Rabu, 20 Desember 2006 02:36:59
* 62 DAS kritis
* Batam diterjang banjir besar
* Jalinteng Sumatera putus
Jakarta, BPost
Bencana alam yang datang silih berganti di negara ini, tampaknya tak segera berakhir. Sebaliknya, bencana alam baik itu gempa, banjir dan tanah longsor diperkirakan terus terjadi dan meluluhlantakkan Nusantara.
Staf Ahli Menteri Pekerjaan Umum, Adi Sarwoko di Jakarta, Selasa (19/12), mengungkapkan sebanyak 62 daerah aliran sungai (DAS) di seluruh Indonesia berada dalam kondisi kritis. Akibatnya, bencana banjir dan longsor masih menjadi ancaman di berbagai daerah termasuk Kalimantan.
DAS kritis itu tersebar di 24 provinsi, antara lain 16 DAS di Sumatera, 17 DAS di Jawa, empat DAS di Kalimantan, 12 DAS di Sulawesi, enam DAS di Nusa Tenggara, satu DAS di Bali, dua DAS di Maluku dan empat DAS di Papua. "Masyarakat yang tinggal di sekitar DAS harus waspada, terlebih jika terjadi hujan deras," tegasnya.
Sebelumnya, Kepala Bidang Gempa Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Pusat, Suharjono juga mengingatkan, hampir seluruh daerah di Indonesia bisa terkena gempa. "Hampir semua daerah terancam. Apalagi saat ini telah turun hujan yang bisa menyebabkan tanah longsor. Rumah-rumah yang telah retak hendaknya diwaspadai karena rawan roboh," ujarnya.
Ditambahkan Plt Deputi Bidang Pemulihan Bakornas PB, Tabrani, kondisi alam yang kritis tersebut bertambah rentan karena 13,37% masyarakat Indonesia bermukim di daerah rawan bencana. "Ke depan, sistem deteksi dini (early warning system) bencana perlu dipahami seluruh masyarakat," ujarnya.
Pernyataan-pernyataan ini bukan sekadar prediksi. Kenyataannya, dalam dua hari terakhir, bencana alam terjadi di Pulau Sumatera. Bahkan tujuh orang tewas karena gempa 5,7 Skala Richter yang terjadi Kecamatan Muara Sipongi, Mandailing Natal, Sumut. Di hari yang sama, Aceh dan Padang juga diguncang gempa meski tidak menimbulkan korban jiwa.
7 Daerah
Ancaman pun mengarah ke Banua. Hujan yang mulai mengguyur Kalsel, menjadi momok. Musibah banjir dan tanah longsor dipastikan bakal terulang kembali seperti tahun-tahun sebelumnya.
Hal itu dikatakan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bappedalda) Kalsel Rahmadi Kurdi kepada BPost. Menurutnya ada tujuh daerah yang rawan banjir dan tanah longsor saat musim hujan.
"Di Kalsel ini yang paling rawan musibah khususnya banjir dan tanah longsor ada 7 kabupaten. Yakni, Banjar, Batola, Tapin, Tabalong, Barabai, Tanah Bumbu dan Kotabaru," ujarnya.
Hal ini disebabkan faktor geografis daerah tersebut yang lebih rendah dibandingkan daerah lain. Selain itu, hutan-hutan di daerah tersebut sudah gundul.
"Dulu, meski airnya meluber jarang banjir dan tanah longsor. Karena resapannya masih besar. Dalam sekejap air langsung habis, karena masih banyak pohon. Sekarang sudah habis semua," tuturnya.
Kesbang Linmas Kalsel Hadi Susilo menambahkan banjir yang menghantui Kalsel lebih banyak dipengaruhi oleh 3 DAS yang sudah tidak mampu lagi menahan luberan air dari hulu. Ketiga DAS itu adalah DAS Barito yang biasanya mengaliri Marabahan, Hulu Sungai Utara (HSU), Kabupaten Banjar dan Kota Banjarmasin. Kemudian DAS Cengal yang terletak di Tanah Bumbu. DAS ini biasanya mengaliri daerah Sampanahan hingga Satui.
Selain itu DAS Balangan, yang mengaliri daerah Tabalong dan Amuntai. Ketiga DAS tersebut sangat vital utamanya saat musim hujan seperti sekarang ini. "Ada tiga DAS sebetulnya yang rawan dan mudah menimbulkan banjir di daerah sekitarnya. Jadi kalau ketiga DAS tersebut tidak mampu menahan air, maka daerah sekitarnya bakal banjir," ujarnya.
Batam Banjir
Kemarin, giliran Batam yang terkena bencana alam berupa banjir besar akibat hujan deras yang turun sejak Minggu hingga Selasa. Air setinggi 1-2 meter sempat melumpuhkan Kota Batam. Banjir paling parah terjadi di Jalan Gajah Mada, Simpang Jam arah Batam Center ke Sekupang. Di sini genangan air setinggi 2 meter. Air datang dengan deras dari bebukitan gundul di sekitar Simpang Jam.
Banjir yang terjadi pada pukul 09.30 WIB tersebut juga menyebabkan kemacetan sejauh satu kilometer, dari empat arah ke Nagoya, Batam Center, Muka Kuning, dan Sekupang.
Di tempat lain, yaitu di perumahan Tanjung Piayu terjadi longsor akibat hujan lebat. Ratusan karyawan yang bekerja di Batamindo Invesment Cakrawala (BIC) terpaksa harus pulang ke rumah mereka masing-masing akibat dihadang longsoran tanah yang datang dari arah bukit gundul yang ada di sekitar kawasan tersebut.
Banjir besar pernah melanda Batam pada 2004 dan awal Januari 2006. Saat itu hujan deras selama tiga hari berturut-turut menyebabkan banjir dan longsor merata terjadi di kota tersebut. Akibatnya seorang tewas terseret arus air dan seorang lainnya akibat tertimpa reruntuhan rumah.
Jalinteng Putus
Bencana tanah longsor juga mengakibatkan jalan lintas tengah (Jalinteng) Sumatera yang menghubungkan Sumatera Barat (Sumbar) dengan Riau putus total. Jalan di Nagari (desa) Tanjung Pauh, Kecamatan Pangkalan, Kabupaten Limapuluh Kota, Riau ini tertutup gundukan tanah dan batu sepanjang 200 meter dengan ketinggian 15 meter. Diperkirakan tanah longsor di kawasan ini terkait dengan bencana di Mandailing Natal.
Wakil Bupati Limapuluh Kota Irfendi Arbi mengatakan belum bisa menyingkirkan gundukan tanah longsor itu karena hujan terus mengguyur dengan deras. "Bahkan tanah di jalan itu terus bergoyang sehingga kawasan yang longsor terus bertambah luas. Kita memperkirakan kondisi ini akan berlangsung sekitar sebulan. Sebab kondisi jalan sudah rusak parah dan tidak mungkin diperbaiki," kata Irfendi.
Akibat putusnya jalan negara itu, aktivitas perekonomian dari Sumbar ke Riau atau arah sebaliknya, terhenti. Setiap harinya jalan lintas tengah itu dilalui ratusan kendaraan dari Sumbar, mengangkut berbagai produk pertanian, perkebunan dan peternakan menuju Riau. dtc/kcm/mic/ant/coi
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Monday, December 25, 2006
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment