Friday, March 30, 2007

12 Jam Terjebak Di Jalan Longsor

Jumat, 23 Februari 2007 02:18

* 7 Km jalan provinsi longsor
* Banjir Tapin dan Banjar meluas

Rantau, BPost Musibah banjir di Kalimantan Selatan kian meluas. Setelah sebagian wilayah Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah dan Banjarbaru terendam, Kamis (22/2) kemarin air juga merendam sebagian wilayah Kabupaten Tapin. Bahkan, banjir di Tapin ini merupakan bencana terparah dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Banjir terjadi akibat sungai meluap menyusul hujan lebat yang mengguyur wilayah itu selama 12 jam sejak Rabu malam. Selain merendam ratusan rumah, sapuan banjir juga merusak dua jembatan yang merupakan akses warga Banua Enam ke Tanah Bumbu. Jalan provinsi sepanjang 7 kilometer pun longsor. Lokasi yang longsor tepatnya di Desa Munggu Ringgit, yang berbatasan dengan Kecamatan Paramasan, Banjar.

Diperoleh informasi, sebelum rumah-rumah mereka terendam, ribuan warga Kota Rantau, sejak Kamis dinihari memang sudah panik dan ketakutan. Pasalnya, hujan deras itu telah melongsorkan sebuah bukit yang merobohkan tiga rumah dan melukai tiga warga.

Amat (28), warga setempat menggambarkan, debit air Sungai Tapin meningkat drastis mulai pukul 02.00 dinihari. Air pun dengan cepat menerjang wilayah Kecamatan Bungur dan Tapin Utara. Ratusan rumah terendam air setinggi 1-2 meter. Para warga terpaksa mengungsi ke tempat keluarga dan tetangganya yang tidak tergenang.

Dari pantauan BPost, selain mengganggu aktivitas warga, aktivitas sosial juga tersendat. Satu sekolah, yakni SDN Kupang, terpaksa diliburkan karena seluruh ruang kelas terendam.

Informasi dari Satlak PB dan Polres Tapin menyebutkan, banjir di Tapin melanda sejumlah kecamatan, tapi yang terparah di Kecamatan Piani. Di desa Batu Ampar dan Miawa saja, sebanyak 48 rumah terendam.

Bupati Tapin Idis Nurdin Halidi dan Kadinkessos Fahmi Saberi, mengatakan pihaknya telah memberikan bantuan tanggap darurat berupa sembako, pakaian dan alat masak-memasak untuk korban. Diharapkan itu bisa membantu meringankan penderitaan warganya.

Terputus

Tentang hanyutnya jembatan penghubung Harakit-Batung Palus Garing serta jembatan penghubung Miawa-Gunung Barong, warga menyatakan sangat terpukul.

Pasalnya, akibat rusaknya dua jembatan yang merupakan akses warga se-Banua Enam ke Tanah Bumbu, itu jalur transportasi darat lumpuh. Padahal jalur tersebut merupakan alternatif bagi angkutan umum maupun pengangkutan hasil-hasil pertanian, karena jaraknya lebih dekat dibanding jika melewati Banjarbaru- Pelaihari.

Cerita sedih juga dialami sejumlah warga yang terjebak dalam longsornya jalan sepanjang 7 kilometer di wilayah Munggu Ringgit, perbatasan Tapin-Kecamatan Paramasan (Kabupaten Banjar).

Andri, misalnya,-- seorang sopir angkutan dari Batulicin, menceritakan, saat dirinya melewati daerah Munggu Ringgit yang rawan dan sepi pemukiman penduduk, tiba-tiba dikejutkan dengan aspal jalan di depannya yang ambrol.

Mobil yang membawa 8 penumpang itu pun ia hentikan. Ia panik dan akhirnya melaporkan kejadian itu ke Polsek Piani via handphone.

Mereka mengaku terjebak di tengah kegelapan dan guyuran hujan selama hampir 12 jam. Baru Kamis pagi, para penumpang bisa melewati lokasi longsor dengan berjalan kaki. Sedangkan mobil terpaksa ditinggalkan di jalan.

Selain dua buah mobil, di tempat itu juga terdapat puluhan sepeda motor yang tertahan karena takut melewati jalan longsor yang labil. Siang kemarin, satu per satu sepeda motor berhasil meninggalkan daerah ini dengan menyisir bagian pinggir secara perlahan.

Tak hanya Tapin, banjir juga meluas di Kabupaten Banjar hingga melanda kecamatan Pengaron dan Simpang Empat.

Akibatnya, ratusan rumah warga, gedung sekolah serta tempat ibadah terendam hingga sepinggang orang dewasa.

Camat Simpang Empat M Taufiq mengatakan, belum ada pengungsian besar-besaran sebagaimana banjir besar Juni 2006. "Baru belasan KK yang mengungsi. Kita telah siapkan lokasi pengungsian di PDAM Simpang Empat Pengaron, 70 km dari Martapura," jelasnya.ary/adi

Copyright © 2003 Banjarmasin Post

12 Jam Terjebak Di Jalan Longsor

Jumat, 23 Februari 2007 02:18

* 7 Km jalan provinsi longsor
* Banjir Tapin dan Banjar meluas

Rantau, BPost Musibah banjir di Kalimantan Selatan kian meluas. Setelah sebagian wilayah Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah dan Banjarbaru terendam, Kamis (22/2) kemarin air juga merendam sebagian wilayah Kabupaten Tapin. Bahkan, banjir di Tapin ini merupakan bencana terparah dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Banjir terjadi akibat sungai meluap menyusul hujan lebat yang mengguyur wilayah itu selama 12 jam sejak Rabu malam. Selain merendam ratusan rumah, sapuan banjir juga merusak dua jembatan yang merupakan akses warga Banua Enam ke Tanah Bumbu. Jalan provinsi sepanjang 7 kilometer pun longsor. Lokasi yang longsor tepatnya di Desa Munggu Ringgit, yang berbatasan dengan Kecamatan Paramasan, Banjar.

Diperoleh informasi, sebelum rumah-rumah mereka terendam, ribuan warga Kota Rantau, sejak Kamis dinihari memang sudah panik dan ketakutan. Pasalnya, hujan deras itu telah melongsorkan sebuah bukit yang merobohkan tiga rumah dan melukai tiga warga.

Amat (28), warga setempat menggambarkan, debit air Sungai Tapin meningkat drastis mulai pukul 02.00 dinihari. Air pun dengan cepat menerjang wilayah Kecamatan Bungur dan Tapin Utara. Ratusan rumah terendam air setinggi 1-2 meter. Para warga terpaksa mengungsi ke tempat keluarga dan tetangganya yang tidak tergenang.

Dari pantauan BPost, selain mengganggu aktivitas warga, aktivitas sosial juga tersendat. Satu sekolah, yakni SDN Kupang, terpaksa diliburkan karena seluruh ruang kelas terendam.

Informasi dari Satlak PB dan Polres Tapin menyebutkan, banjir di Tapin melanda sejumlah kecamatan, tapi yang terparah di Kecamatan Piani. Di desa Batu Ampar dan Miawa saja, sebanyak 48 rumah terendam.

Bupati Tapin Idis Nurdin Halidi dan Kadinkessos Fahmi Saberi, mengatakan pihaknya telah memberikan bantuan tanggap darurat berupa sembako, pakaian dan alat masak-memasak untuk korban. Diharapkan itu bisa membantu meringankan penderitaan warganya.

Terputus

Tentang hanyutnya jembatan penghubung Harakit-Batung Palus Garing serta jembatan penghubung Miawa-Gunung Barong, warga menyatakan sangat terpukul.

Pasalnya, akibat rusaknya dua jembatan yang merupakan akses warga se-Banua Enam ke Tanah Bumbu, itu jalur transportasi darat lumpuh. Padahal jalur tersebut merupakan alternatif bagi angkutan umum maupun pengangkutan hasil-hasil pertanian, karena jaraknya lebih dekat dibanding jika melewati Banjarbaru- Pelaihari.

Cerita sedih juga dialami sejumlah warga yang terjebak dalam longsornya jalan sepanjang 7 kilometer di wilayah Munggu Ringgit, perbatasan Tapin-Kecamatan Paramasan (Kabupaten Banjar).

Andri, misalnya,-- seorang sopir angkutan dari Batulicin, menceritakan, saat dirinya melewati daerah Munggu Ringgit yang rawan dan sepi pemukiman penduduk, tiba-tiba dikejutkan dengan aspal jalan di depannya yang ambrol.

Mobil yang membawa 8 penumpang itu pun ia hentikan. Ia panik dan akhirnya melaporkan kejadian itu ke Polsek Piani via handphone.

Mereka mengaku terjebak di tengah kegelapan dan guyuran hujan selama hampir 12 jam. Baru Kamis pagi, para penumpang bisa melewati lokasi longsor dengan berjalan kaki. Sedangkan mobil terpaksa ditinggalkan di jalan.

Selain dua buah mobil, di tempat itu juga terdapat puluhan sepeda motor yang tertahan karena takut melewati jalan longsor yang labil. Siang kemarin, satu per satu sepeda motor berhasil meninggalkan daerah ini dengan menyisir bagian pinggir secara perlahan.

Tak hanya Tapin, banjir juga meluas di Kabupaten Banjar hingga melanda kecamatan Pengaron dan Simpang Empat.

Akibatnya, ratusan rumah warga, gedung sekolah serta tempat ibadah terendam hingga sepinggang orang dewasa.

Camat Simpang Empat M Taufiq mengatakan, belum ada pengungsian besar-besaran sebagaimana banjir besar Juni 2006. "Baru belasan KK yang mengungsi. Kita telah siapkan lokasi pengungsian di PDAM Simpang Empat Pengaron, 70 km dari Martapura," jelasnya.ary/adi

Copyright © 2003 Banjarmasin Post

Monday, March 26, 2007

Puting Beliung Masih Ancam Kalsel

Kamis, 22 Februari 2007 01:38

Banjarbaru, BPost
Cuaca buruk masih mengancam Kalsel beberapa hari kedepan. Hujan,angin, petir disertai angin puting beliung dan angin puyuh diperkirakan masih rawan terjadi.

Stasiun Klimatologi (Staklim) Kelas I Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Kalsel di Banjarbaru memprediksi, pergerakan alam mengarah terjadinya angin dengan kekuatan besar masih akan terjadi seiring cuaca ekstrim saat ini.

Cuaca ekstrim dimaksud, antara hujan dan teriknya matahari berganti secara tiba-tiba. Jika siang sinar matahari cerah, langit berubah hitam dan hujan deras mendera, maka angin berkekuatan di atas 30 knot masih sangat berpotensi di Kalsel.

"Ancaman angin ribut atau angin puyuh biasanya sepaket dengan hujan dan petir," ujar Forecaster Satklim Kelas I BMG, Irman Sonjaya.

Hampir semua wilayah di Kalsel berpotensi serangan tersebut. Disebutkan, gejala alam ini memungkinkan mampu merobohkan bangunan dari kayu bahkan tembok sekalipun. Kekuatan angin lebih dahsyat lagi ketika melalui kawasan bebas hambatan.

Tanah lapang atau daerah persawahan yang jauh dari bangunan lebih berpotensi mengalami putaran angin kencang ketimbang di kawasan perkotaan.

Kendati demikian, kawasan perkotaan bukan berarti lepas ancaman ini. "Rapatnya bangunan di perkotaan, bukan tidak mungkin akan tersapu angin puting beliung," jelas Irman. Catatan BPost, tiga bulan terakhir puting beliung telah menyerang empat Kabupaten di Kalsel.

Terakhir, angin ini menyapu rumah warga di Jalan Sulawesi Pasar Lama Banjarmasin. Potensi ini terjadi karena pola angin di Kalsel masih didominasi pola Utara Selatan, yang masih memiliki kontribusi memunculkan serangan angin besar dengan gerak cepat.

Angin swadaya hingga musim hujan ini mencapai puncaknya. Jika datang dalam kondisi awan Columunimbus (CB) sedang aktif, kemungkinan angin semakin kuat di daerah yang merupakan kawasan pertemuan.

Angin bisa saja langsung merobohkan bangunan dengan kekuatan antara 25 sampai 30 knot. "Bahkan, mungkin juga 40 knot seperti yang terjadi di Jogjakarta itu," imbuhnya. Mengenai potensi hujan di Kalsel jelas Irman sedang mengalami penambahan intensitas. Kalau biasanya takaran normal, yang terekam dalam data BMG sekitar 20 mili meter/hari. "Kemarin mencapai 30 mili meter,"katanya.

