Monday, December 15, 2008

Banjir Disebabkan Memburuknya Daya Dukung Lingkungan

Senin, 15 Desember 2008 11:25 redaksi

BANJARMASIN - Banjir yang terjadi di beberapa daerah di Kalimantan Selatan (Kalsel) dalam beberapa bulan terakhir, disebabkan daya dukung lingkungan yang memburuk akibat berbagai aktivitas seperti pertambangan dan pembabatan hutan.

Kepala Stasiun Klimatologi Banjarbaru, Budihardjo, Sabtu, mengungkapkan, curah hujan di Kalsel masih dalam tahapan normal yaitu 400 mm per bulan.

"Kalau curah hujan berkisar pada 400 mm per bulan, itu masih keadaan normal, seharusnya tidak menyebabkan banjir, apalagi sampai di perumahan maupun persawahan," katanya.

Banjir yang sering terjadi di Kalsel kemungkinan karena mulai memburuknya daya dukung lingkungan, terutama di beberapa daerah langganan banjir.

Pada saat terjadi curah hujan secara terus menerus, maka beberapa daerah itu langsung terendam. Untuk itu perlu adanya upaya perbaikan lingkungan secara terkoordinasi dari semua pihak, untuk menghindari terjadinya banjir yang lebih besar.

Puncak terjadinya banjir di Kalsel akan dimulai pada awal Januari hingga Februari 2009, terutama untuk daerah-daerah pesisir bagian selatan.

Di daerah-daerah pesisir, seperti Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS), Tanah Laut, dan Tanah Bumbu, diperkirakan curah hujannya akan lebih tinggi dibanding daerah-daerah lain.

Dengan demikian, tambahnya, daerah-daerah tersebut harus lebih waspada, dalam menghadapi kemungkinan terjadinya banjir besar di beberapa daerah tersebut, terutama di Kabupaten Tala dan Tanbu yang merupakan kabupaten langganan banjir.

Menurut dia, yang perlu diwaspadai adalah, curah hujan yang cukup lebat, kendati hanya dalam waktu tidak terlalu lama. "Hujan seperti itu, kendati sebentar tapi membahayakan, karena lingkungan tidak akan mampu lagi menampung air yang datang dalam jumlah besar dalam waktu bersamaan", katanya.

Kondisi tersebut berbeda dibanding dengan curah hujan yang datang secara terus menerus, namun tidak terlalu deras, tidak akan mengakibatkan banjir besar, demikian Budihardjo. ant/mb05

Monday, December 08, 2008

Barabai Mulai Tergenang

Minggu, 30-11-2008 | 19:56:35

BARABAI, BPOST - Hujan lebat yang terjadi pada beberapa hari terakhir ini mengakibatkan luapan air di Sungai Barabai, mulai menggenangi sebagian kawasan wilayah Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), Kalsel khusunya Kota Barabai.

Pantauan BPost Online sebagian kawasan sudah terendam banjir yakni dikawasan jalan Brigjen Hasan Basry, dan Kamasan. "Yang dikhawatirkan adalah apabila hujan terus -menerus maka terjadi lagi banjir. Sebagian kawasan sudah terendam air,”kata salah satu warga Kamasan, Barabai.

Akibat meluapnya air setinggi tumit manusia ini, warga tidak berani turun ke tempat pemandioan (lanting) karena ketinggian air dan derasnya arus sungai sehingga cukup membahayakan.

Thursday, November 27, 2008

Juai dan Halong Banjir

umat, 28 November 2008 11:45 redaksi

PARINGIN - Banjir kembali melanda sejumlah desa di Kecamatan Juai dan Halong. Kondisi naiknya permukaan air terjadi sejak Selasa malam, dan sejak Rabu air sudah merendam sedikitnya tiga desa di Juai, yaitu Desa Galumbang, Teluk Bayur dan sebagian kawasan Mungkur Uyam.

Sementara di Kecamatan Halong, Desa Bangkal dan Baruh Panyambaran juga tergenang air. Namun dilaporkan angka pasti berapa jumlah jumlah, fasilitas sekolah maupun tempat umum yang turut terendam banjir.

Syahril, Kepala Seksi Trantib (Ketenteraman dan Ketertiban) Kantor Camat Juai mengatakan, petugas Linmas dan Organisasi Relawan Penanggulangan Bencana di Kecamatan Juai telah mengantispasi musibah ini.

Warga ketiga desa di kecamatan itu pun sudah bersiaga sejak beberapa waktu sebelumnya, tatkala hujan mulai sering turun.

"Hampir tiap tahun di Juai ada banjir. Sehingga kami, mau tidak mau, pasti antisipasi dan siaga," katanya.

Menurut penuturan Syahril, di beberapa bagian desa air mencapai ketinggian hampir satu meter. Namun demikian, tak ada korban jiwa dalam musibah ini. Warga desa juga belum memutuskan untuk mengungsi dari tempat tinggal masing-masing.

"Situasi masih terkendali. Kami sudah koordinasi dengan Satlak (Satuan Pelaksana) Penanggulangan Bencana," lanjut Syahril.

Dia menambahkan, petugas dari Dinas Sosial, Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan Kabupaten Balangan juga telah turun ke lapangan untuk melakukan pengamatan, sejauh mana bantuan teknis yang perlu diturunkan.

Dilaporkan juga selain di kawasan Balangan, di sejumlah wilayah di Kalimantan Selatan mulai terendam air, disebabkan tingginya curah hujan, seperti di Kabupaten HSU.

Sunday, November 23, 2008

Ratusan Buah Rumah Terendam Banjir

Senin, 24 November 2008 11:10 redaksi

BATULICIN - Hujan deras yang mengguyur dua desa di Kecamatan Simpang Empat, yakni Desa Antasari dan Tungkaran Pangeran, Sabtu (12/11) siang sekitar pukul 15.00 Wita, mengakibatkan ratusan rumah penduduk terendam air.

Sementara itu, akibat banjir tersebut ratusan rumah penduduk Jalan Mulawarman dan Jalan Perjuangan Desa Tungkaran Pangeran ikut terendam air. Air yang merendam ruas jalan dan rumah-rumah penduduk ini memang tidak berlangsung lama.

Tetapi warga setempat sempat dibuat panik. Pasalnya, warga setempat khawatir akan terjadi banjir besar hingga menenggelamkan rumah mereka. Beruntung, kekawatiran warga tidak berlangsung lama, ini setelah air berangsur turun (surut).

Dalam waktu bersamaan, banjir juga terjadi di Jalan Banyuwangi RT 01 Desa Antasari, hasil pemekaran dari Desa Tungkaran Pangeran. Tercatat sekitar 100 rumah warga turut terendam dan ketinggian air dalam rumah hingga pergelangan kaki orang dewasa.

Sementara itu, air baru mulai surut sekitar empat jam setelah hujan deras tersebut redah. Namun, hingga malam sekitar pukul 22.00 Wita, arus lalu lintas masih macet. Sebab ruas jalan raya itu masih terendam air.

Salah satu korban banjir dari warga Jalan Mulawarman, Nanang Rusmani, mengatakan, banjir ini mulai terjadi beberapa hari lalu saat air dari hulu turun deras. Namun banjir meluas setelah hujan turun deras Sabtu (12/11) sore kemarin.

Ia memperkirakan, banjir ini tetrjadi lantaran sejumlah saluran air di sungai ini tertutup oleh bangunan maupun sampah yang selama ini dibuang secara sembarangan.

"Memang banjirnya tidak lama. Tetapi kalau hujan turun deras, maka air dari sungai meluap yang mengakibatkan rumah penduduk terendam. Peristiwa ini baru saja terjadi tahun ini. Sebelumnya kita di sini aman-aman saja dari banjir," katanya kepada Mata Banua.

Sementara itu sejumlah warga Desa Antasari, menduga banjir yang baru saja merendam rumah mereka akibat beberapa saluran air sekitar itu tertutup bangunan seorang pengusaha konglomerat di Tanah Bumbu.

Sebab, menurut warga, banjir ini baru saja terjadi setelah beberapa saluran air yang ada di wilayah tersebut tertutup oleh bangunan sang pengusaha.

"Dugaan kami kuat ke sana, di mana banjir ini terjadi karena saluran air yang ada sudah tertutup sehingga saat hujan turun air terpaksa meluar dan mengalir ke rumah-rumah penduduk maupun jalan raya," beber warga RT 01 ini.

Karena itu, warga berharap, Dinas Pekerjaan Umum (PU) kabupaten Tanah Bumbu maupun yang terkait dengan banjir ini, agar segera turun tangan membangun drainase sebagai bentuk untuk memperlancaran aliran air saat hujan turun.

Warga juga minta, saluran air yang diduga ditutupi oleh bangunan untuk dikembalikan keasal sebagai saluran air. Sebab jika hal tersebut dibiarkan, yang tetap mendapat bencana banjir ini ialah warga masyarakat kecil. rah/mb02

Saturday, November 15, 2008

Abrasi Pantai Kusan Hilir Kian Parah

Sabtu, 15 November 2008 11:44 redaksi

BATULICIN - Abrasi laut yang terjadi di pesisir Pantai Desa Sungai Lembu, Kecamatan Kusan Hilir, Kabupaten Tanah Bumbu (Tanbu) Kalimantan Selatan, dinilai semakin parah.

Dari pantauan kemarin, rusaknya pantai tersebut hingga kini mulai merambah ruas Jalan Trans Kalimantan dikawasan desa tersebut. Tingginya gelombang laut yang sempat terjaid beberapa waktu lalu menyebabkan puluhan jumlah pohon disepanjang pinggir pantai tumbang.

Tidak adanya penangkal gelombang mendorong air laut yang kerap meninggi naik kepermukaan hingga mengikis badan jalan Trans Kalimantan.

Hal itu diperparah rusaknya sebuah jembatan pada ruas jalan tersebut yang terlihat nyaris hanya seperti kerangka tiang besi, selain itu separuh badan jalan longsor terkena gelombang laut.

Jalan Trans Kalimantan merupakan sarana vital jalur transportasi darat yang menghubungkan Kabupaten Kotabaru dan Kabupaten Tanbu menuju Kota Banjarmasin, pusat Ibukota Provinsi Kalimantan Selatan.

Terkikisnya tebing jalan dan rusaknya sarana jembatanyang disebabkan abrasi laut dikawatirkan mengganggu kelancaran transportasi yang melintasi jalur tersebut.

Meskipun pemerintah sudah mulai turun tangan memperbaiki struktur jembatan, namun dari segi proses pengerjaan masih terkesan lamban.

Tingginya gelombang laut yang bisa muncul setiap saat dikhawatirkan lebih cepat merusak bagian jembatan dan memutuskan badan jalan.

"Perbaikan semestinya lebih cepat untuk dilakukan, jika tidak abrasi pantai semakin parah hingga memutus ruas jalan sebagaimana yang pernah terjadi 2006 silam," kata Erma (31), warga Batulicin yang melintasi jalan tersebut. an/mb02

Thursday, November 13, 2008

HSU Juga Siap Hadapi Banjir

Kamis, 13-11-2008 | 12:55:59

AMUNTAI, BPOST - Bagian Kesbanglinmas Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU), Kalsel menggelar pelatihan tanggap bencana bagi seluruh anggota Taruna Tanggap Bencana (Tagana) didaerah itu.

Hal ini sebagai persiapan dini menghadapi ancaman banjir tiap tahun yang mungkin kembali terjadi tahun ini. "Kabupaten kita berada didataran rendah, jadi rawan banjir. Untuk itu kami sejak dini harus mempersiapkan kondisi itu," ungkap Kabag Kesbanglinmas Kabupaten HSU, H Fathurrahman, Kamis (13/11).

Monday, November 10, 2008

Abrasi Ancam Pantai Gedambaan

Sabtu, 8 November 2008
KOTABARU – Banyaknya penebangan pohon yang tumbuh di tepi Pantai Gedambaan dan sekitarnya menyebabkan abrasi pantai. Pasalnya, pohon yang menjadi penahan deburan ombak itu kian berkurang.

Pantauan Koran ini di sekitar lokasi Pantai Gedambaan, areal yang dulunya hijau dan ditumbuhi semak belukar, pohon-pohon liar, seperti laban, serta pohon kelapa, sebagian telah dibabat.

Akibat terus dibuka, bibir pantai yang menjadi obyek wisata yang terus dipadati wisatawan domestik dan sebagian asing, terutama pada hari Minggu dan hari-hari libur tersebut, akhir-akhir ini mulai digerus gelombang pasang hingga beberapa meter ke arah daratan.

Ancaman abrasi bukan hanya terlihat pada pusat lokasi wisata Pantai Gedambaan saja. Namun awal kehancuran pantai tersebut dapat dilihat di sepanjang pantai Desa Gedambaan mulai kilometer 11 Jalan Berangas hingga kilometer 14.

Puluhan meter siring beton yang dipasang dan berfungsi menahan deburan ombak belakangan ini telah runtuh. Sementara belasan meter siring yang masih dapat bertahan pondasinya juga mulai digerus gelombang yang tidak lama lagi akan segera roboh.

"Jika pamerintah tidak segera mengantisipasi masalah ini, beberapa tahun ke depan banyak pantai yang terus digerus abrasi air laut,” ujar Yadi, warga Dsa Gedambaan. Ancaman abrasi ini memang menjadi momok bagi masyarakat yang tinggal di pesisir pantai. Pasalnya, beberapa kawasan pesisir pantai sudah terjadi abrasi yang luar biasa. Abrasi tersebut terjadi karena sudah tidak adanya lagi kawasan penyangga (buffer zone) abrasi seperti tanaman bakau atau mangrove.

Terlihat jelas perbedaannya, beberapa kawasan pesisir pantai yang sudah tidak ada lagi buffer zone kian hari terus tergerus air laut. Sementara pesisir pantai yang masih ada kawasan penyangga tetap tak terusik dengan hantaman ombak tiap hari. Padahal pemerintah daerah sudah beberapa kali menganggarkan penghijauan dan menanaman pohon mangrove, namun sampai sekarang ini tidak terlihat hasil yang memuaskan. (ins)

Kalsel Waspada Banjir November

Sabtu, 01-11-2008 | 09:49:26

BANJARMASIN, BPOST - Warga Kalimantan Selatan (Kalsel), terutama yang tinggal di kawasan rawan banjir, diminta untuk mewaspadai tibanya musim hujan yang diprediksi terjadi pada awal November 2008.

Kabid Perlindungan Masyarakat Kesbanglinmas Kalsel, Akhmad Arifin, di Banjarmasin, Jumat, mengatakan, diperkirakan mulai awal November intensitas curah hujan di Kalsel semakin tinggi.

Sehingga kemungkinan terjadinya banjir, terutama di kawasan rawan Banjir di empat Kabupaten, yaitu Kabupaten Tanah Laut (Tala), Kotabaru, Batulicin dan Kabupaten Banjar, juga semakin tinggi.

Warga di keempat daerah itu, terutama beberapa kecamatan yang menjadi langganan banjir, diharapkan meningkatkan kewaspadaannya, mengingat banjir bisa datang secara tiba-tiba, terutama bila hujan terus menerus.

"Saat ini, kendati terjadi hujan, namun tidak setiap hari, sehingga banjir belum terjadi di beberapa daerah," katanya.

Kondisi itu berbeda dibanding musim hujan, kendati hujan yang turun tidak terlalu deras, tetapi bila terjadi terus menerus maka bisa menimbulkan banjir.

Bupati melalui Satkorlak masing-masing daerah juga diimbau untuk selalu menyiagakan peralatan evakuasi bagi korban banjir. Dalam beberapa kejadian banjir, Satkorlak kesulitan untuk mendapatkan tempat bagi para pengungsi. "Hal tersebut harus diantisipasi lebih awal," katanya.

Beberapa daerah rawan banjir, di antaranya adalah Kecamatan Asam-Asam, Jorong, Pelaihari di Kabupaten Taladan.

Dicontohkannya, pada Agustus 2008 lalu, banjir besar terjadi di Kecamatan Asam-Asam dan beberapa kawasan lainnya. Air tidak hanya merendam ratusan rumah warga, tetapi juga beberapa ruas jalan yang mengakibatkan arus lalu lintas lumpuh total.

Ketinggian air di jalanan mencapai satu meter bahkan lebih, sehingga tidak satu pun angkutan yang berani melintasinya. Saat itu, sebagian besar warga dari 15 RT (688 jiwa) yang rumahnya terendam banjir diungsikan, bahkan empat warga tewas terseret arus. "Kondisi seperti itu bisa terulang pada musim hujan saat ini, sehingga warga harus selalu waspada," katanya.

Monday, October 13, 2008

Jalan Magalau Berlumpur

Senin, 29 September 2008
KOTABARU - Jalan sepanjang sekitar 20 km yang menghubungkan kota Magalau, di Kelumpang Barat, dengan Sungai Nyamuk di Sampanahan Kabupaten Kotabaru, sebagian besar kondisinya berlumpur merah dengan kedalaman bervariasi.

Pantauan dilapangan, puluhan mobil rombongan Bupati Kotabaru, H Sjachrani Mataja, yang akan melaksanakan safari Ramadan dan peninjauan proyek di daratan Kalimantan selama lima hari, dibuat kalang kabut saat melintasi jalur yang penuh lumpur dalam tersebut.

Kondisi jalan yang berlumpur tersebut sudah terjadi sejak tahun-tahun terakhir, terutama sejak terjadinya banjir bandang di wilayah tersebut, serta melintasnya mobil-mobil besar yang melebihi kapasitas muatan.

Puluhan unit mobil rombongan bupati secara bergiliran melintasi kubangan-kubangan lumpur merah hingga kedalaman sekitar satu meter lebih, dengan laju kecepatan kurang dari 5 km per jam.

Selain jalan berlumpur dan berbatu, luas badan jalan juga melebar ke kanan dan kiri, akibat pengguna jalan memilih untuk menghindari kubangan dalam. Kerusakan jalan bukan hanya terjadi di jalur yang menghubungkan dua kecamatan tersebut, yakni wilayah Kecamatan Kelumpang Hilir dan Sampanahan, tetapi juga terjadi di wilayah Kecamatan Sungai Durian dan beberapa kecamatan di daratan Kalimantan.

Masrudin MT, Kepala Bidang Bina Marga dan Jembatan Dinas Pekerjaan Umum Kotabaru, mengakui jalur di wilayah Magalau-Sampanahan kondisinya rusak berat.

"Kerusakan tersebut terjadi sejak beberapa tahun terakhir, tepatnya setelah banyak melintasnya mobil-mobil tronton mengakut alat berat untuk dibawa ke tambang batubara," jelasnya.

Kerusakan tersebut diperarah dengan terjadinya banjir bandang di wilayah itu, sehingga material jalan terkikis oleh banjir tersebut.

"Meskipun tahun 2006 lalu jalan tersebut diperbaiki dengan menggunakan dana sekitar Rp1 miliar, namun akibat mobil yang melintas melebihi kapasitas jalan dan ditambah dengan banjir, badan jalan tersebut cepat rusak," katanya.

Untuk membantu kelancaran transportasi di wilayah Kecamatan Sampanahan, pemerintah daerah tahun 2008 mengalokasikan dana sekitar Rp775 juta untuk perbaikan jalan di kota kecamatan Gunung Batu Besar di Sampanahan. (ins)

Tuesday, September 23, 2008

Bencana Alam Telan 11 Orang

Rabu, 24 September 2008 01:27 redaksi

BANJARMASIN - Selama tahun 2008 (Januari-September), akibat bencana alam seperti banjir dan angin ribut atau angin puting beliung di Kalimantan Selatan mengakibatkan 11 orang warga masyarakat meninggal dunia.

Kepala Dinas Kesejahteraan Sosial Kalsel, Hm Bahriar Hanafi, SH MSi, melalui Kasubdin Bina Organisasi dan Penanggulangan Bencana (BOPB), Drs H Jakaria, kemarin, menyebutkan, korban meninggal dunia itu terbanyak dari Kabupaten Tanah Bumbu (Tanbu) sebanyak lima orang.

Selain itu, korban meninggal dunia lainnya dari Kabupaten Tanah Laut (Tala) sebanyak empat orang, Kabupaten Kotabaru dan Kota Banjarmasin masing-masing satu orang.

Sedangkan korban luka-luka sebanyak 12 orang yakni di Kabupaten Tanah Bumbu sebanyak enam orang, Kota Banjarbaru empat orang dan Kota Banjarmasin satu orang.

Dia menjelaskan, kerugian akibat bencana alam di Kalsel tahun 2008, hingga September mencapai Rp2,410 miliar atau mengalami penurunan dibandingkan bulan yang sama tahun 2007 lalu yang mencapai Rp5,788 miliar.

Kerugian bencana alam di Kalsel yang mencapai Rp2,410 miliar tersebut, terbanyak dialami masyarakat di Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) mencapai Rp1,240 miliar, disusul Kabupaten Banjar sekitar Rp855 juta.

Sementara itu, tiga daerah lainnya di pesisir timur Kalsel yakni Kabupaten Kotabaru, Tanah Laut dan Kabupaten Tanah Bumbu, tidak ada laporan kerugian akibat bencana banjir tersebut, padahal banjir di tiga daerah itu paling sering tahun 2008 ini.

"Kita mengingatkan warga masyarakat yang tinggal di daerah rawan banjir di Kalsel untuk mewaspadai kemungkinan terjadinya banjir lagi pada akhir tahun 2008," katanya.

Dia menjelaskan, musibah banjir di Kalsel hingga bulan September 2008 sebanyak 21 kali, terbanyak di Kabupaten Tanah Laut sebanyak enam kali, disusul Kabupaten Tanah Bumbu empat kali dan Kabupaten Kotabaru tiga kali.

Selain itu, di Kota Banjarbaru, Kabupaten Banjar, Tapin dan Kabupaten Hulu Sungai Selatan masing-masing sebanyak dua kali, kemudian tanah longsor dua kali di Kabupaten Tabalong.

Selanjutnya, angin ribut atau angin puting beliung selama tahun 2008 ini sebanyak 17 kali, terbanyak di Kabupaten Banjar sebanyak lima kali, disusul Kabupaten HSS empat kali, Banjarmasin dan Kabupaten HSU masing-masing dua kali.

Kemudian, Kabupaten Tabalong, Kotabaru, Kabupaten Tapin dan Kota Banjarbaru masing-masing sekali, sementara itu bencana alam lainnya gempa bum, sekali di Kabupaten HSS dan sekali di Kabupaten Kotabaru.

Akibat bencana alam itu, menyebabkan 22.853 kepala keluarga (KK) atau 66.667 jiwa menjadi korban, terbanyak korban berasal dari Kabupaten HSS mencapai 8.602 KK atau 9.089 jiwa, disusul Kabupaten Tanah Bumbu sebanyak 6.929 KK atau 32.365 jiwa.

Bencana alam di Kalsel tersebut menyebabkan empat buah rumah penduduk rusak total, sembilan buah rumah rusak berat dan 10 buah rumah rusak ringan. ani/mb05

Monday, September 22, 2008

4 Kabupaten di Kalsel Rawan Longsor

Selasa, 23 September 2008 | 09:20 WIB

BANJARMASIN, SELASA - Para pemudik Idulfitri 1429 Hijriah/2008 diminta mewaspadai daerah rawan longsor di empat kabupaten di Provinsi Kalimantan Selatan.
"Longsor kerap terjadi di wilayah empat kabupaten. Keadaan tersebut sangat membahayakan pengendara kendaraan bermotor, termasuk pemudik," kata Direktur Lalu  Lintas Polda Kalsel, Kombes Agung Budi, di Banjarmasin, Selasa.
Ia menyarankan para pengguna jalan raya agar selalu berhati-hati saat melintasi jalan yang rawan longsor itu. Jalan rawan longsor yang masuk dalam data Direktorat Lalu Lintas Polda Kalsel saat ini adalah jalan menuju Desa Batung Kecamatan Piani, Kabupaten Tapin. Kemudian di Kecamatan Loksado, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, yakni di Jalan Desa Ajung Tabalik Km 21; di Kabupaten Balangan terdapat dua jalan yang rawan longsor yaitu Jalan Desa Hujan Emas Kecamatan Paringin dan Jalan Desa Kusambi.
Sementara itu, untuk Kabupaten Tanah Bumbu juga terdapat dua ruas jalan yang rawan longsor yaitu Jalan Desa Pulau Salak Km 230 Kecamatan Pagatan dan Jalan Desa Mentewe Km 57 Kecamatan Mentewe.

Friday, September 19, 2008

Gubernur Janji Kaji Bersama Atasi Banjir

Sabtu, 20 September 2008 13:29 redaksi

BANJARMASIN - Gubernur Kalimantan Selatan, H Rudy Ariffin, berjanji akan melakukan kajian bersama dengan Balai Besar Bina Marga dan Balai Besar Sumber Daya Air, terkait upaya mengatasi banjir di pesisir timur Kalsel.

"Kita akan mengkaji bersama penyebab dan bagaimana upaya yang harus dilakukan pemerintah untuk mengatasi bencana banjir di kawasan pesisir timur Kalsel," ujarnya di Desa Sebamban Kampung, Kecamatan Sungai Loban, Kabupaten Tanah Bumbu (Tanbu), Rabu (18/9).

Pernyataan orang nomor satu di jajaran Pemerintah provinsi (Pemprov) Kalsel itu disampaikan seusai melakukan peninjauan ruas jalan trans Kalimantan lintas selatan yang terkena banjir beberapa waktu lalu.

Menurut Rudy, dari hasil peninjauan di lapangan ternyata ada empat titik di ruas jalan trans Kalimantan lintas selatan yang paling rawan terhadap banjir, mulai dari Kabupaten Tanah Laut, Km 119 hingga Km 206, Kabupaten Tanah Bumbu.

Dari hasil kajian bersama tersebut, kata Rudy, baru bisa diambil langkah-langkah untuk mengatasi banjir yang setiap hujan lebar akan menyebabkan banjir yang cukup deras sehingga mengganggu aktifitas warga masyarakat.

Dia mengatakan, melalui pengkajian bersama tersebut mungkin saja di empat lokasi yang paling rawan banjir tersebut nantinya akan dibangun jembatan layang atau dibuat gorong-gorong yang besar sehingga air cepat sampai ke laut.

Bahkan banjir yang melanda daerah tersebut awal September 2008 lalu, menyebabkan lalulintas lumpuh terutama di empat titik yang paling rawan banjir tersebut, karena ketinggian air lebih dari satu meter di ruas jalan trans Kalimantan.

Seperti diketahui, ruas jalan trans Kalimantan lintas selatan yang terkena banjir tersebut telah sedang dalam tahap pekerjaan dari sejumlah kontraktor, namun belum dilakukan pengaspalan untuk peningkatan kapasitas jalan.

Untuk empat titik yang mengalami kerusakan itu, direncanakan perbaikan teknis, tentunya hal itu merupakan pekerjaan tambahan dari pihak kontraktor.

Ketika melakukan peninjauan ruas jalan trans Kalimantan lintas selatan yang rusak akibat banjir itu, Gubernur H Rudy Ariffin, antara lain didampingi Wakil Bupati Tanah Bumbu, H Abdul Hakim dan Kepala Dinas Kimpraswil Kalsel, Ir HM Arsyadi, ME.

Ratusan Hektare Sawah Dirusak Banjir

Sabtu, 20 September 2008

BATULICIN - Musibah bisa terjadi kapan saja. Begitu juga musibah banjir yang melanda sejumlah kecamatan di Kabupaten Tanbu. Akibat musibah banjir itu, sejumlah desa di Kecamatan Kusan Hilir terendam air. Yaitu Desa Satiung dengan 260 KK (996 jiwa). Desa Serdangan sebanyak 175 KK dengan 749 jiwa. Desa Salimuran dihuni 384 KK dengan 1290 jiwa. Berikutnya, Desa Pulau Tanjung dihuni 198 KK dengan 769 jiwa. Terakhir, Desa UPK Karya Bhakti dihuni 86 KK dengan 306 jiwa.

Sementara itu, di Kecamatan Batulicin, sebanyak 469 KK dengan 1762 jiwa di Desa Kusambi rumahnya terendam air. Rinciannya, RT 01 sebanyak 92 KK dengan 355 jiwa, RT 02 sebanyak 54 KK dengan 192 jiwa. Kemudian, RT 03 sebanyak 61 KK dengan 235 Jiwa, RT 04 sebanyak 74 KK dengan 249 jiwa, RT 05 sebanyak 93 KK dengan 363 jiwa, dan RT 06 sebanyak 95 KK dengan 368 jiwa. Begitu juga banjir yang melanda Kecamatan Satui, Sungai Loban, Karang Bintang, Mantewe dan Kusan Hulu.

Akibat banjir itu, mengakibatkan ratusan hektare lahan persawahan juga ikut terendam air. Menurut keterangan Kabid Pertanian Akhmad Fauzi, pihaknya masih melakukan pendataan jumlah padi yang puso (rusak).

“Masih di data oleh petugas di lapangan,” katanya.

Dikatakannya, dari data sementara, pihaknya mencatat ada 600 hektare lahan persawahan yang terendam air. Meski begitu, dari jumlah itu tidak semua padinya puso.

“Masih ada yang bisa di panen,” katanya.

Wednesday, September 17, 2008

Kesbanglimas Siaga Antisipasi Bencana

Kamis, 18 September 2008
KOTABARU,- Untuk mengantisipasi terjadinya musibah yang berawal dari kelalaian dan bencana alam, Dinas Kebanglinmas Kotabaru telah bersiaga. Sebab, kemungkinan besar musim sekarang ini sudah memasuki musim panas, sehingga rawan terjadi bahaya yang tak terduga.

Kepala Kesbanglinmas Drs H Syajidan mengatakan, saat ini pihaknya terus bersiaga dan selalu melakukan patroli pada beberapa tempat. Bahkan, pasukan pemadam kebakaran juga disiagakan sampai lebaran mendatang.

“Selain itu, kami juga sudah menyampaikan kepada seluruh camat, jika di daerahnya terjadi bencana agar segera melaporkan musibah tersebut melalui SMS yang sengaja disediakan dan aktif selama 24 jam,” jelas Syajidan kepada wartawan.

Lebih jauh Syajidan menjelaskan, untuk Kabupaten Kotabaru memang ada beberapa titik-titik yang rawan bencana alam seperti banjir dan longsor pada musim hujan ini. Seperti di Kecamatan Hampang, Kelumpang Barat, Sampanahan, dan Pamukan Utara. Semua kawasan tersebut rawan terjadi bencana pada saat musim hujan. Sehingga semua kawasan rawan bencana tersebut selalu mendapat perhatian untuk mencegah terjadinya korban jiwa.

“Untuk antisipasinya kita sudah melakukan kerjasama dengan beberapa perusahaan-perusahaan besar yang ada di Kotabaru, seperti PT Indocement Tunggal Perkasa, PT Arutmin Indonesia, dan PT SIlO. Di samping itu pasukan relawan Tagana juga siap selalu memberikan bantuan jika terjadi bencana,” lanjutnya.

Sementara untuk mencegah bencana yang berawal dari kelalaian manusia, Syajidan menambahkan akan terus melakukan imbauan-imbauan kepada orang tua ataupun ibu-ibu yang akan pergi salat tarawih agar memeriksa kembali kompor ataupun lampu yang menggunakan bahan bakar minyak. “Begitu juga dengan petasan, kita akan terus mengimbau orang tua untuk bisa mengingatkan anak-anaknya agar jangan main petasan, selain mengganggu orang beribadah juga dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain. (ins)

Sunday, September 14, 2008

Tanjung Semelantakan Terancam Tenggelam Gara-gara Dihantam Abrasi

Senin, 15 September 2008

KOTABARU - Abrasi yang terjadi di Tanjung Semelantakan Kecamatan Pamukan Selatan semakin hari kian mengkhawatirkan saja. Bahkan, jika tidak diantisipasi secepatnya mungkin dipastikan akan menghilangkan ibukota Kecamatan Pamukan Utara.

Bagaimana tidak, dalam waktu 5 tahun terakhir ini sudah 2 KM daratan yang tergerus abrasi.

Dari keterangan warga setempat, air laut terus menggerus daratan dengan cepat. Meski pemerintah kabupaten sudah membangun siring untuk mencegah abrasi, tapi siring tersebut tidak bisa mengatasi abrasi pantai yang terjadi setiap harinya.

Akibatnya, beberapa perkantoran juga sudah direlokasi karena terkena abrasi laut, seperti Kantor Camat, Polsek serta sebuah sekolah dasar. Sekarang kantor camat di relokasi di kawasan yang jauh dari, pantai begitu juga dengan Polsek.

Selain itu, sebuah masjid juga sudah terancam terkena abrasi, padahal dulunya masjid tersebut berada di tengah-tengah perkampungan. Saat ini sudah 3 perkampungan penduduk dan tiga buah lapangan sepak bola di kawasan Tanjung Semelantakan, yang positif terkena abrasi.

Melihat kondisi tersebut, Bupati Kotabaru H Sjachrani Mataja, menyatakan, masalah abrasi yang terjadi di Tanjung Semelantakan ini harus ditangani oleh tim ahli. Karena, jika tidak ditangani tim ahli, abrasi akan terus menggerus daratan dan kembali menghantam pemukiman penduduk. “Untuk menangani masalah ini kita akan mendatangkan tim ahli, karena masalah ini masalah serius dan tidak bisa dianggap biasanya,” ujarnya.

Selama ini penanganan masalah abrasi di Tanjung Semelantakan hanya dilakukan dengan membuat siring untuk menahan terjadinya abrasi yang dikerjalan oleh pengusaha lokal dan konsultan lokal biasa saja, namun siring tersebut tidak bisa bertahan sesuai dengan harapan.

Makanya jangan heran, beberapa kali siring tersebut ambruk karena tergerus abrasi.(ins)


Saturday, September 13, 2008

Pemkab Bantu Korban Banjir

Sabtu, 13 September 2008
BATULICIN - Pemkab Tanbu melalui Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi memberikan bantuan kepada 5 desa yang terkena musibah banjir di Kecamatan Kusan Hilir, khususnya masyarakat yang bermukim di bantaran sungai pagatan. Bantuan yang diberikan seluruhnya berjumlah 6.574 kg beras dan 236 dos indomie. Secara simbolis bantuan untuk korban banjir di Kecamatan Kusan Hilir itu diserahkan langsung oleh Bupati Tanbu H M Zairullah Azhar kepada masing-masing kepala desanya, Kamis (11/9), kemarin.

“Kita harus banyak bersabar dalam menghadapi semua ujian yang diberikan Allah SWT kepada kita. Jangan lupa untuk selalu berdoa agar apa yang kita alami ini akan segera berakhir,” ujar Bupati usai menyerahkan bantuan.

Menurut keterangan warga, kedalaman air di dalam rumah warga mencapai 50 cm yang mengakibatkan warga mengungsi. Sementara itu, desa yang terisolir banjir di Kecamatan Kusan Hilir yaitu Desa Satiung dengan 260 KK (996 jiwa) diberikan bantuan 1.593 kg beras, 50 dos indomie. Sementara itu, Desa Serdangan sebanyak 175 KK dengan 749 jiwa mendapatkan bantuan 1.198 kg beras dan 43 dos indomie. Sedangkan Desa Salimuran dihuni 384 KK dengan 1290 jiwa mendapat bantuan sebanyak 2.064 kg beras dan 75 dos indomie. Berikutnya, Desa Pulau Tanjung dihuni 198 KK dengan 769 jiwa mendapatkan bantuan 1.230 kg beras dan 48 dos indomie. Terakhir, Desa UPK Karya Bhakti dihuni 86 KK dengan 306 jiwa juga mendapat bantuan 489 kg beras dan 20 dos indomie.

Selain itu, masing masing-masing desa mendapatkkan bantuan berupa baju kaos, dester, sarung, terpal, peralatan dapur, minyak goreng dan minyak tanah serta famili kit atau peralatan anak anak. Jadi untuk jumlah keseluruhan di 5 desa sebanyak 1.103 KK dengan 4.110 jiwa.

Menurut keterangan Camat Kusan Hilir Kursani, bantuan tersebut akan segera dibagikan kepada korban banjir dengan menggunakan armada kelotok dan speed boat milik Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi. (kry)


Warga Kusambi Tetap Berpuasa

Sabtu, 13 September 2008 12:38 redaksi

BATULICIN - Meski mereka masih berada di tenda-tenda pengungsian, namun warga Desa Suka Maju Kusambi, Kecamatan Batulicin, Tanah Bumbu yang terkena musibah banjir, tetap melaksanakan ibadah puasa dan kegiatan keagamaan lainnya.

"Kami alhamdulillah pak (wartawan, red) walaupun masih beada di tenda-tenda karena rumah kami masih terendam air sampai sekarang, kami tetap berusaha untuk menunaikan ibadah puasa," kata para korban musibah banjir saat ditemui di tenda-tenda tempat mereka mengungsi, Kamis (11/9).

Hanya saja, kegiatan shalat tarawih bersama tidak bisa dilakukan, mengingat kondisi lokasi di tenda-tenda tersebut tidak memunkinkan. Sehingga sejak banjir melanda desa mereka Minggu (7/9) lalu hingga sekarang, kegiatan shalat tarawih ini sedikit terganggu.

Terlebih, karena masjid satu-satunya di desa tersebut ikut terendam air seperti dengan rumah-rumah penduduk.

"Sebenanya kami ingin shalat tarawih, tapi apa boleh buat. Masjid kami turut terendam air. Sementara di tenda-tenda seperti ini, tidak memungkinkan dilakukan shalat tarawih. Apalagi dalam satu tenda orangnya banyak dan lainnya," timpal Suryani, sekretaris Desa Suka Maju, seraya mengatakan, meski warganya tertunda melaksanakan shalat tarawih, namun mereka tetap melaksanakan ibadah puasa.

Apalagi, petugas dari Tagana (Tim Penanggulangan Bencana) Pemkab Tanah Bumbu dibantu dengan personil TNI AD, tetap menyediakan dapur umum untuk melayani para korban kebutuhan sahur dan berbuka.

Begitu juga, anak-anak usia sekolah tampak dari tenda-tenda pengungsian tidak ada aktifitas belajar mengajar. Mereka harus rela menghabiskan hari-harinya di tenda. Karena pihak sekolah terpaksa meliburkan mereka belajar lantaran gedung sekolah tersebut terendam air.

Sementara itu, kondisi air memang sudah mulai turun, tetapi warga belum bisa kembali ke rumah-rumah mereka. Sebab ketinggian air masih mencapai dua meter dari permukaan jalan. Diperkirakan warga baru bisa kembali ke rumah masing-masing, empat hari ke depan.

"Asal tidak hujan. Tetapi jika curah hujan tetap tinggi, maka warga tetap berada di tenda pengungsian. Sebab air tidak akan bisa surut," beber Suryani. rah/mb03

Thursday, September 11, 2008

Korban Banjir Dapat Bantuan

Jumat, 12 September 2008

BATULICIN,- Pemkab Tanbu menyerahkan bantuan bagi korban banjir di Desa Kusambi Kecamatan Batulicin, Selasa (9/9), kemarin. Selain dari Pemkab, bantuan tersebut juga berasal dari para dermawan yang ingin membantu meringankan derita mereka.

Bantuan antara lain mie goreng, beras, air mineral, ikan kering/kaleng dan selimut.

Wakil Bupati Tanbu H Abdul Hakim, Asisten Bidang Pemerintahan Drs H Akhmad Soemardi, Kadissosnakertrans Drs Saptono Soemadi, Camat Batulicin Mariyadi Noor, serta dari Dandim 1004 Kotabaru-Tanbu juga ikut menyerahkan bantuan kepada warga yang mengungsi ditenda pengungsian.

Sementara itu, bantuan obat-obatan dari Dinas Kesehatan Tanbu serta air bersih dari PDAM Tanbu juga disiagakan di lokasi pengungsian. Dengan menggunakan perahu SAR, Asisten Bidang Pemerintahan didampingi Kadinsosnakertrans Tanbu beserta rombongan mengunjungi lokasi rumah warga yang terendam banjir.

Dalam kunjungannya, Asisten Bidang Pemerintahan menyempatkan diri untuk memasuki rumah warga yang terendam sambil mengajak berdialog.

Ditengah-tengah kunjungannya itu, rombongan bertemu dengan seorang ibu yang mau melahirkan. Dengan segera, Ibu Jamilah (27) yang berusaha menahan rasa sakit karena ingin melahirkan anak ketiganya langsung dibawa untuk dilarikan ke RS Amanah Husada Batulicin dengan menggunakan Mobil Puskesmas Keliling dari Dinas Kesehatan Tanah Bumbu.

Sementara itu, pantauan wartawan koran ini, anggota tim Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi tampak sibuk melayani pengungsi, baik itu melakukan aktifitas memasak untuk persiapan berbuka puasa maupun mendirikan tenda-tenda pengungsian.

Menurut Camat Batulicin Mariyadi Noor, warga yang mau mengungsi dan meninggalkan rumah mereka hanya sebagian saja, padahal air semakin meninggi.

“Mereka enggan meninggalkan rumah karena takut hasil panen padi mereka dicuri orang. Padahal, kami sudah menyiapkan perahu SAR untuk mengangkut warga yang rumahnya terendam banjir,” katanya.

Dikatakannya, akibat musibah banjir itu, sebanyak 469 KK dengan 1762 jiwa di Desa Kusambi rumahnya terendam air. Rinciannya, RT 01 sebanyak 92 KK dengan 355 jiwa, RT 02 sebanyak 54 KK dengan 192 jiwa. Kemudian, RT 03 sebanyak 61 KK dengan 235 Jiwa, RT 04 sebanyak 74 KK dengan 249 jiwa, RT 05 sebanyak 93 KK dengan 363 jiwa, dan RT 06 sebanyak 95 KK dengan 368 jiwa. Sementara itu, ketinggian air di dalam rumah warga mencapai setengah meter. (kry)

Wednesday, September 10, 2008

Jalan Terputus Lima Jam

Selasa, 09-09-2008 | 01:20:30

• Banjir di Tanah Bumbu Meluas
BATULICIN, BPOST - Hujan deras yang mengguyur Kabupaten Tanah Bumbu selama beberapa hari terakhir membuat banjir di sebagian kabupaten termuda di Kalsel itu makin parah.

Sampai Senin (8/9), setidaknya lima kecamatan terendam banjir sehingga membuat Kabupaten Tanah Bumbu seakan dikepung air. Daerah yang terendam adalah, lima desa di Kecamatan Kusan Hilir dan Kecamatan Satui, satu desa di Kecamatan Karang Bintan dan Kusan Hulu serta dua desa di Kecamatan Mantewe.
Di Kecamatan Satui, genangan air masih tinggi. Warga banyak yang tinggal di masjid atau bertahan tinggal di rumah-rumah sanak saudara mereka. Kecamatan Satui berbatasan dengan Kabupaten Tanah Laut. Jalur utama lewat darat keluar kota Batulicin tertutup banjir.
Begitupula di wilayah Kecamatan Mantewe maupun Kecamatan Karang Bintang, air belum juga surut. Kecamatan Mantewe berbatasan dengan Kabupaten Banjar dan HSS.
Banjir paling parah terjadi di jalan Banjarmasin-Batulicin di  Desa Sebamban Lama dan Sebamban Baru, Kecamatan Sungai Loban. Jalan sempat putus sekitar 5 jam sejak pukul 04.00 Wita.
Air setinggi dada orang dewasa mengadang pengendara dari Batulicin tujuan Banjarmasin dan sebaliknya. Antrean panjang kendaraan bermotor mencapai satu kilometer baik dari arah Batulicin maupun dari arah Banjarmasin.
Para pengemudi memilih bertahan karena takut kendaraanya tersereta arus. Selain genangan air mencapai 1 meter di atas badan jalan, arus air yang memotong jalan raya provinsi tersebut juga sangat deras. Apalagi, di kawasan tersebut satu minggu lalu dengan kejadian yang sama meminta korban jiwa.
Setelah menginjak siang, para sopir mulai memberanikan diri menerjang arus yang memutus akses jalan tersebut. Meski begitu, untuk kendaraan jenis sepeda motor maupun kendaraan yang berukuran kecil dan rendah hingga sore tetap tidak bisa menembus jalan tersebut.
“Mau diterobos terus mengerikan. Arusnya deras sekali, dan airnya juga sangat tinggi. Kami masih trauma, dengan kejadian minggu lalu yang tewas terseret arus,” ujar, Dharma salah seorang sopir ekspedisi.
Kejadian serupa juga terjadi di wilayah Km 39 kecamatan Mantewe Tanah Bumbu. Akses utama jalur darat tujuan Batulicin-Kandangan, Barabai maupun Rantau terhambat.
“Memang genangan airnya tinggi. Asal tidak deras, kami tidak ketakutan. Kami tetap melayani penumpang, meskipun jalanuua sedikit pelan-pelan  karena licin,” kata Aminudin, seorang sopir angkutan tujuan Batulicin-Kandangan.
Sampai kemarin, Pemkab Tanah Bumbu belum memberikan bantuan bagi warga korban banjir. (coi)
Daerah Dilanda Banjir
• Kecamatan Kusan Hilir (Desa Saring Sungai Binjai, Desa Salimuran, Desa Satiung, Desa Mekar Jaya dan Desa Pulau Panjang)
• Kecamatan Satui (Desa Sungai Danau, Desa Pasar Bawah, Desa Satui Barat, Desa Satui Timur, sebagian wilayah Desa Jombang)
• Kecamatan Karang Bintang (Desa Karang Bintang)
• Kecamatan Mantewe (Desa Mentawakan Mulya dan Dukuh Rejo)
• Kecamatan Kusan Hulu (Desa Hatiif)

Lihat Komentar (0)

Banjir Dianggap Biasa

Kamis, 11 September 2008
BATULICIN,- Bagi kebanyakan orang, musibah banjir merupakan momok yang cukup menakutkan. Namun, tidak bagi masyarakat Kecamatan Satui. Bagi mereka, banjir adalah sesuatu yang biasa dan tidak perlu ditakuti.

“Masyarakat menganggap banjir terjadi tiap tahun sehingga dianggap sesuatu yang biasa saja,” ujar Kasi Kessos Kecamatan Satui Taufik, saat dikonfirmasi koran ini terkait musibah banjir yang melanda Kecamatan Satui, kemarin.

Menurutnya, akibat dianggap sebagai sesuatu yang biasa tadi, warga yang rumahnya terendam banjir tetap tak berajak dari rumah. Hanya sebagian kecil saja yang mengungsi ke rumah tetangga maupun keluarga mereka. Bahkan, ada atau tidaknya bantuan untuk mereka, tidak pernah dipersoalkan. “Kalau ada ya syukur. Tapi kalau tidak ada ya mau apa lagi,” katanya.

Sampai siang kemarin, bantuan untuk korban banjir memang sudah ada. Yakni berasal dari Palang Merah Indonesia (PMI) Provinsi Kalsel, berupa 1 ton beras, selimut dan kelambu. Hanya saja bantuan tersebut masih disimpan di Kantor Camat Satui. “Secepatnya bantuan itu akan kami salurkan kepada warga,” janji Taufik.

Dikatakannya, bantuan untuk korban banjir memang sangat minim. Bahkan, sejumlah perusahaan batubara tidak ada yang membantu. Sementara itu, Pemkab Tanbu berencana akan memberikan bantuannya hari ini (kemarin, red). “Tapi saya belum tahu bantuan itu berupa apa,” katanya.

Namun, berkaca pada pengalaman banjir sebelumnya yang terjadi pada bulan Juli 2008 lalu, Pemkab Tanbu memberikan bantuan berupa air mineral, beras, selimut serta mie bungkus. “Kemungkinan bantuannya juga sama seperti dua bulan lalu,” katanya.

Sekadar diketahui, akibat banjir itu mengakibatkan dua orang tewas terseret banjir.

Dua orang yang tewas itu adalah karyawan PT Berkat Banua Indah (BBI), bernama Kardi (50) warga Desa Bukit Baru RT 37 Kecamatan Satui dan Ati (25) warga Desa Sungai Danau kecamatan setempat. Keduanya terseret arus sekitar pukul 21.00 Wita bersama truk tronton yang dikemudikan Kardi.

Banjir di Kecamatan Satui sendiri merendam ratusan rumah di Desa Jombang, Bukit Baru, Satui Timur dan Satui Barat serta Desa Sungai Danau. “Kelima desa itu berada di pinggiran bantaran sungai,” katanya.

Akibat banjir itu, lanjut dia, mengakibatkan sebagian kecil warganya terpaksa mengungsi

ke rumah tetangga maupun keluarga. Namun, sebagian besar bertahan di rumah, meskipun tergenang air. “Mereka memanfaatkan atap rumah istirahat,” pungkasnya.

Sementara itu, banjir yang melanda Desa Sebamban Lama dan Baru, Kecamatan Sungai Loban, yang sempat memutuskan jalur trans kalimantan yang menghubungkan Banjarmasin-Batulicin, berangsur-angsur surut. Sebelumnya, banjir mengakibatkan puluhan rumah warga di pinggiran bantaran sungai terendam air. Warga terpaksa mengungsi ke rumah tetangga maupun keluarga. Bahkan, ada yang memanfaatkan musala untuk tempat istirahat hingga menunggu air surut. (kry)

Korban Banjir dapat Bantuan

Rabu, 10 September 2008

BATULICIN,- Banjir yang melanda sejumlah kecamatan di Kabupaten Tanbu, membawa duka mendalam bagi masyarakat. Bagaimana tidak, akibat banjir tersebut, mereka terpaksa mengungsi meninggalkan kediaman mereka. Selain itu, bagi para petani harus merelakan sawahnya puso, sehingga mengakibatkan gagal panen.

Senin (8/9) lalu, rombongan Wakil Bupati H Abdul Hakim G, mengunjungi desa-desa yang terkena musibah banjir untuk memberikan bantuan sembako kepada warga.

Desa Mantewe dan Desa Buluh Rejo Kecamatan Mantewe menjadi pesinggahan pertama Wabup dan rombongan sekaligus menggelar acara buka puasa bersama dengan warga desa setempat. Kegiatan tersebut dalam rangka safari ramadhan Pemkab Tanbu.

Dalam kesempatan itu, Wabup menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya atas ketidakhadiran Bupati Tanbu H M Zairullah Azhar. Karena di waktu yang bersamaan, Bupati sedang berada di Jakarta.

“Beliau hanya berpesan kepada warga yang terkena musibah banjir supaya bersabar karena ini adalah cobaan dari Allah SWT,” kata Wabup menyampaikan pesan dari Bupati.

Wabup juga menghimbau kepada warga agar dapat menjaga kesehatan selama banjir tersebut, khususnya anak-anak mereka sehingga terhindar dari segala macam penyakit yang diakibatkan banjir. Seperti gatal-gatal maupun diare.

Sekedar diketahui, akibat banjir itu membuat 275 rumah di dua desa itu terendam air. Ketinggan air mencapai 1.5 meter. Akibatnya, 1725 jiwa terpaksa mengungsi ke pegunungan, meskipun sebagian kecil warganya ada yang tetap bertahan. Dari jumlah itu, 115 orang tergolong masih balita dan 27 lainnya ibu hamil.

Kondisi yang sama juga terjadi di 9 desa di Kecamatan Kusan Hulu. Seperti Desa Mangkalapi, Hati’if, Anjir Baru, Sungai Rukan, Manuntung, Lasung, Tapus, Binawara dan Tibaran Panjang. Ketinggian air juga mencapai 1.5 meter hingga 2 meter. Akibat banjir itu, membuat 527 KK dengan 2108 jiwa terpaksa mengungsi.

Banjir juga melanda 2 desa di Kecamatan Karang Bintang. Yakni Desa Selasililau dan Desa Karang Bintang. Akibat banjir tersebut, 100 KK dengan 400 jiwa mengungsi ke dataran yang lebih tinggi. Untungnya, dalam musibah banjir itu tidak sampai menelan korban jiwa.

Menurut Wabup, tak lama lagi Pemkab Tanbu akan mendapat bantuan beras sebanyak 30 ton yang akan dibagi-bagikan kepada masyarakat yang terkena musibah banjir. (kry)

Warga Satui Tinggalkan Pengungsian

Kamis, 11-09-2008 | 00:58:25

BATULICIN, BPOST - Meski air masih menggenangi bagian bawah rumah, warga di Kecamatan Satui kabupaten Tanah Bumbu mulai kembali ke rumah masing-masing. Mereka mulai meninggalkan lokasi pengungsian, baik di masjid maupun rumah-rumah sanak saudara yang selama beberapa hari digunakan sebagai tempat istirahat sementara.

Rabu (10/9), warga terlihat mulai membersihkan lantai dan dinding rumah dari lumpur yang dibawa banjir. Semua perabot rumah tangga khususnya barang elektronik yang diselamatkan di atas lemari mulai diturunkan.   
Sahyuni (35), warga Pasar Bawah Sungai Danau yang menjadi korban banjir kini mulai kembali ke rumah bersama istri dan dua anaknya. Dia berharap air di bawah rumahnya cepat surut dan tidak meninggi lagi.
Sahyuni sekeluarga mengaku sudah jenuh tinggal di pengungsian.  Selain semua serba terbatas juga tidak nyaman. “Kasihan anak-anak. Dia jenuh dan sering menangis di pengungsian. Padahal, kami tinggal di rumah saudara. Tapi tetap saja tidak seperti rumah sendiri yang bebas melakukan apa saja,” keluhnya.
Hal yang sama dilakukan warga korban banjir di Sungai Loban yang hampir satu minggu meninggalkan rumah karena terendam banjir. Pantauan BPost, warga di Kecamatan satui yang hampir satu minggu berhenti bekerja, sekarang kembali beraktivitas.
Pasar Sungai Danau yang sempat ditinggalkan para pedagang maupun pembeli karena terendam banjir, mulai kemarin kembali ramai dengan aktivitas jual beli. Pedagang menggunakan fasilitas seadanya karena meja rusak akibat lama terendam.
Sementara banjir di Desa Kusambi Kecamatan Batulicin dan Desa Karang Bintang di Kecamatan Karang Bintang dan beberapa desa di Kecamatan Kusan Hulu masih merendam rumah warga.
Ratusan rumah penduduk masih terendam setinggi pinggang orang dewasa. Warga di sana masih bertahan di tenda pengungsian yang dibangun anggota Tagana Dinas Sosial (Dinsos) Pemkab Tanah Bumbu.
Hingga kemarin, bantuan dari pemkab terus berdatangan. Seperti ratusan kardus mie instan, ikan asin, sarden hingga layanan air bersih dari PDAM setempat.
Aksek Batulicin-Banjarmasin yang sempat terputus di Sebamban Lama dan Sebamban Baru Kecamatan Satui akibat terendam sudah surut. Semua kendaraankini bisa melintas dengan lancar di kawasan tersebut.
Selain itu, beberapa ruas jalan yang rusak karena tergerus arus deras mulai diperbaiki. Badan jalan itu ditambal dengan pengerasan batu. 
Didi sopir angkutan ekspedisi  Banjarmasin-Batulicin menuturkan,  saat banjir jalur sejauh 230 kilometer  tersebut  ditempuh  12 jam.Kini sudah bisa ditembus selama 7 hingga 8 jam. (coi)

Tuesday, September 09, 2008

Wabup Antar Bantuan Korban Banjir

Selasa, 09 September 2008 12:45 redaksi

BATULICIN - Bencana banjir kembali melanda Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Banjir kali ini terjadi Minggu (7/9) di Kecamatan Kusan Hulu, Kecamatan Kusan Hilir, Kecamatan Karang Bintang dan Kecamatan Mantewe.

Belum diketahui pasti berapa jumlah kepala keluarga (KK) yang rumahnya terendam air. Namun diperoleh informasi bahwa warga yang rumahnya terendam air di Kecamatan Kusan Hulu sebanyak 527 KK. Terdiri sembilan desa yakni Desa Mangkalapi, Hateip, Anjir Baru, Sei Rukan, Manteng, Lasung, Tapus, Binawara dan Sibaro Panjang.

Akibat banjir yang melanda kecamatan ini, membuat ratusan warga setempat harus mengungsi ke rumah-rumah penduduk yang ada di dataran tinggi. Dan sebagiannya lagi berada di posko banjir yang telah didirikan pihak kecamatan bersama tim Tagana.

Sementara dari kecamatan lain halnya Karang Bintang sebanyak dua desa terkena banjir, Kecamatan Mantewe dua desa dan Kusan Hilir lima desa. Hanya saja lima desa di Kusan Hilir yang dilanda bencana banjir ini adalah daerah pesisir pantai.

Anwar dari Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi mengatakan, lima desa yang terkena banjir sejak Minggu (7/9) hingga Senin (8/9) di Kecamatan Kusan Hilir ini ialah Desa Satiung, Sardungan, Kusan Hilir, Karya Bakti, Selimuran dan Pulau Tanjung. Namun warga setempat tidak mengungsi. Ketianggian air juga tidak merendam rumah mereka.

"Jadi secara umum warga yang kena banjir ini belum ada yang mengungsi. Kecuali di Kecamatan Kusan Hulu, sebab ketinggian air dalam rumah-rumah penduduk mencapai 0,5 meter," jelas Anwar kepada Mata Banua, Senin (8/9).

Sementara itu, Wakil Bupati Tanah Bumbu H Abdul Hakim G, kektika mendapat laporan dari bawahannya terkait bencana banjir yang kembali melanda sebagian wilayah Tanah Bumbu ini, pun langsung turun ke lokasi.

Wabup didampingi Asisten I Bidang Pemerintahan Tanah Bumbu dan Camat Kusan Hulu H Hamsuri SH, menyambangi lokasi banjir di Kecamatan Kusan Hulu karena daerah ini, dinilai lebih arah dibanding kecamatan lain yang juga dilanda banjir.

