Wednesday, March 26, 2008

Seluruh Daerah Rawan Puting Beliung

Selasa, 25-03-2008 | 00:40:25



BANJARBARU, BPOST - Warga Kalsel diminta mewaspadai ancaman cuaca buruk dalam sepekan ke depan. Hujan deras, disertai angin kencang puting beliung sangat berpotensi terjadi di seluruh daerah di Kalimantan. Paling terparah, di kawasan pesisir dan Hulu Sungai.


Di Banjarbaru akibat angin kencang Senin (23/3) dinihari membuat lebih dari lima batang pohon tumbang. Satu di antaranya, pohon waru besar berukuran berdiameter 70 sentimeter di Jalan A Yani kilometer 25, menimpa dua kios warga.

Akibatnya, satu bengkel milik Huda dan satu kios perlengkapan pertanian milik Muharto di sana rusak. Beruntung, tidak ada korban jiwa. Namun, keduanya diperkirakan menderita kerugian ratusan juta rupiah setelah rumah usahanya hancur ditimpa pohon akibat angin kencang.

Peristiwa ini mengulang kejadian serupa akhir 2007. Waktu itu, pohon waru di depan Radar Bandara ini roboh menghalangi jalan. Juga ada satu pohon besar berdiameter sekitar 30 sentimeter di taman air mancur Minggu Raya sempat menimpa seorang pengendara sepeda motor. Beruntung, pengendaranya selamat dan hanya mengalami luka ringan berupa lecet di beberapa bagian tubuhnya.

Satelit di Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Staisun Meteorologi Bandara Syamsudin Noor Banjarbaru menangkap angin malam itu berkekuatan dahsyat yakni sampai 23 knot atau setara dengan 46 kilometer/jam. BMG menangkap gejala serupa munculnya angin tersebut bakal terulang sampai akhir Maret.

Prediksi ini dikuatkan dengan munculnya awan comulunimbus (CB) atau awan pembentuk hujan yang diakibatkan terbentuknya banyak tekanan udara rendah (low pressure) di sekitar Samudera Hindia. Setidaknya lebih dari lima titik tekanan udara rendah terlihat di sepanjang laut Jawa sampai daerah ekuator sehingga imbasnya hujan deras disertai angin kencang karena terbentuknya awan CB itu.

Fenomena alam ini diperparah dengan munculnya Maddane Julian Osilation (MJO) atau pergerakannya yang sampai menuju Indonesia. Jika sampai di Indonesia, cuaca ekstrim yang semula sudah terbentuk semakin ekstrim. Awan-awan aktif pembentuk hujan pun kian bertambah saja dan imbasnya sampai ke Banua. Tidak heran, jika pada siang hari cuaca di Kalsel cukup panas, maka pada sore harinya langsung hujan.

"Kalau di Kalsel, daerah yang perlu diwaspadai adalah sebelah Timur dan Utara yakni daerah Tanah Bumbu dan Kotabaru juga Hulu Sungai dan sebagian Kabupaten Banjar," ucap Wayan prakirawan Stasiun Meteorologi diamini Riza prakirawan yang lainnya.

Gejala angin kencang ini begitu cepat dan tak bisa diprediksi. "Berbeda dengan angin yang diakibatkan badai tropis yang terjadi berhari-hari," timpal Dwi Agus Priyono, Kepala BMG Stasiun Meteorologi Bandara Syamsudin Noor. (niz)
Daerah Lapang Lebih Waspada

BMG juga mewanti-wanti masyarakat agar mengantisipasi cuaca buruk ini, khususnya bagi mereka yang tinggal di areal lapang dengan vegetasi kurang. Angin puting beliung lebih sering menyapu tanah lapang tanpa tanaman dan sangat jarang terjadi di perbukitan atau hutan yang lebat.

Rumah non permanen pun wajib waspada karena hantaman keras angin ini juga kerap terjadi menimpa rumah jenis kayu tanpa beton. Termasuk rumah yang beratap seng/asbes maupun daun nipah.

Hal yang sama juga bisa terjadi di lautan. Saat ini cuaca buruk juga terjadi di Laut Jawa, kendati tinggi gelombang masih normal, maksimal hanya setinggi dua meter. Cuaca buruk angin kencang (water spot) ditambah hujan dan petir terjadi di perairan yang kerap dilalui kapal-kapal yang menuju maupun keluar dari Kalsel. (niz)

Kenali Gejala Angin Kencang :
• Suhu udara sebelumnya pengap.
• Segera berlindung tatkala gumpalan awan mulai menghitam dalam jumlah banyak.
• Waspada saat hujan disertai petir, karena biasanya agin puting beliung atau angin puyuh satu paket dengan turunnya hujan.
• Cermati kalau ada lintasan angin semakin cepat dalam waktu singkat karena angin kencang seperti puting beliung biasanya berdurasi pendek.
• Waspada jika ada angin kencang di sekitar anda dengan radius 5 kilometer, karena angin ini menyerang pada radius itu.