Peluang hujan tinggi akan terus terjadi sampai menjelang pancaroba, Maret nanti. niz

Empat Daerah Dikepung Banjir

Kamis, 22 Februari 2007 03:32

Kandangan, BPost
Hujan lebat yang turun merata di Kalsel membuat sejumlah kawasan di Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS), Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), Kabupaten Banjar dan Kota Banjarbaru kembali terendam.

Pantauan BPost di HSS, Rabu (21/2), meluapnya air Sungai Amandit telah menggenangi jalan dan halaman rumah setinggi 5-10 cm, seperti di Pulau Nagara, Pulau Ringgit, Pulau Sepakat sampai Kandangan Hulu kawasan Palantingan, dan Langgar I sampai Langgar III.

Beberapa warga di sana sudah ada yang mengamankan harta bendanya. Bahkan ada yang mengungsi. "Di daerah kami, Langgar III, beberapa rumah sudah terendam hingga mereka mengungsi ke rumah tetangga yang tanahnya lebih tinggi," kata Nadi (34), warga Kandangan Hulu.

Kadinkessos HSS Irianto menyatakan belum mendapatkan data pasti jumlah rumah terendam. "Bila ditotal mungkin ratusan," ujarnya.

Dinkessos sudah memberikan bantuan tanggap darurat kepada korban banjir. "Untuk sementara bantuan darurat berupa mi instan," ujarnya.

Di HST, luapan Sungai Haruyan di Kecamatan Haruyan membuat kawasan di bantaran sungai ini terendam hingga mencapai satu meter.

Plt Camat Haruyan Ahmad Fathoni mengungkapkan, beberapa desa seperti Haruyan, Haruyan Seberang, Lok Buntar, dan Teluk Masjid terendam air mencapai pinggang orang dewasa, namun belum mengakibatkan warga mengungsi.

"Banjir ini rutin setiap tahun. Warga masih bertahan kendati lantai rumahnya sudah mulai terendam air setinggi mata kaki," ujarnya.

Meluapnya air sungai ini juga menggenangi jalan desa. Akses transportasi ke desa-desa di bagian hulu Sungai Haruyan terputus, seperti Desa Pengambau Hulu, Batu Panggung, Sungai Harang dan Lok Buntar.

"Kalau ke ibukota kecamatan, warga terpaksa memutar menggunakan jalur alternatif lewat Desa Pengambau dengan selisih jarak sekitar delapan kilometer dari jalur biasa," jelas Fathoni.

Pihak kecamatan masih terus melakukan komunikasi dengan kepala desa.

"Laporan dari Kepala Desa Haruyan, Rusdian, hingga pukul 12.48 Wita ketinggian air sekitar 30 cm," ujarnya.

Di Kabupaten Banjar, tepatnya di Km 16-17, air menggenangi kantor camat, beberapa rumah penduduk dan sekolah di Kecamatan Gambut.

Sementara di Kota Banjarbaru, ratusan rumah di Basung dan Sungai Tiung terendam setinggi lutut orang dewasa. "Banjir ini akibat drainase tertutup sampah," ujar Camat Cempaka, Subeli.

Selain di Cempaka, sejumlah titik luapan air terlihat menggenangi badan jalan propinsi, seperti di depan Hotel Rahayu, depan Polresta dan simpang empat Km 33.

Dinas Tata Kota (Distako) Banjarbaru mengakui drainase yang ada memang tak mampu lagi menampung genangan air. "Tapi masih dievaluasi saja dulu," ucap Kadistako Hery Prasetyo. ary/yud/niz

Puting Beliung Rusak 1.066 Rumah

Selasa, 20 Februari 2007 01:37

* 1.200 Warga mengungsi

Jogjakarta, BPost
Angin puting beliung yang terjadi di Jogjakarta, Minggu sore, mengakibatkan kerugian material yang cukup besar. Tercatat 1.066 rumah rusak di empat kecamatan, yakni Kecamatan Gondokesuman, Kecamatan Umbulharjo, Kecamatan Danurejan, dan Kecamatan Pakualaman.

Kecamatan yang paling parah adalah Kecamatan Gondokesuman. Di wilayah ini rumah warga yang rusak sebanyak 742 unit. Sedangkan di Kecamatan Umbulharjo 165 unit, Kecamatan Danurejan 139 unit, dan Kecamatan Pakualaman 20 unit.

Seperti yang tertuang dalam siaran pers yang ditandatangani Wakil Walikota Jogjakarta, Haryati Suyuti, Senin (19/2) dinyatakan, bencana angin puting beliung ini juga menyebabkan 49 orang luka-luka.

Namun setelah mendapatkan perawatan secukupnya, 45 orang di antaranya diizinkan pulang. Sementara, empat korban luka masih dirawat di RS Bethesda, Jl Jenderal Sudirman dan RS PKU Muhammadiyah, Jl Ahmad Dahlan, Yogyakarta.

Sejumlah jalan di Kota Gudeg ini, kemarin pagi, masih ditutup karena masih terganjal pohon tumbang. Sementara sejumlah jalan lainnya mengalami kemacetan luar biasa, seperti di Jalan Dokter Soetomo, Bausastra, Hayam Wuruk dan Lempuyangan.

Sementara Jalan Gayam di wilayah Baciro masih ditutup karena banyak pohoh tumbang yang menutup badan jalan. Listrik di kawasan ini juga masih mati karena jaringan listrik rusak parah, termasuk memutuskan 400 saluran telepon.

Masih Mengungsi
Sekitar 1.200 warga dari empat kecamatan di Kota Jogjakarta yang menjadi korban angin puting beliung, hingga Senin siang kemarin, masih berada di tempat pengungsian, karena rumah mereka rusak akibat bencana itu.

Kantor Linmas dan PK Kota Jogjakarta telah mendistribusikan 560 tenda di empat wilayah kecamatan tersebut untuk keperluan mendirikan tempat pengungsian.

Kepala Seksi Data dan Informasi pada Kantor Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Yogyakarta Tyar Prasetyo memperkirakan, potensi munculnya puting beliung hingga Maret nanti.

Menurutnya, angin puting beliung selama kurang lebih 15 menit yang melanda Yogyakarta kemarin sore, merupakan efek dari perbedaan cuaca ekstrim. Sebelumnya, sebagian wilayah Yogyakarta dilanda panas terik kemudian mendadak hujan.

Perbedaan ekstrim itu, Tyar menjelaskan, memicu terjadinya awan CB atau Comolousnimbus yang bisa memunculkan angin puting beliung.dtc/ant/kcm/tic/mio

Jogja Disapu Puting Beliung

Senin, 19 Februari 2007 02:18

* Magelang longsor, delapan tewas
* Kalsel tetap rawan bencana

Magelang, BPost
Keceriaan warga dua desa di Kecamatan Windusari, Magelang, Jawa Tengah, Minggu (18/2) pagi, seketika berubah menjadi kesedihan. Ratusan warga yang tengah bekerja bakti tertimbun tanah longsor. Delapan orang di antaranya tewas. Dua lainnya belum ditemukan.

Tak hanya di Magelang, Jogjakarta yang mulai sembuh dari bencana gempa bumi, juga kembali ditimpa musibah. Amukan angin puting beliung, Minggu sore, memorak-porandakan ratusan rumah di beberapa wilayah kota tersebut. Amuk puting beliung juga memutus jaringan telepon dan mematikan aliran listrik.

Bencana tanah longsor menimpa warga Desa Tanjungsari dan Desa Pasungsari, Magelang terjadi pukul 09.45 WIB. Musibah terjadi ketika warga tengah bekerja bakti memperbaiki saluran irigasi dan talud untuk pertanian yang berada tepat di bawah bukit Ngabean.

Kondisi tanah yang gembur akibat hujan yang turun terus-menerus di atas tebing setinggi 150 meter dengan lebar 90 meter menjadi penyebab longsor. Sekitar 120 warga yang berada di bawah tebing langsung tertimbun tanah setebal 20 meter

Sebagian besar berhasil menyelamatkan diri, namun beberapa warga di antaranya bernasib malang. "Banyak warga terjebak runtuhan tanah," tutur Widodo, warga setempat.

Menurut Camat Windusari, Fahrozi, enam dari delapan orang tewas adalah warga Desa Tanjungsari, dua orang lagi warga Desa Pasungsari. Dua orang yang belum ditemukan semuanya warga Desa Pasungsari.

Korban meninggal antara lain Lukman (36), Taufik (29), Wahid (32), Mamik (15), Junus (40), Mattahrim (40) dan Adib (30).

Korban yang mengalami luka-luka adalah Muhanan (55), Sukamno (40), Mui (15), Martojikin (14), Dulrohim (35), Matbaedah (11), Fauzin (45) sedangkan tiga lainnya masih dalam pencarian, Juri (50), Sururi (25) dan Maskur (50).

Pencarian terhadap para korban terpaksa dihentikan, menyusul turunnya hujan lebat di sekitar lokasi bencana.

"Kami tak ingin mengambil risiko. Pencarian dilanjutkan Senin pagi," imbuh Fahrozi.

Sebelumnya pada 8 Januari lalu bukit Ngabean juga longsor dan menutup saluran irigasi. Akibat tertutupnya saluran irigasi oleh timbunan tanah, warga di dua desa (Tanjungsari dan Payungsari) melakukan kerja bakti membuat saluran air untuk pertanian.

Gelap Gulita

Sapuan puting beliung di Jogja hanya terjadi dalam hitungan menit. Toh demikian, angin ribut itu mampu memporak-porandakan kota. Sebagian wilayah gelap gulita dan jaringan telepon pun putus.

Kondisi parah terlihat di Kecamatan Gondomanan. Ratusan rumah di kawasan itu rusak berat. Ratusan pohon bertumbangan dan menyebabkan akses jalan terputus. Sebuah pohon beringin raksasa berusia puluhan tahun roboh.

"Suasana di kawasan itu sungguh mengenaskan, kacau dan gelap gulita karena listrik mati," tutur seorang warga.

Ratusan kendaraan yang melintas di jalan Baciro terpaksa menghentikan laju kendaraannya untuk menyaksikan fenomena alam itu. Mulut mereka komat-kamit melafalkan dzikir.

Warga setempat juga beramai-ramai keluar rumah meski hujan turun dengan deras. Mereka takut jika puting beliung kembali muncul. Jalan-jalan penuh dengan pecahan genteng maupun seng atap rumah yang terbawa angin.

Untuk menangani situasi, polisi memblokir jalan Dr Wahidin sampai Dr Sutomo mulai dari perempatan Jl Gayam. Ketika hujan mulai reda, warga bergotong royong membersihkan puing-puing yang berserakan di jalan.

Hingga tengah malam tadi tidak ada korban jiwa dalam musibah tersebut. Namun lima orang terpaksa dilarikan ke rumah sakit setelah tertimpa billboard Bioskop Mataram yang roboh.

Selain Jogja, puting beliung juga mengamuk di Kota Depok, Jawa Barat. Sedikitnya tujuh rumah di Kelurahan Tanah Baru, Kecamatan Beji, rumah rusak dan satu korban patah tulang.

Angin kencang disertai hujan deras yang turun ssejak Sabtu itu menyebabkan warga panik. Banyak rumah warga roboh dan tertindih pohon-pohon besar.

Kalsel Rawan

Bencana alam juga mengancam Banua. Irman Sonjaya, forecaster Stasiun Klimatologi Badan Meteorologi dan Geofisika (Staklim BMG) Kelas I Banjarbaru, mengatakan Kalsel juga masih akan diguyur hujan disertai angin kencang dan petir.

Karena itu dia meminta warga mewaspadai ancaman angin puting beliung. Pasalnya, pola angin yang melewati Kalsel memiliki kontribusi memunculkan serangan angin besar dengan gerak cepat.

Kepala Bapedalda Kalsel, Rachmadi Kurdi menambahkan, semakin kecilnya hutan resapan air, juga lima dari 13 daerah aliran sungai (DAS) dalam kondisi kritis.

Parahnya DAS itu membuat beberapa daerah rentan mengalami banjir besar selama musim penghujan.

