Wednesday, February 20, 2008

Awas Kalsel Berbahaya!

Kamis, 14-02-2008 | 00:30:30

Oleh: Ahmad Nazif
Mahasiswa Tarbiyah IAIN Antasari Banjarmasin

Bencana banjir sekarang memang lagi ngetren di beberapa daerah di Indonesia. Hal itu tentu tidak kita harapkan terjadi di Kalsel.

Menghebohkan. Ternyata Kalimantan Selatan tidak aman juga dari bahaya gempa bumi. Pada 5 Februari 2008 lalu, tiga kabupaten di Kalsel yakni Kotabaru, Tanah Bumbu dan Hulu Sungai Selatan bergetar keras, akibat diguncang gempa tektonik berkekuatan 5,8 Skala Richter.

Ironisnya, Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi (BMG Staklim) kelas I Banjarbaru, ternyata tidak mampu mendeteksi adanya getaran gempa yang terjadi pada pukul 13.56 Wita itu. BMG Staklim justru memperoleh informasi dari warga Kotabaru sendiri, dan informasi itu juga didukung dan diperkuat penjelasannya dari BMG Jogjakarta.

Tampaknya perlu koreksi dan evaluasi kinerja BMG Staklim Kalsel, demi mempertahankan profesionalitas tim pekerja dari dalam dan pembenahan yang menyeluruh. Pastinya, seluruh lapisan masyarakat Kalsel umumnya menuntut tim yang bergerak dengan kompetensinya masing-masing. Terlebih terhadap penanganan dan pendeteksian potensi gempa di berbagai tempat di Indonesia, khususnya Kalsel. Bagaimana tidak, hal itu menyangkut nyawa hidup manusia.

Barangkali mesin boleh saja error. Namanya juga alat, pastinya tidak semaksimal yang diharapkan. Namun, ketika disinggung perihal apakah pernah atau tidaknya Kalimantan digoyang gempa, tenyata BMG Staklim Kalsel justru tidak memiliki jejak rekam tentang gempa di Kalimantan, khususnya Kalsel. Memprihatinkan sekali memang. Namun setidaknya, itu dapat dijadikan referensi dan acuan yang bisa dijadikan umpan balik ke depannya sehingga dapat dipergunakan untuk pembenahan serta kinerja yang maksimal dari BMG Staklim Kalsel itu sendiri.

Mungkinkah gempa tektonik di Laut sulawesi itu berpotensi terjadinya tsunami? Naudzubillahi min dzalik. Tentunya kita semua tidak berharap bencana alam itu menimpa daerah kita.

Jakarta terapung, Banjarmasin ...?

Selain itu, Kalsel harus waspada terhadap bahaya banjir dan angin kencang seperti puting beliung misalnya. Setelah, melihat gejala alam akhir-akhir ini yang menimpa beberapa daerah di Indonesia.

Bencana banjir sekarang memang lagi ngetren di beberapa daerah di Indonesia. Hal itu tentu tidak kita harapkan terjadi di Kalsel. Namun potensi untuk banjir itu memang ada, apalagi Kalsel termasuk daerah konfergensi awan. Sebagai daerah konfergensi awan, perlu kewaspadaan yang lebih bagi kita semua.

Konfergensi awan merupakan daerah pertumbuhan awan yang memanjang dari Lampung hingga NTB. Untuk kawasan Kalsel, berpeluang hujan lebat disertai angin kencang.

Melihat prakiraan fenomena itu, semua pihak dituntut untuk bertindak lebih waspada terhadap musibah banjir. Berbagai langkah awal telah dilakukan oleh Pemerintah Kalsel. Gubernur Rudy Ariffin, telah melayangkan surat yang ditujukan kepada seluruh bupati dan walikota di Kalsel untuk mewaspadai ancaman bencana alam tersebut.

Peringatan dini yang dikeluarkan Gubernur Kalsel itu, tentunya dapat direspon oleh seluruh lapisan masyarakat dengan baik hingga nantinya mampu meminimalkan risiko bencana alam dan melakukan usaha antisipatif.

Di samping, mempersiapkan usaha penanganan bencana alam serta menyusun perencanaan dan kesiagaan daerah berdasarkan tingkat kerawanan bencana. Tentunya juga perlu dipersiapkan perencanaan pembukaan posko dari tingkat kota/kabupaten hingga provinsi, serta perencanaan persiapan tempat pengungsian dengan selengkapnya.

Masyarakat Kalsel tentunya sudah siap dan siaga kapan pun. Apalagi untuk daerah yang berpotensi terjadinya terhadap banjir dan longsor. Menurut data BMG, daerah di Kalsel yang rawan banjir seperti Aranio, Astambul, Gambut, Karang Intan, Sungai Tabuk, Simpang Empat, Angkinang, Daha Selatan, Daha Utara, Kandangan, Simpur, Barabai, Pandawan, Amuntai dan beberapa daerah lainnya.

Langkah yang mungkin dilakukan untuk meminimalkan terjadinya musibah banjir adalah memperhatikan saluran air, sanitasi dan drainase agar tidak tersumbat atau mengakibatkan air hujan tergenang.

Mengingat, hutan yang sesungguhnya mampu menahan/menyimpan air hujan untuk jangka waktu singkat ini tidak bisa diharapkan secara maksimal karena masih maraknya penebangan liar dan pembukaan lahan menjadi permukiman atau pertambangan sehingga lahan hutan kita menjadi kecil.

Intinya adalah esensinya. Langkah akhir yang dapat kita lakukan hanya berdoa. Sesungguhnya doa itu merupakan senjata bagi kita. Insya Allah kita semua dilindungi Allah SWT dari bala, bencana dan musibah. Amin.

e-mail: Nazif_al_wanya@yahoo.co.id

Tiga Hari Cuaca Memburuk

Senin, 11-02-2008 | 00:50:38

PELAIHARI, BPOST - Cuaca di lautan ternyata belum sepenuhnya membaik. Beberapa hari lalu cuaca memburuk, sebagian nelayan di Tala pun memilih mengandangkan kapalnya.

Hamsani, salah seorang nelayan Desa Takisung, menuturkan selama tiga hari (Jumat, Sabtu, Minggu) pekan lalu cuaca di lautan di kawasan Tabanio kembali memburuk. Angin bertiup kencang dan gulungan ombak lebih dari 2 meter.

“Saat itu ada beberapa nelayan yang coba nekat melaut, tapi akhirnya balik kanan. Ombak terlalu besar, terlalu berisiko jika terus memaksakan diri,” tutur Hamsani kepada BPost, pekan tadi.

Buruknya cuaca di lautan tersebut diperkirakan bias dari memburuknya cuaca di kawasan pulau Jawa sejak tiga pekan terakhir. Seperti diketahui, banjir kembali melanda Jakarta dan beberapa daerah di pulau Jawa lainnya hingga merenggut korban jiwa.

Cuaca di kawasan Kalimantan, termasuk di Tala, lebih dulu memburuk beberapa pekan sebelumnya. Seluruh nelayan tak berani melaut, bahkan 29 rumah nelayan (dua diantaranya hanyut) di Desa Asam-Asam rusak berat dihantam ganasnya ombak. Pepohonan di pesisir Pantai Takisung bertumbangan, sementara belasan tongkang pengangkut batu bara terpaksa sandar sementara di pesisir pantai setempat.

Tahun ini menjadi tahun paling buruk bagi nelayan. Sekira dua bulan mereka libur melaut, harga ikan laut anjlok, sementara harga BBM (solar dan minyak tanah) melambung.

Dalam hitungan nelayan, pengujung akhir Januari lalu masa lepas konda (waktu melaut kurang menguntungkan) telah berakhir. “Saat ini sudah hitungan masuk konda atau hari baik untuk melaut, banyak ikan di laut. Tapi, cuacanya kok sempat memburuk lagi,” ucap Hamsani.

Saat ini, lanjutnya, sebagian besar nelayan di desanya tidak melaut karena tangkapan udang sedang sepi. Jika dipaksakan melaut hanya akan merugi. Sekedar diketahui, nelayan Takisung mayoritas adalah nelayan kapal kecil yang hanya bisa menangkap ikan-ikan kecil termasuk jenis udang.

Ikan laut yang kini cukup banyak populasinya, beber Hamsani, yakni jenis ikan tongkol. Namun ikan ini hanya bisa ditangkap oleh nelayan dengan kapal besar. Nelayan besar di Tala berada di Desa Tabanio dan Pagatan Besar. Hamsani sendiri adalah nelayan kapal besar. (roy)

Banjar Tak Ingin Kecolongan

Senin, 11-02-2008 | 00:50:35

MARTAPURA, BPOST - Peringatan bahaya banjir dan tanah longsor yang mengancam Kalsel seperti disampaikan Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BP DAS) Kalsel, membuat Badan Kesbanglinmas Kabupaten Banjar bersiap-siap.

Apalagi, fakta membuktikan, hutan di Kabupaten Banjar dikabarkan telah kritis. Jumlahnya tidak tanggung-tanggung, mencapai 200 hektare yang terdiri dari 50 hektare di kawasan hutan lindung dan 150 hektare di kawasan luar hutan lindung.

Meski sampai hari ini belum ada tanda-tanda datangnya banjir bandang, namun sejumlah posko penanggulangan bencana di kecamatan, terutama di sepanjang aliran sungai Riam Kiwa dan Riam Kanan sudah disiagakan. Kabupaten Banjar tidak ingin kecolongan terjadi banjir bandang dan longsor tanpa persiapan.

Persiapan yang dilakukan meliputi pengecekan sejumlah alat yang biasa digunakan untuk mengevakuasi masyarakat maupun dapur umum untuk para pengungsi. Dari pantauan Badan Kesbanglinmas, hingga Minggu (10/2) siang, ketinggian air di dua sungai besar yang ada di Kabupaten Banjar itu masih pada batas normal. (sig)

Korban Beliung Tak Mampu Perbaiki Rumah

Minggu, 10-02-2008 | 00:37:42

• Pemkab Siapkan Bantuan

MARTAPURA, BPOST
- Korban puting beliung Desa Melayu Tengah, Martapura Timur, Banjar, Sabtu (9/2) mulai memperbaiki rumah yang mereka yang hancur.

Namun, hanya warga yang rumahnya rusak ringan yang bisa memperbaiki rumah. Sementara rumah yang rusak berat, tak diperbaiki, karena pemilik tak memiliki biaya.

Pantauan, Sabtu (9/2) siang, terdapat tiga unit rumah warga yang rusak yakni milik Syaifullah. Atapnya terbang karena kuatnya tiupan angin.

Kemudian, rumah yaifuddin mengalami rusak berat dan rumah milik Syarwani rusak ringan.

Siang itu, Syarwani dibantu beberapa warga setempat memperbaiki rumahnya. Sementara di rumah Syaifullah yang mengalami rusak berat tidak terlihat aktivitas perbaikan.

Di Desa Teluk Selong Ulu, Martapura Barat, duar rumah warga yang rusak berat juga belum terlihat aktivitas perbaikan. Seperti halnya di rumah milik Anang Aliansyah yang roboh karena ditiup angin kencang itu.

Anang yang sehari-hari bekerja sebagai penjual mainan keliling mengaku belum tahu kapan bisa memperbaiki rumah yang baru dibangunnya dan masih dalam tahap penyelesaian itu. “Belum ada biaya,” katanya singkat.

Sementara, Camat Martapura Timur menyatakan pihaknya telah melaporkan secara tertulis data-data korban ke Pemkab Banjar.

“Rencananya Senin akan diserahkan bantuan keuangan kepada para korban puting beliung melalui Bagian Sosial Setda Banjar. Demikian pula dengan bantuan bahan makanan akan diserahkan melalui Dinkesos Banjar,” jelasnya.

Sedangkan untuk Kantor Pambakal Melayu Tengah yang juga mengalami kerusakan, ia menyatakan bersama pambakal akan menghadap Bupati Banjar melaporkan kerusakan bangunan kantor pambakal itu.

Kabag Sosial Setda Banjar, Yuseran Yacub yang dikonfirmasi mengenai bantuan keuangan itu membenarkan telah menerima data-data dari Kecamatan Martapura Timur dan pihaknya telah menyiapkan bantuan untuk para korban. (MTB/ofy)