Friday, August 06, 2010

Waspadai Banjir Susulan

Radar Banjarmasin, Jumat, 6 Agustus 2010

BATULICIN - Ancaman banjir masih menghantui masyarakat Kecamatan Satui, khususnya yang berada di bantaran Sungai Satui. Pasalnya, curah hujan yang cukup tinggi dalam beberapa hari ini bisa mengakibatkan banjir susulan. Dari pantauan Radar Banjarmasin, debit air Sungai Satui mulai meninggi hingga merendam sebagian jalan lingkungan yang ada di Desa Satui Timur, Desa Sungai Danau dan Desa Persiapan Sinar Bulan.
Akibat meningginya curah hujan, membuat warga Kecamatan Satui, khususnya yang bermukim di bantaran Sungai Satui, cukup khawatir. Bagaimana tidak, banjir yang melanda, beberapa waktu lalu, mengakibatkan ribuan warga harus mengungsi ke tempat yang aman.
Agar tidak kecolongan, sejumlah warga ada yang memilih untuk mengamankan barang yang ada di rumah. “Dari pada basah semua lebih baik kalau barang yang ada di rumah kami ungsikan terlebih dahulu,” begitu cerita Aminah, warga Desa Sungai Danau, kepada Radar Banjarmasin, kemarin.
Kegiatan yang sama juga dilakukan oleh sejumlah warga yang bermukim di daerah bantaran sungai satui. Di daerah ini memang rawan banjir. “Sebagian kecil memang sudah ada yang mengungsi di tempat penampungan. Mereka khawatir terjadi banjir susulan,” ujar Abdul Hakim, salah satu tokoh pemuda di Kecamatan Satui, via telpon.
Sekadar mengingatkan, akibat banjir yang melanda Kecamatan Satui, beberapa waktu lalu, mengakibatkan 3198 KK dengan 9066 jiwa yang bermukim di 7 desa terpaksa mengungsi di tempat penampungan. Rinciannya, di Desa Sungai Danau (13 RT) ada 1281 KK dengan 3849 jiwa, Desa Satui Barat (3 RT) ada 124 KK dengan 493 jiwa, Desa Bukit Baru (6 RT) ada 81 KK dengan 330 jiwa, Desa Sinar Bulan (10 RT) ada 1332 KK dengan 3019 jiwa, Desa Jombang (3 RT) ada 66 KK dengan 251 jiwa, Desa Sekapuk (6 RT) ada 95 KK dengan 404 jiwa dan Desa Satui Timur (4 RT) ada 219 KK dengan 720 jiwa.
Ironisnya, bantuan yang diberikan kepada korban banjir sangat minim. Padahal, sudah menjadi rahasia umum kalau di Kecamatan Satui terdapat banyak perusahaan batubara. Sudah begitu, bantuan yang berada di posko induk tidak sampai ke tangan korban banjir. Bantuan tersebut hanya diberikan ke dapur umum, untuk selanjutnya di masak dan dibagi-bagikan kepada korban banjir yang berada di tempat penampungan. (kry)

Wednesday, August 04, 2010

Korban Banjir Kembali Dapat Bantuan

Radar Banjarmasin Rabu, 4 Agustus 2010

 

PELAIHARI - Warga korban banjir untuk beberapa desa di dua Kecamatan Jorong dan Kintap terus mendapatkan perhatian dari para dermawan, kali ini Bank Kalsel cabang Tanah Laut, turut berpartisipasi menyalurkan bantuan sembako di dua kecamatan tersebut pada Senin (2/3).
Penyerahan bantuan dilakukan langsung oleh Kepala Bank Kalsel Cabang Tala H Sugiono yang didampingi Pimpinan seksi  Operasional Bank kalsel Iwan. Lokasi penyerahan di Posko Banjir Desa Asam-Asam Rt 07, Desa Simpang 4 Desa Sungai Baru, dan  dan Posko Bantuan Korban Banjir di Desa Kintap Pura Kecamatan Kintap. “ Minimal dengan adanya bantuan itu, dapat mengurangi masa sulit akan kebutuhan pokok yang tengah membelit mereka,” harap Sugiono.
Terpisah, Sekretaris Desa Kintapura Kecamatan Kintap Darmani mengucapkan rasa terimakasih terhadap bantuan yang diberikan dari Bank Kalsel, karena selama adanya musibah banjir ini, kalangan perbankan belum ada yang berpartisipasi untuk bisa meringankan penderitaan para korban banjir. “Intansi pemrintahan, perusahaan serta perseorangan sudah ada partisipasinya,” ujarnya
Saat  ini, tambahnay, kondisi sungai masih sangat rawan, mengingat air bisa saja tiba-tiba naik, Apalagi curah hujan masih sangat tinggi sekali, terakhir ini dalam dua pekan hujan masih saja turun sehingga sungai terus banjir meski tidak separah pada hari yang lalu. Sementara itu, bantuan yang diserahkan diantaranya 55 karung beras per  10 kilogram, 110 dus mie instans, 200 liter minyak goreng, dan 250 kilogram gula pasir. (ard)

Tuesday, August 03, 2010

Bersahabat dengan Alam

 

Banjarmasinpost.co.id - Rabu, 4 Agustus 2010

Oleh: Ivone Tiara Sukma SP,
Guru SMKN 1 Kusan Hilir
HUJAN selain membawa berkah, tidak jarang mendatangkan musibah (banjir). Banjir yang tak terduga menyebabkan kerusakan dan kerugian harta benda bahkan korban jiwa.
Permasalahan banjir yang semakin akut, tidak semata disebabkan oleh faktor alam, tetapi juga ulah manusia sendiri. Aktivitas penambangan dan penebangan kayu di hutan  secara tidak bertanggung jawab, contohnya.
Sudah bukan hal yang aneh lagi saat kita melihat banyak aktivitas penebangan kayu di hutan dengan membabi buta tanpa disertai penanaman kembali. Kalaupun dilakukan reboisasi, pelaksanaannya di lapangan cenderung tidak serius alias asal-asalan.
Penambangan batu bara dan hasil bumi lainnya juga menyumbang peran yang signifikan dalam merusak keseimbangan alam. Belum lagi ditambah kebiasaan buruk masyarakat membuang sampah tidak pada tempatnya, termasuk di sungai sehingga terjadi pendangkalan yang pada ujungnya mendatangkan bencana yaitu banjir.
Kini saatnya kita lebih siaga. Banyak hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi permasalahan banjir itu.  Penghijauan adalah salah satu solusi terbaik. Masyarakat, pelaku usaha dan seyogiyanya bahu membahu mendukung penghijauan. Peraturan yang berkaitan pun harus diperketat. Pihak berwenang jangan segan-segan menindak tegas penambang dan pembalak hutan yang tidak memedulikan kelestarian alam.
Pemerintah tidak boleh putus asa dalam upaya memperbaiki tata kota. Program pembangunan harus disertai kearifan dengan tetap menyediakan ruang terbuka hijau yang bisa berupa taman atau hutan kota. Selain untuk meningkatkan kualitas udara, ruang terbuka hijau bermanfaat sebagai resapan air di kala hujan tiba.
Pada hakikatnya alam senatiasa bersahabat dengan manusia. Jika dewasa ini persahabatan itu kian retak, kita harus bergegas memperbaikinya.
Kita jaga lingkungan mulai dari hal terkecil, seperti membiasakan diri dan keluarga untuk hidup bersih dan disiplin. Galakkan kembali gotong royong guna membersihkan sampah di selokan maupun di sungai. Kita tanam pohon serta merawatnya, baik di halaman rumah, sekolah, tepi jalan sampai di lembah dan gunung yang gundul.
Jika semua itu terlaksana dengan baik, bukannya tidak mungkin kelak anak cucu kita tidak lagi berurusan dengan bencana banjir.  Masa depan mereka memang tidak seharusnya menanggung beban atas kesalahan yang kita perbuat saat ini. (*)

Banjir Satui Telan 3 Orang

 