Data di Bapedalda Kalsel, puncak curah hujan terjadi Maret-April 2007. Tingginya curah hujan pada bulan-bulan itu mengancam banjir di Kabupaten Barito Kuala, HSU, Tanah Bumbu, Kotabaru, Tapin dan HSS. ant/dtc/tnr

Korban Banjir Tunggu Bantuan

Minggu, 18 Februari 2007 01:40

Amuntai, BPost
Korban banjir di Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) masih menunggu pencairan dana bantuan dari Gubernur Kalimantan Selatan (Kalsel) yang dijanjikan sebesar Rp100 juta.

Hingga kini sekitar 1.500 rumah dari 2.293 unit yang terendam belum mendapatkan bantuan sembilan bahan pokok. Kepala Dinas Kesbanglinmas, Rahmadi ketika dihubungi mengungkapkan, banyak masyarakat yang mengajukan permohonan bantuan sembako.

Sejak banjir yang merendam rumah mereka hingga sepekan lebih, pemerintah belum menyalurkan bantuan sembako kepada masyarakat. "Dana pemerintah kabupaten belum bisa dicairkan, karena menunggu APBD diketok, sehingga baru sebagian kecil warga korban banjir yang mendapatkan bantuan," katanya.

Sementara bantuan Pemprov Kalsel sebesar Rp100 juta yang dijanjikan, belum juga dicairkan, kecuali beras sebanyak 35 ton, yang baru saja datang di posko. Paska banjir Januari lalu, membuat masyarkat sampai kini belum bisa bekerja secara maksimal, akibat rusaknya beberapa fasilitas umum seperti jalan dan jembatan.

Akibatnya, penghasilan merekapun berkurang dibanding sebelum terjadinya banjir dan tidak mencukupi untuk keperluan sehari-hari. "Makanya banyak warga meminta bantuan sembako segera diberikan karena persediaan mereka sudah menipis," katanya.

Sementara itu, banjir susulan sejak Rabu (14/2) kembali menggenangi dua kecamatan yaitu Kecamatan Banjang dan Amuntai Utara, kini mulai surut, tidak sempat meluap seperti beberapa pekan sebelumnya.

Pemkab HSU tetap waspada, mengingat curah hujan di beberapa daerah atas, seperti Tabalong dan Balangan masih cukup tinggi, sehingga kemungkinan Sungai Tabalong meluap kembali. ant

Banjir Landa Batulicin

Minggu, 18 Februari 2007 02:09

* Ratusan KK mengungsi
* Puluhan kilometer jalan terputus

Tanah Bumbu, BPost
Banjir kembali melanda Batulicin, Kabupaten Tanah Bumbu. Lima desa di beberapa kecamatan sudah terendam air setinggi 50-75 cm. Ratusan kepala keluarga (KK) pun berbondong-bondong mengungsi ke tempat yang lebih tinggi.
BANJIR KUSAN HULU- Rumah warga di Kecamatan Kusan Hulu, Kabupaten Tanah Bumbu terendam akibat hujan satu pekan terakhir, Sabtu (17/2). Foto: Istimewa

Hujan yang turun dalam satu pekan terakhir ini telah menggenangi ratusan rumah di Desa Tibarau Panjang, Desa Selaselilau, Desa Manuntung Kecamatan Kusan Hulu, Desa Karang Bintang Kecamatan Karang Bintang dan Desa Kusambi Kecamatan Kuranji.

Informasi yang dihimpun BPost, Sabtu (17/2), ketinggian air terus naik. Di Desa Selaselilau dan Desa Manuntung, ketinggian air sudah mencapai 50 cm. Akibatnya, 15 KK warga Desa Selaselilau mengungsi ke Desa Batu Kemudi Kecamatan Kusan Hulu. Sedangkan Desa Manuntung, sebanyak 17 KK mengungsi ke MTs Manuntung dan ke Desa Tibarau Panjang.

Di Kecamatan Kusan Hulu, air juga terus menaik. Sedikitnya tujuh desa di kecamatan tersebut, yakni Desa Mangkalapi, Guntung, Anjir Baru, Sungai Rukam, Lasung dan Bakarangan digenangi air hingga 50-75 cm. Namun, belum diperoleh informasi jumlah KK yang mengungsi.

Di Desa Kusambi, Kecamatan Kuranji yang berdekatan dengan Pusat Ibukota Kabupaten, juga terendam air. Namun, 350 KK belum mengungsi.

Menurut Yuliartono (35), petugas Tagana Kabupaten Tanbu, jalan yang menghubungkan Desa Tujuh Wonorejo, Kecamatan Karang Bintang dengan Desa Teluk Kepayang Kecamatan Kusan Hulu tidak bisa dilewati kendaraan umum.

Warga yang ingin menuju Desa Teluk Kepayang terpaksa harus melalui jalan alternatif lewat Kecamatan Mantewe dengan jarak ratusan kilometer.

Demikian juga jalan yang menghubungkan Desa Bakarangan dengan Desa Lasung. Sejauh 1,5 kilometer terputus. Akibatnya kendaraan bermotor tidak dapat lewat.

Warga harus melintasi jalur tersebut terpaksa memanfaatkan jasa penyeberangan perahu kelotok atau ketinting, dengan tarif bervariasi.

"Untuk sepeda motor, tarifnya sebesar Rp20 ribu dan penumpang kita kenai Rp 2.000," ujar Yuliartomo, yang baru mengantarkan bantuan bahan makanan kepada korban banjir di Desa Karang Bintang.

Ketua Satuan Koordinasi Pelaksana (Satkorlak) Penanganan Bencana dan Pengungsi (PBP) Kalsel, Rosehan NB mengakui telah menerima laporan bencana banjir yang terjadi di Tanah Bumbu (Tanbu).

"Dari informasi Ketua Satlak PBP Tanbu, korban banjir telah ditanggulangi. Namun kita pantau terus perkembangannya, dan Satkorlak sudah siapkan timnya untuk turun tangan jika kondisinya semakin memburuk," ujarnya.

Rosehan yang juga Wakil Gubernur Kalsel ini mengaku baru menyerahkan bantuan Pemprov Kalsel sebesar Rp25 juta ke Desa Panjaratan, Kabupaten Tanah Laut, yang terkena banjir. ais/spirit/mukhtar

Banjir Jateng Renggut 5 Jiwa

Sabtu, 17 Februari 2007 01:40

* Saat Imlek, Hujan Normal Mengguyur

Jakarta, BPost
Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) memperkirakan, hujan terus mengguyur Jakarta dan sekitarnya pada Hari Raya Tahun Baru China atau Imlek, Minggu (18/2).

Kepala Subbidang Informasi Iklim dan Agroklimat BMG Soetamto mengatakan, tekanan udara rendah yang menarik uap air terjadi merata memanjang dari Sumatera Selatan hingga Nusa Tenggara Timur (NTT). Hal itu menyebabkan hujan yang akan turun berintensitas di bawah hujan yang menimbulkan banjir besar di Jakarta, pekan lalu.

Saat itu, katanya, tekanan udara rendah terpusat di atas wilayah Jakarta dan sekitarnya. Kondisi itu menarik uap air dari timur dan barat yang mendatangkan hujan sangat lebat dalam waktu lama. "Hujan lebat beberapa hari mendatang masih dalam gambaran normal. Tapi harus tetap diwaspadai," ujar Soetamto.

Hasil pemantauan cuaca oleh BMG ini menunjukkan, beberapa wilayah hingga Senin pekan depan, diperkirakan akan diguyur hujan berintensitas ringan hingga sedang pada siang hari, seperti di Jakarta Utara, Barat,dan Tangerang. Sementara, hujan ringan-sedang disertai hujan lebat diperkirakan mengguyur kawasan Jakarta Pusat, Timur, Selatan, dan Bekasi pada sore dan malam hari.

Renggut 5 Jiwa
Hujan deras mengguyur Kota Solo dan mengakibatkan banjir sepanjang petang kemarin, hingga menewaskan dua orang dan ratusan rumah tenggelam. Dua korban itu terseret arus dan terjebak dalam gorong-gorong.

Tim Search and Resque baru menemukan satu korban yang diidentifikasikan bernama Triyono (18), warga Sukodono, Sragen. Sedangkan lainnya Dika (15), warga Kedungtungkul, Kecamatan Jebres, Solo masih dalam pencarian.

Dari pantauan petugas Kesbanglinmas, tidak kurang dari 500 rumah terendam air setinggi kurang lebih satu meter. Tiga rumah roboh terseret arus air. Banjir kali ini merupakan yang terbesar sejak 40 tahun terakhir.

Daerah yang tergenang banjir sampai Jumat pagi kemarin meliputi Kelurahan Sumber, Manahan, Gilingan, Kadipiro, Timuran dan Nusukan di Kecamatan Banjarsari.

Sejumlah warga sempat melampiaskan kekesalan dengan melempari bangunan milik PT PAN Brothers Tbk yang bangunannya dituding sebagai penyebab mempetnya saluran air hingga terjadi penyempitan got, di Jl HOS Cokroaminoto.

Sementara itu, hujan deras yang mengguyur kota Purwokerto, Jawa Tengah, sejak siang hingga sore membawa malapetaka bagi keluarga Junaedi (42). Ia beserta istri dan 1 anaknya tewas setelah rumahnya tertimpa runtuhan tembok setinggi 5 meter.

Junaedi (42), Nur Lestari (38), dan anaknya Elsa (2) menjadi korban runtuhnya tembok setinggi 5 meter milik RM Pondok Duyung yang berdiri tepat di belakang rumahnya. Mereka terpendam dan nyawanya tidak tertolong lagi.

Penyebab runtuhnya tembok masih dalam penyelidikan polisi. Tapi diduga, pondasi yang menyangga tembok rumah makan itu tergerus air selokan kecil. Sehingga tidak kuat kuat menahan beban dan akhirnya runtuh.kcm/tic/dtc

Copyright © 2003 Banjarmasi

Pengungsi Pun Diusir

Minggu, 11 Februari 2007 02:52

DERITA yang ditanggung Naseh dan istrinya bertumpuk-tumpuk. Sudah tiga hari terakhir ini Naseh terbaring lemas di sebuah rongsokan mobil di samping rel kereta api yang melintas di kawasan Rawa Buaya, Jakarta. Maklum, tempat tinggal lelaki paruh baya ini hanyut dibawa arus banjir yang melanda kawasan tersebut, Jumat pekan lalu.

Saat banjir meluap, Naseh dan istrinya sempat mengungsi di tenda pengungsian. Namun, karena Naseh mengidap penyakit yang dapat menular, pengungsi lain menolak kehadiran lelaki malang ini.

Dokter yang sempat memeriksanya mendiagnosa Naseh mengidap komplikasi TBC dan liver. Buruknya lokasi pengungsian dan tidak tersedianya layanan medis kian memperparah penyakit yang dideritanya.

Saat ini terdapat sekitar 11 ribu pengungsi yang tersebar di sepanjang jalur rel kereta api di Rawa Buaya. Sebagian besar dari mereka mulai mengeluhkan gejala muntaber, batuk bahkan demam berdarah.

Mereka mengharapkan tersedianya layanan kesehatan 24 jam di lokasi pengungsian, juga adanya ruangan perawatan khusus bagi pengungsi yang sakit.

Lain lagi yang diderita Eko Susanto. Warga Ciledug Indah Blok E Nomor 29, Kota Tangerang, Banten, ini mengalami depresi berat setelah air setinggi 2,5 meter menerjang rumahnya selama sepekan ini. Ia terus mengamuk dan berteriak histeris menghujat pemerintah.

Eko kemudian dibawa ke Rumah Sakit Umum Tangerang. Maklum, ia terus meronta, bahkan mengamuk di Perumahan Ciledug Indah II. Agar tidak merepotkan warga, korban diikat tangan dan kakinya dengan tali saat dibawa ke rumah sakit.

Di kamar, korban terus berteriak histeris sambil mengeluarkan perkataan kasar yang berisi hujatan kepada pemerintah. Ia menilai, pemerintah lamban memberikan bantuan bagi korban banjir.

Dodi, sepupu korban mengatakan, korban mengalami depresi selama tiga hari terakhir ini. Korban mempermasalahkan bantuan banjir yang tidak kunjung datang, sementara rumahnya terus terendam banjir. mtc

Puting Beliung Sapu Banjar

Minggu, 11 Februari 2007 02:52

* 1 Tewas, 4 rumah rusak parah

Banjarbaru, BPost
Angin puting beliung menerjang wilayah Desa Jambu Burung, Kecamatan Beruntung Baru, Kabupaten Banjar, Jumat (9/2) sekitar pukul 22.45 Wita. Akibatnya empat buah rumah rusak dan seorang nenek, Hj Masrah (80) tewas setelah tercebur ke sungai ketika hendak menyelamatkan diri.

Jenazah Ny Masrah baru ditemukan warga sekitar 2 jam setelah kejadian di sebuah sungai depan rumahnya. Kemarin siang, jenazahnya telah dimakamkan oleh pihak keluarga.

Menurut informasi yang dihimpun BPost, tiga buah rumah yang mengalami rusak berat itu milik Ahmad Jarkasi, H Asan dan Hj Masrah. Sedangkan rumah milik Aluh meski mengalami kerusakan, namun tergolong ringan. Secara keseluruhan kerugian diperkirakan mencapai puluhan juta rupiah.

Sejumlah warga menuturkan, sebelum musibah datang, wilayah desa setempat diguyur hujan lebat disertai tiupan angin cukup kencang. Di saat hujan mereda, tiba-tiba angin puting beliung berhembus hingga membuat panik warga.

Warga yang sebagian besar telah terlelap tidur, sontak terbangun dan berhamburan keluar rumah untuk menyelamatkan diri. Sial dialami Ny Masrah. Dalam suasana gelap itu, nenek-nenek yang hanya tinggal bersama seorang cucunya itu justru diduga berlari tanpa arah hingga akhirnya tercebur ke sungai tak jauh dari rumahnya.

Menurut kesaksian warga, suasana malam itu begitu mencekam karena rumah-rumah warga bergoyang dan berderak-derak kencang. Di desa tersebut rumah-rumah warga yang sebagian besar terbuat dari kayu.

Sekitar seperempat jam berlalu, angin pun mulai reda. Seluruh warga keluar rumah untuk memantau akibat terjangan angin itu. Warga pun menemukan empat rumah mengalami kerusakan. Mereka tambah kaget karena rumah Ny Masrah porak-poranda, tapi pemiliknya tidak ditemukan. Setelah dilakukan pencarian, ternyata nenek tersebut ditemukan tertelungkup di sungai.

Saat itu sebagian warga tidak berani langsung menceburkan diri untuk mengangkat jenazah sang nini. Pasalnya, di sungai itu juga ditemukan kabel listrik yang putus menjuntai ke air. Warga segera mengevakuasi Ny Masrah setelah petugas PLN datang.

Camat Beruntung Baru, Drs Muslih Mukeri, yang dihubungi Sabtu (10/2) siang membenarkan terjadinya musibah yang menewaskan seorang warganya itu. "Kita sudah melaporkan kejadian ini ke Bupati Banjar. Pemkab Banjar juga sudah menyerahkan bantuan berupa bahan makanan," ujarnya.

Angin puting beliung juga menyapu Desa Podok, Aluh Aluh Kecil Muara dan Trapu, Kecamatan Aluh Aluh, 12 Desember 2006. Selain kerusakan rumah warga, Ruslan (50) warga Desa Podok juga meninggal dunia karena tertimpa pohon ketapi yang tumbang.

Selain itu, pada awal 2007 lalu puting beliung juga menerjang wilayah RT1 Desa Kiram, Kecamatan Karang Intan, yang mengakibatkan dua rumah rusak, yakni milik Samani (30) dan Anang Fahrul (25).

Sebelumnya, Sekretaris Satkorlak Penanggulangan Bencana, Kalsel Drs Hadi Susilo, menyatakan berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Banjarbaru, hujan deras disertai badai juga mengancam Kalsel, pada pertengahan Januari hingga Februari. Kemungkinan tersebut merupakan imbas dari badai Isobel.

Empat Kabupaten yang harus memiliki kewaspadaan tinggi yaitu, Kabupaten Banjar, Tanah Laut, Tanah Bumbu dan Kotabaru. Pada tahun 2006 kerugian akibat bencana di empat kabupaten tersebut mencapai Rp200 miliar. MTB/ofy

1.200 Personil Siaga Banjir

Jumat, 09 Februari 2007 01:26

Barabai, BPost
Mengantisipasi terjadinya banjir besar di Kabupa ten Hulu Sungai Tengah (HST), sebanyak 1.200 personil gabungan dari Batalyon 621/Manuntung, Kodim 1002 Barabai, Polres, Pemkab dan organisasi kemasyarakatan disiagakan.

Wakil Bupati HST, H Iriansyah, saat rapat Satlak penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi (PBPP), Rabu (7/2) di aula kantor Pemkab, mengatakan, antisipasi diperlukan kendati informasi BMG mengatakan HST termasuk aman banjir.

"Di hulu sungai Meratus disebutkan kalau curah hujan masih batas normal. Kalaupun intensitasnya meningkat diperlukan enam jam agar air sampai ke kota Barabai," ujarnya.

Bulog, menyiapkan 1.700 ton beras tanpa prosedur. Sedangkan PLN dengan armada gensetnya siap diterjunkan di daerah bencana jika sewaktu-waktu aliran listrik dimatikan.

Sementara organisasi pemadam seperti Balakar 654, menyiapkan 300 personilnya yang ditunjang 13 unit mobil operasional.

Disamping itu, tenda pengungsi sembilan buah dengan kapasitas pertendanya antara 30-50 orang, alat masak untuk dapur umum empat set untuk 1.200-1.600 pengungsi, truk 15 buah, perahu karet satu buah dan puluhan alat komunikasi (HT).yud

Korban Banjir HSU Tak Dapat Bantuan

Kamis, 08 Februari 2007 02:10

Amuntai, BPost
Ratusan Kepala Keluarga (KK) di Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) yang rumahnya kebanjiran belum mendapatkan bantuan sembako dari pemerintah. Meski masih mempunyai cadangan bahan makanan, warga tetap mengharapkan bantuan sembako karena beberapa hari tak bisa mencari nafkah.

Ini seperti yang dialami sedikitnya 89 KK di RT 2 dan 4 Desa Lok Suga Kecamatan Amuntai Utara. Desa ini cukup parah terendam banjir. Rahmadi (40), warga Lok Suga, mengatakan mereka melalui kepala desa sudah mengajukan proposal bantuan kepada Pemkab. Namun sampai sekarang bantuan tak juga datang.

"Kami sangat mengharapkan bantuan segera disalurkan," ujar Rahmadi ketika ditemui BPost, Rabu (7/2).

Di kedua RT tersebut hampir semua rumah penduduk terendam. Sampai sekarang ketinggian air masih di atas lutut orang dewasa.

Karena berada di sisi Sungai Tabalong, hampir setiap musim hujan, desa ini dilanda banjir.

Saikanah (35) warga RT 2, terpaksa mengungsi bersama anak semata wayangnya. "Kami mengungsi ke rumah keluarga beberapa hari ini karena khawatir air semakin naik. Ketika bupati meninjau desa kami, kebetulan saya di rumah sanak saudara yang rumahnya tak terendam air," ujarnya.

Jalan maupun titian desa yang terbuat dari kayu ulin seluruhnya terendam air. Kendati demikian, warga tak melakukan pengungsian besar-besaran.

Banjir juga merendam Madrasah Ibtidaiyah Sulamul Ulum hingga siswanya diliburkan.

Ketua Satuan Pelaksana Penanganan Bencana (PB) Kabupaten HSU, HM Welny, mengatakan pihaknya akan kembali menyalurkan bantuan seperti beras, minyak goreng, mi instan dan, ikan sarden kalengan. Stok makanan yang sempat menipis terselamatkan oleh bantuan pemerintah provinsi.

"Bantuan sudah kami terima hari ini (kemarib) dan segera kami salurkan," katanya.

Kadis Pembermas Kessos HSU, Huzairin, menambahkan bantuan kepada 119 KK Desa Danau Terate.

"Bantuan Pemprov, kami salurkan untuk 89 KK Desa Lok Suga, 50 KK Desa Kaludan Kecil dan warga Desa Tebing Liring," ujarnya.

Korban banjir yang belum mendapatkan jatah sembako agar berkoordinasi dengan kepala desa atau camat.

Tapi, warga yang mendapatkan bantuan hanya warga kategori miskin, penerima Bantuan Langsung Tunai . ori

Pandeglang Longsor Enam Orang Tewas

Rabu, 07 Februari 2007 03:13

* Ibu hamil dan anak tertimbun tanah
* Jakarta kembali tergenang
* Ribuan Urang Banua jadi korban

Pandeglang, BPost
Seorang perempuan yang sedang hamil enam bulan dan anak pertamanya yang berusia enam tahun tewas tertimbun tanah longsor di Desa Kadumerak, Pandeglang, Banten. Longsor terjadi akibat derasnya hujan yang mengguyur Banten, Selasa (6/2) dinihari.

Tanah longsor itu menghancurkan lima rumah dan menewaskan enam orang. Salah satunya adalah ibu muda yang hamil bernama Eneng Reni (24).

Selain Eneng, warga yang tewas tertimbun adalah Icum (36), Yulia (19), Hendra (6) - anak pertama Eneng Reni - , Hirlan (9), dan Sufiansuri (11). Sedangkan warga yang mengalami luka sebanyak 14 orang yang empat di antaranya mengalami luka parah, yaitu Uki Sanukri (45), Wawan (27), Ila (19), dan Atinah (38).

Ratusan anggota TNI, polisi, dan warga kampung mengalami kesulitan saat mengevakuasi korban. Sebab, kondisi kemiringan tanah di lokasi longsor sulit didaki. Terlebih hujan juga terus turun sehingga membuat tanah pun kembali longsor.

Sejumlah warga mengungkapkan, peristiwa ini baru kali pertama terjadi. Tidak ada yang menyangka lereng bukit yang dipenuhi pohon pisang itu longsor menimpa rumah dan menewaskan warga kampung.

Uki, seorang korban yang istrinya (Icum), dua anak (Yulia dan Sufiansuri dan satu cucunya (Hendra) tewas, menuturkan saat hujan deras turun, dia beberapa kali melihat keluar, karena ada bagian tanah di halaman rumah, yang bergeser ke arah selokan dekat areal persawahan.

Sekitar pukul 03.00 Wita, laki-laki ini terbangun karena mendengar gelegar petir berulang kali. Uki pun keluar rumah. Ketika berada di halaman, dia mendengar suara gemuruh longsoran tanah dari lereng bukit. Tanah itu dengan cepat menerjang rumahnya dan rumah tetangga, Tajuddin.

Tubuh Uki pun ikut terdorong keras hingga jatuh. Sebagian tubuhnya terkubur tanah. Dalam kondisi ini, dia melihat rumahnya hancur lebur.

Uki pun berteriak keras meminta pertolongan. Untung ada tetangga, Saib (40) yang mendengar dan membantu mengeluarkannya dari timbunan tanah.

"Saya seperti mendengar suara kereta, keras sekali. Tanah bergetar keras. Saya cuma bisa melihat rumah dan keluarga saya terbenam tanah," tuturnya lirih.

Banjir Jakarta

Di Jakarta, banjir yang terjadi hampir satu pekan ini mulai surut. Tetapi hujan deras disertai petir yang terjadi sejak Selasa dini hari, membuat beberapa kawasan kembali tergenang.

Di Jakarta Barat, beberapa ruas jalan tergenang hingga ketinggian satu meter. Di beberapa tempat, genangan air juga diperparah dengan tumpukan sampah dan matinya lampu lalu lintas. Akibatnya, kesemrawutan dan kemacetan terjadi di mana-mana.

Kondisi serupa terjadi di Jakarta Pusat. Sejumlah jalan masih terendam hingga setengah meter sehingga tidak bisa dilalui kendaraan. Kekacauan arus lalu lintas pun tidak terelakkan.

Petugas polisi lalu lintas yang berupaya mengatur tidak sanggup memecah kemacetan. Di sejumlah tempat di Jakarta Selatan, arus lalu lintas juga macet, akibat tidak berfungsinya lampu lalu lintas dan tingginya genangan air hingga 50 sentimeter.

Di Tangerang, Banten, hujan yang kembali mengguyur juga menambah ketinggian genangan air di sejumlah lokasi. Antara lain di Perumahan Pinang Griya, Pinang, Ciledug Indah I dan II, Perumahan Total Persada di Priuk Kota Tangerang. Ketinggian air mencapai satu setengah meter. Warga yang sebelumnya sempat pulang ke rumah karena air surut, kembali lagi ke pengungsian untuk menyelamatkan diri.

