Wednesday, July 28, 2010

Bantuan Banjir Kurang

Radar Banjarmasin, Senin, 26 Juli 2010

Satui, Jorong dan Kintap Masih Tergenang

SUNGAI DANAU – Banjir yang merendam wilayah Kecamatan Satui Kabupaten Tanah Bumbu sejak Jumat (23/7) malam, kemarin (25/7) memang sudah mulai surut. Kedalaman banjir yang semula mencapai 3 meter, sekarang sudah tinggal separonya. Beberapa ruas jalan Negara yang sempat terputus, kemarin juga sudah tidak digenangi air lagi.
Namun, banjir masih menyisakan kesedihan bagi sekitar 9.066 jiwa korban Banjir yang tersebar di tujuh desa di Kecamatan Satui. Apalagi banjir kali ini, mengakibatkan jatuhnya korban jiwa. Hingga kemarin sore, korban tewas yang ditemukan akibat terseret arus banjir menjadi tiga orang, yakni Galuh (30) warga Desa Sungai Loban RT 1 dan
Beni (50) yang ditemukan Jumat (24/7), serta Darwanto (35) warga Desa Jombang yang ditemukan tim basarnas di sekitar jembatan simpur, kemarin siang, sekitar pukul 11.20 Wita.
Sedangkan, nama Jufri (75) yang dalam berita sebelumnya ditemukan tewas karena tenggelam, ternyata lelaki tua yang dikenal oleh warga sebagai seorang musafir ini meninggal di masjid karena sakit, bukan karena banjir.
Selain itu, empat warga Desa Sungai Loban dilaporkan hilang. Mereka adalah Safrudin (36), Fitri (15), Tinah (14) dan Andre (8). Mereka adalah satu keluarga, ayah dan tiga anaknya. Sedangkan ibu mereka Galuh (30) sudah ditemukan Jumat malam. Dari keluarga ini, menurut informasi yang berhasil dihimpun Radar Banjarmasin, hanya Tini (14) tahun yang berhasil selamat. Namun posisi jelasnya juga belum diketahui. Informasinya, Tini ditampung di rumah keluarganya.
Pencarian pun terus dilakukan terhadap korban banjir. Sejumlah perahu karet dan speed boat, dikerahkan untuk menyusuri alur Sungai Kusan. Pencarian juga dilakukan di lokasi tambang yang posisinya berdekatan dengan bantaran Sungai Satui.
Pasalnya, menurut keterangan dari sejumlah warga, pada Jumat malam, sekitar habis Magrib. Keluarga Safrudin, terdiri dari ayah, ibu dan empat orang anak yang tinggal di bantaran sungai, berencana untuk mengungsi dengan menggunakan kelotok.
Pada saat keluarga ini sudah siap untuk mengungsi, tiba-tiba tanggul tambang yang berada di pinggir Sungai Kusan jebol. Sementara rumah keluarga Safrudin juga tidak jauh posisinya dari tanggul tersebut. Akibatnya, air sungai yang tadinya dalam, tiba-tiba mengalir dengan deras ke dalam lubang tambang yang memiliki kedalaman sekitar 50 meter. Diduga, keluarga Safrudin tersedot arus deras yang mengalir kearah lubang tambang tersebut. Termasuk perahu dan rumah mereka.
“Air sungai yang tadinya dalam, tiba-tiba surut, sampai akhirnya lubang tambang itu penuh,” ujar seorang warga menuturkan kepada Radar Banjarmasin.