Banjarmasinpost.co.id - Minggu, 25 Juli 2010 

BANJARMASINPOST.CO.ID, BATULICIN -  Air bah memorak-porandakan Kecamatan Sati, Tanahbumbu. Hingga Sabtu (24/7) malam, ribuan orang hidup dalam pengungsian ke berbagai tempat yang berada di dataran tinggo
Banjir yang terjadi sejak Jumat (23/7) itu menerjang tujuh desa. Air dengan ketinggian dua meter itu mengakibatkan tiga orang yakni Beni (25), Galuh (35) dan Jufri (75) tewas ditelan arus. Tiga orang lain yang belum diketahui identitasnya, 'hilang'.     
Kabag Humas Pemkab Tanbu, Ardiansyah mengungkapkan berdasarkan data sementara jumlah korban banjir sebanyak 3.198 kepala keluarga (KK). "Sebagian korban telah dievakuasi sejak Sabtu dini hari oleh dinas sosial yang dibantu oleh lembaga organisasi kemasyarakatan dan warga," ujarnya.
Data berbeda disampaikan Kasi Pemerintahan Kecematan Satui, Fuadi. Dia mengatakan warga yang menjadi korban banjir sebanyak 2.500 KK.
Perbedaan data juga berlaku pada korban tewas dalam musibah akibat hujan deras yang terus menurus turun dalam sepekan terakhir itu. Berdasarkan data di Posko Banjir Satui, dua korban tewas adalah Beni (25) dan Galuh (35). Sedangkan data dari Ardiansyah, yang tewas adalah Jufri (75) dan Galuh (35).
Berdasar pantauan BPost, air di desa-desa itu hampir mencapai atap rumah. "Titik tertinggi air mencapai 2,5 meter. Itu terjadi pada pukul 04.00, Sabtu subuh," ujar seorang relawan di posko banjir.            
Untuk mengetahui kondisi di lapangan Bupati Tanbu Zairullah Azhar dan Danrem 101/Antasari, Heros Paduppai melakukan peninjauan sekaligus mengoordinasi penanganan dan pendistribusian bahan makanan dan kebutuhan lain untuk pengungsi.
"Banjir ini karena hujan yang sangat lebat selama sepekan terakhir. Selain itu, banjir ini siklus lima tahunan. Terakhir
pada 2006 lalu," kata Zairullah.

Korban Banjir Masih Trauma

Banjarmasinpost.co.id - Selasa, 3 Agustus 2010

BANJARMASINPOST.CO.ID, KOTABARU - Terjangan air bah pada empat desa di Kecamatan Pulaulaut Utara, Kotabaru, Minggu (1/8), tidak hanya merobohkan pagar SDN 2 Semayap, dan merusak puluhan barang elektronik, namun juga menghancurkan kaca Gedung olahraga (GOR) Kotabaru.

Peralatan meja kursi berhamburan akibat banjir di sekitar gelanggan olah raga yang tingginya mencapai lebih dari satu meter.

Beruntung bangunan yang akan dipergunakan untuk Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Kalsel itu tidak mengalamai kerusakan. Namun lumpur sisa banjir menggenangi hampir seluruh lantai.

"Dalam setahun kejadian seperti ini sudah kali keempat. Untung tidak merusak gedung, padahal gedung baru saja diperbaiki untuk persiapan," kata salah satu penjaga gedung.

Melan warga Desa Semayap RT 3, Kotabaru, mengaku masih trauma dengan jebolnya pagar beton Kantor Perpustakaan Daerah yang tidak mampu manahan tekanan air bah.

Untung saja, kata dia, luapan air bah tersebut tidak menghancurkan rumahnya. Meski begitu barang elektronik dia dan milik tetangganya dipastikan rusak akibat terendam air.

"Kami tidak sempat lagi menyelamatkan barang. Sebenarnya sebelum dinding pagar jebol, air yang masuk ke rumah tidak seberapa, makanya barang-barang tidak kami pindah," katanya.

Melan mengaku, meski air bah tidak mencelakai dia dan keluarganya, namun banjir tersebut merupakan terbesar dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Menurut dia, itu disebabkan karena dataran tinggi seperti Gunung Sebatung yang tidak mampu lagi menyerap air air hujan, karena hutannya sudah gundul akibat penebangan liar.

"Apalagi kalau Pulaulaut jadi ditambang, banjir bisa lebih besar dari sekarang ini. Karena itu saya menolak rencana itu. Kalau mereka (penambang) enak, setelah menambang Pulaulaut mereka pulang ke daerah masing-masing," ujar Melan.

Banjir yang melanda Kotabaru itu menyebabkan siswa SDN 2 Semayap, terpaksa diliburkan. Ruang kelas tidak mungkin digunakan untuk kegiatan belajar. Pasalnya lumbur sisa air bah masih menggenangi ruangan itu.

Namun siswa bukannya pulang, mereka diminta pengajar membersihkan lumpur sisa banjir yang menempel di lantai itu.  (sah)  Terjangan air bah menyebabkan puluhan mater pagar beton sekolah ambruk.

(sah)
Banjir Kotabaru
----------------
- Kaca GOR hancur
- Pagar SDN Semayap 2 roboh
- Pagar Gedung Perpustakaan Daerah roboh
- Ribuan rumah terendam

Drainase Penyebab Banjir di Kotabaru

Banjarmasinpost.co.id - Selasa, 3 Agustus 2010

 

BANJARMASINPOST.CO.ID, KOTABARU - Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kebupaten Kotabaru, Kalsel menengarai penyebab banjir yang terjadi beberapa kali hingga pada pertengahan tahun ini diakibatkan sistim drainase yang buruk.
Kepala Bidang Bina Marga, Masruddin MT menegaskan, membuat sistim drainase tidak dapat berfungsi secara maksimal, karena juga disebabkan pada tahun ini intensitas curah hujan sangat tinggi.
Namun setidaknya hal tersebut masih dapat diatasi jika setiap hujan deras, air dengan kapasitas besar turun dari dataran tinggi tidak langsung masuk ke permukiman warga.
Masruddin menghendaki, sebagian besar air tetap tertampung pada sistim drainase, sebagai fungsi awal sebelum air mengalir ke sungai membawanya ke laut.

(HELRIANSYAH)

Korban Banjir Tala Mulai Terima Bantuan

 

Banjarmasinpost.co.id - Senin, 2 Agustus 2010

Kendati rumahnya terendam banjir, sebagian warga Desa Asmasam Kecamatan Jorong tetap sibuk beraktivitas. Tampak salah seorang warga setempat membawa pisang untuk dijual, Sabtu (24/7/2010) sore.

BANJARMASINPOST.CO.ID, PELAIHARI - Bantuan pangan mula mengalir kepada korban banjir di Kecamatan Kintap dan Jorong, Kabupaten Tanahlaut (Tala), Senin (2/8/2010).
Bank Kalsel perwakilan Pelaihari langsung menyalurkan bantuan begitu menerima laporan banjir kembali melanda dua wilayah tersebut. Bantuan yang disalurkan untuk korban banjir di Asamasam terdiri atas beras 27 sak, mie instan 55 ds, minyak goreng 100 liter, dan gula 125 kg.
Untuk korban banjir di Kecamatan Kintap bantuan yang disalurkan terdiri atas beras 28 sak, mi instan 55 dos, minyak goreng 100 liter, dan gula 125 kilogram.
(idda royani)

Debit Air Terus Meninggi, Warga Waswas

 

Banjarmasinpost.co.id - Senin, 2 Agustus 2010

Banjir di Kabupaten Tanahlaut.

BANJARMASINPOST.CO.ID, PELAIHARI - Kembali meningginya intensitas curah hujan tiga hari terakhir menyebabkan debit air di sungai Kintap dan sungai Asamasam meninggi, Senin (2/8/2010).
Warga yang bermukim di kawasan sungai itu pun kini waswas lagi karena risiko kebanjiran kembali mengancam.
Nawawi, warga Desa Asamasam Kecamatan Jorong mengatakan saat ini rumah-rumah warga masih aman namun sulit diprediksi sore nanti karena saat ini debit air di sungai cenderung terus meninggi.  
(idda royani)

Asamasam Terendam Lagi

 

Banjarmasinpost.co.id - Senin, 2 Agustus 2010

Kendati rumahnya terendam banjir, sebagian warga Desa Asmasam Kecamatan Jorong tetap sibuk beraktivitas. Tampak salah seorang warga setempat membawa pisang untuk dijual, Sabtu (24/7/2010) sore.

BANJARMASINPOST.CO.ID, PELAIHARI - Yang ditakutkan warga Desa Asamasam Kecamatan Jorong, Kabupaten Tanahlaut (Tala) akhirnya terjadi juga. Senin (2/8/2010) sekitar pukul 10.45 Wita air sungai setempat mulai meluap lagi.
Nawawi, warga Desa Asamasam, melaporkan beberapa rumah warga di wilayah RT 4,5, dan 6 mulai kebanjiran lagi.
"Genangan air di dalam rumah memang belum seberapa, tapi dperkirakan bakal terus naik karena debet air di sungai Asamasam masih cukup tinggi," kata Nawawi.

Korban Belum Ditemukan, Tiga Kerabatnya Malah Kerasukan

Radar Banjarmasin, Minggu, 1 Agustus 2010

Nauansa sedih masih menyelimuti keluarga Safrudin, salah satu keluarga korban banjir Satui yang mayatnya masih belum diketemukan sampai berita ini diturunkan. Tiga gadis keponakan korban ternyata malah mengalami nasib sial. Ia harus kerasukan penghuni alam sebelah yang menginginkan pencarian dihentikan.
SUROTO, SATUI
BERSAMA Managing Secretary Radar Banjar Peduli, Yohandromeda Syamsu, sekitar jam 10.00 wita Radar Banjarmasin menyambangi kerabat rumah Safrudin, yang sampai saat ini mayatnya masih belum diketemukan.
Safrudin diduga masih berada di dalam kubangan bekas galian Batubara bersama 3 anaknya.
Keadaan rumah kerabatnya terlihat sangat ricuh, sebab mereka semua harus menenangkan ketiga gadis yang merupakan keponakan Safrudin. Dari Kamis malam yang lalu sekitar jam 23.00 Wita kerasukan roh halus.
Ketiga perempuan itu adalah, Rani (16), Misriah (18) dan Zubaidah (20). Menariknya, Rani dianggap oleh Misriah dan Zubaidah yang sama-sama kerasukan dianggap roh jahat yang mengakibatkan jasad Safrudin (35), Timah (16), Andre (8) dan Fitri (15) belum bisa ditemukan.
Saat Radar Banjarmasin mencoba berkomunikasi ternyata Misriah dan Zubaidah mengamuk dan menyalahkan Rani sebagai roh jahat. “Tanyakan kepada si jahat itu, aku tidak mau diganggu,” ujarnya meracau yang langsung dipegang oleh banyak orang karena akan lari mengejar Rani yang ditempatkan terpisah.
Sementara itu sepupu Safrudin, Hansur mengatakan bahwa ketiga perempuan yang kerasukan tidak mau dijadikan satu tempat. “Mereka tidak mau jadi satu, sebab Rani yang merupakan anak saya dianggap yang berdua itu, kerasukan roh yang paling jahat,” ujarnnya.
Suasana semakin riuh ketika Radar Banjarmasin akan mengabadikan mereka dengan kamera. Misriah dan Zubaidah langsung menjerit-jerit menolaknya. Lagi-lagi mereka mencaci Rani yang dianggap paling bersalah dalam dunia gaibnya.
Sementara itu Guru Basri yang merupakan salah satu orang pintar yang menagani ketiga orang tersebut mengatakan bahwa alam sebelah menginginkan pencarian dihentikan. “Mereka sedang mengadakan pesta, dan mereka ingin tempat itu sepi dari manusia,” ujarnya.
Bahkan dari penuturan Guru Basri bahwa keadaan roh Safrudin dan anak-anaknya dalam keadaaan belum menentu. “Saya mengadakan komunikasi dengan keluarga alam sebelah, yaitu dengan ketiga gadis yang kerasukan ini, salah satu dari mereka mngetakan bahwa roh saudara kita Safrudin dan anak-anaknya masih mengambang. Hal itu disebabkan oleh roh yang menjaga pusaran belum menerima karena adanya pengrusakan alam akibat penambangan,” terangnya.
Kerabat korban hanya berharap mayat korban segera ditemukan. Saat ini yang dilakukan oleh keluarga melakukan selamatan korban yang ketujuh harinya.”Keluarga kami sarankan untuk bersabar dan melakukan selamatan 7 hari bagi 4 jenasah yang belum ditemukan. Juga selamatan bagi istrinya yang sudah ditemukan dan sudah dikuburkan,” pungkas guru Basri.

Warga Satui Kesulitan Air Bersih

 
RBP dan Fokus Salurkan Air Mineral dan Tangki Air

 

BATULICIN - Radar Banjar Peduli yang merupakan sayap sosialnya Radar Banjarmasin bersana Fokus Satui menyerahkan secara langsung  bantuan kemanusiaan kepada korban banjir Satui. Di tengah guyuran hujan, pihak relawan RBP dan Fokus Satu tetap menjalankan misi kepedulian tersebut. Bantuan yang dialurkan Sabtu malam (31/7), berupa 100 dus air mineral.
Dalam penyerahan tersebut terlihat sekertaris RBP Yohandromeda Syamsu turun langsung. Yohan terlihat berbaur dengan warga turun ke lapangan untuk menurunkan air mineral dari mobil bok milik PT Anugerah Borneo Coal.
Menurut penuturan Yohan, disamping bantuan air mineral yang sifatnya mendesak, selanjutnya RBP juga menyumbang air bersih sebanyak 16 tangki yang akan diberikan kepda 4 RT. “Malam ini kita anggap sangat mendesak, warga sudah sangat kekurangan air bersih untuk minum. Makanya walaupun hujan mengguyur kami beserta relawan dari Fokus dan PT ABC tetap mendistribusikan air mineral ini,” terangnya.
Yohan juga mengatakan bahwa 16 tangki air bersih nantinya kan didistribusikan oleh relawan dari Fokus yang merupakan mitra dalam penanganan korban banjir tersebut. “Karena Minggu kami harus kembali ke Banjarbaru, nantinya air bersih akan didistribusikan kawan-kawan Fokus. Kita percaya bahwa bantuan itu akan sampai pada masyarakat,” ujarnya.
Sementara itu Bambang ketua Fokus satui mengatakan bahwa komitmen RBP dan Fokus serta donatur yang bergabung adalah untuk melakukan gerakan yang langsung ke masyarakat. Sebab menurtnya, pihaknya sudah tidak bisa berharap banyak dengan Posko induk milik pemerintah.
“Kami bersama RBP akan jalan terus, biar orang mau bilang apa, bahkan kami anggap sudah banyak indikasi pemanfaatan oleh pihak-pihak tertentu untuk kepentingan pribadi dan golongan,” terangnya.
Sementara ketua RT 03,  Mahyudin yang menjadi tempat penumpukan air mineral mengatakan,  bantuan tersebut sangat berharga sekali bagi masyarakat. Sebab sampai hari Sabtu kemarin, sumur-sumur warga belum bisa dimanfaatkan airnya.
“Warga kami sangat kesulitan air bersih, bahkan ada yang memasak pakai air sungai yang masih sangat kotor,” ujarnya.
Ia juga mengatakan bahwa bantuan  100 dus tersebut  akan dibagikan di 4 RT yang masih sangat kesulitan air untuk minum dan masak. “Bantuan dari RBP dan Fokus kan kita bagikan 4 RT, untuk RT 01, 30 dus karena ada 130 KK. Sedangkan untuk RT 02, 25 dus warganya ada 115 KK, RT 03, 30 dus karena ada 140 KK. Kemudian untuk RT 04 hanya mendapat 15 dus karena hanya 80 KK yang terkena banjir,” ujarnya yang diamini ketua RT yang lain.
Di sisi lain, Mahyudin beserta RT yang lain akan segera menyiapkan tandon air untuk menampung air bersih yang akan disumbangkan oleh RBP, Fokus dan PT ABC. Pihaknya akan bergotong royong menyiapkan tempat penampungan. Sebab saat ini air bersih sangat dibutuhkan warga.
“Dan kita tidak bisa berharap banyak kepada yang lain soal bantuan yang bisa masyarakat nikmati secara langsung. Alhamdulilah RBP, Fokus dan H Udin pemilik PT ABC langsung tanggap dengan kebutuhan masyarakat,” ujar H Dahlan ketua RT 01.(mr-110)