Sumber: BMG Stasiun Meteorologi Bandara Syamsudin Noor di Banjarbaru

Antisipasi Angin Puting Beliung :
• Segera tebang pohon yang rimbun dan tinggi serta rapuh sehingga saat angin puting beliung menyapu tidak langsung roboh.
• Perhatikan atap rumah, segera ganti atapnya jika rapuh karena akan memudahkan angin menghempaskan rumah.
• Hindari mendekati awan gelap yang muncul tiba-tiba dari sebelumnya awan cerah.
• Cepat berlindung atau menjauh dari lokasi karena fenomena ini sangat cepat terjadi.

Monday, March 24, 2008

Penutup Lahan Gundul

Jumat, 07-03-2008 | 01:43:42

RABU (5/3) malam, Anang Aplah, warga RT 1 Desa Sungai Raya, Kecamatan Simpang Empat, Banjar, sudah mulai resah. Kabar banjir yang terjadi di Sungai Pinang membuatnya harus selalu waspada.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, desanya pasti terendam bila daerah hulu sungai mengalami banjir.

Benar saja. Sekitar pukul 24.00 Wita, air tiba-tiba meluap dari Sungai Riam Kiwa dan meluber ke jalan desa. Air terus meninggi dan masuk ke rumah-rumah warga, termasuk milik Anang pada Kamis (6/3) dinihari. Air terus meninggi dan merendam sebagian lantai menjelang siang.

Beruntung, Anang cukup tanggap. Sejak Rabu malam dia sudah menaikkan barang-barangnya ke atap rumah. Saat air masuk rumahnya, tidak ada barang yang rusak atau basah.

"Kejadian ini selalu terjadi setiap tahun. Makanya, saat saya mendengar Sungai Pinang banjir, saya siap-siap menaikkan barang-barang ke atap rumah. Semalaman saya sengaja tidak tidur, berjaga-jaga menghindari kemungkinan yang bakal terjadi," tutur Anang kepada BPost.

Puluhan warga malam itu juga langsung keluar rumah. Mereka juga berjaga-jaga. Pagi hari, puluhan pemuda sibuk membuat rakit. Mereka merakit puluhan batang bambu dijadikan angkutan penyeberangan. Untuk jasa rakit ini tarifnya Rp 10 ribu sekali antar sejauh 200 meter.

Banjir di Simpang Empat telah mengganggu arus lalu lintas yang cukup padat di kawasan itu. Hingga kemarin sore, air yang menggenangi jalan desa semakin meninggi mencapai perut orang dewasa.

Sementara itu, warga di Kecamatan Pengaron memilih menitipkan barang-barangnya ke Mapolsek setempat. Akibatnya, Mapolsek Pengaron telah berubah menjadi tempat penitipan barang. Puluhan kendaraan roda empat dan dua, serta peralatan elektronik menumpuk di situ.

Gundul

Kepala Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BP DAS) di Banjarbaru, Eko Kuncoro mengatakan, banjir yang menerpa lima kabupaten di Kalsel diakibatkan oleh semakin terkikisnya vegetasi daerah hulu. Gundulnya penutup lahan di daerah hulu menyebabkan air dengan cepat merembes ke sejumlah daerah.

"Memang, penyebab banjir di Kalsel banyak sekali. Salah satunya kawasan di hulu yang seharusnya bisa menjadi resapan air telah gundul," jelasnya.

Eko memprediksi, hingga akhir Maret hampir seluruh DAS (DAS) di Kalsel perlu diwaspadai akan datangnya banjir dan tanah longsor. Curah hujan di Kalsel seperti dicatat Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) masih tetap tinggi. "Artinya, adanya potensi bencana yang diakibatkan hujan," tuturnya.

Dinas Sosial Kalsel telah mengantisipasi bencana tersebut. Menurut Zakaria, kasubdin Bina Organisasi dan Penanggulangan Bencana, berdasarkan laporan Satlak PBP, sejumlah titik di Kabupaten HSS dan Tapin termasuk yang paling rawan banjir.

Di HSS, misalnya, banjir bisa terjadi terjadi jika Sungai Amandit meluap. Banjir pun menggenang di Telaga Langsat, Kandangan, Sungai Raya, Angkinang, Padang Batung.

Di Kabupaten Tapin banjir menggenangi tiga kecamatan yakni Tapin Selatan, Binuang dan Piani. Banjir di tiga wilayah itu menyebabkan 474 kepala keluarga dengan seribu jiwa lebih mengungsi.

"Banjir di Tapin tercatat cukup besar, meski genangan air tidak terlalu tinggi," kata Zakaria.

Pihaknya telah mendistribusikan perahu karet, perahu dolphin dan mendirikan dapur-dapur umum. Satkorlak disiagakan untuk turun ke kabupaten/kota jika terjadi banjir besar.

Mengenai banjir di Kabupaten Banjar dan Banjarbaru, Zakaria mengakui meski jaraknya dekat Banjarmasin, namun pihaknya kesulitan mendapatkan informasi dari Satlak setempat.

"Kita kesulitan mengakses data sejauh mana pergerakan air di dua wilayah itu," tuturnya. (sig/ais/niz)

Mitigasi Bencana di Kalsel

Sabtu, 15-03-2008 | 00:50:10

Definisi mitigasi adalah proses mengupayakan berbagai tindakan preventif untuk meminimalisasi dampak negatif bencana yang akan terjadi. Mitigasi merupakan investasi jangka panjang bagi kesejahteraan masyarakat.

Diketahui, Provinsi Kalsel kaya sumberdaya alam berupa hasil hutan dan bumi. Kayu dan batu bara adalah komoditas paling banyak dieksploitasi. Dalam perjalanannya, banyak media masa memberitakan dampak negatif akibat eksploitasi semena-mena yang menyebabkan gangguan keseimbangan ekosistem. Berakibat timbulnya bencana alam seperti banjir dan tanah longsor ketika musim penghujan tiba.

Banjir dan tanah longsor, kalau diperhatikan merupakan fenomena alam yang rutin datang seiring perubahan musim dari kemarau ke penghujan. Namun intensitasnya makin tahun terasa makin parah. Walaupun fenomena banjir dan tanah longsor di daerah pegunungan dan gelombang pasang di daerah pesisir merupakan hal yang berulang setiap tahun, tetapi tetap saja terasa minim antisipasi. Bencana alam sekarang tidak hanya diakibatkan air dan tanah. Angin juga sering menimbulkan malapetaka. Kedahsyatan puting beliung, mampu menyapu semua yang ada di permukaan tanah.

Penanggulangan bencana alam adalah perkara kemanusiaan, sehingga menjadi tanggung jawab setiap manusia untuk saling membantu. Tetapi tetap di pundak pemerintah tanggung jawab paling besar untuk menanganinya.

Awalnya setiap bencana dikoordinasikan oleh Bakornas Penganggulangan Bencana pimpinan Jusuf Kalla. Sejak disahkannya UU No 24 Tahun 2007, badan itu diganti dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Tugasnya adalah koordinasi, komando dan rekonstruksi. BNPB diperkuat oleh dua lembaga yaitu panitia pengarah dan panitia pelaksana. Panitia pengarah terdiri atas masyarakat profesional dan sipil.

Pembuat UU itu berharap, badan bentukan baru tersebut tidak terlalu birokratis dalam bertindak. BNPB memiliki lembaga turunan yaitu BNPB provinsi dan kabupaten, menggantikan fungsi satkorlak dan satlak di era Bakornas.

Harus diperhatikan adalah apakah BNPB pada tingkat provinsi dan kabupaten sudah terbentuk? Kalau terbentuk, apakah sudah melaksanakan tugas dan fungsi sebagaimana diamanatkan UU? Hal itu mendesak untuk ditindaklanjuti, mengingat bencana alam di berbagai daerah mulai mengancam. Seperti pasang tinggi di sepanjang Kali Amandit yang menggenang berbagai wilayah di HSS, daerah rawan longsor dan banjir di wilayah Tapin, daerah berpotensi tsunami akibat gempa dan pasang tinggi di wilayah pesisir Kalimantan seperti Takisung, Batakan dan pantai di Kotabaru serta pulau kecil di seputaran Pulau Laut. Juga kabupaten lainnya.

Umumnya, Kantor Kesbang Linmas (Kesatuan Bangsa dan perlindungan masyarakat) aktif dalam menanggulangi setiap kejadian bencana alam, yang tangannya bisa sampai tingkat kecamatan. Pertanyaannya, apakah setiap Kantor Kesbang Linmas tingkat kabupaten sudah melakukan mitigasi daerah yang rawan bencana alam di wilayah kerja mereka? Sudah siapkah untuk mengantisipasi apabila terjadi bencana alam?

Antisipasi misalnya mulai dari yang paling sederhana yaitu pendirian posko pada tingkat kecamatan, sampai yang kadang menjadi masalah yaitu pola kordinasi antarpihak yang terkait. Sudah saatnya bupati menengok sesaat ke instansi dibawahnya. Apakah sudah melakukan mitigasi bencana alam di wilayah kerja mereka. Kalau tidak dilakukan, maka pihak lain yang akan mengambil simpati korban bencana alam tersebut. Tentunya, untuk kepentingan politik masa yang akan datang.

Oleh:
Wahyu Wardhana
Spesialis Bedah RS Hasan Basri Kandangan

Sunday, March 23, 2008

Stok Pangan Korban Banjir Habis

Minggu, 16-03-2008 | 00:45:15

PARINGIN, BPOST - Kabupaten Balangan, satu dari dua daerah pemekaran di Provinsi Kalimantan Selatan saat ini tidak lagi memiliki stok atau persediaan bahan pangan untuk korban banjir.

Bupati Balangan Sefek Effendi pada Rakor Penanggulanan Bencana se Kalsel di Banjarmasin, Rabu (12/3) mengatakan, stok bahan makanan untuk korban bencana alam habis setelah semuanya disalurkan kepada korban banjir.

Padahal Kabupaten Balangan merupakan salah satu kabupaten rawan banjir, karena hujan terus meningkat dan diperkirakan mencapai puncaknya akhir Maret 2008.

Sefek menuturkan, saat melakukan perjalanan dari Paringin,ibukota Kabupaten Balangan pada Rabu ( 12/3) pagi, menyaksikan debit air meningkat dengan arus deras.

Mengantisipasi ancaman banjir, telah diperintahkan sejumlah dinas/instansi terkait untuk mewaspadai setiap kenaikan debit air dan kemungkinan terjadinya banjir.

Selain banjir, Kabupaten Balangan juga rawan kebakaran hutan. Saat ini warga mulai melakukan pembakaran lahan untuk keperluan pertanian.

Sementara itu, Bupati Tapin Idis Nurdin Halidi melaporkan hingga saat ini tercatat 46 rumah di daerah Rawa Muning masih terendam banjir, karena daerah tersebut merupakan daerah paling rendah yang berdekatan dengan aliran sungai Negara.

"Banjir yang terjadi di beberapa kecamatan di Kabupaten Tapin kini sudah mulai surut, tinggal 46 rumah di daerah Rawa Muning yang hingga kini masih terendam banjir dan perlu mendapatkan bantuan," katanya.

Gubernur Kalsel Rudy Ariffin mengharapkan seluruh kabupaten mewaspadai banjir, dan segera melakukan tindakan preventif mengantisipasi berbagai kemungkinan.

Kepala Kesbanglinmas Kalsel selaku Sekretaris Satkorlak PB Kalsel Fakhrudin menyatakan segera mengirim bantuan ke beberapa daerah yang kekurangan bahan makanan maupun peralatan pertolongan bencana lainnya. (ant)

Sebagian Kandangan Tenggelam

Senin, 03-03-2008 | 00:55:35

• Sungai Amandit Meluap

Image

KANDANGAN, BPOST - Hujan lebat yang mengguyur wilayah Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) Jumat (29/2) malam hingga Sabtu (1/3) pagi menyebabkan Sungai Amandit yang membelah Kota Kandangan meluap. Akibatnya, sebagian wilayah kabupaten tersebut terendam air.

Pantauan BPost, selain menggenangi halaman dan pekarangan warga, luberan air sungai itu juga menenggelamkan sebagian ruas jalan.

Jalan yang terendam banjir di antaranya Jalan Singakarsa, Jalan Pahlawan, Jalan Jendral Katamso, Jalan Budi Bakti dan sejumlah jalan gang di wilayah Kelurahan, Kandangan Barat. Paling parah di sepanjang Jalan Singakarsa. Sebab wilayah ini paling dekat dengan Sungai Amandit.

Rata-rata ketinggian air yang menenggelamkan badan jalan dan pekarangan warga itu sekitar lima hingga 40 centimeter. Meski demikian, hingga pukul 13.00 Wita, belum ada laporan ada rumah warga yang tenggelam.

Namun dikhawatirkan air yang terus meninggi sewaktu-waktu bisa menenggelamkan rumah di wilayah itu. “Pagi tadi waktu saya berangkat sekolah jalan ini belum banjir, tapi setelah pulang, airnya sudah sampai lutut,” kata Maya, salah seorang siswi SDN Kandangan Barat II, Sabtu (1/3).

Banjir ini juga menenggelamkan halaman Asrama Polri di Jalan Singakarsa, namun air masih belum masuk sampai ke dalam rumah. Selain itu, genangan air juga mengakibatkan halaman Kantor KPU HSS di Jalan Singakarsa seperti kolam. Sementara luapan air juga mulai masuk ke lantai gedung SMP II di Jalan Jendral Katamso.

“Memang setiap tahun di daerah kita ini selalu banjir akibat Sungai Amandit meluap karena di wilayah hulu terjadi hujan lebat, sementara di wilayah hilir airnya juga pasang,” kata Rusli, warga Jalan Sngakarsa Gang Madu.

Menurutnya, Januari hingga Maret luapan air Sungai Amandit memang biasa terjadi. “Kalau tahun-tahun sebelumnya di lantai rumah kita air setinggi sampai setengah meter, tapi hari ini belum masuk ke rumah. Kami khawatir rumah kami terendam sebab air terus meninggi,” ujarnya.

Sekretaris Satuan pelaksana penanggulangan bencana Kabupaten HSS Hamliansyah, mengatakan, anggotanya sudah turun ke lokasi untuk mengecek ada rumah warga yang tenggelam. (ck2)

Siapkan Panggung

BANJIR yang menenggelamkan sebagian ruas jalan dan pekarangan rumah, membuat sebagian besar warga yang bermukim di Kelurahan Kandangan Barat terutama sekitar Sungai Amandit diliputi kecemasan.

“Air mulai naik di lantai rumah. Untung bapak sudah membuat panggung dari papan untuk menyimpan perabot,” ujar Nurani, warga Jalan Jendral Katamso RT III Kelurahan Kandangan Barat, Sabtu (1/3).