Wabup juga langsung menyerahkan bantuan kepada warga masyarakat yang terkena bencana banjir tersebut. Bantuan yang diantara itu berupa beras, sarden, susu, selimut serta peralatan dapur.rah/mb03

Menginap di Gudang Pupuk

Selasa, 09-09-2008 | 01:20:28

BAU tak sedap langsung menyeruak dari radius 10 meter. Suara tangis anak-anak terdengar bersahut-sahutan dari dalam bangunan kayu ukur sekitar 25x15 meter.

Bangunan itu adalah gudang pupuk di Desa Karang Bintang, Kecamatan Karang Bintang, Tanah Bumbu.
Di sana tinggal Asiah dan dua anaknya. Asiah adalah satu dari puluhan warga Desa Karang Bintang yang memanfaatkan gudang pupuk itu untuk tinggal selama rumah mereka terendam air.
Bau pupuk yang menyengat jadi santapan indera penciuman mereka setiap hari. “Mau bagaimana lagi Mas, rumahnya sudah tidak bisa digunakan lagi. Airnya saja setinggi dada. Makanya semua anggota keluarga kami bawa ke sini,” kata Asiah.
Selain untuk tidur, di gudang tersebut para warga melaksanakan aktivitas lain  seperti memasak maupun menjemur pakaian. Tempat itu  dianggap paling aman untuk tempat tinggal sambil menunggu surutnya genangan air. (coi)

Banjir Satui Telan Dua Warga, Menyembul Saat Tronton Digoyang

Senin, 08-09-2008 | 01:18:16

Suasana duka masih terasa di lokasi musibah, tepatnya jalan tambang Km 21 Desa Bukit Baru, Satui, Tanah Bumbu, Minggu (7/9). Tapi apa daya, truk tronton yang terbalik akibat terseret banjir itu, belum juga kelihatan. Pada hal sang sopir, Sukardhi belum diketahui nasibnya. Tinggi genangan air masih sepinggang orang dewasa.Banjir tahun lalu di Satui Tanah Bumbu - DOK. BPOST

Beruntung, Tim SAR dan aparat kepolisian tak kenal kata menyerah. Munculah ide, bodi tronton yang terperosok dalam genangan air itu dipasangi tali. Tronton pun digoyang-goyang dengan menarik tali tersebut. Anggota Tim SAR terperangah karena tiba-tiba menyembul sesosok jasad laki-laki. Dipastikan dialah Sukardhi (50), warga Jalan Pasar Bawah RT5 Sungai Danau, yang sejak Jumat (5/9) malam dicari-cari.

Penemuan korban ini mengakhiri operasi pencarian korban banjir di wilayah tersebut. Sehari sebelumnya, Ny Atik (40), warga Desa Makmur Mulya ditemukan tewas di dalam kabin tronton yang terperosok itu, sekitar pukul 08.00 Wita.

Sukardhi dan Atik menjadi korban karena saat banjir datang, tronton yang mereka tumpangi terbalik. Diduga mereka tak sempat menyelamatkan diri karena arus cukup deras.

Sedangkan empat penumpang lainnya lolos dari maut setelah berhasil keluar dari jendela kabin.

Kapolsek Satui, AKP Angga, berkisah, setelah ditemukan korban langsung dievakuasi ke Puskesmas Sungai Danau untuk divisum. Setelah itu diserahkan kepada anggota keluarganya.

Saat ditemukan, Sukardi masih mengenakan baju dan celana. Di tubuhnya tidak ada luka tanda-tanda terjepit. Hanya ada bekas memar-memar di beberapa bagian tubuh yang diduga akibat benturan dengan bodi truk.

"Tronton itu harus bisa dievakuasi. Ya menunggu sampai air surut. Karena badan truk belum kelihatan. Air masih setinggi pinggang," ucap Angga, ketika ditanya mengenai tindakan lebih lanjut terkait musibah tersebut.

Tak Henti

Sementara itu, hujan yang tidak ada henti mengguyur wilayah Tanah Bumbu, menambah parah kondisi banjir di wilayah ini. Selain air meluber hingga merendam rumah penduduk, areal genangan banjir juga meluas. Kini banjir meliputi wilayah Satui, Kecamatan Mantewe terutama Km 39-42 dan Kecamatan Karang, Tanah Bumbu.

Yang paling parah terjadi di wilayah Desa Mentawakan Mulya, Mantewe. Air Sungai Mentawakan meluber ke permukiman di Desa Dukuh Rejo, hingga setinggi satu meter. Karena akses jalan terputus, warga kesulitan melaksanakan aktivitas sehari-hari baik ke pasar maupun ke ladang.

Menurut pantauan, warga cukup sibuk untuk menyelamatkan harta benda miliknya. Meski begitu, warga belum mengungsi. Mereka menyatakan, musibah ini bukanlah kejadian yang pertama. Setiap musim penghujan tiba, kawasan tersebut menjadi langganan banjir.

Sebagian warga juga berinisiatif meminimalisir kerugian. Mereka bermai-ramai membuat parit di sekeliling rumahnya guna mengalirkan air yang mengepung rumahnya.

"Saya coba buatkan saluran ke ladang. Ya semoga bisa mengurangi genangan air di halaman ini," ucap Junaidi (54), warga Karang Bintang.

Meski air di halaman rumahnya setinggi lutut, istri dan anak-anaknya terlihat sudah berkemas-kemas barang.

Sementara itu, sebagian warga Kecamatan Satui yang rumahnya terendam air, memilih bertahan di Masjid Raya Sungai Dana atau numpang tinggal di rumah sanak saudaranya yang tidak mengalami banjir.

"Kami pilih tinggal di sini (masjid), biar tidak repot-repot lagi cari makan untuk buka puasa," ujar Ny Fatimah. (coi)

Dua Tanggul Jebol

Minggu, 07-09-2008 | 00:34:20

PELAIHARI, BPOST - Banjir yang melanda sejumlah tempat di Kabupaten Tanah Laut (Tala), pekan lalu menyebabkan beberapa fasilitas umum mengalami kerusakan serius. Setidaknya dua tanggul jebol dan dua buah bendungan terkelupas lapisan penguat lantainya.

Dua buah tanggul tersebut di Desa Kunyit dan Panggung Kecamatan Pelaihari. Sementara tanggul yang rusak berada di Desa Damit Kecamatan Batu Ampar dan di Desa Karang Rejo (tanggul Sungai Biawak) Kecamatan Jorong.

Dinas Kimprasda Tala bergerak cepat. Kerusakan fasilitas vital bagi kalangan petani tersebut langsung dilaporkan kepada Bupati. Bupati H Adriansyah pun telah meresponnya dengan mengucurkan dana perbaikan dari pos biaya tak tersangka.

"Alhamdulillah Bupati langsung memberikan danannya sebesar Rp 133 juta. Insya Allah perbaikannya secepat mungkin kami laksanakan, karena keberadaan fasilitas tersebut sangat dibutuhkan petani," ucap Kasi Tata Sumber Daya Pengairan Dinas Kimprasda D Heru Purwanto, dua hari lalu.

Hasil pengecekan di lapangan, tanggul di Desa Kunyit jebol sepanjang 25 meter, sedangkan di Desa Panggung 75 meter. Selanjutnya tanggul tanah tersebut akan dibangun kembali dengan konstruksi yang lebih kuat.

Sesuai tingkat kerusakan, perbaikan tanggul di Kunyit diestimasi menyedot dana Rp 25 juta, tanggul Panggung Rp 45 juta. Sementara untuk memperbaiki bendungan di Damit membutuhkan dana Rp 20 juta dan bendungan di Karang Rejo Rp 43 juta.

Keempat sarana pertanian tersebut rusak/jebol diterjang banjir bandang pekan lalu. Lumayan luas/banyak tanaman petani yang rusak karenanya. Di Desa Kunyit, misalnya, tercatat 10-an hektare tanaman hortikultura yang gagal panen.

"Itu sebabnya pengerjaannya harus sesegera mungkin. Jika tidak kasihan petani sulit dan bahkan mungkin tidak bisa bercocok tanam. Supaya cepat dan kualitas pekerjaannya bagus, nanti yang mengerjakannya pihak ketiga (kontraktor)," jelas Heru.

Terhadap dua bendungan tersebut, sebenarnya yang rusak hanya bagian lantainya saja yakni terkelupasnya lapisan semen. Namun jika dibiarkan, maka dampaknya fatal. Bangunan bendungan lama-kelamaan akan keropos, air merember, dan akhirnya bisa jebol.

Khusus di Desa Kunyit, lanjut Heru, tahun ini juga sungai setempat (Sungai Tabanio) sepanjang 2,5 kilometer dikeruk. Pekerjaaan telah dimulai dan sekarang telah terealisasi 800 meter. Proyek ini dianggarkan dalam APBD 2008 senilai Rp 1 miliar.

Pengerukan sungai setempat mendesak, mengingat tiap tahun pada musim penghujan hamparan padi seluas 450 hektare milik petani Kunyit selalu kebanjiran dan banyak yang puso. Penyebabnya lantaran dangkal dan berkelok-keloknya sungai. Dalamnya hanya 1,5-2 meter dan lebar 18 meter.

"Sungainya kami perlebar menjadi 25 meter dan dikeruk menjadi 2-3 meter. Tanggul kanan kirinya dinaikkan menjadi 1,5 meter. Insya Allah jika nanti pekerjaan sudah selesai, tanaman padi di Kunyit tidak akan kebanjiran lagi," pungkas Heru. (roy)

Rentan Banjir

TINGGINYA sedimentasi (pendangkalan) di Sungai Tabanio menjadi penyebab utama seringnya banjir di areal persawahan Kunyit. "Dua jam saja hujan lebat turun, air bah pasti datang dan membanjiri sawah. Kalau dulu, dua hari baru banjir," tutur Kades Kunyit M Abduh.

Ditemui saat berada di Dinas Kimprasda Tala, Abduh mengaku bersyukur tahun ini sungai Tabanio yang melintasi desanya dikeruk dan diperkuat tanggulnya. Pasalnya warganya telah cukup lama menantikan pengerukan sungai tersebut supaya lahan pertanian tidak lagi kebanjiran.

Banjir pekan lalu, beber Abduh, sekurangnya 10 hektare tanaman warganya (jagung, mentimun, terong, kacang panjang, dan lainnya) yang terendam selama dua hari. Akibatnya sebagian besar tanaman tersebut sekarang rusak dan mati. (roy)

Tiga Hari Pasar Tutup

Minggu, 07-09-2008 | 00:34:21

Ratusan Rumah di Satui Kembali Terendam
BATULICIN, BPOST
- Hujan deras yang mengguyur Tanah Bumbu beberapa hari terakhir, membuat sungai Muara Satui meluap. Akibatnya, ratusan rumah warga kembali terendam.

Banjir kali ini merendam enam desa di Kecamatan Satui Tanah Bumbu. Air merendam rumah warga antara satu lutut hingga pinggang orang dewasa.

Paling parah terjadi di kawasan RT 2 Pasar Bawah Jalan Antasari Kecamatan Satui. Air juga merendam kawasan Satui Timur dan Satui Barat, Sungai Danau, Jombang dan Desa Sekapuk. Air itu merupakan luberan dari Sungai Muara Satui.

Sebagian warga mulai meninggalkan rumah mereka untuk menumpang di rumah sanak saudaranya yang lebih aman.

Mereka tampak mengemasi barang-barang miliknya seperti pakaian, batal, kasur dan peralatan sekolah anak-anak. Beberapa warga memilih menyelamatkan barang elektronik milik mereka.

Aktivitas warga pun mulai terganggu. Kegiatan jual beli di Pasar Sungai Danau juga terhambat, karena air sangat tinggi. Warga yang biasa menjajakan dagangannya, kini tidak bisa lagi berjualan karena meja dagangan mereka terendam air.

Beruntung, genangan air kali ini tidak sempat memutus jalur transportasi jurusan Batulicin-Banjarmasin dan sekitarnya. Jalur transportasi terlihat masih normal.

Ahyar (38), salah satu warga Sungai Danau menuturkan, dia sedang bersiap-siap memindah barang-barang berharga miliknya untuk dibawa ke tempat lain. Hal itu dilakukan mengingat, kondisi air terus meninggi. "Kami mulai berkemas-kemas, karena takut air makin tinggi," katanya.

Dia berharap air cepat surut agar tidak mengganggu aktivitas warga.

Empat Kali Mengungsi

Banjir langganan ini tercatat sudah empat kali menerjang Kabupaten Tanah Bumbu sejak Mei 2008. Pada akhir Mei, saat hujan deras mengguyur wilayah ini, enam desa di kawasan itu terendam air. Air kembali menggenang bulan Juni. Akibatnya, sebagian warga yang rumahnya berada di bantaran Sungai Muara Satui kembali mengungsi ke rumah saudaranya.

Pertengan Juli 2008, air kembali menggenang. Meski tidak ada korban jiwa, kejadian tersebut membuat panik warga. Para penduduk kembali mengungsi ke rumah-rumah saudaranya untuk menyelamatkan diri. Kali ini, banjir kembali merendam rumah penduduk. Meski tergolong banjir musiman, warga tetap cemas. Terlebih, saat ini bersamaan dengan bulan suci Ramadan, di mana warga sedang menunaikan ibadah puasa. (coi)

Terlebih, saat ini sedang bulan Ramadan, di mana warga yang berpuasa harus menahan haus dan lapar.

Berdasarkan catatan BPost, banjir yang merendam kawasan ini merupakan banjir langganan tiap musim penghujan, atau saat curah hujan cukup tinggi. Kawasan ini tergolong dataran rendah yang rawan dari luberan air dari Sungai Muara Satui yang ada di dekat kawasan tersebut.

Selain di Satui Tanah Bumbu, banjir juga terjadi di beberapa desa di Kabupaten Kotabaru, seperti di Desa Karang Payau, Desa Banua Lawas, Desa Sungai Kupang Kecamatan Kelumpang Hulu Kotabaru.

Selain merendam rumah-rumah penduduk, genangan air setinggi setengah meter itu juga mengganggu aktivitas warga di Pasar Kelumpang. Tiga hari terakhir, tak ada aktivitas jual beli di sana lantaran lapak dagangan terendam air.

Sejumlah tambak udang dan bandeng milik warga di kawasan ini dipastikan gagal panen karena terendam air. Meski begitu, warga memilih bertahan di rumah dengan tidur di atas meja atau tempat yang posisinya lebih tinggi dari genangan air. (coi)

Monday, September 08, 2008

Banjir Mulai Surut

Selasa, 9 September 2008

KOTABARU – Curah hujan yang tinggi mengakibatkan beberapa kawasan di Kabupaten Kotabaru sempat terendam banjir. Seperti di kawasan Karang Payau Desa Cantung, Kecamatan Kelumpang Hulu, banjir yang sempat merendam puluhan rumah penduduk di daerah tersebut sekarang berangsur-angsur surut.