Wednesday, July 28, 2010

Bantuan Banjir Kurang

Radar Banjarmasin, Senin, 26 Juli 2010

Satui, Jorong dan Kintap Masih Tergenang

SUNGAI DANAU – Banjir yang merendam wilayah Kecamatan Satui Kabupaten Tanah Bumbu sejak Jumat (23/7) malam, kemarin (25/7) memang sudah mulai surut. Kedalaman banjir yang semula mencapai 3 meter, sekarang sudah tinggal separonya. Beberapa ruas jalan Negara yang sempat terputus, kemarin juga sudah tidak digenangi air lagi.
Namun, banjir masih menyisakan kesedihan bagi sekitar 9.066 jiwa korban Banjir yang tersebar di tujuh desa di Kecamatan Satui. Apalagi banjir kali ini, mengakibatkan jatuhnya korban jiwa. Hingga kemarin sore, korban tewas yang ditemukan akibat terseret arus banjir menjadi tiga orang, yakni Galuh (30) warga Desa Sungai Loban RT 1 dan
Beni (50) yang ditemukan Jumat (24/7), serta Darwanto (35) warga Desa Jombang yang ditemukan tim basarnas di sekitar jembatan simpur, kemarin siang, sekitar pukul 11.20 Wita.
Sedangkan, nama Jufri (75) yang dalam berita sebelumnya ditemukan tewas karena tenggelam, ternyata lelaki tua yang dikenal oleh warga sebagai seorang musafir ini meninggal di masjid karena sakit, bukan karena banjir.
Selain itu, empat warga Desa Sungai Loban dilaporkan hilang. Mereka adalah Safrudin (36), Fitri (15), Tinah (14) dan Andre (8). Mereka adalah satu keluarga, ayah dan tiga anaknya. Sedangkan ibu mereka Galuh (30) sudah ditemukan Jumat malam. Dari keluarga ini, menurut informasi yang berhasil dihimpun Radar Banjarmasin, hanya Tini (14) tahun yang berhasil selamat. Namun posisi jelasnya juga belum diketahui. Informasinya, Tini ditampung di rumah keluarganya.
Pencarian pun terus dilakukan terhadap korban banjir. Sejumlah perahu karet dan speed boat, dikerahkan untuk menyusuri alur Sungai Kusan. Pencarian juga dilakukan di lokasi tambang yang posisinya berdekatan dengan bantaran Sungai Satui.
Pasalnya, menurut keterangan dari sejumlah warga, pada Jumat malam, sekitar habis Magrib. Keluarga Safrudin, terdiri dari ayah, ibu dan empat orang anak yang tinggal di bantaran sungai, berencana untuk mengungsi dengan menggunakan kelotok.
Pada saat keluarga ini sudah siap untuk mengungsi, tiba-tiba tanggul tambang yang berada di pinggir Sungai Kusan jebol. Sementara rumah keluarga Safrudin juga tidak jauh posisinya dari tanggul tersebut. Akibatnya, air sungai yang tadinya dalam, tiba-tiba mengalir dengan deras ke dalam lubang tambang yang memiliki kedalaman sekitar 50 meter. Diduga, keluarga Safrudin tersedot arus deras yang mengalir kearah lubang tambang tersebut. Termasuk perahu dan rumah mereka.
“Air sungai yang tadinya dalam, tiba-tiba surut, sampai akhirnya lubang tambang itu penuh,” ujar seorang warga menuturkan kepada Radar Banjarmasin.
Sementara itu,  dari posko induk Banjir di Kecamatan Satui. Diketahui data korban banjir sebagaimana grafis. Meski banjir berangsur surut. Namun warga masih sangat mengharapkan bantuan.
Salah satu desa yang belum terjangkau bantuan adalah Desa Jombang. Pasalnya, akses menuju ke Desa Jombang, terputus. Ratusan rumah terendam. Pun begitu, warganya memilih tetap bertahan, karena tidak bisa kemana-mana.
Sejumlah warga yang berada di lokasi banjir menyesalkan masih banyak bantuan yang belum diterima oleh warga. “Bagaimana dengan nasib kami, sudah jatuh tertimpa musibah, bantuanpun belum ada. Kami berharap donator bisa membantu kami,” ujar Amir, salah satu Desa Sinar Bulan RT 1 Kecamatan Satui.
Dia mengaku bertahan di rumah bersama warga lain, karena khawatir akan mengalami musibah lain lagi. Yakni kemalingan. Menurutnya, sejak musibah banjir terjadi sudah banyak warganya yang kehilangan barang di rumah.
Ayah dua ini sangat menyayangkan minimnya bantuan yang diberikan oleh para donator. Khususnya, perusahaan batubara yang melakukan aktivitas pertambangan di Kecamatan Satui.
“Mereka kan melakukan aktivitas di wilayah Kecamatan Satui, kalau ada warga yang mengalami musibah seharusnya bisa cepat tanggap. Toh ada kemungkinan musibah banjir ini juga disebabkan karena dampak pertambangan batubara,” terangnya.
Berdasarkan penelusuran Radar Banjarmasin, bantuan untuk korban banjir yang diterima posko induk di Kantor Koramil Satui memang masih minim. Bahkan, menurut keterangan petugas di posko tersebut, bantuan tidak langsung didistribusikan kepada korban di lokasi banjir, melainkan hanya diserahkan ke dapur umum dan selanjutnya dibagi-bagikan kepada korban banjir di tempat-tempat pengungsian, seperti Masjid Agung Satui, Kantor Desa Sungai Danau dan Gor Satui Timur.
“Kalau langsung didistribusikan kepada korban banjir tidak mencukupi,” jelas Fuad, bendahara satgas di posko induk korban banjir, kemarin.
Kasi Pemerintahan Kecamatan Satui ini menambahkan, pihaknya masih membutuhkan bantuan yang sangat banyak untuk memenuhi kebutuhan korban banjir.
“Lebih cepat akan lebih baik,” katanya.
Lantas bagaimana kepedulian dari pengusaha tambang yang selama ini mengeruk kekayaan dari perut bumi Kecamatan Satui. Dari data Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Tanbu, terdapat belasan perusahaan tambang batubara di wilayah Kecamatan Satui. Sementara bantuan yang diterimakan oleh posko induk hingga pukul 14.00 Wita kemarin, baru ada delapan perusahaan batubara yang menyerahkan bantuan. Itupun, bantuan yang diberikan tidak dalam jumlah banyak.
Perusahaan yang dimaksud adalah PT Wahana Batarama Mining berupa air mineral 28 dus, mis instan 24 dus, PT BJM (Binuang Jaya Mulia) beras 2 sak isi 25 kg, 12 dus mie instan. CV Berkah Anugerah Abadi mie instan 50 dus, PT Arutmin Indonesia Tambang Satui air mineral 100 dus, teh kotak, kacang kulit 2 bungkus. Bantuan juga diberikan oleh salah satu perusahaan batubara terbesar di Kalsel ini langsung kepada korban di lokasi banjir. Kemudian, PT Baskana garam satu dus, kopi moka 2 dus, gula 35 kg, ajinomoto 1 pak.
Koperasi Mutiara bersama kelompoknya susu enak 10 dus, indomie 25 dus. PT ABC beras 3,5 ton, gula pasir 30 dus, minyak goreng 75 kg, telor 50 rak, indomie 50 dus. Selanjutnya, PT Leighton mie instan 5 dus, air mineral 30 dus, gula 50 kg, beras 22 sak.
Jorong-Kintap Banjir
Sementara itu, hujan deras yang menyelimuti wilayah Tanah Laut yang berbatasan dengan Kabupaten Tanah Bumbu, juga mengakibatkan beberapa desa di Kecamatan Kintap dan Kecamatan Jorong mengalami kebanjiran.
Dimana untuk kecamatan Kintap terdapat 4 desa yang mengalami banjir diantaranya, Desa Kintap Kecil, Kintapura, Pasir Putih dan Kintap Lama.
“Ada 711 Kepala Keluarga  atau 2464 jiwa yang mengungsi,” ujar Koordinator Posko Penanggulangan Bencana Kecamatan Kintap Zainal Ariffin.
Dijelaskannya, para pengungsi ini untuk sementara berada di tempat-tempat rumah keluarga atau rumah tetangga yang terletak pada dataran tinggi dari tempat banjir,  dan untuk sekaraang ini banyak juga masyarakat kembali ke rumah masing-masing, karena air mulai surut.
Sementara itu, tidak hanya beberapa desa di Kecamatan Kintap saja, namun ada dua desa di Kecamatan Jorong yang mengalami hal serupa, desa tersebut diantaranya Desa Asam- Asam dan Desa Simpang Empat Sungai Baru.
“Ada ratusan rumah yang terendam,” ujar Kepala Desa Simpang Empat Sungai Baru H Diris kepada Koran ini.
Dijelaskannya, banjir yang cukup parah terletak di RT 8 Kelapa Tani desa Simpang Empat Sungai Baru dan juga ratusan rumah terendam di desa Asam-Asam yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian membuat atap daun (daun nipah).
“Dua wilayah tersebut berdekatan dengan bantaran sungai,” ungkapnya.
Diris menambahkan, sejumlah bantuan memang sudah diterima di Posko Bantuan. Diantarnya dari PT Arutmin, PT JBG, PT WK dan intansi dari Pemkab, namun juga ada bantuan dari perorangan.
“Bupati Adriansyah tadi sore sudah meninjau lokasi bencana,” ucapnya.
Menurut  Diris, untuk sekarang ini debit air yang terletak dilokasi bencana belum terlihat adanya penurunan, karena untuk wilayah kedua desa tersebut selalu diselimuti hujan deras, tentu saja ini membuat air  terus bertahan. “Air masih bertahan,” tegasnya. (kry/ard)

Pendahulunya Banjir, Pendudian Surut

Radar Banjarmasin, Selasa, 27 Juli 2010
Satu Keluarga di Satui Belum Ditemukan

PELAIHARI - Tidak ada tampak wajah cemas diperlihatkan Rusmiah, warga RT 9 Dusun dua Sungai Tabuk Desa Asam-Asam Kecamatan Jorong, ketika menceritakan saat-saat air dari sungai  Asam–Asam meluap pada Jumat (23/7) malam sekitar pukul 23.00 Wita. Air kemudian merendam hampir seluruh rumah di dusun tersebut.
“Banjir ini sering terjadi saat musim penghujan,” ujar nya kepada Radar Banjarmasin saat ditemui di depan rumahnya pada Senin (26/7).
Dijelaskannya, Banjir yang terjadi disini sudah menjadi langganan. Dusun yang masyarakatnya bermata pencaharian sebagai pembuat atap daun dari pohon nipah ini, posisinya memang paling rendah dibanding.
“Disini Pendahuluan (awal-red) Banjir dan Pendudian (terakhir –Red) surut,” ungkapnya.
Dirinya bersama orang tua dan anak-anaknya, satu keluarga yang terdiri dari 8 jiwa ini, hanya merasa kekurangan bantuan bahan makanan. Pasalnya, sejak kejadian banjir yang merendam rumahnya lebih dari tiga hari ini, suaminya dan anak-anaknya tidak dapat bekerja.
“Bantuan mie instan dan satu kaleng sarden itu masih kurang,” terangnya.
Rusmiah menambahkan, untuk bisa memasak dirinya membuat dapur dadakan di depan lantai dua teras rumahnya. Karena itu, ia merasa beruntung bisa membangun rumah bertingkat, sehingga saat banjir datang dapat menyelamatkan harta benda.
“Rata-rata rumah disini beloteng (rumah bertingkat-Red),” jelasnya.
Menurut Rusmiah, setelah banjir ini surut, hal yang utama dilakukannya adalah membersihkan lantai rumah dan dinding rumah yang terkena air pada saat banjir, karena air yang keruh itu menyebabkan dinding rumah dan lantai rumah tertinggal noda, sehingga dipastikan hal tersebut sangat membutuhkan waktu yang lama.
“Saya dan keluarga secara bersama-sama membersihkan,” tegasnya.
Pada kesempatan itu juga, nasib berbeda yang dialami Dufrani 37 tahun yang tetangga dari Rusmiah, karena saat banjir datang ditengah kegelapan semua keluarga Dufrani sedang terlelap tidur, sehingga televisi ukuran 21 inchi dan kasur miliknya terendam air.
“Kejadian ini tengah malam, jadi tidak dapat berbuat banyak menyelematkan barang,” ujarnya.
Dufrani  menambahkan,  banjir yang terjadi ini memang tidak ada tanda-tanda seperti kejadian banjir pada sebelumnnya. Namun banjir ini dianggap belum terlalu parah. Karena pada  2006 yang lalu, air mencapai lebih dari 4 meter.
“Yang sekarang ini mencapai sekitar 2 sampai 3 meter saja,” ungkapnya.
Menurut Dufrani, disaat banjir seperti ini, pihaknya hanya mengawasi kegiatan anaknya yang berjumlah tiga orang yang masih kecil disaat bermain dengan air, karena dirinya takut bila terjadi hal-hal yang tidak di inginkan menimpa anaknya.
“Hanya satu orang yang bisa berenang,” terangnya.
Salah satu anak Dufrani adalah M Zildi, 8 tahun, siswa kelas dua SD ini masih harus bersekolah di SDN Asam-Asam 2 meski rumahnya kebanjiran. Kecuali pada hari Sabtu (24/7) lalu, ketika air sedang tinggi-tingginya, Zildi tidak masuk sekolah.
Supanya putranya tetap bersekolah dan tidak kebasahan, Dufrani pun rela menggendong Zildi  disaat mau berangkat dan sepulang dari sekolah. Ia melewati genangan air dari rumahnya sampai ke tempat yang kering.
“Untuk masuk dan keluar rumah saya gendong,” ujar Dufrani yang pernah mengevakuasi korban tenggelam yang terjadi beberapa waktu lalu di Sungai Asam-Asam ini.
Sementara itu, berdasarkan informasi yang berhasil di himpun koran ini, sejumlah bantuan yang diberikan oleh Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan Sosial Tala untuk para korban Banjir di beberapa desa adalah sebanyak 20 sak beras (856 kg), 36 dus mie instan (1440  bungkus), dan sarden sebanyak 800 kaleng. Hal ini terungkap saat Bupati Tala Drs H Adriansyah melakukan kunjungan ke lokasi bencana di beberapa desa di kecamatan Jorong dan Kintap pada Minggu (25/7)
Namun tidak itu saja, bantuan juga berdatangan dari beberapa perusahaan yang diantaranya PT Arutmin Indonesia, PT JBG, Makin Group, PT Indoraya Everlatex, PT Kintap Jaya Wattindo, CV Daya Wiratama, CV Bintang Mulia Bara, dan PT GMK serta dari perseorangan.
Satui Surut, Giliran Lasung Banjir
Banjir di Kecamatan Satui, berangsur surut. Debit air mulai berkurang. Warga yang berada di tempat pengungsian mulai kembali ke rumah masing-masing.
“Sejak pagi, sebagian warga sudah mulai kembali ke rumah,” ujar Akhyar, salah satu warga Desa Sungai Danau Kecamatan Satui, kemarin.
Ketinggian air di bantaran sungai satui juga sudah berkurang. Bila sebelumnya ketinggian air sampai mencapai atap rumah warga, kemarin tinggal sepinggang orang dewasa saja. Bantuan untuk korban banjirpun mulai dibagi-bagikan.
“Alhamdulillah kami sudah bisa terima bantuan,” cerita Akhyar.
Jumlah korban akibat banjir di Kecamatan Satui mencapai 3198 KK dengan 9066 jiwa yang bermukim di 7 desa. Antara lain, di Desa Sungai Danau (13 RT) ada 1281 KK dengan 3849 jiwa, Desa Satui Barat (3 RT) ada 124 KK dengan 493 jiwa, Desa Bukit Baru (6 RT) ada 81 KK dengan 330 jiwa, Desa Sinar Bulan (10 RT) ada 1332 KK dengan 3019 jiwa, Desa Jombang (3 RT) ada 66 KK dengan 251 jiwa, Desa Sekapuk (6 RT) ada 95 KK dengan 404 jiwa dan Desa Satui Timur (4 RT) ada 219 KK dengan 720 jiwa.
Sementara itu, hingga kemarin sore, satu keluarga yang diduga kuat terseret masuk ke dalam lubang galian tambang milik PT DPC belum juga ditemukan. Meski begitu, pencarian terus dilakukan oleh puluhan personel gabungan dengan menggunakan speed boat dan perahu karet. Satu keluarga itu diketahui bersama Safrudin (36) dan 3 anaknya, Fitri (15), Tinah (14) dan Andre (8). Petugas juga menyisiri pinggiran sungai satui untuk mencari korban lain yang kemungkinan masih ada.
Banjir juga melanda Kecamatan Kusan Hulu (Lasung). Ribuan rumah yang berada di 11 desa sejak Sabtu (25/7), pekan tadi, terendam banjir. Ketinggian airnya ada yang sudah mencapai atap rumah. Akibat banjir tersebut, menyebabkan ratusan KK mengungsi di tempat yang aman.
Sebanyak 11 desa yang mengalami banjir akibat luapan sungai kusan tersebut diantaranya Desa Hatiif, Darasan Binjai, Mangkal Api, Tapus, Guntung, Tibarau Panjang, Pacakan, Binawarak, Bekarangan, Anjir baru, Manuntung, Sungai Rukam, dan Lasung. Daerah terparah berada di Desa Hatiif yang dihuni sekitar 75 KK, karena lokasinya berada di bantaran sungai kusan.
Sejauh ini, belum ada informasi yang menyebut ada korban jiwa dari musibah banjir di Kecamatan Kusan Hulu. Begitu juga kerugian yang diderita oleh warga.
Sementara itu, hingga kemarin sore, bantuan untuk korban banjir belum juga diterima oleh masyarakat. Hal itu diakui oleh istri Kepala Desa Lasung Susi Widawati (31). Menurutnya, sejak banjir melanda Kecamatan Kusan Hulu, tidak ada bantuan yang datang. Untuk bertahan hidup, masyarakat makan seadanya.
“Kami berharap bantuan segera datang, karena sangat dibutuhkan oleh masyarakat,” katanya, via telpon, kemarin.
Menurutnya, luapan air sungai kusan terus bergerak menenggelamkan tanaman padi. Padahal, usinya tanaman padinya baru seumur jagung.
“Banjir tahun ini lebih parah dibandingkan tahun lalu,” jelasnya.
Terpisah, Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Akhmad Riduan, mengakui, bantuan untuk korban banjir memang belum dibagikan, karena pihaknya sibuk mengurusi korban banjir di Kecamatan Satui. Selain itu, personel yang dimiliki juga sangat terbatas. Meskipun banjir di Kecamatan Kusan Hulu sudah terjadi sejak 3 hari yang lalu.
Untuk membantu meringankan penderitaan korban banjir, Pemkab Tanbu akan menyalurkan bantuan beras sebanyak 18 ton di Kecamatan Kusan Hulu. Sementara itu, bantuan yang sama juga diberikan di Kecamatan Satui sebanyak 20 ton beras.
“Secepatnya bantuan akan kami berikan. Paling lambat malam ini (kemarin) sudah sampai di masyarakat,” jelasnya, via telpon. (ard/kry)

Rencanakan Bangun Kanal

Radar Banjarmasin, Selasa, 27 Juli 2010

BATULICIN - Bupati Tanbu H M Zairullah Azhar, mengatakan, banjir yang terjadi di Kecamatan Satui lebih didasari pada siklus alam lima tahunan yang selalu menimpa daerah dataran rendah, dan sekitar bantaran sungai. “Daerah rawan banjir memang banyak terdapat di Kabupaten Tanbu,” ujar bupati, disela-sela melakukan kunjungan ke lokasi banjir di Kecamatan Satui, tiga hari lalu.

Ironisnya, hingga saat ini masyarakat pribumi masih banyak yang bermukim di bantaran sungai, padahal rawan terhadap banjir. “Sampai saat ini masyarakat pribumi memang masih menetap di sekitar bibir sungai dan menggantungkan hidupnya dari jalur sungai itu sendiri,” jelasnya.

Untuk mengantisipasi musibah banjir terulang lagi, sebagai langkah awalnya Pemkab Tanbu akan melakukan pengkajian mendalam terkait faktor utama musibah banjir tersebut, dan antisipasi jangka panjangnya. “Kami rencanakan pembuatan kanalisasi di sejumlah titik rawan banjir, dan memberikan tawaran kepada warga yang hidup di kawasan bibir sungai untuk menempati kawasan permukiman baru di dataran yang lebih tinggi,” jelas bupati.

Dalam kunjungannya tersebut, bupati menyerahkan bantuan uang tunai kepada korban banjir melalui camat setempat sebesar Rp50 juta. Bupati juga menginstruksikan kepada seluruh kepala desa, dan RT untuk terus memperhatikan kondisi dan keperluan hidup warganya selama masih dalam pengungsian. Segala kebutuhan warga yang terkena musibah banjir bisa langsung diambil di toko-toko setempat. “Silakan ambil langsung di toko-toko yang ada ditempat ini, tentunya dibawah pengawasan RT, kepala desa dan camat, nanti biar pemerintah daerah yang bayar,” kata bupati.

Setelah memberikan bantuan, bupati bersama Wabup H Abdul Hakim G, Danrem

101/Antasari Kol Heros Paddupai, Kapolres Tanbu AKBP Winarto, Dandim 1004/KTB-TNB Letkol Arh Bas Ignatius, Komandan Polairud  Polda Kalsel Unit Batulicin AKP Solikhin, beserta sejumlah Danramil, dan pejabat teras Tanah Bumbu melakukan kunjungan ke sejumlah daerah yang terkena musibah banjir dengan menggunakan speed boat milik Taruna Siaga Bencana (Tagana) Dinsos, Kesbanglinmas.     

Selain merendam ribuan rumah, banjir kali ini juga merendam sejumlah fasilitas ibadah dan fasilitas pendidikan seperti sekolah dasar maupun sekolah menengah pertama yang ada di tempat tersebut. Sejumlah sekolah yang tergenang air itu terpaksa diliburkan.

Jumlah korban akibat banjir di Kecamatan Satui mencapai 3198 KK dengan 9066 jiwa yang bermukim di 7 desa. Antara lain, di Desa Sungai Danau (13 RT) ada 1281 KK dengan 3849 jiwa, Desa Satui Barat (3 RT) ada 124 KK dengan 493 jiwa, Desa Bukit Baru (6 RT) ada 81 KK dengan 330 jiwa, Desa Sinar Bulan (10 RT) ada 1332 KK dengan 3019 jiwa, Desa Jombang (3 RT) ada 66 KK dengan 251 jiwa, Desa Sekapuk (6 RT) ada 95 KK dengan 404 jiwa dan Desa Satui Timur (4 RT) ada 219 KK dengan 720 jiwa. (kry)

Banjir Satui, Dua Tewas

Radar Banjarmasin, Minggu, 25 Juli 2010

- Satu Rumah Hanyut
- Sebanyak 3.198 KK Mengungsi
BATULICIN – Hujan lebat selama beberapa hari terakhir, akhirnya mengakibatkan banjir di Kecamatan Satui, Kabupaten Tanah Bumbu. Tragisnya, banjir kali ini memakan korban jiwa, dua warga Desa Sungai Loban meninggal dunia, yakni Galuh (30) warga RT 1 dan  Jufri (75), warga RT 4. Selain itu, sebanyak 3.198 kepala keluarga yang bermukim di delapan desa, terpaksa mengungsi. Bahkan satu rumah warga dikabarkan hanyut. Banjir mulai melanda Kecamatan Satui sejak Kamis (23/7) sore sekitar pukul 17.00 Wita. Ratusan rumah di bantaran sungai Satui mulai terendam air. Bahkan, ketinggian airnya sudah mencapai atap rumah. Satu rumah hanyut terbawa arus di Desa Bukit Baru, seluruh penghuninya berhasil selamat.
Akibat banjir tersebut, jalan trans kalimantan yang menghubungkan Banjarmasin-Batulicin terputus. Antrean mengular hingga 1 kilometer. Ketinggian airnya sudah mencapai lutut orang dewasa. Jalan yang terputus mulai Jembatan Sungai Satui hingga Kantor Camat Satui. Ratusan sepeda motor yang ingin lewat memilih berhenti, karena arus yang sangat deras. Hanya mobil dan truk saja yang berani lewat.
Delapan desa yang terendam adalah Desa Bukit Baru, Jombang, Sungai Danau (khususnya di daerah bantaran sungai), Satui Timur, Satui Barat, Sinar Bulan, Sekapuk dan Makmur Mulia. Daerah terparah berada di Desa Sungai Danau, Sinar Bulan, Satui Timur dan Barat.
Sementara itu, informasi tewasnya dua warga akibat Banjir, dibenarkan oleh Kapolsek Satui AKP Moerdilly SIk. Kedua korban ditemukan warga mengapung di sekitar rumah mereka.
“Kedua korban sempat dibawa ke Puskesmas Satui untuk di visum. Hasilnya tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan. Keduanya tewas karena tenggelam,” jelasnya, via telpon, kemarin.
Lebih lanjut, Moerdilly mengabarkan, di lokasi saat ini sangat diperlukan alat transfortasi sungai, seperti speed boat dan kapal untuk mengevakuasi korban yang masih berada di sekitar bantaran sungai satui. “Dari kabar yang kami terima, hari ini (kemarin), akan didatangkan bantuan kapal dan speed boat dari KPPP, Lanal dan Pemprov Kalsel,” ujarnya.
Sambil menunggu air surut, ribuan warga di ungsikan di tempat yang aman banjir, seperti Masjid Agung Satui, Kantor Desa Sungai Danau dan Gor Satui Timur. Bantuan untuk korban banjir juga mulai dibagikan. Seperti dari perusahaan, masyarakat dan pemerintah daerah setempat.
Kabag Humas Setda Tanbu Ardiansyah mengatakan, Pemkab Tanbu telah menyiapkan bantuan sesuai kebutuhan yang dapat diambil di toko-toko di sekitar lokasi banjir. Hanya saja, kata dia, bantuan tersebut hanya bisa diambil oleh petugas posko bantuan, untuk selanjutnya dibagi-bagikan kepada korban banjir.
“Disamping membantu logistik dan sembako sesuai keperluan, bapak bupati menyerahkan bantuan uang tunai sebesar Rp50 juta dan dari Camat Satui sebesar Rp10,5 juta,” kata Ardiansyah. (kry)
BANJIR SATUI
Korban Tewas : Galuh (30) dan  Jufri (75) di Sungai Loban
Korban Kebanjiran : 3.198 KK
Rumah : 1 Hanyut di Bukit Baru
Wilayah Terendam:
Desa Bukit Baru
Desa Jombang
Desa Sungai Danau
Desa Satui Timur
Desa Satui Barat
Desa Sinar Bulan
Desa Sekapuk
Desa Makmur Mulia.

Monday, June 28, 2010

Korban Banjir HSU Belum Dapat Bantuan

AMUNTAI, SELASA - 68.683 jiwa atau 17.451 kepala keluarga (KK) korban banjir di Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU), hingga kini belum menerima bantuan banjir dari Pemerintah Kabupaten setempat.  Hal ini membuat mereka bertanya-tanya dikemanakan dana bantuan tersebut karena tidak ada kabar beritanya.
Rasunah, warga RT 5 Desa Tambarangan, Kecamatan Amuntai Tengah, Selasa (1/6/2010), mengatakan, hingga kini warga yang terkena korban banjir belum menerima bantuan dari Pemkab HSU, padahal sebelumnya Pemkab HSU menjanjikan memberikan bantuan.
“Sudah dua bulan ini kami menunggu bantuan namun hingga kini tak ada kabar beritanya lagi,” ujar ibu paruh baya ini.
Menurutnya, baru tahun ini bantuan korban banjir tidak tepat waktu pembagiannya. Tahun-tahun sebelumnya kalau ada banjir bantuan langsung dibagikan. “Kami bingung juga hingga saat ini tidak ada kabar beritanya lagi setelah didata,” tegasnya.
Ditambahkan Ketua RT 5, Rusli, berdasarkan data yang ada, di RT 5 ada 45 KK yang menjadi korban banjir. Data tersebut sudah diserahkan ke Kepala Desa Tambarangan, namun sayangnya hingga kini tidak ada kabar beritanya lagi.
Kepala Desa Tambarangan, H Mahmud Riyad, mengakui, kalau selama ini bantuan dari Pemkab HSU terhadap korban banjir belum disalurkan. Padahal data korban banjir sudah disampaikan ke Pemkab HSU.
Kabar terakhir, lanjut dia, pada tanggal  24 Mei 2010 ia menerima surat dari Kecamatan Amuntai Tengah, meminta data itu diperbaharui. Ini tidak lain untuk memilih mana warga yang mampu dan tidak mampu dari korban banir tersebut.
“Ada surat dari kecamatan agar mendata kembali warga miskin atau tidak mampu saja yang mendapatkan bantuan,” tegasnya.
Belum turunnya bantuan dari Pemkab HSU terhadap korban banjir juga dirasakan Desa Pinang Kara.
“Hingga kini kami juga belum menerima bantuan dari Pemkab HSU. Dan kenyataan yang ada 100 hektar padi milik warga yang mulai berbuah, mati akibat banir,” ujar Sekdes Pinang Kara, Andom.
Sementara, Kepala Bagian Sosial Pemkab HSU, HM Gazali Rahman, ketika dikonfirmasi, mengaku masalah bantuan banjir, kebakaran dan pemuda bukan kewenangan Bagian Sosial lagi. Namun sudah dilimpahkan ke Bagian Kemasyarakatan.
“Masalah banjir itu adalah biasa, karena masyarakat juga yang salah mau tinggal di daerah tersebut, sedangkan bantuan sendiri merupakan kewenangan Bagian Kemasyarakatan,” tegasnya.
(ari)