Seperti tetangga lainnya, ia juga khawatir dengan banjir itu. “Mudah-mudahan air tidak meluber lagi. Sebab kalau terus meninggi lantai rumah kami pasti terendam, sementara kami selama ini tidur di lantai saja karena tidak biasa pakai ranjang,” katanya.

Cali, warga lainnya menuturkan, banjir yang sama juga pernah terjadi dua tahun lalu. “Kami sekeluarga siap-siap mengungsi di langgar dekat rumah kami yang bangunannya lebih tinggi. Biasanya kalau banjir seperti ini kita dapat bantuan nasi bungkus dari pemerintah, tapi hari ini kayaknya tidak ada bantuan nasi bungkus itu,” katanya. (ck2)

DAS Makin Sempit

Senin, 24-03-2008 | 01:10:12

BANJARBARU, BPOST - Daerah Aliran Sungai (DAS) Barito yang melalui sebagian besar daerah di Kalsel semakin sempit sehingga tak mampu menampung luberan air. Kondisi ini menyebabkan banjir saat curah hujan tinggi.

Kepala Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BP DAS) Barito di Banjarbaru Eko Kuncoro, mengatakan, selain sempit beberapa DAS di Kalsel alirannya sangat pendek.

Contohnya, DAS Kintap di Kabupaten Tanah Laut (Tala). Di kawasan itu, jika air sungai meluap sampai meluber ke luar DAS.

Menurutnya, bukan tidak mungkin kapasitas penahan air di kawasan ini tak mampu lagi berfungsi maksimal, mengingat luas DAS Kintap ini hanya 74.452,68 hektare. Jika dibandingkan dengan DAS lain seperti di Hulu Sungai yang mencapai 173.970,08.

“Kondisi ini bertambah parah saat air pasang mengiringi banjir akibat guyuran hujan. Membludaknya air akan bertahan lebih lama lagi,” katanya.

Kondisi tersebut kian diperparah dengan morfologi DAS di Kalsel juga Kalteng yang memanjang sehingga tak mampu ditampung pada DAS. Apalagi, tubuh sungai yang dangkal akibat kegiatan non kehutanan semakin parah terjadi.

BP DAS Barito merekomendasikan upaya pencegahan banjir sedari dini dengan reboisasi. Kalau pun ada kegiatan pengambilan kayu, diupayakan agar manajemen pengambilannya lebih riil bisa menyeimbangkan antara keperluan dan produksi pohon yang ada di alam.

Sedangkan, khusus permukiman, kata Eko, solusinya membuat sumur resapan. Sumur ini berguna untuk mengurangi penyebab banjir yang salah satunya diakibatkan banyak beralih fungsinya lahan penyerap air karena berbagai aktivitas pembangunan.

“Sumur resapan yang dibangun di perumahan, setidaknya dapat mengurangi bagian dari luasan lahan yang telah tertutup semen sehingga menghalangi resapan air,” beber Eko. (niz)

DAS Rawan di Kalsel
• DAS Barito
• Sub DAS Negara HSS meliputi :
Sungai Batang Alai, Tapin, Balangan dan Tabalong
• SUB DAS Martapura meliputi :
Riam Kanan dan Riam Kiwa
Sumber : BP DAS Barito di Banjarbaru, 2008

Seminggu Terendam Banjir

Minggu, 23-03-2008 | 00:30:30


MARTAPURA, BPOST - Ratusan masyarakat dan petani warga Desa Munggu Raya Kecamatan Astambul Banjar hanya bisa pasrah. Pasalnya, sudah seminggu terakhir jalan desa mereka sepanjang tiga kilometer dan ratusan hektare sawah di kawasan itu terendam banjir.


Akibatnya, mereka harus bersusah payah keluar masuk desa karena jalan satu-satunya di kawasan ini terendam air setinggi 30-60 centimeter.

Begitu juga dengan para petani, tanaman padi seluas 150 hektare di kawasan ini musnah karena sepekan terendam banjir. Dipastikan, petani di kawasan ini tidak akan bisa memanen tanamannya, padahal mereka telah mengeluarkan uang ratusan juta rupiah uang untuk menanam bibit.

Kejadian ini cukup mengejutkan warga karena biasanya banjir yang terjadi di Kabupaten Banjar hanya satu atau dua hari, setelah air langsung surut.

Dari pantauan, banjir itu kiriman dari Sungai Astambul dan Sungai Martapura yang mengalir ke desa yang berada di kawasan rendah itu.

Desa Munggu Raya sendiri merupakan desa paling ujung di Kecamatan Astambul. Akibat terendamnya jalan utama di desa itu, ratusan warga di Desa Akar Bagantung, Martapura Timur dan sebagian warga Astambul juga terganggu karena jalur penghubung mereka terputus.

Pambakal Munggu Raya Jumat, mengatakan, ratusan warga desanya resah karena sudah sepekan air menggenangi desa mereka. Hingga Sabtu (22/3), belum ada tanda-tanda air itu akan surut, bahkan, Sabtu siang hujan kembali turun di beberapa kawasan di Kabupaten Banjar.