Sementara itu,  dari posko induk Banjir di Kecamatan Satui. Diketahui data korban banjir sebagaimana grafis. Meski banjir berangsur surut. Namun warga masih sangat mengharapkan bantuan.
Salah satu desa yang belum terjangkau bantuan adalah Desa Jombang. Pasalnya, akses menuju ke Desa Jombang, terputus. Ratusan rumah terendam. Pun begitu, warganya memilih tetap bertahan, karena tidak bisa kemana-mana.
Sejumlah warga yang berada di lokasi banjir menyesalkan masih banyak bantuan yang belum diterima oleh warga. “Bagaimana dengan nasib kami, sudah jatuh tertimpa musibah, bantuanpun belum ada. Kami berharap donator bisa membantu kami,” ujar Amir, salah satu Desa Sinar Bulan RT 1 Kecamatan Satui.
Dia mengaku bertahan di rumah bersama warga lain, karena khawatir akan mengalami musibah lain lagi. Yakni kemalingan. Menurutnya, sejak musibah banjir terjadi sudah banyak warganya yang kehilangan barang di rumah.
Ayah dua ini sangat menyayangkan minimnya bantuan yang diberikan oleh para donator. Khususnya, perusahaan batubara yang melakukan aktivitas pertambangan di Kecamatan Satui.
“Mereka kan melakukan aktivitas di wilayah Kecamatan Satui, kalau ada warga yang mengalami musibah seharusnya bisa cepat tanggap. Toh ada kemungkinan musibah banjir ini juga disebabkan karena dampak pertambangan batubara,” terangnya.
Berdasarkan penelusuran Radar Banjarmasin, bantuan untuk korban banjir yang diterima posko induk di Kantor Koramil Satui memang masih minim. Bahkan, menurut keterangan petugas di posko tersebut, bantuan tidak langsung didistribusikan kepada korban di lokasi banjir, melainkan hanya diserahkan ke dapur umum dan selanjutnya dibagi-bagikan kepada korban banjir di tempat-tempat pengungsian, seperti Masjid Agung Satui, Kantor Desa Sungai Danau dan Gor Satui Timur.
“Kalau langsung didistribusikan kepada korban banjir tidak mencukupi,” jelas Fuad, bendahara satgas di posko induk korban banjir, kemarin.
Kasi Pemerintahan Kecamatan Satui ini menambahkan, pihaknya masih membutuhkan bantuan yang sangat banyak untuk memenuhi kebutuhan korban banjir.
“Lebih cepat akan lebih baik,” katanya.
Lantas bagaimana kepedulian dari pengusaha tambang yang selama ini mengeruk kekayaan dari perut bumi Kecamatan Satui. Dari data Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Tanbu, terdapat belasan perusahaan tambang batubara di wilayah Kecamatan Satui. Sementara bantuan yang diterimakan oleh posko induk hingga pukul 14.00 Wita kemarin, baru ada delapan perusahaan batubara yang menyerahkan bantuan. Itupun, bantuan yang diberikan tidak dalam jumlah banyak.