Kantor Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pun sempat tergenang air setinggi mata kaki. Air tidak datang dari gorong-gorong, seperti yang terjadi tahun lalu. Namun, berasal dari rembesan air hujan dari balik ruang konferensi pers. Namun, saat aktivitas Presiden dimulai sekitar pukul 10.00 WIB, ruangan sudah tertata rapi seperti biasanya

Ribuan urang Banua yang tersebar di Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi pun ikut menjadi korban. Meski belum ada laporan ada yang meninggal akibat banjir, namun mereka direpotkan dengan musibah banjir yang lebih parah dibanding 2002 ini.

Rumah Ketua Kerukunan Warga Kalimantan Selatan (KWKS) Mochamad Noor di Kompleks TNI AL Kelapa Gading pun ikut terendam air yang mencapai ketinggian hingga dada orang dewasa.

Trauma pun dialami warga Kalsel yang tinggal di Jalan Sartika 12, Medan Satria, Bekasi, Ny Roswangi.

"Banjir tahun ini benar-benar tinggi, biasanya setiap lima tahun banjir cuma sebatas mata kaki. Kami masih trauma jika mendengar hujan turun, Apalagi dalam beberapa hari ini hujan deras selalu turun tengah malam sampai menjelang Subuh," ucapnya.

Kondisi di kawasan ini sangat menyedihkan, karena listrik dipadamkan, sehingga jika malam gelap gulita. Warga pun terpaksa menggunakan lilin sebagai penerang.

Akhir banjir memang belum bisa diprediksi. Menurut prakiraan cuaca Badan Meteorologi dan Geofisika Bandung, Jabar, hujan lebat masih akan mengguyur wilayah Jabar utara, termasuk Bogor, hingga Rabu (7/2) ini.

Potensi kerugian akibat banjir di Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), menurut Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Paskah Suzetta sekitar Rp4,1 triliun.

36 Tewas

Korban tewas pun kian bertambah. Polda Metro Jaya mencatat 36 orang kehilangan jiwanya. Data ini disampaikan Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol I Ketut Untung Yoga Ana.

Para korban tewas itu tersebar di lima wilayah Jakarta, ditambah Tangerang dan Bekasi.

Rinciannya, di Jakarta Utara empat orang meninggal, delapan di Jakarta Barat, dua di Jakarta Selatan, tiga di Jakarta Pusat, dan sembilan di Jakarta Timur.

Sedangkan di Kota Tangerang dua orang dilaporkan meninggal, empat di Kabupaten Tangerang, dan empat di Kota Bekasi.

"Mereka meninggal karena kesetrum listrik, tenggelam, terbawa arus, dan sakit," tutur Yoga. WK/JBP/bec/mur/dtc/mtc

Jabar-Jateng Gempa

Minggu, 04 Februari 2007 02:27

Jakarta, BPost
Di saat banjir melanda sejumlah daerah di Jawa, gempa kembali mengguncang Jawa Tengah dan Jawa Barat, Sabtu (3/2) siang. Gempa yang melanda Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, menurut Pusat Gempa Nasional Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG), berkekuatan 4,4 Skala Richter.

Pusat gempa berada di 7,83 Lintang Selatan dan 107,97 Bujur Timur pada kedalaman 17 kilometer. Berbeda dengan beberapa gempa sebelumnya yang episentrumnya di laut, gempa kali ini episentrumnya berada di daratan sekitar 64 kilometer sebelah baratdaya Kota Tasikmalaya.

Gempa yang terjadi pukul 12.25 WIB tersebut juga dirasakan warga Pangandaran Kabupaten Ciamis.

Adapun wilayah Jawa Tengah yang paling dekat dengan pusat gempa adalah Kabupaten Karanganyar. Pusat gempa terletak sekitar 12 kilometer baratdaya wilayah tersebut.

Jumat dinihari, gempa tektonik kembali melanda Gorontalo dengan kekuatan 5,2 SR. Menurut BMG Gorontalo, gempa berada pada 0,48 derajat LU dan 122,42 derajat BT dengan kedalaman 127 kilometer, yang berlokasi pada sekitar 72 kilometer baratdaya Gorontalo.

"Pusat gempa ini di darat, yakni di sekitar Marisa, Kabupaten Pohuwato, Gorontalo," kata Fatuhri, petugas BMG.tic/dtc

Dua Orang Tertimbun Longsor

Minggu, 04 Februari 2007 02:27

* Jambi terendam

Bogor, BPost
Hujan di kawasan Puncak sepanjang Sabtu (3/2) menyebabkan tebing di Kopo, Kabupaten Bogor, longsor. Sedikitnya enam rumah warga tertimbun material tanah dan batu. Dua penduduk dilaporkan tertimbun.

Hingga Sabtu malam, upaya evakuasi korban oleh warga dan kepolisian berlangsung. Penyebab longsor diduga akibat derasnya hujan dengan berlangsung sejak pukul 04.00 WIB.

Hujan juga meluapkan Sungai Cisadane yang menuju Tangerang. Deburan air Sungai Cisadane-Empang terdengar gemuruh. Begitu pula dengan Sungai Ciliwung yang menuju Jakarta. Ini dipicu ketinggian air Bendung Katulampa yang menyentuh ambang batas normal, yaitu angka 250 sentimeter di atas papan mercu.

Rumpun bambu dan tanah di pinggiran Sungai Ciliwung terkikis dan terbawa arus. Kondisi ini membahayakan. Tanah di bagian bawah jembatan yang terkikis, sehingga berpotensi menggerus pondasi jembatan.

Sementara itu ratusan rumah warga di kawasan Kelurahan Legok, Telanaipura Kota Jambi, hingga Sabtu pagi terendam dengan ketinggian mencapai 2-3 meter. Ini akibat hujan dan meluapnya air Sungai Batanghari.

Luapan sungai terpanjang di Sumatera itu membuat ratusan kepala keluarga sibuk menyelamatkan harta benda dan mengungsi ke daerah lebih tinggi. Namun masih banyak pula warga yang bertahan di rumah-rumah panggung.

Air mulai menggenangi rumah warga sejak Jumat pagi. "Air terus naik akibat hujan deras hingga petang," kata Ropik warga Legok yang tinggal di kawasan anak sungai tersebut.dtc/ant

Rumah Bupati HSS Terendam

Minggu, 04 Februari 2007 02:58

BANJIR pun masih menyerang Kalimantan Selatan. Di saat ketinggian air di Tabalong mulai berkurang, banjir terjadi di Hulu Sungai Selatan (HSS).

Tak hanya permukiman warga, jalan-jalan protokol, perkantoran, sekolah bahkan halaman kediaman Bupati HSS, H Fakhruddin pun ikut terendam. Ketinggian air yang diduga luapan Sungai Balangan dan Negara pada Sabtu (3/2) siang ini mencapai setengah meter.

Dari pantuan BPost, kawasan yang terendam antara lain Jalan Basuki Rahmat, Abdul Azis, Karias, Jermani Husin dan A Yani, depan kantor bupati.

Pasar yang berada di kawasan Jalan Abdul Azis pun tergenang sehingga sebagian pedagang memilih menutup kiosnya. Air pun merambah hingga sejumlah desa di Kecamatan Banjang, Amuntai Utara, Amuntai Selatan dan Amuntai Tengah.

Warga pun disibukkan dengan terjangan air bah ini. Seharian mereka sibuk memindahkan perabot rumah tangga ke tempat lebih tinggi. "Antisipasi saja, kami sudah biasa menghadapi banjir kiriman ini," kata Sorga Wati, warga Desa Tambalangan. Hingga malam tadi, warga belum mengungsi.

Untuk mencegah kian meluasnya luapan air, Dinas PU beserta aparat Kepolisian serta TNI membuat bendungan di sekitar Jalan Basuki Rahmat, Kebun Sari dan bantaran Sungai Malang. Bendungan dibuat dengan cara menumpuk karung pasir.

Surut

Di Tabalong, banjir yang sempat melanda sejumlah permukiman dan lahan pertanian mulai surut. Ketinggian air di kawasan terparah seperti Desa Ujung Murung, Desa Agung dan Desa Hikun di Kecamatan Tanjung tinggal setengah meter. Sebelumnya mencapai 1,5 meter.

Penurunan ini menyusul berkurangnya arus air kiriman air dari daerah hulu seperti Upao melalui Sungai Tabalong.

Imbasnya, aktivitas warga pun berangsur kembali normal. "Mulai Jumat malam air sudah tidak naik lagi," ujar seorang warga Ujung Murung, Arpiah. Meski surut, warga masih menggunakan jukung sebagai alat transportasi. nda/ori

Balita Tewas Kedinginan

Minggu, 04 Februari 2007 02:57

* Jakarta Siaga Satu
* 7 Orang tewas
* Sutiyoso angkat tangan

Jakarta, BPost
Banjir besar yang melanda Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) tidak hanya melumpuhkan aktivitas masyarakat.Tujuh orang tewas dan ratusan ribu orang mengungsi. Status Jakarta pun ditingkatkan menjadi Siaga I.

Informasi yang dimiliki Posko Badan Koordinasi Nasional (Bakornas), korban tewas adalah tiga orang terkena sengatan listrik dan dua orang karena kedinginan di Jakarta serta dua warga Bekasi yang belum diketahui penyebabnya. "Kita belum bisa menyebutkan identitasnya karena masih dalam pendataan," ujar Sunardi, petugas posko, Sabtu (3/2).

Informasi yang diperoleh pers, salah satu korban adalah H Sulaiman (59) warga Jatinegara, Jakarta Timur. Dia meninggal di pos pengungsian. Sebelumnya, Sulaiman bersama sejumlah anak dan cucu bertahan di lantai dua rumahnya. Namun, karena banjir tak kunjung surut, mereka pun mengungsi.

Namun begitu tiba di pos, Sulaiman kejang-kejang. Tak beberapa lama dia pun meninggal. "Dia kedinginan dan sakit jantungnya kambuh setelah berenang ke pengungsian," tutur Nina, salah satu putri Sulaiman.

Nasib tragis juga dialami Romi (4). Bocah warga Petamburan ini juga tewas di pos pengungsian karena kedinginan. "Dia sempat lama kehujanan dan tercebur ke genangan air," ujar Yulia (32), ibu bocah malang itu.

Wilayah yang parah terkena air bah adalah tiga kecamatan di Jakarta Pusat, delapan di Jakarta Timur, tujuh di Jakarta Barat, sembilan di Jakarta Selatan, enam di Jakarta Utara, 16 di Bekasi dan tujuh di Tangerang. Jika dipresentase, sebanyak 60 persen wilayah ibukota tergenang air,

"Jumlah pengungsi yang terdata hingga Sabtu dini hari mencapai 106.095 orang. Banjir juga merendam puluhan ribu rumah penduduk. Ini belum perkantoran, kantor-kantor pemerintah, sekolah dan rumah sakit. Kita masih fokus pada evakuasi warga yang rumahnya digenangi banjir," ujar Sunardi.

Kemarin, meski curahnya tidak setinggi Jumat, hujan terus mengguyur ibukota. Pun dengan Bogor. Di salah satu daerah penyangga Jakarta ini hujan seharian turun dengan deras. Debit air Bendung Katulampa, Bogor, terus meninggi hingga 250 sentimeter dari kondisi normal 80 sentimeter. Keadaan ini sangat membahayakan bagi warga Jakarta, terutama yang bermukim di sekitar bantaran Sungai Ciliwung.

Dari pantauan, air masih menggenangi sejumlah sarana vital masyarakat. Sejumlah jalan tol dalam kota seperti Cawang-Grogol, Sedyatmo (jalur utama menuju Bandara Soekarno Hatta), Jagorawi, Bumi Serpong Damai (BSD) dan Tangerang pun terendam. Akibatnya, arus lalu lintas sangat tersendat. "Pasrah saja deh sampai jam berapa di rumah, yang penting sampai sajalah," keluh seorang pengemudi, Janatin di Tol BSD. Saat ditemui dia sudah terjebak kemacetan sekitar tiga jam.

Sebagian besar alat transportasi seperti bus, mikrolet, taksi, bajaj dan busway juga belum beroperasi karena masih banyak jalan-jalan yang tidak bisa dilewati karena genangan air masih sekitar satu meter. Jadwal kedatangan dan keberangkatan kereta api mengalami keterlambatan hingga belasan jam hingga ribuan calon penumpang telantar di Stasiun Gambir dan Pasar Senen.

Uniknya, Sejumlah halte busway di Jalan Daan Mogot, Jakarta Barat, jadi penyelamat warga. Halte-halte itu berubah menjadi tempat pengungsian. Warga tidak punya pilihan lain mengingat tidak ada lagi tempat istirahat yang memadai. Sebagian rumah mereka terendam air hingga mencapai atap. "Rumah sudah tidak bisa ditempati," kata Indra, seorang warga setempat.