"Hingga saat ini belum ada tanda-tanda air akan surut. Warga tambah resah karena hari ini hujan turun lagi," kata Jumat.

Menurutnya, warga dan juga aparat desa tidak bisa berbuat apa-apa karena daerah mereka termasuk rendah. (sig)

Hujan di Hulu Lebih Banyak

Sabtu, 22-03-2008 | 00:30:10

BANJARBARU, BPOST - Stasiun Meteorologi Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Bandara Syamsudin Noor Banjarbaru memprediksi hujan deras masih turun daerah Hulu Sungai dan kawasan pesisir Kalsel. Namun kawasan hulu mendapatkan hujan lebih banyak.

Enam Kabupaten di Banua Enam (mulai Kabupaten Tapin,, Hulu Sungai Selatan, Tengah dan Utara, Balangan dan Tabalong) diperkirakan takaran hujan sama dengan yang terjadi di kabupaten/kota di Kaltim.

Di Balikpapan takaran hujan Kamis (20/3) terkategori sedang yakni 35,6 mili meter/hari. Sementara, di Hulu Sungai juga Kotabaru, hujannya bisa mencapai 20 mili meter/hari. Sementara rata-rata di Kalsel hujannya hanya mencapai maksimal 16,2 mili meter/hari.

Satelit BMG Bandara memantau terjadinya hujan ini sebagai efek banyak terbentuknya awan pemicu hujan di sekitar Kalimantan Timur. Imbasnya, daerah-daerah perbatasan dengan Bumi Manuntung tersebut pun mengalami hal serupa.

"Paling banyak awan pembentuk hujan ada di atas Kalimantan Timur dan daerah-daerah Kalsel yang berbatasan langsung terkena imbasnya. Hujan di sana lebih banyak daripada daerah-daerah lain di Kalsel," ujar Alif, prakirawan BMG Stasiun Meteorologi Bandara Syamsudin Noor, Jumat (21/3).

Awan pembentuk hujan itu sendiri pengaruh dari tekanan udara rendah yang terbentuk di atas Nusa Tenggara. Akibatnya terjadi pertemuan angin (konvergensi) yang memanjang di sekitar Laut Jawa sampai ke arah timur, sehingga memicu awan pembentuk hujan yang menimbulkan hujan sejak Kamis lalu.

Secara global, efek tersebut juga mendapat dampak posisi matahari yang saat ini sedang berada di Utara. Di atas petas, terpampang suhu muka laut di ekuator pun menghangat sampai ke bawah Sulawesi.

Lantas, sampai kapan kondisi ini bertahan? Alif mengakui pihaknya harus menganalisa lebih mendalam lagi. Pasalnya, ada efek terlambat yang ditunjukkan dari analisa semula. Awal pekan tadi, pihaknya menganalisa hujan di Kalsel diprediksi akan terjadi sore menjelang malam hari, namun yang terjadi dua hari ini faktanya hujan lebih banyak terjadi pagi. (niz)

Puluhan Warga Terpaksa Begadang

Jumat, 21-03-2008 | 00:55:36

• Perumahan Guru Kebanjiran

MARTAPURA, BPOST
- Puluhan warga Kelurahan Sungai Pering Martapura, Kamis (20/3) dinihari terpaksa tidak tidur. Mereka harus begadang karena rumah kemasukan air hingga beberapa sentimeter setelah terjadi hujan deras yang mengguyur Kabupaten Banjar dan sekitarnya.

Akibat banjir itu, puluhan warga di kelurahan itu terpaksa harus memindahkan perabotan rumah tangga mereka ke tempat yang lebih tinggi.

Bahkan, beberapa perempuan dan anak-anak kecil terpaksa harus tidur seranjang dengan barang-barang perabotan rumah lainnya, sementara pria memilih berjaga-jaga di dalam rumah bersiap-siap menghadapi hal terburuk.

Kelurahan Sungai Pering Martapura termasuk dataran rendah, terutama di RT 13 Guntung Alaban. Selain merupakan dataran rendah, wilayah ini juga merupakan pertemuan beberapa anak sungai dan parit dari beberapa titik yang ada di Martapura. Akibatnya, bila hujan deras, wilayah ini hampir dipastikan selalu kebanjiran.

Pada hujan deras Kamis dinihari kemarin, banjir sempat menggenangi tujuh unit rumah di kawasan ini termasuk mushala Darul Awwabin di RT 13 Guntung Alaban. Kejadian ini merupakan kali kedua yang dialami warga pada bulan Maret ini. Sebelumnya, pada Rabu (5/3) lalu kejadian serupa juga dialami warga setempat saat hujan lebat mengguyur wilayah ini dan mengakibatkan air guntung meluap.

Meluapnya air guntung yang masuk ke dalam rumah warga pada Kamis (20/3) dinihari kemarin tidak berlangsung lama, hanya sekitar dua jam saja. Air mencapai puncaknya pada Kamis subuh dan mulai surut sekitar pukul 07.00 Wita.