Banjir di kawasan tersebut memang sudah sering terjadi, karena berada di bantaran sungai. Jika curah hujan tinggi dan air sungai naik, kawasan pemukiman yang berada di bantaran sungai itu juga ikut terendam air.

Biasanya ketinggian air hanya setinggi lutut orang dewasa dan ketinggian air juga cepat menurun karena berada di pinggir sungai. Meskipun demikian, warga setempat banyak yang memilih tetap tinggal di kawasan tersebut.

Camat Kelumpag Hulu, Said Ridjani menjelaskan saat ini kondisi banjir pada beberapa kawasan seperti Desa Sungai Kupang, Banua Lawas dan Batu Lasung sudah mulai surut, bahkan ada yang sudah kering.

“Yang terendam paling-paling kawasan yang berada di bawah. Saat ini warga sudah kembali melakukan aktivitasnya seperti semula, sebab sebagian besar kawasan yang banjir sudah surut,” ujarnya kepada Radar Banjarmasin saat dihubung melalui telepon kemarin sore.

Selain faktor curah hujan yang tinggi, faktor lainnya adalah karena di kawasan Desa Sungai Kupang tidak ada gorong-gorong yang besar. Sehingga air tertampung di sebagian sisi jalan saja, sementara di seberang jalannya ketinggian air tidak seberapa dan tidak membanjiri kawasan yang ada disekitarnya.

“Memang diperlukan adanya gorong-gorong, sehingga bisa mengurangi luasan banjir. Gorong-gorong yang ada saat ini terlalu kecil,” lanjut Said. Bahkan pada Sabtu (6/9) pekan tadi, air sempat menggenangi jalan trans Kalimantan di Lingkar Selatan, sehingga tidak bisa dilewati kendaraan roda 2 dan 4. Namun kondisi itu tidak berlangsung lama karena air terus menurun sampai Minggu (7/9) kemarin.

“Pada banjir lalu, tidak ada warga yang mengungsi ataupun di evakuasi, karena sebagian besar adalah nelayan, mereka memilih tinggal di rumahnya untuk antisipasi jika air makin meninggi dan merendam lebih dalam lagi rumah-rumah warga,” demikian Said.


Wabup Tinjau Batu Ampar Paska Banjir

Selasa, 9 September 2008

PELAIHARI – Bencana banjir tak pernah kenal kata sahabat. Akibat bencana tersebut tidak sedikit warga yang menderita dan mengalami banyak kerugian paska banjir yang terjadi di Kecamatan Batu Ampat Kabupaten Tanah Laut belum lama ini. Rabu (3/9) kemarin Wakil Bupati bersama sejumlah pejabat Pemkab Tala meninjau langsung ke lokasi korban banjir untuk memberikan motivasi dan menyaksikan situasi sosial paska bencana.

Wakil Bupati Tanah Laut, H Atmari dalam keterangan perssnya mengatakan seiring dengan apa yang diperintahkan Bupati Tanah Laut yang sebelumnya juga meninjau daerah ini, pihaknya berharap agar upaya perbaikan sarana dan prasarana di daerah tersebut segera dilakukan. Pasalnya hal tersebut berkaitan erat dengan aktifitas perekonomian warga.

“Jangan sampai kerusakan sarana dan prasarana di daerah ini menjadi penghambat aktivitas ekonomi warga. Kami dari pemerintah daerah senantiasa berupaya sebaik mungkin untuk segera memperbaiki sarana dan parasarana melalui koordinasi dengan dinas terkait untuk mengatasi masalah di Kecamatan Batu Ampar,” ujar Wabup.

Dijelaskan Wabup, sedikitnya sarana fisik berupa jembatan dan bendungan ikut menjadi korban keganasan bencana banjir. “Perbaikan sarana fisik tersebut sangat penting untuk kelancaran ekonomi masyarakat, naik untuk transportasi darat serta fasilitas bendungan untuk menunjang sektor pertanian bagi masyarakat di Kecamatan Batu Ampar,” ujarnya lagi.

Musibah yang terjadi hampir setiap tahun tersebut tambah Wabup merupakan ujian dan bahan koreksi bagi masyarakat, pemerintah untuk senantiasa menjaga lingkungan dengan baik. “Ini dampak ketidak pedulian kita pada lingkungan sekitar. Padahal kalau kita mau sedikit bersikap ramah dan peduli dengan lingkungan kita, bencana ini bisa kita minimalisir dampak kerugiannya,” pungkas Wabup.

Dalam kunjungannya tersebut, sejumlah kepala Dinas seperti Dinas Pemukiman dan Prasarana Daerah, Kepala Kantor Pertanian Tanaman Pangan pun turut serta bersama sang Wakil Bupati meninjau langsung ke lokasi pasca banjir. (bym)

Friday, September 05, 2008

Abrasi Di Pesisir Utara Pulau Laut

Sabtu, 06 September 2008 13:25 redaksi

KOTABARU - Gelombang besar dan pasang air laut dalam beberapa waktu terakhir menyebabkan jalur di pesisir utara Pulau Laut di sebelah utara wilayah Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan, terancam terkikis gelombang laut (abrasi).

Informasi dihimpun, Jumat daerah yang terancam abrasi merupakan jalur Brangas-Kotabaru, di km 11 Desa Gedambaan, Pulau Laut Utara wilayah Kotabaru.

Puluhan meter beton siring yang berfungsi penahan gelombang, dan ombak pada jalur yang menghubungkan ibukota Kabupaten Kotabaru, dengan Kecamatan Pulau Laut Timur di pesisir Gedambaan telah ambruk, bahkan masih ada ratusan meter lagi yang mulai keropos dan segera ambruk karena dihantam ombak besar.

Menurut seorang warga Desa Gedambaan, Galuh (57), pecahan gelombang yang tingginya mencapai dua meter lebih dalam beberapa pekan terakhir ini menyebabkan puluhan meter siring ambruk.

"Gelombang yang menabrak siring terlalu besar, bahkan ketinggiannya mencapai atap peristirahatan warga (sekitar 2 meter) di tepi jalan, sehingga dalam beberapa waktu saja siring ambruk," ucapnya.

Selain meruntuhkan puluhan meter siring pada jalur utama, ombak besar juga telah menggerus ratusan meter bibir pantai di sekitar badan jalan di Desa Gedamabaan. Ratusan batang pohon kelapa dan pohon laban, serta kayu liar yang berfungsi menahan siring dari hantaman gelombang, roboh diterjang ombak besar.

Dikhawatirkan lambat laun jalur utama Kotabaru-Brangas akan terputus, dan menyebabkan distribusi barang-barang dan sembilan bahan pokok (sembako) akan terganggu, jika tidak segera mendapatkan perhatian khusus.

Sementara itu, sejumlah pengguna jalan yang berhasil ditemui mengaku, terpaksa mengurangi kecepatan kendaraannya ketika melintasi jalur tersebut pada saat air laut pasang, karena akan berakibat fatal.

Suprapto (30), warga Kelumpang Selatan, yang berniat liburan ke obyek wisata pantai Gedambaan mengaku, tidak berani memacu kendaraannya dengan kecepatan tinggi, takut akan terjadi kecelakaan, akibat jalan licin tergenang air laut.

Selain membahayakan, kendaraan akan mudah kropos dan hancur karena kemasukan air asin, yang menyebabkan besi mudah karatan. Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU), Kotabaru, Siswo Sugondo, hingga saat ini belum dapat dikonfirmasi. Sedangkan Kepala Seksi Bina Marga H Rahmadi, hingga saat ini belum dapat dikonfirmasi, terkait ancaman abrasi pada jalur Berangas-Kotabaru. an/mb02

Ratusan Rumah di Satui Terendam

Sabtu, 06-09-2008 | 12:29:47

BATULICIN, BPOST - Hujan yang terus mengguyur wil Kabupaten Tanah Bumbu (Tanbu) dalam beberapa hari ini kembali merendam ratusan rumah milik warga Kecamatan Satui, Sabtu (6/9).

Air setinggi lutut orang dewasa kembali menggenangi rumah penduduk di Jalan  Angkasa, Biduri, Mutiara, Sinar Bulan, Lokpadi maupun sebagian rumah di Desa  Jombang.  Meski kondisinya sudah parahu, namun warga belum ada yang mengungsi.

Wednesday, September 03, 2008

Hujan Lebat, Warga Asam Asam Cemas

Kamis, 04-09-2008 | 10:57:36

PELAIHARI, BPOST - Sebagian wilayah Kabupaten Tanah Laut (Tala) ,seperti kota Pelaihari dan Desa Asam Asam Kecamatan Jorong saat ini sedang dilanda hujan lebat.

Warga Asam Asam pun kembali risau akan ancaman banjir. Rusdi, warga RT 5 (daerah terawan) mengatakan jika hujan lebat berlangsung lama dimungkinkan genangan air akan naik lagi.

Seperti diketahui, Selasa malam lalu bebrapa rumah warga kebanjiran lagi meski tidak separah banjir tanggal 26-27 Agustus lalu. Rabu siang hingga sore dan berlanjut subuh Kamis tadi tak ada hujan.

Beberapa rumah wrga Asam Asam yang kebanjiran, termasuk rumah Rusdi telah kering. Namun dengan muramnya cuaca pagi hingga siang ini yang desertai hujan lebat maka air sungai desa setempat kemungkinan akan meluap lagi.

Asam Asam Banjir Lagi

Kamis, 04-09-2008 | 00:40:40

PELAIHARI-Memburuknya kembali cuaca di Tanah Laut sejak Senin malam membuat Sungai Asam-Asam meluap lagi. Sejumlah rumah warga pun kebanjiran lagi.

Nawawi, warga Asam-Asam Rabu (3/9) menuturkan, di RT 20 ada lima rumah yang sudah terendam, selain beberapa rumah di dekat bandsaw. "Rumah saya sendiri masih aman, karena letaknya agak tinggi, tapi air sudah sampai teras," papar

Namun genangan air rata-rata hanya sekitar 30 senimeter di dalam rumah. Kondisi ini masih terbilang ringan dibandingkan banjir yang terjadi 26-27 Agustus, dengan ketinggian air di dalam rumah ada yang mencapai pundak orang dewasa.

Di Asam Asam ada dua lokasi yang paling rawan karena berada di dataran rendah yaitu di RT 20 dan 5, termasuk RT 10. Air Sungai Asam Asam mulai meluap sekira pukul 17.00 Wita Selasa tadi menyusul derasnya hujan.

Hujan terus berlanjut hingga malam. Namun warga masih bertahan di rumah masing-masing, karena genangan air tidak seberapa. Mereka tidur di loteng rumah, meski umumnya loteng hanya memanfaatkan ruang sempit plafon rumah. Hanya sebagian kecil yang rumahnya bertingkat dua. (roy)

Bayi Itu Tak Lagi Punya Ayah

Kamis, 04-09-2008 | 01:50:35

• Tiga Pencari Intan Tewas
• Terkubur Hidup-hidup

TERTIMBUN - Para pendulang intan mencari rekannya yang tertimbun tanah longsor di salah satu lubang galian di Kampung Pumpung, Cempaka, Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Rabu (3/9). METRO BANJAR/DONNY SOPHANDI

BANJARBARU, BPOST

- Hujan yang mengguyur seharian menuai bencana di pendulangan intan perkampungan Pumpung Kecamatan Cempaka, Banjarbaru, Rabu (3/9) sore. Di tengah deru mesin pompa, tiba-tiba dinding tebing lubang tambang bergetar dahsyat dan ambruk seketika menimpa para pekerja di bawahnya.

Empat orang sempat tertimbun longsoran tebing lubang sedalam 17 meter itu. Namun sesaat kemudian satu di antaranya, Sugiani (25), warga Sungai Tiung, berhasil menyelamatkan diri. Nyawanya tertolong oleh tekanan balik tanah dari dasar lubang yang terdorong ke atas sehingga tubuhnya ikut terangkat.
Sedang tiga rekannya bernasib nahas. Mereka terkubur hidup-hidup. Ketiga korban tewas adalah Anang (17) warga Sungai Tiung RT21 Belakang Kubah Makam Syarifah Badrun, Ucil (16) warga Basung Cempaka dan Ahdi (25) warga Sungai Tiung RT22.
Padahal Ahdi baru saja punya bayi. Saat menanti kehadiran jenazah suami di rumah mertua, Alus (17), terus menangis. Dia makin sedih bila melihat putrinya yang baru berusia dua bulan. “Alus menangis bila lihat anaknya,” ucap seorang tetangga.
Cobaan ini datang sekitar pukul 15.00 Wita. Sekitar dua jam penggalian, tubuh Anang berhasil ditemukan. Tubuhnya yang berlumur lumpur, dibersihkan seadanya dan langsung dibawa warga menggunakan kain sarung serta penyangga dua tongkat galam menuju ke rumah duka.
Pukul 17.16 Wita, kerja keras sekitar 50-an orang yang melakukan penggalian hanya menggunakan peralatan seadanya dibantu semburan air mesin pompa berhasil menemukan tubuh Ucil. Sama seperti Anang, mayat Ucil juga langsung dibawa ke rumah duka.     
Hingga masuk waktu magrib, pencarian korban Ahdi masih berlangsung. Tubuhnya diperkirakan tertindih rakitan kayu beserta mesin pompa di dasar lubang.
Informasi terhimpun, saat longsor, para korban seperti biasa mencari intan. Lubang yang dikerjakannya baru tergali sedalam dua meter. Tapi lubang ini berada di dasar lubang induk yang luasnya sekitar 0,5 ha dengan kedalaman lebih dari 15 meter. Longsoran lubang induk inilah yang menimbun korban.
Meski sejak pagi diguyur hujan, para pemburu intan tetap memaksakan diri bekerja. Kebetulan ketika hari beranjak siang, hujan sempat mereda. Kesempatan ini langsung dipakai untuk bekerja lagi mencari intan.
Mereka menuruni lereng lubang induk dengan menggunakan tangga. Setibanya di titik galian, mereka berbagi tugas. Satu orang menjaga mesin pompa yang diletakkan di atas lubang galian. Lainnya berada di dasar lubang menyemprotkan air dan lainnya lagi memisahkan batu.
Saat asyik bekerja, keempatnya dikejutkan oleh getaran longsoran. Dalam hitungan detik, mereka lenyap tertimbun. Saking dahsyatnya terjangan lumpur sampai-sampai kayu rakitan penyangga mesin pompa hancur berantakan. Sedang mesinnya ikut tertimbun bersama para korban.(sar)

Monday, September 01, 2008

Distamben Sanggah Sebab Kerusakan Alam Kalsel

Minggu, 31 Agustus 2008 16:13 Administrator

BANJARMASIN - Jajaran Dinas Pertambangan dan Energi (Distamben) Provinsi Kalimantan Selatan menyanggah terhadap pendapat yang terus berkembang yang seolah menuduh kerusakan alam di wilayah ini, seperti terjadinya banjir, akibat dampak usaha pertambangan batubara skala besar.

"Ramainya usaha pertambangan batubara di Kalsel kan baru belasan tahun terakhir saja, itu pun seluruh areal pada kawasan yang sudah tidak ada hutan," kata Kadistamben Kalsel H Ali Muzanie di sela-sela rapat paripurna DPRD Provinsi Kalsel di Banjarmasin, Jumat.

Sanggahan Kepala Distamben itu sehubungan banjir yang melanda beberapa kawasan di Kabupaten Tanah Laut (Tala) dan Tanah Bumbu (Tanbu), Kalsel dalam empat hari terakhir akibat guyuran hujan lebat.

Berbagai pihak menuding terjadinya bencana tersebut karena kerusakan alam lingkungan cukup parah, yang disebabkan maraknya kegiatan pertambangan.

Menurut mantan Kepala Distamben Kabupaten Banjar, Kalsel itu, kerusakan alam di provinsi ini sebelum ada kegiatan pertambangan batubara ataupun biji besi di wilayah timur tersebut, seperti Tala, Tanbu dan Kabupaten Kotabaru.

"Mungkin semua orang ingat, sejak kapan PT Kodeco selaku pemegang Hak Pengusahaan Hutan (HPH) dan pemegang HPH lain menebang hutan di wilayah timur Kalsel tersebut. Padahal sebelum adanya HPH, sepanjang jalan arah Kotabaru, kabupaten paling timur Kalsel yang berbatasan Laut Sulawesi dan Selat Makassar itu masih nampak rimbunnya pepohonan dan lebatnya hutan," katanya.

"Tapi dengan adanya HPH, ditambah perambahan hutan yang tak terkendali atau sebelum ramainya usaha pertambangan batubara pada tiga kabupaten di timur Kalsel tersebut, kawasan hutan itu sudah terkesan gersang, kecuali terdapat bahan tambang di bawah kulit/perut buminya," lanjutnya.

Namun ketika dipertanyakan, apakah dengan ramainya usaha pertambangan belakangan ini tidak makin memperparah kerusakan alam sehingga kian memudahkan munculnya bencana banjir, Kepala Distamben Kalsel tersebut tak banyak komentar, kecuali menyatakan, bila ada perusahaan pertambangan yang melanggar aturan, pasti dikenakan sanksi atau minimal teguran peringatan.

"Sanksi tersebut, baik dalam bentuk pencabutan izin operasional maupun penghentian sementara, dan tidak menutup kemungkinan dikenakan sanksi yang lebih berat," kata Ali Muzanie. an/mb02

Thursday, August 28, 2008

MEREKA BICARA: BANJIR

Jumat, 29-08-2008 | 01:00:31

BANJIR - Banjir yang melanda sejumlah wilayah di Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu tak hanya merusak ratusan rumah, namun juga merendam belasan hektare tambak udang rakyat, dan puluhan hektare lahan pertanian. Sejumlah kalangan menilai, bencana ini akibat kerusakan lingkungan oleh aktivitas pertambangan.

Revitalisasi DAS

Hamdani Fauzi SHut
Dosen Fakultas Kehutanan Unlam 
Memang cukup ironi, beberapa daerah di Jawa mengalami kekeringan, di Tanah Laut justru terjadi Banjir. Bisa dikatakan cuaca yang terjadi tak menentukan dan ini sebagai akibat adanya pemanasan global.

Terkait musibah banjir di Tanah Laut dan Tanah Bumbu, menunjukkan bekas penambangan dan eksploitasi sumber daya alam (SDA) sangat merugikan.

Salah satunya memicu degradasi lahan yang menyebabkan limpasan permukaan relatif tidak terkendali, sehingga berpotensi menjadikannya sebagai air kiriman pada daerah di bawahnya.

Kondisi itulah yang menyebabkan banjir di kawasan pemukiman maupun lahan pertanian. Walau hujan turun hanya beberapa hari, namun banjir tak bisa dihindari akibat kurangnya kawasan resapan air.

Untuk itu, lakukan revitalisasi Daerah Aliran Sungai (DAS) dengan pendekatan one water one management. Selain itu pertahankan daerah buffer sebagai penyangga fungsi ekologis dan hidrologis.

Lakukan pembangunan hutan dengan pendekatan forest ecosystem management. (mia)

Jangan Abaikan Pengelolaan Lingkungan

Drs Akhmad Rifani MSi
Pengamat Lingkungan
Suatu daerah sebenarnya punya hak melaksanakan pembangunan, termasuk dalam pengelolaan sumber daya alamnya. Namun kenyataannya masih banyak kepala daerah yang kurang bijak dalam mengelola kekayaan alamnya, seperti batu bara dan hasil hutan.

Terbukti banyaknya bencana alam yang terjadi karena ulah manusia sendiri dan bukan semata-mata fenomena alam. Salah satunya banjir di Tanah Laut dan Tanah Bumbu.

Sudah saatnya pemerintah daerah lebih selektif dalam memberi perizinan bagi perusahaan tambang dan perkebunan. Jangan abaikan pengelolaan lingkungan hanya untuk mendapatkan keuntungan sesaat.

Jika kita mampu mengelola dan memanfaatkan SDA dengan cerdas, tentu bisa memberikan kesejahteraan bagi masyarakat. Bukannya bencana yang menimbulkan banyak kerugiaan baik materiil maupun sosial. (mia)

Kebijakan yang Keliru

Dwitho Frasetiady
Aktivis Walhi Kalsel
Banjir kembali terjadi, padahal bulan Agustus sudah memasuki musim kemarau. Banyak saudara kita di Tanah Laut dan Tanah Bumbu menjadi korban menyusul terendamnya lahan pertanian dan perkebunan.

Namun jangan selalu beranggapan bahwa suatu musibah seperti banjir sebagai takdir. Kejadian ini justru mengingatkan kita semua akan pentingnya menjaga lingkungan. Dengan tidak merusak kawasan hutan, apalagi sampai mengubahnya menjadi kawasan terbuka.

Sebagai kawasan tambang, kita lihat bagaimana kondisi Tanah Bumbu saat ini ? Banyak kawasan hutan yang berubah menjadi areal terbuka. Semua itu tak lepas dari kebijakan pemerintah yang keliru. Ingin mendongkrak pendapatan daerah, namun mengabaikan aspek lingkungannya.

Sekarang daerah resapan air di Tanah Bumbu maupun Tanah Laut yang termasuk daerah pegunungan Meratus telah rusak. Kawasan pegunungan berubah menjadi perkebunan sawit dan pertambangan. (mia)

Kerahkan 100 Pasukan

Jumat, 29-08-2008 | 00:36:42

Komandan Korem 101/Antasari Kolonel inf Sudrajat As menyatakan telah menyiapkan satu unit satuan setingkat kompi (SSK) dengan 100 pasukan anggota TNI untuk membantu korban banjir di Tanah Bumbu dan Tanah Laut.

Mereka bertugas mengevakuasi korban banjir yang dan ikut mengupayakan penyaluran bahan-bahan makanan termasuk obat-obatan ke lokasi banjir.

Komandan Kodim 1006/Martapura Letkol inf Samudro Adie Soetojo menambahkan pihaknya telah membentuk posko penanggulangan bencana di sejumlah kawasan rawan banjir.

Satu satuan setingkat kompi disiapkan di daerah mulai Sungai Pinang, Pengaron, Simpang Empat, Astambul sampai Karang Intan yang menjadi kawasan langganan banjir.

Siaga banjir ini juga dilakukan Pemerintah Kabupaten Banjar. Dinas Kesejahteraan Sosial dan Pemberdayaan Perempuan (Dinkesos PM) kembali menggiatkan fungsi koordinasi Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana (Satlak PB) Kabupaten.

Dalam waktu bersamaan, kemarin 100 relawan dari lintas sektoral, mulai pemkab, organisasi kepemudaan dan organisasi masyarakat, Orari, PMI se Kabupaten Banjar menjalani pelatihan kader Satlak PB. (niz)

300 Hektare Sawah Gagal Tanam

Jumat, 29-08-2008 | 00:36:43

Tujuh Desa di Kusan Hulu Terendam
BATULICIN, BPOST
- Banjir di Kabupaten Tanah Bumbu tidak hanya merendam rumah warga di Desa Sebamban Lama dan Sebamban Baru Kecamatan Sungai Loban. Tapi juga membuat warga di Kecamatan Kusan Hulu menderita.

Benih yang baru disemai di areal persawahan seluas 300 hektare lebih turut terendam. Karena terendamnya sudah lebih dari empat hari padi itu sudah membusuk sehingga dipastikan petani di sana gagal tanam.

Salapudin, warga Kusan Hulu menuturkan kejadian tersebut sangat memukul warga karena bercocok tanam merupakan pekerjaan utama penduduk setempat.

Warga mengandalkan pertanian sebagai pekerjaan pokok untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Dengan terendamnya sawah selain tidak bisa panen warga juga harus menanam benih baru agar bisa menikmati hasil panen. Warga kini masih menunggu air surut untuk menanam ulang bibit tersebut.

"Kalau tidak ditanam ulang ya tidak bisa makan. Pasti benih itu sudah busuk. Jadi mau tidak mau harus menanam ulang," kata Salapudin.

Selain merendam ratusan hektare sawah, luberan air yang diduga akibat curah hujan tersebut juga merendam tujuh desa di Kecamatan Kusan Hulu. Desa tersebut adalah Desa Lasung, Sungai Rukam, Manuntung, Anjir Baru, Cibarau Panjang, Mangkalapi dan Desa Hati’if.

Air setinggi pinggang orang dewasa itu, telah merendam ratusan rumah penduduk di sana. Namun mereka tidak mengungsi dan dan mencari tempat istirahat bersama anggota keluarga ke tempat yang lebih tinggi.

Sementara itu, warga di Desa Sebamban Baru dan Sebamban Lama mulai kembali ke rumah dan membersihkan rumah yang selama tiga hari terendam. Sampai kemarin banjir di sana sudah surut.

Sebelumnya mereka mengungsi ke tempat saudara dan sebagian di Masjid Miftahul Jannah. "Kami tetap mengingatkan agar waspada dengan perubahan cuaca setiap saat. Sebab, hujan masih terjadi sehingga dDikhawatirkan air kembali naik," kata Camat sungai Loban, Suwignyo. (coi)

Rombongan Pramuka Terjebak Banjir

Rabu, 27-08-2008 | 00:40:45

• Terpaksa Menginap di Rumah Penduduk
• Pulang Lewat Trans Batulicin-Kandangan

MARTAPURA, BPOST - Sebanyak 60 orang anggota Pramuka Kabupaten Banjar yang mengikuti kegiatan pramuka di Pagatan, Tanah Bumbu, terpaksa menginap di rumah warga di dekat Sebamban. Mereka terjebak banjir saat hendak pulang ke Martapura, Senin (25/8).

Dua unit bus yang mengangkut 60 anggota pramuka itu tidak bisa meneruskan perjalanan ke Martapura karena ruas jalan di Sebamban tergenang air hampir satu meter.
Siang itu sekitar pukul 15.00 Wita, dua unit bus tersebut sudah tidak bisa meneruskan perjalanan. Rombongan terjebak banjir bersama dengan rombongan dari daerah lain dan kendaraan umum lainnya.
Meski sempat menunggu lama sampai malam harinya genangan air tak juga surut. Rombongan akhirnya menginap di salah satu rumah penduduk yang masih ada hubungan kerabat dengan salah seorang anggota pramuka.
Hingga Selasa (26/8) pagi, pukul 11.00 Wita rombongan baru bisa meneruskan perjalanan ke daerah masing-masing. Rombongan pengurus pramuka Banjar yang saat itu menaiki dua unit mobil memutuskan pulang melalui trans Batulicin - Kandangan.
“Karena memang harus pulang, kami terpaksa menempuh jalur Batulicin - Kandangan dan memakan waktu hampir delapan jam. Mobil lainnya juga melewati jalan itu,” kata Ketua Kontingen Pramuka Banjar, HM Ali Hanafiah, Selasa (26/8).
Sementara untuk jenis bus yang berisiko melintasi Trans Batulicin - Kandangan harus mengambil jalur Sebamban, sambil menunggu jalur bisa dilewati.
“Alhamdulillah sekitar pukul 11.00 Wita tadi rombongan sudah bisa melewati jalur dan sudah dalam perjalanan menuju Martapura,” jelas Kabag Tapem Setda Banjar.
Banjir di Tanah Bumbu dan Tanah Laut sampai Selasa (26/8) tidak memengaruhi kedalaman air di Waduk Riam Kanan, Aranio, Kabupaten Banjar.
Hingga siang itu kedalaman air masih mencapai 58,65 sentimeter atau ada kenaikan 15 sentimeter dibanding hari sebelumnya. Kepala PLTA Ir PM Noor Riam Kanan Kardoyo mengatakan, kenaikan itu masih batas normal sehingga Kabupaten Banjar masih aman dari banjir. Dengan kedalaman itu tambah Kardoyo PLTA Riam Kanan masih mengoperasikan tiga unit turbinnya. (ofy)

Wednesday, August 27, 2008

Banjir Mulai Surut

Kamis, 28 Agustus 2008
BATULICIN – Bukan hanya Desa Sebamban Baru dan Sebamban Lama yang direndam banjir, namun juga sejumlah wilayah di sekitarnya seperti Desa Sekapuk Kecamatan Angsana dan desa-desa di Kecamatan Satui. Akibat banjir itu, puluhan rumah ikut tergenang air. Jalur trans Kalimantan yang menghubungkan Banjarmasin-Batulicin, juga mengalami nasib yang sama. Namun, tidak sampai menyebabkan arus transfortasi terputus.

Sejak dua hari lalu, ketinggian air mencapai lutut kaki orang dewasa. Namun, air berangsur-angsur surut, sejak kemarin. Warga yang rumahnya terendam air tampak sibuk membersihkan kotoran lumpur yang terbawa arus. Dinding rumah mereka yang berwarna coklat juga disikat hingga bersih.

Musibah banjir juga dialami 120 KK di 4 desa di Kecamatan Kusan Hulu (Lasung). Empat desa itu adalah Desa Lasung, Anyir Baru, Manuntung dan Sungai Rukan. Ketinggian air dalam rumah warga mencapai 50 sentimeter. Selain menenggelamkan rumah milik warga, banjir yang diakibatkan hujan di kawasan pegunungan itu juga menenggelamkan sawah milik warga.

Muhammad, salah satu warga Desa Sungai Rukan, mengharap bantuan sembako, obat-obatan, tenda dan posko dari Pemkab Tanbu melalui instansi terkait.

“Terus terang, kami sangat mengharapkan bantuan itu,” keluh Igur via telepon.

Senada dengan dia, Jamil warga Desa Lasung, meminta agar bantuan yang mereka harapkan segera diberikan.

“Sudah ada puluhan rumah yang terendam hingga warga memilih mengungsi ke dalam hutan. Kami hanya minta posko untuk berlindung dari hujan dan dinginnya angin malam,” katanya.

Muhammad khawatir, kondisi seperti ini akan terus berlangsung. Karena, cuaca tidak pernah cerah, sementara itu hujan terjadi setiap harinya. Akibat pengungsian itu, sudah ada beberapa warga yang menderita penyakit gatal-gatal.

Sekedar diketahui, Kecamatan Kusan Hulu memang wilayah langganan banjir. Setiap tahun, banjir selalu menggenangi rumah warga. Akibat banjir itu, mereka terpaksa mengungsi untuk sementara menunggu air surut. (kry)

Mahasiswa Unlam Tewas Terseret Banjir

Kamis, 28 Agustus 2008
BATULICIN - Air yang menggenangi rumah puluhan warga dan jalan Trans Kalimantan yang menghubungkan Banjarmasin-Batulicin, di Desa Sebamban Lama dan Baru Kecamatan Sungai Loban, berangsur-angsur surut. Sejak Salasa (26/8), malam kemarin, armada angkutan umum dan pribadi sudah bisa lewat.

Dalam musibah banjir itu, seorang mahasiswa Unlam Banjarmasin bernama Rijal Firmansyah, tewas tenggelam. Mahasiswa yang tinggal di Pasar Sabtu Gang Ceria Desa Tungkaran Pangeran Kecamatan Simpang Empat, ini terseret arus bersama sepeda motor

Yamaha Zupiter MX warna merah dengan Nopol DA 4610 ZG, miliknya sendiri.

Menurut informasi yang berhasil dihimpun koran ini, malam itu korban bermaksud pulang ke Batulicin. Tiba di lokasi banjir, Rijal bermaksud menyeberang. Padahal, di lokasi banjir itu sudah ada larangan untuk tidak melakukan aktivitas penyeberangan.

“Itu perintah dari Kapolsek Sungai Loban Ipda Trias,” ujar Imroh AH, yang ikut mencari jasad korban.

Namun, lewat tengah malam, Rijal nekat juga. Saksi mata melihat sekitar pukul 01.00 Wita, sepeda motor dituntun seorang laki-laki (Rijal, red) menyeberangi arus yang sangat deras itu. Akibatnya, keduanya terseret arus hingga langsung menghilang. Paska kejadian itu, tidak ada satupun warga yang berani memberikan pertolongan. Sepeda motor sendiri baru ditemukan Selasa (26/8), siang kemarin sekira pukul 11.00 Wita. Sementara itu, hingga pukul 15.00 Wita, kemarin, jasad Rijal belum juga ditemukan. Untuk mencari jasad korban, puluhan orang diterjunkan dengan menggunakan ketinting. Anggota Satkorlak Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi juga turun tangan dengan menggunakan speed boat dibantu personel TNI dan Polri. Pencarian dilakukan tak jauh dari sekitar jasad korban pertama tenggelam hingga jarak 300 meter dari jalan. (kry)

Bupati Kunjungi Daerah Banjir

Kamis, 28 Agustus 2008
PELAIHARI – Banjir besar yang melanda Kecamatan Jorong dan Kintap menjadi perhatian serius Bupati Tanah Laut H Adriansyah, Rabu (27/8) kemarin ia mengunjungi sejumlah pemukiman yang direndam banjir. Aad juga menyaksikan secara langsung, evakuasi korban Banjir, Sukardi (56 th), penumpang mobil innova yang hanyut ketika berusaha menerobos banjir yang merendam jalan negara di Desa Asam-Asam.

H Adriansyah mengaku sangat prihatin dan turut berduka dengan kejadian ini, ia mengatakan bahwa Pemerintah Kabupaten siap membantu penanganan jenazah, apakah mau di bawa pulang ke daerah asal atau dimakamkan di sini, tinggal menunggu keputusan dari keluarga korban. Terkait penanganan pasca banjir, H Adriansyah menegaskan tiga hal kepada jajarannya, yaitu yang pertama, dalam keadaan bencana, rakyat tidak boleh ada yang sakit, sehingga Dinas Kesehatan Tanah Laut harus memberikan perhatian penuh.

Kedua, rakyat yang sedang menderita tidak boleh kelaparan, dan ketiga, pemerintah harus segera memperbaiki jalan dan jembatan yang rusak parah. (mr-90)

Poros Banjarmasin-Batulicin Terendam

Rabu, 27 Agustus 2008
BANJARMASIN – Transportasi dari Banjarmasin menuju Batulicin untuk sementara terhambat. Pasalnya, air melimpas pada sejumlah titik di ruas Trans Kalimantan poros selatan tersebut.

Kepala Dinas Kimpraswil Kalsel M Arsyadi MT mengaku sudah menerima laporan kawasan yang tegenang, yaitu Km 154, Km 179, Km 185, dan Km 205 Desa Asam-Asam, Kabupaten Tanah Laut.

Diakui Arsyadi, untuk sementara jalur transportasi sangat berbahaya dilewati, terlebih kendaraan roda dua dan roda empat. “Jadi jalan tidak terputus. Tapi hanya terlimpas air sehingga untuk sementara jalur darat dari Banjarmasin menuju Batulicin terhambat,” ujarnya kepada wartawan, kemarin.

Kasubdin Bina Pengembangan Sarana dan Transportasi Dinas Kimraswil Kalsel Martinus menambahkan, tergenangnya sejumlah titik pada Trans Kalimantan tersebut menyebabkan terganggunya proyek jalan Kintab-Sebamban yang dalam tahap pengerasan. “Kalau toh nantinya ada kerusakan akan segera kami perbaiki. Tentu saja perbaikan akan dilakukan setelah genangan air surut,” terang Martinus.

Ruas jalan yang mengalami kerusakan akibat limpasan air tapi dalam tahap pengerjaan, paparnya, akan dihitung ulang berapa persen yang sudah dikerjakan. “Lalu dievaluasi dan dikerjakan lagi,” terangnya lagi.

Dijelaskan Martinus, sebenarnya kawasan yang tergenang merupakan langganan banjir setiap tahunnya, namun kali ini cukup parah dengan ketinggian air antara 1 sampai 2 meter.

Untuk jangka panjang, lanjutnya, akan dilakukan kajian teknis secara komprehensif apakah perlu melebarkan jalan air atau pola lain. “Pada prinsipnya upaya-upaya mengantisipasi limpasan air sudah dilakukan seperti melebarkan aliran sungai di bawah jembatan yang dulunya 12 meter menjadi 30 meter,” terang Martinus.

Menurut Martinus, solusi yang paling efektif meminimalisir ketinggian limpasan air adalah dengan melebarkan aliran sungai. Karena kalau badan jalan ditinggikan hanya buang-buang biaya sebab sifat air akan mengikuti setara dengan tingginya badan jalan.

Secara terpisah, Kabid Linmas Badan Kesbanglinmas Kalsel M Ariffin mengungkap laporan yang diterima sampai pukul 11.00 Wita kemarin, 5 dari 7 penumpang yang hanyut terbawa arus pada Senin (25/8) lalu sudah ditemukan dalam keadaan selamat. “Sementara yang 2 orang lainnya masih dalam pencarian,” terang Ariffin.

Ia menambahkan sampai kemarin ketinggian air antara 1 sampai 2 meter, dan Satkorlak PB Kalsel sudah mengirim bantuan perahu karet dan mendirikan dapur umum.(sga)

Dua Orang Hilang Terseret Arus Banjir Asam-Asam Hanyutkan Innova

Rabu, 27 Agustus 2008
PELAIHARI - Banjir yang melanda Desa Asam-Asam Kecamatan Jorong Kabupaten Tanah Laut sejak Senin (25/8) sore mulai menelan korban. Dua unit mobil hanyut dan dua orang penumpang masih belum diketahui nasibnya.

Kedua mobil itu adalah pikap Panther mengangkut tiga unit sepeda motor, dan Kijang Innova bernomor polisi DA 7883 PA. "Dua kendaraan itu hanyut saat menerobos banjir di Desa Asam Asam, Kecamatan Jorong. Kedua kendaraan itu nekat menyeberang dalam kondisi arus deras," sebut Suratno Petugas Satlak PB Tala, Selasa (26/8)

Dirincikannya, pikap Panther terbalik Senin malam waktu Isya bersamaan dengan sebuah grobak di depannya yang mengangkut sebuah sepeda motor. Sedangkan Kijang Innova terbalik pukul 21.15 Wita.

Kapolres Tala AKBP Dadik Soesetyo melalui Kapolsek Jorong AKP Danang S Sik mengatakan, di antara 7 penumpang Kijang Innova, dua di antaranya hilang dan hingga tad malam masih belum ditemukan. Sementara lima orang lainnya selamat, termasuk sopir Sukri (50). Selain itu, dua orang yang ada di mobil pikap Panther juga selamat.

"Mereka selamat karena berpegangan di pohon di daerah banjir tersebut. Sedangkan ini dua orang yang hilang masih dalam pencarian," terangnya.

Pagi kemarin, Tim SAR dari Banjarmasin, Satkorlak PB terus melakukan pencarian. Menggunakan dua perahu karet, mereka menyisir di sekitar lokasi hanyutnya mobil. Namun setelah beberapa jam, kedua korban belum ditemukan.

Dari pantauan koran ini Selasa (26/8) kemarin, warga berhasil menemukan dan menarik keluar Kijang Innova dari jeratan arus air. Cat luar mobil lecet, dan bumpernya mengalami kerusakan akibat tergerus aspal jalan dan pohon.

Sedangkan pikap Panther hingga pukul 11 siang belum berhasil dikeluarkan. Warga hanya bisa mengikatkan sebuah tambang di mobil. Pikap Panther itu hanya terlihat salah satu bannya saja. Meski warga beramai-ramai menarik mobil agar bisa keluar, namun arus yang deras menyulitkan usaha itu. Sampai akhirnya Kapolsek Jorong AKP Danang menginstruksikan penghentian upaya menarik mobil pikap tersebut.

Lantaran arus lalu lintas terputus total, mobil pengendara lain tidak bisa lewat. Bahkan terjadi antrean panjang hingga 4 kilometer dari lokasi. Konsentrasi warga pun berubah. Mereka tidak lagi menarik mobil hanyut. Puluhan warga beralih memandu mobil agar bisa lewat di genangan air yang mencapai lutut orang dewasa itu. Titik ini berada di Jalan A Yani Km 165. (berita terkait halaman 10)

Di lokasi itu, ada dua titik genangan yang dipisahkan jembatan. Satu titik terparah tidak bisa dilewati kendaraan roda dua. Ketinggian air mencapai 50 centimeter, dengan arus yang cukup deras. Ditambah terkoyaknya sejumlah aspal, semakin mempersulit medan yang dilalui. Di titik itulah, dua mobil hanyut.

Kapolres Tanah Laut AKBP Drs Dadik S yang terlihat berada di lokasi tampak sibuk mengerahkan personelnya dari gabungan Polres Tala dan Polsek Jorong guna membantu kelancaran lalu lintas.

Dengan bantuan warga serta koordinasi pihak kepolisian, satu per satu mobil berhasil diseberangkan. Sementara untuk menghadapi antrean kendaraan, pihak Dishub Tala juga ikut mengendalikan.

Sekira pukul 12.00, arus lalulintas mulai lancar. Satu per satu mobil melintas. Sedangkan roda dua diangkut dengan klotok dibantu warga. Dengan kelancaran ini sejumlah pengendara mengaku lega. Pasalnya, akibat antrean panjang tersebut, ratusan pengendara terlantar di jalan, hampir satu hari satu malam, mulai Senin sore. Seperti Jamri warga Banjarmasin yang mengaku antre di jalan mulai pukul 17 sore Senin hingga Selasa.

“Bahkan puluhan orang sempat bermalam di Kantor Desa Asam-Asam,” tambah Abdul Muhid, salah seorang aparat Desa Asam-Asam.(mr-90)

Jalan Provinsi Terputus Sebamban Lama dan Sebamban Baru Banjir

Rabu, 27 Agustus 2008
BATULICIN - Jalan Provinsi di Desa Sebamban Lama dan Baru, Kecamatan Sungai Loban, digenangi air. Akibatnya, jalur transfortasi yang menghubungkan Banjarmasin-Batulicin, terputus. Puluhan armada angkutan terpaksa ngantri sejak Senin (25/8), pagi hingga sore harinya. Mereka tak dapat lewat hingga menunggu air surut. Baru sekitar pukul 20.00 Wita hingga siang kemarin, jalan bisa dilalui itupun harus dengan hati-hati. Sementara itu, bagi pengendara sepeda motor terpaksa menggunakan jasa kelotok untuk menyeberang.

Menurut keterangan Camat Sungai Loban, Nanang Suwignyo, banjir terjadi sejak Senin (25/8) pagi. Akibat banjir itu, ujar dia, sebanyak 30 rumah warga Desa Sebamban Lama dan Baru tergenang air. Untuk sementara menunggu air surut, para pemiliknya terpaksa mengungsi ke tempat keluarga maupun ke dataran yang lebih tinggi.

Dari pantauan koran ini sendiri, banjir yang terjadi hampir sama dengan tahun 2006 lalu. Rumah dipinggiran sungai juga ikut tergenang air. Di kawasan itu membentuk sebuah danau akibat air yang meluap. Air diperkirakan berasal dari daerah pegunungan hingga membawa air bah yang sangat banyak.

Sampai siang kemarin, Tim Satkorlak dari Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan personel dari Badan Kesbanglinpemmas turun ke lapangan. Selain memberikan bantuan bahan makanan dan air mineral, mereka juga membantu evakuasi warga yang hendak menyeberang dengan menurunkan satu unit speed boat. Mereka juga dibantu personel dari Polsek Sungai Loban dan kecamatan setempat. Bahkan, Camat Sungai Loban Nanang Suwignyo juga turun langsung ke lokasi banjir. (kry)