Banjarmasinpost.co.id - Selasa, 1 Juni 2010

Korban Banjir HSU Resah

AMUNTAI, SELASA - Sebanyak 68.683 jiwa atau 17.451 kepala keluarga (KK) korban banjir di Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU), hingga kini, Selasa (1/6/2010) belum menerima bantuan banjir dari pemerintah kabupaten setempat. Hal ini membuat mereka bertanya-tanya dikemanakan dana bantuan tersebut  tidak ada kabar beritanya.
Rasunah, warga RT 5 Desa Tambarangan, Kecamatan Amuntai Tengah, Selasa (1/6), mengatakan, hingga kini warga yang terkena korban banjir belum menerima bantuan dari Pemkab HSU, padahal sebelumnya  Pemkab HSU menjanjikan memberikan bantuan.
“Sudah dua bulan ini kami menunggu bantuan namun hingga kini tak ada kabar beritanya lagi,” ujar ibu paruh baya ini.
Diutarakannya, baru tahun ini bantuan korban banjir tidak tepat waktu pembagiannya. Tahun-tahun sebelumnya kalau ada banjir bantuan langsung dibagikan. “Kami bingung juga hingga saat ini tidak ada kabar beritanya lagi setelah didata,” tegasnya.
Senada, Husni, warga RT 5, mempertanyakan bantuan banjir yang hingga kini belum juga ada kabar beritanya dari Pemkab HSU. “Sudah dua bulan ini kami menunggu, namun tidak ada juga pemberitahuan akan dibagikan bantuan,” ujarnya.
Ditambahkan Ketua RT 5, Rusli, berdasarkan data yang ada, di RT 5 ada 45 KK yang menjadi korban banjir. Data tersebut  sudah diserahkan ke Kepala Desa Tambarangan, namun sayangnya hingga kini tidak ada kabar beritanya lagi.
Terpisah Kepala Desa Tambarangan, H Mahmud Riyad, mengakui, kalau selama ini bantuan dari Pemkab HSU terhadap korban banjir belum disalurkan. Padahal data korban banjir sudah disampaikan ke Pemkab HSU.
“Berdasarkan data yang kita sampaikan ke Pemkab HSU, ada 525 KK warga Desa Tambarangan yang terkena korban banjir. Sedangkan untuk korban jiwa tidak ada, namun sayangnya bantuan itu belum ada kabar beritanya,” tegasnya.
Kabar terakhir, lanjut dia, pada tanggal  24 Mei 2010 ia menerima surat dari Kecamatan Amuntai Tengah, meminta data itu diperbaharui. Ini tidak lain untuk memilih mana warga yang mampu dan tidak mampu dari korban banir tersebut.
“Ada surat dari kecamatan agar mendata kembali warga miskin atau tidak mampu saja yang mendapatkan bantuan,” tegasnya.
Belum turunnya bantuan dari Pemkab HSU terhadap korban banjir juga dirasakan Desa Pinang Kara. “ Hingga kini kami juga belum menerima bantuan dari Pemkab HSU. Dan kenyataan yang ada 100 hektar padi milik warga yang mulai berbuah, mati akibat banir,” ujar Sekdes Pinang Kara, Andom.
Sementara, Kepala Bagian Sosial Pemkab HSU, HM Gazali Rahman,  ketika dikonfirmasi, mengaku masalah bantuan banjir, kebakaran dan pemuda bukan kewenangan Bagian Sosial lagi. Namun sudah dilimpahkan ke Bagian Kemasyarakatan.
“Masalah banjir itu adalah biasa, karena masyarakat juga yang salah mau tinggal di daerah tersebut, sedangkan bantuan sendiri merupakan kewenangan Bagian Kemasyarakatan,” tegasnya.

(ari)

Banjarmasinpost.co.id - Selasa, 1 Juni 2010

Thursday, May 20, 2010

Ruas Jalan Trans Rusak Parah

BATULICIN, RABU - Kondisi ruas jalan Transmigrasi yang menghubungkan tiga desa yaitu Batulicin Irigasi, Desa Madu Retno, dan Desa Sarimulya di Kecamatan Mantewe Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan, rusak parah akibat curah hujan yang tinggi beberapa minggu terakhir.
Kerusakan badan jalan juga dipicu perbaikan pada tahap pengerasan yang hingga saat ini belum juga selesai.
Pengerasan dan pelebaran hanya berlangsung beberapa ratus meter mulai ujung aspal perbatasan daerah blok A dan C-1 pintu masuk Desa Batulicin Irigasi. Namun, perbaikan itu tidak berlanjut karena tidak lagi terlihat peralatan dan para pekerja.  
Akibatnya pengerasan yang sebelumnya dilakukan menggunakan pasir dan batu (sirtu) mengakibatkan becek dan berlumpur. Sedangkan belasan kilometer ruas jalan yang belum tersentuh upaya perbaikan menimbulkan banyak kubangan karena tergerus air hujan dan juga tekanan beban angkutan.  
Setiap pengendara roda empat dan roda dua terpaksa ekstra hati-hati saat melintas di jalan itu. Kecepatan lalulintas hanya bekisar 30-40 km/jam demi menjaga keselamatan dan kelancaran.
Sekitar dua tahun yang lalu, ruas jalan Transmigrasi dibangun oleh pemerintah hingga tahap pengaspalan yang menggunakan bahan kimia (bukan aspal yang sebenarnya-Red). Namun, kondisinya yang kurang kuat membuat jalan mudah retak dan menimbulkan banyak kubangan.
Jalur ini merupakan salah satu sarana vital transportasi darat yang menghubungkan masyarakat daerah transmigrasi di Kecamatan Mantewe ke daerah Batulicin, pusat pemerintahan Kabupaten Tanbu. Kondisinya yang rusak parah dikhawatirkan bisa menghambat peningkatan pembangunan di daerah tersebut.

Monday, January 11, 2010

Gawat! Banjir Besar Ancam Amuntai

BANJARBARU, SELASA  - Hujan terus mengguyur. Sejumlah daerah sudah mulai banjir. Bencana ini terkait penggundulan hutan Pegunungan Meratus, baik untuk diambil kayunya, untuk pertambangan, maupun untuk perkebunan.

Pembabatan hutan terutama di Kecamatan Halong, Awayan serta Duai di hulu Sungai Balangan makin memperparah keadaan.

Kepala Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Barito (BPDAS) Kalsel, Ris Supratiwi mengatakan Kota Amuntai menerima dampak paling parah. Soalnya ibu kota Hulu Sungai Utara itu berada di daerah pertemuan dua sungai yakni Sungai Tabalong dan Sungai Balangan. Selain itu HSU merupakan daerah berawa.

"Hutan yang merupakan kawasan tangkapan air dikatakan baik bila di atas 30 persen dari luas daratan. Sedang kini luas hutan kurang dari 30 persen," kata Ris yang didamping Kepala Seksi Evaluasi Ramliadi, Senin (23/11).

Daerah rawan banjir besar lainnya berada di selatan Kalsel yakni Pengaron, Kintap, Satui dan Batulicin. Soalnya hutan di sepanjang Sungai Barito dan Suangi Cengal, Batulicin, rusak parah.

Oleh karena itu, Ris memeringatkan semua pihak untuk waspada terhadap banjir dan tanah longsor.

Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Kalsel, Hegar Wahyu Hidayat, mengatakan hutan provinsi ini tinggal 1,6 juta hektare.

Pemerintah daerah, menurutnya, tidak berpihak pada perlindungan hutan. Investasi pertambangan dan perkebunan sawit terus diterima. "Untuk diketahui ada sekitar 400 kuasa pertambangan bupati di Kalsel, khususnya di Tanahbumbu," ungkap Hegar.

Dia khawatir terjadinya banjir besar seperti pada 2007. Apalagi melihat tingginya curah hujan yang menurut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), puncaknya terjadi pada Desember.

Forecaster Stasiun Klimatologi Banjarbaru, Dian Handiana, mengatakan saat ini curah hujan di Kalsel rata-rata mencapai 100 milimeter per hari. "Ini bertahan 3-5 hari ke depan," ujarnya.

Menanggapi tingginya curah hujan dan naiknya debit Sungai Balangan dan Tabalong, Dinas Lingkungan Masyarakat HSU membuat selebaran agar semua pihak waspada.

(bpg)