Inas, seorang warga di perumahan tersebut mengatakan, hujan yang mengguyur tanpa henti sejak pukul 02.00 Wita membuat warga langsung cemas. Karena hujan deras tak kunjung surut, warga berinisiatif memindahkan perabot rumah tangga ke tempat yang lebih tinggi. Benar saja, pada Kamis subuh, air sudah mulai masuk ke dalam perumahan guru SD itu.

Lurah Sungai Pering Martapura, Abdul Bari mengatakan, warga kompleks tersebut sudah lama mengusulkan pengerukan guntung (saluran air) di kompleksnya. Tapi, dari pengetahuannya di APBD tahun ini, pengerukan guntung itu tidak dianggarkan.

“Kita tetap mengusulkan pengerukan guntung itu, siapa tahu bisa dianggarkan melalui anggaran biaya tambahan (ABT) Banjar tahun ini,” harapnya. (sig)

Petani Trauma Hujan

Rabu, 12-03-2008 | 00:50:15

BANJARBARU, BPOST - Hujan yang mengguyur Kalsel pekan lalu yang membuat lima Kabupaten/Kota diterjang banjir, berdampak pada dunia pertanian. Lebih dari tiga ribu hektare sawah di Banua terendam, membuat petani trauma dengan cuaca.

Sejumlah petani di Banjarbaru menyatakan cemas ketika hujan mengguyur. "Setiap hujan kami tidak bisa tidur. Memikirkan, apa sawah dan tanaman kami selamat?" ucap Selamat, warga Palam Kecamatan Cempaka yang dua hektare sawahnya belum juga kering dari air.

Hal serupa juga dialami petani di Landasan Ulin. Menurut mereka, musim hujan kali ini membuat modal jutaan rupiah sudah hanyut bersama mengalirnya air yang menggenangi sawah. Petani berharap, cuaca bisa bersahabat.

Data di Dinas Pertanian (Distan) Kalsel, sampai Selasa (11/3) siang, setidaknya ada tujuh daerah yang terancam tak dapat berproduksi maksimal setelah banjir. Di daerah-daerah tersebut ada 30.020,5 hektare lahan sawah berisi tanaman padi yang mulai tumbuh dengan usia 7 sampai 85 hari. Namun tak dapat lagi tumbuh sempurna setelah terlibas terjangan air bah.

Banjir juga mengakibatkan sawah siap semai tak dapat dilanjutkan. Sebanyak 49.682 kilogram padi persemaian siap tanam terendam banjir.

Kasubdin Perlindungan pada Dinas Pertanian Kalsel, Erna Heriyati mengatakan daerah terparah dialami petani di Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS). "Luasan lahan pertanian yang terkena dampak banjir Kabupaten/Kota ada 3.020,5 hektare. HSS paling banyak sawahnya terendam," tandas Erna.

Mengenai dampaknya bagi produksi pangan di Kalsel, Erna meyakinkan target sebesar 1.958.486 ton beras masih memenuhi kebutuhan regional. Kendati jika dihitung total produksi rata-rata per hektare empat ton saja, Kalsel memang terancam kehilangan 12.082 ton produksi padi.

Distan kini mengupayakan bantuan pengganti bibit yang diambil dari cadangan benih unggulan jenis cihirang.

Namun ini hanya bagi sawah yang benar-benar terancam puso. Pembagian bibit akan diprioritaskan untuk petani yang benar-benar ingin tanam kembali. (niz)

Waspada Hujan Deras

Rabu, 12-03-2008 | 00:50:10

Satelit pada Stasiun Meteorologi Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Bandara Syamsudin Noor Banjarbaru memantau peluang hujan ringan sampai deras masih akan terjadi sampai dua hari mendatang. Pemicunya, banyak terbentuknya awan pembentuk hujan yang terjadi akibat pemanasan (awan konveksi).

"Sekarang ini dari data-data yang ada peluang hujan masih akan terjadi. Sejak Rabu (12/3) sampai Kamis (13/3) waspadai hujan dengan intensitas sedang sampai deras karena mulai banyak terbentuk awan konveksi," terang prakirawan BMG Bandara Riza.

Menurutnya, daerah yang perlu ekstra waspada ialah Timur Tenggara Kalsel. Daerah Tanah Laut terutama di sekitar Kintap, Hulu Sungai Selatan, Tapin sampai Batola insensitas hujannya terkategori lebat yakni antara 10-20 mm/jam atau 50-100mm/hari. Berbeda dengan daerah lain meski hujan, insentitasnya sedang antara 5-10 mm/jam atau 20-50/hari.