Perusahaan yang dimaksud adalah PT Wahana Batarama Mining berupa air mineral 28 dus, mis instan 24 dus, PT BJM (Binuang Jaya Mulia) beras 2 sak isi 25 kg, 12 dus mie instan. CV Berkah Anugerah Abadi mie instan 50 dus, PT Arutmin Indonesia Tambang Satui air mineral 100 dus, teh kotak, kacang kulit 2 bungkus. Bantuan juga diberikan oleh salah satu perusahaan batubara terbesar di Kalsel ini langsung kepada korban di lokasi banjir. Kemudian, PT Baskana garam satu dus, kopi moka 2 dus, gula 35 kg, ajinomoto 1 pak.
Koperasi Mutiara bersama kelompoknya susu enak 10 dus, indomie 25 dus. PT ABC beras 3,5 ton, gula pasir 30 dus, minyak goreng 75 kg, telor 50 rak, indomie 50 dus. Selanjutnya, PT Leighton mie instan 5 dus, air mineral 30 dus, gula 50 kg, beras 22 sak.
Jorong-Kintap Banjir
Sementara itu, hujan deras yang menyelimuti wilayah Tanah Laut yang berbatasan dengan Kabupaten Tanah Bumbu, juga mengakibatkan beberapa desa di Kecamatan Kintap dan Kecamatan Jorong mengalami kebanjiran.
Dimana untuk kecamatan Kintap terdapat 4 desa yang mengalami banjir diantaranya, Desa Kintap Kecil, Kintapura, Pasir Putih dan Kintap Lama.
“Ada 711 Kepala Keluarga  atau 2464 jiwa yang mengungsi,” ujar Koordinator Posko Penanggulangan Bencana Kecamatan Kintap Zainal Ariffin.
Dijelaskannya, para pengungsi ini untuk sementara berada di tempat-tempat rumah keluarga atau rumah tetangga yang terletak pada dataran tinggi dari tempat banjir,  dan untuk sekaraang ini banyak juga masyarakat kembali ke rumah masing-masing, karena air mulai surut.
Sementara itu, tidak hanya beberapa desa di Kecamatan Kintap saja, namun ada dua desa di Kecamatan Jorong yang mengalami hal serupa, desa tersebut diantaranya Desa Asam- Asam dan Desa Simpang Empat Sungai Baru.
“Ada ratusan rumah yang terendam,” ujar Kepala Desa Simpang Empat Sungai Baru H Diris kepada Koran ini.
Dijelaskannya, banjir yang cukup parah terletak di RT 8 Kelapa Tani desa Simpang Empat Sungai Baru dan juga ratusan rumah terendam di desa Asam-Asam yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian membuat atap daun (daun nipah).
“Dua wilayah tersebut berdekatan dengan bantaran sungai,” ungkapnya.
Diris menambahkan, sejumlah bantuan memang sudah diterima di Posko Bantuan. Diantarnya dari PT Arutmin, PT JBG, PT WK dan intansi dari Pemkab, namun juga ada bantuan dari perorangan.
“Bupati Adriansyah tadi sore sudah meninjau lokasi bencana,” ucapnya.
Menurut  Diris, untuk sekarang ini debit air yang terletak dilokasi bencana belum terlihat adanya penurunan, karena untuk wilayah kedua desa tersebut selalu diselimuti hujan deras, tentu saja ini membuat air  terus bertahan. “Air masih bertahan,” tegasnya. (kry/ard)

Pendahulunya Banjir, Pendudian Surut

Radar Banjarmasin, Selasa, 27 Juli 2010
Satu Keluarga di Satui Belum Ditemukan

PELAIHARI - Tidak ada tampak wajah cemas diperlihatkan Rusmiah, warga RT 9 Dusun dua Sungai Tabuk Desa Asam-Asam Kecamatan Jorong, ketika menceritakan saat-saat air dari sungai  Asam–Asam meluap pada Jumat (23/7) malam sekitar pukul 23.00 Wita. Air kemudian merendam hampir seluruh rumah di dusun tersebut.
“Banjir ini sering terjadi saat musim penghujan,” ujar nya kepada Radar Banjarmasin saat ditemui di depan rumahnya pada Senin (26/7).
Dijelaskannya, Banjir yang terjadi disini sudah menjadi langganan. Dusun yang masyarakatnya bermata pencaharian sebagai pembuat atap daun dari pohon nipah ini, posisinya memang paling rendah dibanding.
“Disini Pendahuluan (awal-red) Banjir dan Pendudian (terakhir –Red) surut,” ungkapnya.
Dirinya bersama orang tua dan anak-anaknya, satu keluarga yang terdiri dari 8 jiwa ini, hanya merasa kekurangan bantuan bahan makanan. Pasalnya, sejak kejadian banjir yang merendam rumahnya lebih dari tiga hari ini, suaminya dan anak-anaknya tidak dapat bekerja.
“Bantuan mie instan dan satu kaleng sarden itu masih kurang,” terangnya.
Rusmiah menambahkan, untuk bisa memasak dirinya membuat dapur dadakan di depan lantai dua teras rumahnya. Karena itu, ia merasa beruntung bisa membangun rumah bertingkat, sehingga saat banjir datang dapat menyelamatkan harta benda.
“Rata-rata rumah disini beloteng (rumah bertingkat-Red),” jelasnya.
Menurut Rusmiah, setelah banjir ini surut, hal yang utama dilakukannya adalah membersihkan lantai rumah dan dinding rumah yang terkena air pada saat banjir, karena air yang keruh itu menyebabkan dinding rumah dan lantai rumah tertinggal noda, sehingga dipastikan hal tersebut sangat membutuhkan waktu yang lama.
“Saya dan keluarga secara bersama-sama membersihkan,” tegasnya.
Pada kesempatan itu juga, nasib berbeda yang dialami Dufrani 37 tahun yang tetangga dari Rusmiah, karena saat banjir datang ditengah kegelapan semua keluarga Dufrani sedang terlelap tidur, sehingga televisi ukuran 21 inchi dan kasur miliknya terendam air.
“Kejadian ini tengah malam, jadi tidak dapat berbuat banyak menyelematkan barang,” ujarnya.
Dufrani  menambahkan,  banjir yang terjadi ini memang tidak ada tanda-tanda seperti kejadian banjir pada sebelumnnya. Namun banjir ini dianggap belum terlalu parah. Karena pada  2006 yang lalu, air mencapai lebih dari 4 meter.
“Yang sekarang ini mencapai sekitar 2 sampai 3 meter saja,” ungkapnya.
Menurut Dufrani, disaat banjir seperti ini, pihaknya hanya mengawasi kegiatan anaknya yang berjumlah tiga orang yang masih kecil disaat bermain dengan air, karena dirinya takut bila terjadi hal-hal yang tidak di inginkan menimpa anaknya.
“Hanya satu orang yang bisa berenang,” terangnya.
Salah satu anak Dufrani adalah M Zildi, 8 tahun, siswa kelas dua SD ini masih harus bersekolah di SDN Asam-Asam 2 meski rumahnya kebanjiran. Kecuali pada hari Sabtu (24/7) lalu, ketika air sedang tinggi-tingginya, Zildi tidak masuk sekolah.
Supanya putranya tetap bersekolah dan tidak kebasahan, Dufrani pun rela menggendong Zildi  disaat mau berangkat dan sepulang dari sekolah. Ia melewati genangan air dari rumahnya sampai ke tempat yang kering.
“Untuk masuk dan keluar rumah saya gendong,” ujar Dufrani yang pernah mengevakuasi korban tenggelam yang terjadi beberapa waktu lalu di Sungai Asam-Asam ini.
Sementara itu, berdasarkan informasi yang berhasil di himpun koran ini, sejumlah bantuan yang diberikan oleh Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan Sosial Tala untuk para korban Banjir di beberapa desa adalah sebanyak 20 sak beras (856 kg), 36 dus mie instan (1440  bungkus), dan sarden sebanyak 800 kaleng. Hal ini terungkap saat Bupati Tala Drs H Adriansyah melakukan kunjungan ke lokasi bencana di beberapa desa di kecamatan Jorong dan Kintap pada Minggu (25/7)
Namun tidak itu saja, bantuan juga berdatangan dari beberapa perusahaan yang diantaranya PT Arutmin Indonesia, PT JBG, Makin Group, PT Indoraya Everlatex, PT Kintap Jaya Wattindo, CV Daya Wiratama, CV Bintang Mulia Bara, dan PT GMK serta dari perseorangan.
Satui Surut, Giliran Lasung Banjir
Banjir di Kecamatan Satui, berangsur surut. Debit air mulai berkurang. Warga yang berada di tempat pengungsian mulai kembali ke rumah masing-masing.
“Sejak pagi, sebagian warga sudah mulai kembali ke rumah,” ujar Akhyar, salah satu warga Desa Sungai Danau Kecamatan Satui, kemarin.
Ketinggian air di bantaran sungai satui juga sudah berkurang. Bila sebelumnya ketinggian air sampai mencapai atap rumah warga, kemarin tinggal sepinggang orang dewasa saja. Bantuan untuk korban banjirpun mulai dibagi-bagikan.
“Alhamdulillah kami sudah bisa terima bantuan,” cerita Akhyar.
Jumlah korban akibat banjir di Kecamatan Satui mencapai 3198 KK dengan 9066 jiwa yang bermukim di 7 desa. Antara lain, di Desa Sungai Danau (13 RT) ada 1281 KK dengan 3849 jiwa, Desa Satui Barat (3 RT) ada 124 KK dengan 493 jiwa, Desa Bukit Baru (6 RT) ada 81 KK dengan 330 jiwa, Desa Sinar Bulan (10 RT) ada 1332 KK dengan 3019 jiwa, Desa Jombang (3 RT) ada 66 KK dengan 251 jiwa, Desa Sekapuk (6 RT) ada 95 KK dengan 404 jiwa dan Desa Satui Timur (4 RT) ada 219 KK dengan 720 jiwa.
Sementara itu, hingga kemarin sore, satu keluarga yang diduga kuat terseret masuk ke dalam lubang galian tambang milik PT DPC belum juga ditemukan. Meski begitu, pencarian terus dilakukan oleh puluhan personel gabungan dengan menggunakan speed boat dan perahu karet. Satu keluarga itu diketahui bersama Safrudin (36) dan 3 anaknya, Fitri (15), Tinah (14) dan Andre (8). Petugas juga menyisiri pinggiran sungai satui untuk mencari korban lain yang kemungkinan masih ada.
Banjir juga melanda Kecamatan Kusan Hulu (Lasung). Ribuan rumah yang berada di 11 desa sejak Sabtu (25/7), pekan tadi, terendam banjir. Ketinggian airnya ada yang sudah mencapai atap rumah. Akibat banjir tersebut, menyebabkan ratusan KK mengungsi di tempat yang aman.
Sebanyak 11 desa yang mengalami banjir akibat luapan sungai kusan tersebut diantaranya Desa Hatiif, Darasan Binjai, Mangkal Api, Tapus, Guntung, Tibarau Panjang, Pacakan, Binawarak, Bekarangan, Anjir baru, Manuntung, Sungai Rukam, dan Lasung. Daerah terparah berada di Desa Hatiif yang dihuni sekitar 75 KK, karena lokasinya berada di bantaran sungai kusan.
Sejauh ini, belum ada informasi yang menyebut ada korban jiwa dari musibah banjir di Kecamatan Kusan Hulu. Begitu juga kerugian yang diderita oleh warga.
Sementara itu, hingga kemarin sore, bantuan untuk korban banjir belum juga diterima oleh masyarakat. Hal itu diakui oleh istri Kepala Desa Lasung Susi Widawati (31). Menurutnya, sejak banjir melanda Kecamatan Kusan Hulu, tidak ada bantuan yang datang. Untuk bertahan hidup, masyarakat makan seadanya.
“Kami berharap bantuan segera datang, karena sangat dibutuhkan oleh masyarakat,” katanya, via telpon, kemarin.
Menurutnya, luapan air sungai kusan terus bergerak menenggelamkan tanaman padi. Padahal, usinya tanaman padinya baru seumur jagung.
“Banjir tahun ini lebih parah dibandingkan tahun lalu,” jelasnya.
Terpisah, Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Akhmad Riduan, mengakui, bantuan untuk korban banjir memang belum dibagikan, karena pihaknya sibuk mengurusi korban banjir di Kecamatan Satui. Selain itu, personel yang dimiliki juga sangat terbatas. Meskipun banjir di Kecamatan Kusan Hulu sudah terjadi sejak 3 hari yang lalu.
Untuk membantu meringankan penderitaan korban banjir, Pemkab Tanbu akan menyalurkan bantuan beras sebanyak 18 ton di Kecamatan Kusan Hulu. Sementara itu, bantuan yang sama juga diberikan di Kecamatan Satui sebanyak 20 ton beras.
“Secepatnya bantuan akan kami berikan. Paling lambat malam ini (kemarin) sudah sampai di masyarakat,” jelasnya, via telpon. (ard/kry)

