budaya mengabaikan banyak hal. Termasuk yang mengancam keselamatan jiwa kita sendiri.

Hot Spot Tinggal 200

Senin, 24-09-2007 | 02:10:30

  • Menhut Laporkan Pengusaha Malaysia dan Taiwan

MARTAPURA, BPOST - Hot spot atau titik panas di seluruh Indonesia kini tinggal 30 persen atau tinggal 200 hingga 300 titik saja. Jumlah titik panas itu terdapat di Kalbar dan Kalteng, dan sebagian kecil di Jambi dan Riau.

Menteri Kehutanan, Malam Sambat (MS) Kaban mengatakan, jumlah itu jauh di bawah target pemerintah untuk menurunkan hot spot hingga 50 persen.
Menurutnya, jumlah titik panas tahun lalu mencapai 1.300 titik dan sempat diprotes banyak negara tetangga karena mengganggu kesehatan, ekonomi dan penerbangan. Tapi kini, kesadaran masyarakat untuk tidak membakar lahan dinilai telah berhasil. Pemerintah juga terus berupaya menekan jumlah pembakaran lahan di seluruh wilayah.
“Hot spot yang ada kini tinggal kecil sekali, padahal ini sudah bulan September. Sekarang tinggal 200-300 titik saja di Kalbar dan Kalteng. Dua wilayah itu memang rawan pembakaran lahan,” kata MS Kaban saat silaturahmi di Ponpes Darussalam Martapura, Minggu (23/9).
Meski demikian, kata Kaban, pemerintah tetap akan mendatangkan dua pesawat pembom air dari Rusia untuk berjaga-jaga. Pesawat dengan kapasitas 5.000 liter air sekali angkut itu dalam waktu dekat sudah dikirim ke Kalteng. Dua pesawat itu juga akan dibantu satu buah helikopter.
Mengenai pembalakan liar, pihaknya juga tengah gencar melakukan penekanan. Kini, penebangan hutan di Indonesia hanya tinggal 9,1 juta kubik dari 24 juta kubik pada tahun lalu. Diharapkan tahun mendatang penebangan hutan itu bisa berkurang dan berganti dengan program penanaman massal satu juta pohon.
Dikatakan, sebagai bukti keseriusan pemerintah memberantas penebangan liar, pihaknya telah melaporkan dua pengusaha asal Malaysia dan Taiwan ke polisi. Dua pengusaha itu melakukan penebangan di Kalbar.
Menurutnya, kebiasaan masyarakat membakar lahan untuk usaha pertanian harus dihentikan. Petani, kata dia, harus mengubah kebiasaan mengelola pertanian secara tradisional menjadi profesional. Untuk itu, pemerintah daerah harus mengajari petaninya mengelola pertanian secara profesional dan menyediakan fasilitas dan peralatan yang dibutuhkan. sig

Basung Belum Bebas Banjir

Senin, 10-09-2007 | 01:11:51

BANJARBARU, BPOST - Warga di sekitar Basung Kecamatan Cempaka Banjarbaru masih dibayang-bayangi bencana banjir. Datangnya air musiman ini hingga ke permukiman warga belum sepenuhnya dapat teratasi, karena proyek normalisasi sungai belum tuntas.

Dinas Kimpraswil setempat menyisakan satu pekerjaan lagi yakni pelebaran saluran air berupa gorong-gorong di depan Masjid Basung. Selama ini, pengerukan Sungai Pumpung pun menjadi sia-sia, karena tak bisa menampung volume air saat hujan deras berdurasi lama datang.
Gorong-gorong di bawah jembatan menjadi tak berfungsi karena banyak tumpukan sampah yang nyangkut. Akibatnya jalannya air pun tersumbat dan meluber ke permukiman warga.
Warga berharap ada ketegasan Pemko Banjarbaru untuk menertibkan bangunan di bantaran sungai, terutama di Basung. Semakin padatnya bangunan di sana cukup membuat badan sungai menyempit. Akibatnya, saluran air tersumbat.
Sebelumnya diketahui, proyek normalisasi Sungai dari Parit Besar, Kelurahan Bangkal ke arah Sungai di Ujung Murung Kelurahan Sungai Tiung sempat terhenti, akhir 2006 tadi. Pelaksana, kesulitan untuk melanjutkan pekerjaan senilai Rp 348 Juta ini karena terbentur oleh lahan milik warga serta aktifitas pendulangan yang tengah berlangsung.
Fahrudin, kabid Pengairan Dinas Kimpraswil Kota Banjarbaru membenarkan adanya ketakutan warga itu. Pihaknya pun mengaku sangat menyadari permintaan warga. Hanya sayangnya, ujarnya proyek ini tak dapat dilakukannya, karena terkendala dengan jalan provinsi.
“Itu artinya sudah proyek Kimpraswil Provinsi. Pemko Banjarbaru sebenarnya oleh Pak Walikota sudah akan dianggarkan, namun karena terkait jalan provinsi, kami tak berhak,” terang Fahrudin. niz