Hujan-hujan ini bersifat lokal. Ini tergantung dengan kondisi alamnya. Jika terjadi pemanasan di suatu daerah, belum tentu daerah lain mengalami hal yang sama. (niz)

Banjar Tolak Penyewaan Hutan

Sabtu, 23-02-2008 | 00:30:30

Khairul : Hutan Harus Dilindungi

MARTAPURA, BPOST - Kabupaten Banjar menolak Peraturan Pemerintah No 2 Tahun 2008 tentang pemanfaatan hutan untuk keperluan ekonomi, termasuk untuk keperluan penambangan. Pasalnya, Banjar merupakan daerah penyangga resapan air yang terletak di hulu, sangat memerlukan keberadaan hutan tersebut.


Bupati Banjar, HG Khairul Saleh, mengatakan, apapun alasannya, hutan lindung harus bebas dari aktivitas yang bisa menimbulkan kerusakan hutan.

"Komitmen kita tegas sekali, hutan lindung harus dilindungi. Jadi tidak boleh ada aktivitas di sana, apalagi penambangan. Kalau ada penambangan di kawasan hutan lindung, sudah pasti itu tambang liar dan harus ditutup," kata Khairul Saleh, Jumat (22/2).

Bupati mengatakan, komitmennya itu dibuktikan dengan ditutupnya penambangan emas di Desa Sungai Luar dan Bunglai Kecamatan Aranio Banjar.

Seperti diketahui, beberapa hari lalu, pemerintah mengeluarkan peraturan pemerintah (PP) yang mengizinkan pembukaan hutan untuk pertambangan, pembangunan, infrastruktur telekomunikasi, energi dan jalan tol dengan tarif sewa sangat murah. Alih fungsi hutan produksi dan hutan lindung itu hanya dikenai tarif Rp 1,2 juta hingga Rp 3 juta per hektare per tahun.

Langkah yang diambil Pemkab Banjar itu terkait rusaknya hutan di Kabupaten Banjar. Dari data yang ada di Dinas Kehutanan, sebanyak 200 ribu hektare hutan di Kabupaten Banjar dinyatakan kritis. Dari jumlah tersebut, 150 ribu hektare terletak di luar kawasan hutan lindung dan 50 ribu hektare berada di dalam kawasan hutan lindung.

Akibat kerusakan hutan itu, Kabupaten Banjar selalu didera banjir setiap tahunnya. Bahkan, banjir bandang sempat terjadi di tahun 2005 lalu. (sig)

Waspada Malam Hari

Jumat, 22-02-2008 | 00:40:15

Banjarmasin Post

CUACA buruk terus membayangi Kalsel dan sekitarnya. Angin kencang berkekuatan sampai 40 kilometer/jam masih akan terjadi merata di bumi Antasari ini. Warga diminta waspada karena angin ini biasanya bertiup pada malam hari.

Satelit di Stasiun Meteorologi Syamsudin Noor, Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Kalsel di Banjarbaru menangkap peluang terjadinya angin hingga akhir pekan ini. Kondisi ini dipicu efek global dan lokal daerah.

Kencangnya angin dari Laut Cina Selatan dengan kecepatan 30 knot yang setara dengan 60 kilometer/jam membuat arah konvergensi (belokan angin) mulai mengarah ke Kalsel dan sekitarnya. Akibatnya, awan comulunimbus (CB) atau awan pembentuk hujan pun menjadi mudah terbentuk sehingga angin kencang berpotensi terjadi dan menyapu Kalsel.

"Di daratan indikasi angin kencang ada, walau saat ini masih berkecepatan 10 knot atau 20 kilometer/jam itu cukup kuat sampai dua kali lipatnya. Angin ini terjadi karena pembentukan awan CB sehingga angin ini disertai dengan hujan pada malam sampai dini hari," beber Zakia prakirawan dari Stasiun Meteorologi Syamsudin Noor.

Keterangan Zakia ini terbukti Rabu (20/2) malam. Saat itu sekitar Banjarbaru sampai Martapura berhembus angin kencang disertai hujan deras. Akibatnya, sejumlah pohon besar tumbang seperti yang terjadi di Jalan P M Noor Sungai Banjarbaru. (niz)

Hujan Berkurang

Kamis, 21-02-2008 | 00:35:20

BAGAIMANA kondisi lokal di Kalsel? Kepala BMG Stasiun Klimatologi (Staklim) Kelas I Kalsel di Banjarbaru Sridadi Budiharja menganalisa Kalsel justru mengalami hal berbalik dari kondisi efek global badai Nicholas.

Badai Nicholas yang memunculkan cuaca buruk di sejumlah wilayah di Indonesia tidak sepenuhnya menimpa Bumi Antasari. Di Banua ini, meski pun perairannya masih belum aman untuk pelayaran akibat gelombang tinggi dan angin kencang, hujan justru mulai berkurang.

"Tertariknya masa udara dingin ke Australia tempat badai Nicholas mengamuk, membuat hujan yang seharusnya mencapai puncaknya di Kalsel saat ini, lebih banyak terjadi wilayah selatan Jawa dan Nusa Tenggara," ujarnya.

Sridadi menerangkan, hujan lebat kerap terjadi di wilayah itu karena daerah konvergensi yang memicu terjadinya awan pembentuk hujan banyak terjadi di kawasan Jawa hingga Nusa Tenggara. (niz)