Rencanakan Bangun Kanal

Radar Banjarmasin, Selasa, 27 Juli 2010

BATULICIN - Bupati Tanbu H M Zairullah Azhar, mengatakan, banjir yang terjadi di Kecamatan Satui lebih didasari pada siklus alam lima tahunan yang selalu menimpa daerah dataran rendah, dan sekitar bantaran sungai. “Daerah rawan banjir memang banyak terdapat di Kabupaten Tanbu,” ujar bupati, disela-sela melakukan kunjungan ke lokasi banjir di Kecamatan Satui, tiga hari lalu.

Ironisnya, hingga saat ini masyarakat pribumi masih banyak yang bermukim di bantaran sungai, padahal rawan terhadap banjir. “Sampai saat ini masyarakat pribumi memang masih menetap di sekitar bibir sungai dan menggantungkan hidupnya dari jalur sungai itu sendiri,” jelasnya.

Untuk mengantisipasi musibah banjir terulang lagi, sebagai langkah awalnya Pemkab Tanbu akan melakukan pengkajian mendalam terkait faktor utama musibah banjir tersebut, dan antisipasi jangka panjangnya. “Kami rencanakan pembuatan kanalisasi di sejumlah titik rawan banjir, dan memberikan tawaran kepada warga yang hidup di kawasan bibir sungai untuk menempati kawasan permukiman baru di dataran yang lebih tinggi,” jelas bupati.

Dalam kunjungannya tersebut, bupati menyerahkan bantuan uang tunai kepada korban banjir melalui camat setempat sebesar Rp50 juta. Bupati juga menginstruksikan kepada seluruh kepala desa, dan RT untuk terus memperhatikan kondisi dan keperluan hidup warganya selama masih dalam pengungsian. Segala kebutuhan warga yang terkena musibah banjir bisa langsung diambil di toko-toko setempat. “Silakan ambil langsung di toko-toko yang ada ditempat ini, tentunya dibawah pengawasan RT, kepala desa dan camat, nanti biar pemerintah daerah yang bayar,” kata bupati.

Setelah memberikan bantuan, bupati bersama Wabup H Abdul Hakim G, Danrem

101/Antasari Kol Heros Paddupai, Kapolres Tanbu AKBP Winarto, Dandim 1004/KTB-TNB Letkol Arh Bas Ignatius, Komandan Polairud  Polda Kalsel Unit Batulicin AKP Solikhin, beserta sejumlah Danramil, dan pejabat teras Tanah Bumbu melakukan kunjungan ke sejumlah daerah yang terkena musibah banjir dengan menggunakan speed boat milik Taruna Siaga Bencana (Tagana) Dinsos, Kesbanglinmas.     

Selain merendam ribuan rumah, banjir kali ini juga merendam sejumlah fasilitas ibadah dan fasilitas pendidikan seperti sekolah dasar maupun sekolah menengah pertama yang ada di tempat tersebut. Sejumlah sekolah yang tergenang air itu terpaksa diliburkan.

Jumlah korban akibat banjir di Kecamatan Satui mencapai 3198 KK dengan 9066 jiwa yang bermukim di 7 desa. Antara lain, di Desa Sungai Danau (13 RT) ada 1281 KK dengan 3849 jiwa, Desa Satui Barat (3 RT) ada 124 KK dengan 493 jiwa, Desa Bukit Baru (6 RT) ada 81 KK dengan 330 jiwa, Desa Sinar Bulan (10 RT) ada 1332 KK dengan 3019 jiwa, Desa Jombang (3 RT) ada 66 KK dengan 251 jiwa, Desa Sekapuk (6 RT) ada 95 KK dengan 404 jiwa dan Desa Satui Timur (4 RT) ada 219 KK dengan 720 jiwa. (kry)

Banjir Satui, Dua Tewas

Radar Banjarmasin, Minggu, 25 Juli 2010

- Satu Rumah Hanyut
- Sebanyak 3.198 KK Mengungsi
BATULICIN – Hujan lebat selama beberapa hari terakhir, akhirnya mengakibatkan banjir di Kecamatan Satui, Kabupaten Tanah Bumbu. Tragisnya, banjir kali ini memakan korban jiwa, dua warga Desa Sungai Loban meninggal dunia, yakni Galuh (30) warga RT 1 dan  Jufri (75), warga RT 4. Selain itu, sebanyak 3.198 kepala keluarga yang bermukim di delapan desa, terpaksa mengungsi. Bahkan satu rumah warga dikabarkan hanyut. Banjir mulai melanda Kecamatan Satui sejak Kamis (23/7) sore sekitar pukul 17.00 Wita. Ratusan rumah di bantaran sungai Satui mulai terendam air. Bahkan, ketinggian airnya sudah mencapai atap rumah. Satu rumah hanyut terbawa arus di Desa Bukit Baru, seluruh penghuninya berhasil selamat.
Akibat banjir tersebut, jalan trans kalimantan yang menghubungkan Banjarmasin-Batulicin terputus. Antrean mengular hingga 1 kilometer. Ketinggian airnya sudah mencapai lutut orang dewasa. Jalan yang terputus mulai Jembatan Sungai Satui hingga Kantor Camat Satui. Ratusan sepeda motor yang ingin lewat memilih berhenti, karena arus yang sangat deras. Hanya mobil dan truk saja yang berani lewat.
Delapan desa yang terendam adalah Desa Bukit Baru, Jombang, Sungai Danau (khususnya di daerah bantaran sungai), Satui Timur, Satui Barat, Sinar Bulan, Sekapuk dan Makmur Mulia. Daerah terparah berada di Desa Sungai Danau, Sinar Bulan, Satui Timur dan Barat.
Sementara itu, informasi tewasnya dua warga akibat Banjir, dibenarkan oleh Kapolsek Satui AKP Moerdilly SIk. Kedua korban ditemukan warga mengapung di sekitar rumah mereka.
“Kedua korban sempat dibawa ke Puskesmas Satui untuk di visum. Hasilnya tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan. Keduanya tewas karena tenggelam,” jelasnya, via telpon, kemarin.
Lebih lanjut, Moerdilly mengabarkan, di lokasi saat ini sangat diperlukan alat transfortasi sungai, seperti speed boat dan kapal untuk mengevakuasi korban yang masih berada di sekitar bantaran sungai satui. “Dari kabar yang kami terima, hari ini (kemarin), akan didatangkan bantuan kapal dan speed boat dari KPPP, Lanal dan Pemprov Kalsel,” ujarnya.
Sambil menunggu air surut, ribuan warga di ungsikan di tempat yang aman banjir, seperti Masjid Agung Satui, Kantor Desa Sungai Danau dan Gor Satui Timur. Bantuan untuk korban banjir juga mulai dibagikan. Seperti dari perusahaan, masyarakat dan pemerintah daerah setempat.
Kabag Humas Setda Tanbu Ardiansyah mengatakan, Pemkab Tanbu telah menyiapkan bantuan sesuai kebutuhan yang dapat diambil di toko-toko di sekitar lokasi banjir. Hanya saja, kata dia, bantuan tersebut hanya bisa diambil oleh petugas posko bantuan, untuk selanjutnya dibagi-bagikan kepada korban banjir.
“Disamping membantu logistik dan sembako sesuai keperluan, bapak bupati menyerahkan bantuan uang tunai sebesar Rp50 juta dan dari Camat Satui sebesar Rp10,5 juta,” kata Ardiansyah. (kry)
BANJIR SATUI
Korban Tewas : Galuh (30) dan  Jufri (75) di Sungai Loban
Korban Kebanjiran : 3.198 KK
Rumah : 1 Hanyut di Bukit Baru
Wilayah Terendam:
Desa Bukit Baru
Desa Jombang
Desa Sungai Danau
Desa Satui Timur
Desa Satui Barat
Desa Sinar Bulan
Desa Sekapuk
Desa Makmur Mulia.