Aktivitas perekonomian pun masih lumpuh. Pasar-pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan grosir banyak yang tutup. Kerugian ditaksir miliaran rupiah. "Hari ini (kemarin, Red) kita tidak bisa mengirim kain ke daerah-daerah. Bisa dibilang satu pedagang di sini rugi puluhan hingga ratusan juta," keluh Atang, pedagang grosir kain di Pusat Grosir Cipulir.

Bantuan untuk para pengungsi pun berdatangan dari berbagai pihak. Termasuk 3.000 paket sembako dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk pengungsi di Kantor Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat.

Paket itu berisi lima kilogram beras, 10 bungkus mi instan, dua botol air mineral ukuran 1,5 liter, minyak goreng, dan satu kaleng sarden. "Wilayah Cengkareng saat ini merupakan daerah yang paling banyak pengungsi korban banjir," kata Kepala Biro Pers dan Media Massa Rumah Tangga Kepresidenan, DJ Nachrowi.

Angkat Tangan

Lalu bagaimana sikap Pemprov DKI Jakarta? Gubernur Sutiyoso menyatakan tidak bisa berbuat apa pun. "Selama Banjir Kanal Timur, belum selesai dibangun, kami tidak bisa berbuat banyak selain menangani para korban banjir. Ya, menunggu surut saja," tegasnya.

Selain itu, Sutiyoso juga menyatakan untuk mengatasi banjir lima tahunan yang melanda provinsinya itu perlu direalisasikan konsep pembangunan Megapolitan. "Kita sudah bekerja keras mencari solusi penanganan banjir. Jika banjir tahunan itu masih bisa ditangani. Namun, jika banjir lima tahunan, musibah itu tidak bisa tertangani karena sebuah fenomena alam," tegasnya.

Sutiyoso pun menuding banjir besar ini karena kiriman dari Bogor. "Daerah resapan di sana sudah habis dengan maraknya pembangunan vila. Kami tidak bisa berbuat banyak, karena pemberian izin pembangunan vila terkait pendapatan asli daerah Pemprov Jabar," ujarnya.

Pria asal Semarang, Jateng ini boleh berkilah. Namun, bagi Lumbung Informasi Rakyat (Lira) tetap menilainya harus bertanggungjawab. Mereka mengancam mengajukan gugatan class action terhadap Sutiyoso.

"Kami melihat Pemprov DKI Jakarta di bawah kepemimpinan Gubernur Sutiyoso dan wakilnya Fauzi Bowo tidak sungguh-sungguh dalam mengatasi banjir. Padahal itu sudah sering kali terjadi. Pada 2002 lalu, Pemprov DKI Jakarta berjanji untuk memperbaiki kinerjanya, nyatanya banjir kembali terulang," kata Presiden LIRA Jusuf Rizal.

BBM Aman

Di tengah derita warga ibukota, Pertamina mengembuskan kabar cukup menggembirakan. Mereka menjamin pasokan BBM terutama premium dan minyak tanah tetap lancar. "Operasi penyaluran BBM, khususnya terhadap masyarakat baik untuk SPBU maupun minyak tanah untuk rumah tangga tetap disalurkan. Stok BBM cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat," kata Kadiv Komunikasi Pertamina, Toharso.

Namun, dia mengakui beberapa SPBU terpaksa tidak beroperasi karena tingginya genangan air dan tertutupnya jalur distribusi. "Banyak jalur yang tidak bisa dilewati. Kalau pun bisa macetnya luar biasa," tegasnya. dtc/mtc/tic/ant/kcm

Kalsel Terancam * 500 Ha sawah terendam

Sabtu, 03 Februari 2007 02:12

BENCANA banjir juga mengancam Banua. Hujan yang terus mengguyur sebagian wilayah baru mencapai puncaknya pada Maret mendatang. Hal ini berdasar tangkapan foto satelit Stasiun Klimatologi Kelas I Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Kalsel di Banjarbaru.

"Kalau dikatakan puncak secara historis sebenarnya antara Desember dan Januari itu sudah puncak. Namun karena ada pergeseran musim, ada kemungkinan Maret nanti mememuncak dengan durasi cukup panjang dari biasa," terang Irman Sonjaya, forecaster BMG.

Dijelaskannya, kendati memiliki durasi cukup panjang, hujan sepanjang Januari sampai awal Februari ini masih dalam batasan normal. Curah hujan, masih terukur dalam takaran tetap antara 5 mm sampai 20 mm per harinya.

Kondisi di lapangan menunjukkan banjir telah terjadi di Tabalong. Akibat banjir dengan ketinggian sekitar satu meter sedikitnya 500 hektare lahan pertanian terendam. Menurut Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Tabalong, HM Saleh, lahan-lahan itu tersebar di beberapa kecamatan seperti Banua Lawas, Pugaan, Muara Harus dan Kelua.

Sejumlah sekolah di kawasan ini terpaksa meliburkan anak didiknya. "Karena banjir kami sengaja meliburkan siswa kelas 1 dan TK yang gedungnya terletak di belakang. Sebab banjirnya berarus deras sehingga orangtua siswa khawatir keselamatan anaknya," kata Kepala SDN Sei Buluh I Kelua, Saiful Rahman.

Hujan yang terjadi selama Januari sampai awal Februari ini membawa dampak signifikan pada debit air di Waduk Riam Kanan. Waduk yang berada di Kecamatan Aranio Kabupaten Banjar ini terus mengalami kenaikan rata-rata 15 cm per harinya.

Namun, warga sekitar waduk tetap tenang karena ketinggian air masih dalam batasan aman."Jika di atas 60 meter, itu patut diwaspadai," terang petugas data PLTA Riam Kanan, Alamsyah.

Selain curah hujan yang tinggi dan hutan resapan yang terus berkurang jumlahnya, lima daerah aliran sungai (DAS) dari 13 DAS yang ada di Kalsel juga dalam kondisi kritis.

Kelima DAS kritis itu adalah DAS Barito, Cengal di Martapura, DAS Balangan, DAS Amandit di HSS dan DAS Satui di Tanah Bumbu. Dikhawatirkan kondisi ini akan membuat beberapa daerah mengalami banjir besar selama musim penghujan.

Seperti halnya BMG, data di Bapedalda Kalsel memprediksi puncak curah hujan Maret-April. Tingginya curah hujan pada bulan-bulan tersebut mengancam banjir di Kabupaten Barito Kuala, Hulu Sungai Utara, Tanah Bumbu, Kotabaru, Tapin dan HSS. nda/niz/ant

Mengungsi Ke Hotel

Sabtu, 03 Februari 2007 02:12

* Ribuan warga kelaparan

BANJIR memang tak pandang kaya dan miskin. Jika warga tidak mampu terpaksa mengungsi ke lokasi-lokasi lain dengan kondisi yang serba terbatas, lain dengan warga Jakarta yang mempunyai harta lebih. Mereka lebih memilih mengungsi ke hotel.

Seperti yang dilakukan sebagian warga perumahan elit Pulomas, Jakarta Timur. Sebagian besar penghuninya menitipkan rumahnya ke pembantu lalu mencari hotel. Sekeluarga mereka meninggalkan rumah, kemudian mengungsi ke hotel-hotel. "Rumah yang jaga pembantu dan satpam. Kami mengungsi ke hotel sampai air surut," ujar seorang warga, Yosef. Dia mengungsi ke sebuah hotel bintang tiga yang terletak di bilangan Kemayoran, Jakarta Pusat.

Hotel Ibis Kemayoran pun mengaku mengalami kenaikan penginap sejak banjir menyerang Jakarta, Kamis kemarin. "Hotel penuh, tidak seperti biasanya. Kalau banjir memang naik. Seperti tahun kemarin juga begini," cerita Lulu, resepsionis hotel.

Kelaparan

Pemandangan sebaliknya terlihat di lokasi-lokasi pengungsian. Ribuan warga Petamburan, Tanah Abang sempat didera kelaparan. Pasalnya, dapur umum yang disediakan Pemda DKI berada jauh dari tempat mengungsi.

"Makanan datangnya terlambat karena jalan tidak bisa dilewati. Kalaupun lewat jalur lain, macetnya luar biasa. Kami harus menunggu berjam-jam untuk mendapatkan sebungkus nasi. Itupun harus berebut," keluh Agus, seorang pengungsi.

Kondisi serupa dialami ratusan pengungsi di kawasan Cawang. Mereka mendiami masjid dan gedung-gedung sekolah yang berlantai dua. Tragisnya, mereka mengungsi tanpa dilengkapi persediaan makanan yang memadai. Pasokan makanan dari pemda pun hingga sore kemarin, belum mereka terima.

"Katanya Satkorlak belum berani menembus ke daerah banjir di Kelurahan Cawang, Cililitan, dan Rawa Sari. Sebab debit air Kali Ciliwung masih cukup tinggi sehingga meluber ke perkampungan kami," keluh seorang pengungsi, Ali via telepon.

Nasib mengenaskan juga dialami ratusan warga Kampung Pulo, Jatinegara. Mereka terserang penyakit ISPA, diare dan gatal-gatal. Penyakit-penyakit itu kebanyakan menyerang anak-anak. dtc/tim

Mengulang Tragedi 2002

Sabtu, 03 Februari 2007 02:11, B.Post

BAHAYA banjir kiriman dari Bogor masih mengancam Jakarta hingga pertengahan Februari. Pasalnya, BMG memprediksi Kota Bogor dan sekitarnya hingga pertengahan Februari masih mengalami curah hujan tinggi. "Curah hujan ekstrem akan terus terjadi," kata Kepala Stasiun BMG Bogor, Widyastuti.

Akibat hujan deras di Bogor sejak Senin, menyebabkan air Sungai Ciliwung meluap yang membuat ribuan rumah di daerah Kampung Melayu, Jakarta Timur, tergenang air sejak Selasa (30/1) dini hari.

Salah satu penyebab banjir besar di Jakarta tahun 2002 adalah akibat banjir kiriman dari Bogor. Saat itu, luapan air Sungai Ciliwung akibat dibukanya Pintu Air Manggarai untuk menuju Masjid Istiqlal, Harmoni, Gunung Sahari, dan sekitarnya telah merendam halaman Istana Kepresidenan, baik Istana Merdeka di Jl Medan Merdeka Utara maupun Istana Negara di Jalan Juanda.

Ketinggian air di halaman Istana, mencapai setengah meter. Tidak lama berselang, air segera surut, setelah sejumlah petugas menyedot menggunakan pompa air.

Dari rujukan dan catatan yang dihimpun, genangan air di Istana Kepresidenan tahun 2002 itu, adalah yang pertama terjadi pascakemerdekaan.

Waktu itu, banjir juga menggenangi Jalan Medan Merdeka Barat depan Kantor Kedutaan Amerika Serikat, Istana Wakil Presiden, Balaikota DKI Jakarta, Pusat Pertokoan Pasar Baru, kawasan di sekitar Glodok, Jalan MH Thamrin, Jalan Sunda, jalur lambat Jalan Jenderal Sudirman, dan beberapa jalan protokol lainnya. ant

Jakarta Lumpuh

Sabtu, 03 Februari 2007 02:10

* Banjir capai ketinggian 3 meter
* Sidang kabinet pindah
* Penerbangan tetap normal

Jakarta, BPost
Hujan deras terus mengguyur Jakarta. Sebagian besar wilayah ibukota terendam dengan ketinggian hingga tiga meter. Aktivitas masyarakat dan perekonomian lumpuh. Jakarta pun dalam kondisi Siaga III.

Sejak Jumat (2/2) dinihari, warga Jakarta sudah dipanikkan dengan terus meningginya genangan air. Akibatnya, aktivitas warga terganggu. Banyak kantor dan sekolah yang tutup. Sebagian besar toko di kawasan-kawasan perekonomian seperti Tanah Abang, Glodok, Mangga Dua dan Blok M, tutup.

Angkutan umum seperti bus kota, mikrolet dan busway sebagian besar tidak beroperasi. Ojek pun menjadi transportasi alternatif meski dengan tarif melonjak hingga seratus persen dari biasanya. Kereta api listrik yang melayani angkutan Jabodetabek pun tak berjalan. Stasiun-stasiun kecil pun tak lagi berfungsi.

Dengan cepat, wilayah-wilayah seperti Cipinang Muara, Kalimalang, Ciledug, Kapuk, Tomang, Bendungan Hilir, Kampung Melayu, dan Pasar Minggu pun terendam hingga ketingian dua meter.

Banjir juga menyebabkan akses dari kota-kota penyangga Jakarta seperti Bekasi, Tangerang, Bintaro, Ciputat, Bogor dan Depok terputus, sehingga para pekerja tidak masuk kantor. Kalau pun ada yang nekat dengan mengendarai sepeda motor, mereka terpaksa terlambat datang karena sering terjebak kemacetan dan mogok di tengah jalan.

Di kawasan itu, ketinggian mencapai 2,5 meter. Ribuan warga terpaksa mengungsi ke masjid-masjid sekitar pemukiman. "Banjir ini karena sungai di samping perumahan kami meluap. Hujan memang sudah reda, tapi air terus saja naik," kata Weni, Warga Perumahan Sari Bumi Indah, Karawaci Tangerang.

Perumahan mewah Jababeka, Bekasi juga tak luput dari banjir. Di kawasan asri itu banjir mencapai ketinggian satu setengah meter. "Mobil saya tinggal kelihatan atapnya saja," kata Lia (36), seorang warga.

Kemacetan pun terjadi di kawasan yang mengelilingi Jakarta ini. Akibatnya, sejumlah jalan protokol di pusat kota Jakarta menjadi lengang. Jalan Thamrin, Sudirman, Medan Merdeka, Kebon Sirih dan Rasuna Said yang biasanya pada pukul 7.30 WIB sudah disesaki berbagai jenis kendaraan hingga siang masih lengang.

"Saya terjebak di Jalan Buncit, macet sekali di sini. Padahal saya sudah berangkat dari Depok pukul 5.30 WIB," kata Adrian, seorang presenter di sebuah televisi swasta, yang batal siaran karena terlambat ke kantor.

Ketinggian air di Pintu Air Manggarai pada siang kemarin mencapai 920 cm, jauh melampaui ambang batas normal 750 cm. Petugas pun menetapkan status Siaga II.

"Air dari Depok dan Bogor terus mengalir karena di sana hujan terus turun. Ini bisa menambah ketinggian air di pintu Manggarai," tegas seorang petugas.

Air juga menggenangi Tol Sedyatmo yang menjadi jalur utama menuju Bandara Soekarno Hatta hingga ketinggian 1,5 meter. Jalur pun dialihkan dengan berputar melalui Tangerang.

"Masuk lewat jalan belakang, dari Tangerang. Tol ditutup," ujar penanggung jawab operasional bandara, Yudi.

Meski demikian, dia menegaskan aktivitas penerbangan masih berjalan normal. "Bandara belum tersentuh genangan air. Semua aktivitas penerbangan masih berjalan normal," ujarnya.

Melihat kondisi provinsinya yang berubah bak lautan, Gubernur Sutiyoso menetapkan status Siaga III. "Semua tempat memasuki siaga III kecuali Jakarta Barat seperti Angke yang sudah masuk Siaga I karena ketinggiannya lebih dari tiga meter," tegasnya.

Sidang Kabinet
Keprihatinan juga diperlihatkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Selain mengeluarkan seruan agar gubernur DKI dan gubernur-gubernur daerah lain mewaspadai tingginya curah hujan, dia juga langsung turun melihat kondisi korban banjir di Jakarta.

"Saya meminta pemerintah daerah dan masyarakat untuk terus siaga menghadapi banjir. Bantuan untuk para korban harus segera didistribusikan," pintanya.

Selain itu, Yudhoyono juga memindahkan rapat kabinet ke kediamannya di Puri Cikeas Indah, Bogor, agar bisa memantau situasi di Jabotabek dan memberikan arahan kepada para menteri untuk turun ke lapangan mengatasi musibah ini.

Telkom Rusak
Banjir tak hanya melumpuhkan jalanan Jakarta, tapi juga melumpuhkan data center milik Telkom. Akibatnya, situs resmi kepresidenan pun lumpuh.

Data center milik Telkom yang rusak itu berlokasi di kantor pusat Telkom di Jalan Gatot Subroto, Jakarta. Kebetulan, situs resmi kepresidenan (www.presidensby.info) di-hosting di data center milik Telkom.

Tidak hanya situs resmi kepresidenan saya yang lumpuh, tapi semua situs yang di-hosting di data center Telkom pun lumpuh. Termasuk situs situs milik Telkom sendiri. dtc/ant/tim

Tuesday, March 20, 2007

Awas, Banjir Bandang Mengancam

Minggu, 14 Januari 2007 Radar Banjarmasin


BANJARMASIN,- Tingginya curah hujan pada Januari-Februari tahun 2007 ini patut diwaspadai. Pasalnya, bahaya banjir bandang (banjir yang disebabkan luapan air dari atas penggunungan) mengancam sejumlah daerah di Kalsel, terutama masyarakat yang bermukim di sekitar Pegunungan Meratus.

"Berdasarkan informasi dari Badan Metreologi dan Geofisika (BMG), tingginya curah hujan pada Januari sampai Februari ini sangat rentan memicu terjadinya banjir bandang," ujar Sekretaris Satuan Koordinasi Pelaksanaan Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi (Satkorlak PBP) Kalsel Hadi Soesilo kepada koran ini, belum lama tadi.

Sehubungan dengan itu, Hadi mengharapkan pemerintah daerah setempat meningkatkan kewaspadaan dengan meningkatkan monitoring di kawasan yang rawan terserang banjir bandang, seperti di daerah Tanbu, Tala, HST, HSS serta daerah pengunungan lainnya.

"Pada prinsipnya kita tidak mengharapkan bencana alam tersebut terjadi. Namun, berdasarkan pengalaman dan kondisi musim sekarang ini, banjir bandang sangat rawan terjadi. Karenanya, kepada masyarakat yang bermukim di sekitar Pegunungan Meratus agar waspada," pesannya.

Bahkan, lanjutnya, Gubernur Kalsel Rudy Ariffin sudah menginstruksikan kepada para bupati dan walikota di Kalsel agar menginventarisir peralatan penanggulangan bencana banjir. Perlengkapan yang diinventarisir meliputi perlengkapan milik kabupaten dan kota, milik propinsi, maupun bantuan dari pemerintah pusat seperti perahu karet, dapur umum, dan lain sebagainya.

Di sisi lain, mantan Penjabat Walikota Banjarbaru ini mengemukakan Dinas Kimpraswil Kalsel pun sudah melakukan pendataan kawasan-kawasan yang rawan tertimpa bencana alam seperti banjir, puting beliung, dan tanah longsor. "Kimpraswil sudah melakukan pemetaan kawasan-kawasan yang rawan tertimpa bencana alam," ungkapnya.

Sekadar informasi, estimasi Dinas Kesejahteran Sosial Kalsel, bencana alam yang terjadi pada berbagai daerah di Kalsel sepanjang tahun 2006 lalu, tak hanya banyak menelan korban jiwa. Tapi juga mendatangkan kerugian harta benda dan inprastrktur yang sangat besar, yang kalau dinilai dengan uang mencapai Rp 248.970.500.000 atau Rp 248,9 miliar lebih.

Taksiran kerugian tersebut belum termasuk bencana banjir yang baru saja terjadi di Tabalong dan Balangan. Taksiran kerugian paling besar adalah bencana banjir dan angin ribut di Kabupaten Banjar yaitu Rp 156 miliar, disusul banjir di Kabupaten Tanah Bumbu yang menelan kerugian Rp 46 miliar. Berikutnya, taksiran kerugian yang cukup besar akibat musibah banjir dan angin ribut yang terjadi di Kabupaten Kotabaru mencapai Rp 25 miliar. Tak cuma itu saja, masih ada lagi kerugian cukup besar akibat musibah banjir dan tanah longsor, seperti di Kabupaten Tanah Laut yang menelan kerugian Rp 20 miliar. Sedangkan musibah banjir dan angin ribut yang terjadi di sejumlah daerah lainnya, kerugian ditaksir rata-rata antara Rp 50 sampai Rp 100 juta.(sga)


Korban Puting Beliung Harapkan Bantuan

Kamis, 11 Januari 2007 Radar Banjarmasin

KOTABARU – Warga Perumnas Batu Silira RT 6, Desa Hilir Muara, Kecamatan Pulau Laut Utara, Kotabaru yang rumahnya rusak diterjang angin puting beliung Selasa (9/1) lalu, kemarin mengharapkan bantuan pemerintah daerah untuk memperbaiki rumah mereka yang rusak.

Aisian, salah seorang korban angin putting beluing yang atap rumahnya hancur berharap, di usia yang sudah tua dan hidup sendiri ia meras tidak mampu memperbaiki kembali rumahnya yang rusak.

"Sementara ini, atap rumah saya hanya ditutup terpal, karena masih belum punya uang untuk memperbaiki. Ulun mengharapkan ada bantuan pemerintah kabupaten kepada warga yang menjadi korban seperti ulun ini," ujarnya kepada wartawan Radar Banjarmasin, kemarin.

Sementara itu, rumah yang ambruk akibat hantaman angin puting beliung sebagian besar belum diperbaiki pemiliknya. Malah ada yang ditinggalkan pergi penghuninya. Sebagian warga takut rumahnya ikut ambruk, karena jadi satu bangunan.

Seperti diketahui, Peristiwa ini hanya berlangsung sekitar 8 menit Selasa sore. Saat kejadian, hujan turun tidak terlalu deras hanya saja diikuti angin kencang. Tiba-tiba angin berputar menghantam kawasan padat hunian tersebut, hingga mengakibatkan kerusakan pada rumah-rumah warga.

Dari 16 buah rumah yang rusak, rumah milik janda Hj Sumi, yang disewakan dengan 10 pintu, 9 di antaranya ambruk dan rata tanah. Diperkirakan, akibat hantaman puting beliung ini kerugian yang dialami warga mencapai ratusan juta rupiah.

Untungnya, pemukiman itu belum semuanya ditempati orang, sehingga ambruknya tidak menimbulkan korban jiwa. Begitu juga dengan puluhan rumah yang rusak ringan, tidak ada korban luka-luka.

Puluhan anak-anak yang sedang bermain menceritakan, saat hujan turun bertepatan azan salat Ashar. Dari kejauhan, terlihat angin memanjang ke bawah berputar-putar melalui daerah perumahan, seraya menerbangkan apa saja yang dilewatinya, termasuk ratusan atap rumah warga yang terbuat genteng metal dan asbes.

"Terlihat angin seperti berekor dan berputar-putar di kawasan perumahan ini, disertai bunyi gemuruh. Beberapa menit kemudian angin tersebut hilang," Ardi, seorang anak berusia belasan tahun menceritakan. Ardi sendiri sempat lari dan berlindung.

Pengakuan serupa juga diungkapkan salah seorang korban, Ny Aisiah, 63 tahun. Menurut dia, saat angin menghantam rumahnya, Aisiah berada di dalam rumah. Ia mengaku melihat langsung bagaimana atap asbes rumahnya berputar diterpa angin.

"Saat itu terdengar suara gemuruh sangat keras diikuti tiupan angin sangat kencang. Tiba-tiba atap rumah saya beterbangan. Sebagian lagi jatuh ke bawah. Saat itu, saya berada di depan pintu, dan langsung keluar rumah takut tertimpa atap yang berjatuhan. Angin tersebut tidak terlalu lama lalu hilang begitu saja," tuturnya.

Dibantu menantunya, Aisyah pun mencari atap rumahnya yang terbang. "Jangankan ada yang terlihat, sisa-sisanya saja sudah tidak ada entah ke mana terbangnya. Saya tidak tahu," katanya.(ins)

Rp 59 Juta untuk Korban Puting Beliung Setiap KK Dapat Rp500 Ribu

Kamis, 11 Januari 2007 Radar Banjarmasin

BANJARMASIN - Duka korban musibah puting beliung di Desa Podok, Kecamatan Aluhaluh, Kabupaten Banjar, yang terjadi beberapa waktu lalu, kini sedikit terobati. Pasalnya, Selasa siang (9/1) lalu, Gubernur Kalsel Drs Rudy Ariffin MM menyerahkan bantuan sebesar Rp 59 juta. Rinciannya Rp 44 juta untuk 88 kepala keluarga (KK), Rp 5 juta membantu Masjid Darul Mutaqin, Rp 5 juta untuk korban meninggal, dan masing-masing Rp 2,5 juta untuk SD dan Langgar Nurul Huda.

"Bantuan tersebut diambil dari pos anggaran tak tersangka APBD Kalsel tahun 2006. Sebenarnya sudah lama ingin diserahkan, namun karena banyak tugas yang juga tidak kalah penting dan mendesak, sehingga diserahkan hari ini," ujar Rudy Ariffin kepada koran ini usai penyerahan bantuan tersebut.

Ketua DPW PPP Kalsel ini meminta masyarakat menggunakan sebaik-baiknya bantuan yang diberikan, seperti membeli material untuk memperbaiki rumah mereka yang rusak diterpa puting beling. "Saya mengharapkan bantuan dipergunakan sebaik-baiknya sesuai kebutuhan yang mendesak. Mudah-mudahan bantuan tersebut bermanfaat dan dapat mengurangi penderitaan para korban, terlebih bagi keluarga korban yang meninggal dunia," harap mantan Bupati Kabupaten Banjar ini.

Lantas, berapa dana tak tersangka yang disiapkan untuk tahun 2007? Rudy mengaku lupa persisnya, seraya menyebutkan tidak jauh berbeda seperti yang dianggarkan pada APBD Tahun 2006 lalu. "Saya lupa persisnya, sekira Rp 2 miliar," ujarnya.

Dijelaskan Rudy, selain mengalokasikan anggaran tak tersangka, APBD Kalsel tahun 2007 juga mengalokasikan dana untuk bantuan tempat ibadah dan keagamaan sebesar Rp 2,5 miliar. "Jadi untuk bantuan tempat ibadah dan keagamaan dananya berada pada pos tersendiri di luar anggaran tak tersangka," ungkapnya.

Sementara itu, kegembiraan tampak terlihat di wajah para korban musibah puting beliung yang rata-rata berprofesi sebagai nelayan itu. Pasalnya, bantuan dari pemerintah sangat mereka harapkan untuk memperbaiki rumah mereka yang rusak diterjang puting beliung. "Saya sangat bersyukur dan berterima kasih atas bantuan ini. Uang ini sebagian saya bayarkan utang, dan sisanya membeli material untuk memperbaiki rumah," ujar Madi, salah seorang warga.

Ia menuturkan, sebelumnya Pemkab Banjar sudah memberikan bantuan sebesar Rp 500 ribu per kepala keluarga (KK). Namun bantuan tersebut belum cukup membeli semua material untuk perbaikan rumah. Nah, lantaran tak punya uang untuk membeli tambahan material yang kurang, sebagian warga terpaksa berutang.(sga)

Penanganan Bencana Belum Maksimal

Minggu, 7 Januari 2007 Radar Bajarmasin

BANJARMASIN - Mantan Presidium Walhi Kalsel M Budairi SH MH menilai, penanganan bencana alam yang dilakukan instansi terkait di lingkungan Pemprov Kalsel sejauh ini belum maksimal sebagaimana yang diharapkan.

Menurutnya, pola-pola yang diterapkan terkesan begitu ada bencana baru dana penanggulangan dikeluarkan. Mestinya, sambung aktivis HAM Kalsel ini, untuk penanganan bencana yang diutamakan adalah pencegahannya. "Harusnya pemerintah melakukan berbagai upaya pencegahan sedini mungkin kemungkinan terjadinya bencana alam. Makanya ada istilah early warning sistem (upaya peringatan dini) terhadap ancaman bencana yang bakal terjadi," ujarnya, kemarin.

Menurut Budairi, penanganan bencana alam harus dilakukan secara menyeluruh, bukan secara farsial atau sebagian-sebagian yang akhirnya hanya menghabiskan anggaran tanpa menyentuh subtansinya.

Dalam kontek itu, lanjut pria yang juga praktisi pendidikan ini, pemprov harus menyiapkan sumber daya manusia (SDM) untuk pencegahan dan meminimalisir bencana alam serta dampak yang ditimbulkan.

"Bencana alam erat kaitannya dengan lingkungan hidup, seperti illegal logging, illegal mining, dan perilaku yang menyebabkan kerusakan alam lainnya. Nah, untuk jangka panjang pemprov memerlukan SDM yang menguasai UU Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, UU Nomor 11 Tahun 1987 tentang Pertambangan, UU Nomor 23 tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup, dan UU Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam," sarannya.

Budairi berpandangan, salah satu upaya meminimalisir bencana alam adalah penegakan hukum yang berkaitan dengan lingkungan hidup. Sayangnya, lanjutnya, pemprov sangat sedikit memiliki orang-orang yang berkualitas dalam pengelolaan lingkungan hidup. "Coba dihitung, berapa persen aparatur kehutanan dan pertambangan yang mengerti soal lingkungan hidup. Karenanya, ketika ketika terjadi kasus perusakan alam, pemprov kalah dan pelakunya tidak terjamah hukum," kata Budairi.

Padahal, sebutnya, dalam UU Nomor 23 tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup disebutkan barang siapa merusak hutan dengan sengaja maka hukumannya maksimal 10 tahun penjara. "Mestinya pemprov dapat berpatokan kepada undang-undang tersebut untuk membuat regulasi berupa peraturan daerah (perda)," tandasnya.

Kalau penjarahan hutan dan penambangan liar berkurang, tandas Budairi, dengan sendirinya ancaman bencana alam seperti banjir, tanah longsor, dapat diminimalisir.

Seperti diketahui, berdasarkan estimasi Dinas Kesejahteran Sosial Kalsel, bencana alam yang terjadi pada berbagai daerah di Kalsel sepanjang tahun 2006 lalu, tak hanya banyak menelan korban jiwa. Tapi juga mendatangkan kerugian harta benda dan inprastrktur yang sangat besar, yang kalau dinilai dengan uang mencapai Rp 248.970.500.000 atau Rp 248,9 miliar lebih.

Taksiran kerugian tersebut belum termasuk bencana banjir yang baru saja terjadi di Tabalong dan Balangan. Taksiran kerugian paling besar adalah bencana banjir dan angin ribut di Kabupaten Banjar yaitu Rp 156 miliar, disusul banjir di Kabupaten Tanah Bumbu yang menelan kerugian Rp 46 miliar. Berikutnya, taksiran kerugian yang cukup besar akibat musibah banjir dan angin ribut yang terjadi di Kabupaten Kotabaru mencapai Rp 25 miliar. Tak cuma itu saja, masih ada lagi kerugian cukup besar akibat musibah banjir dan tanah longsor, seperti di Kabupaten Tanah Laut yang menelan kerugian Rp 20 miliar. Sedangkan musibah banjir dan angin ribut yang terjadi di sejumlah daerah lainnya, kerugian ditaksir rata-rata antara Rp 50 sampai Rp 100 juta.(sga)

Bantuan Puting Beliung Segera Turun

Sabtu, 6 Januari 2007 Radar Banjarmasin

BANJARMASIN - Para korban angin puting beliung di Aluhaluh, Kabupaten Banjar, segera mendapatkan bantuan dari Pemerintah Provinsi Kalsel. Rencananya, bantuan sebesar Rp 59 juta yang bersumber dari dana tak tersangka APBD Kalsel tahun 2006 tersebut akan diserahkan oleh Gubernur Kalsel Drs Rudy Ariffin MM pada minggu ini juga.

"Dananya sudah siap, tinggal diserahkan kepada para korban yang tertimpa angin puting beliung di Aluhaluh," ujar Sekretaris Satkorlak Kalsel Hadi Soesilo dalam jumpa pers yang berlangsung di Studio Radio Abdi Persada, kemarin.

Menurut Hadi, semula penyerahan bantuan dijadwalkan pada akhir November 2006 lalu, namun karena sesuatu hal maka tertunda dan kembali dijadwalkan pada Januari 2007 ini. "Tanggalnya belum dipastikan, tapi dalam minggu ini diserahkan," tambah Kepala Badan Kesbanglinmas Kalsel ini.

Rinciannya, setiap kepala keluarga (KK) mendapatkan bantuan sebesar Rp 500 ribu, bantuan untuk masjid dan sekolah sebesar Rp 10 juta, serta untuk korban meninggal Rp 5 juta. "Jumlah yang menerima bantuan sebanyak 88 rumah, 2 tempat ibadah, dan 1 sekolah," jelasnya.

Menyinggung kemungkinan ancaman puting beliung di awal tahun 2007, mantan Penjabat Walikota Banjarbaru ini menyatakan harus diwaspadai. "Tak hanya bahaya banjir yang menghantui Kalsel pada awal 2007 ini, tapi ancaman puting beliung juga patut diwaspadai karena curah hujan sangat tinggi pada Januari-Februari. Selain itu, berdasarkan pemantauan Badan Metreologi dan Geofisika terdapat ancaman badai isobel atau hujan yang disertai angin kencang," jelasnya lagi.

Sehubungan dengan hasil pemantauan itu, Hadi meminta masyarakat yang bermukim di kawasan rawan bencana, khususnya yang pernah tertimpa pada 2006 lalu, agar waspada. "Pada prinsipnya saya mengharapkan ancaman tersebut tidak terjadi. Hanya saja, perlu diwaspadai sedini mungkin kemungkinan tersebut dengan melakukan berbagai upaya. Paling tidak, kalau toh nantinya ancaman itu terjadi juga, korbannya dapat diminimalisir," ingatnya.(sga)

Bencana Akibat Korupsi Masuk Kategori Pelanggaran HAM

Jumat, 16 Maret 2007 Radar Banjarmasin

JAKARTA,- Bencana yang datang beruntun di Indonesia mendapat perhatian Komnas HAM. Komisi yang dipimpin oleh Abdul Hakim Garuda Nusantara ini menyorot upaya penanggulangan bencana oleh pemerintah yang masih jauh dari sempurna. Komnas HAM menegaskan jika setiap korban di negeri ini seharusnya berhak mendapat santunan.

”Kegagalan pemerintah untuk memenuhi santunan adalah pelanggaran HAM juga. Tapi kami tidak bisa menuntut pemerintah (jika ini belum terpenuhi). Kami berharap RUU Penanggulangan Bencana (PB) segera disahkan,” kata Komisioner Hak Masyarakat Hukum Adat Komnas HAM Saafroedin Bahar di Komnas HAM kemarin. RUU PB adalah payung yang akan berguna jika bencana datang.

Saafroedin tak hanya asal bicara. Dalam buku kumpulan tulisan berjudul Indonesia; Bencana Alam atau Pembunuhan Massal yang dipublikasikan kemarin itu tergambar bagaimana bencana –dan kegagapan pemerintah untuk menanggulanginya— begitu akrab di negeri ini. Buku itu berisi tulisan Andre Vitchek, Saafroedin, dan Endy M. Bayuni.

Tulisan Vitchek dikutip dari The International Herald Tribune dan The Financial Times. Senior fellow pada Oakland Institute itu menulis, ”Indonesia mengganti Bangladesh dan India sebagai bangsa paling rentan bencana di dunia. Pesawat hilang, kapal tenggelam, lumpur Lapindo, gempa, tsunami… Sejak Desember 2004 Indonesia kehilangan 200 ribu rakyatnya, jumlah yang lebih besar dari korban di Irak pada saat yang sama. Tenggelamnya kapal bukan karena angin kencang dan ombak, tapi karena perawatan yang buruk…korupsi. Ini semua menjadi ladang pembunuh massal.”

Saafroedin menambahkan, menyadari posisi yang rentan bencana itulah, Indonesia harus segera berbenah. Salah satunya menyiapkan RUU PB yang kabarnya akan disahkan DPR pada 27 Maret. ”Dengan cara ini maka hak rakyat untuk mendapatkan perlindungan negara dari setiap bencana akan lebih mudah terlaksana,” tambahnya.

Hadir dalam kesempatan itu Ruswiayati Suryasaputra (ketua sub komisi perlindungan kelompok khusus), Amidhan (ketua sub komisi Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya) serta Moch Taufiqul Mujib (Divisi Kajian dan Kampanye PBHI). (naz)

Rp 59 Juta untuk Korban Puting Beliung Setiap KK Dapat Rp500 Ribu

Rabu, 10 Januari 2007 Radar Banjarmasin

BANJARMASIN - Duka korban musibah puting beliung di Desa Podok, Kecamatan Aluhaluh, Kabupaten Banjar, yang terjadi beberapa waktu lalu, kini sedikit terobati. Pasalnya, kemarin siang Gubernur Kalsel Drs Rudy Ariffin MM menyerahkan bantuan sebesar Rp 59 juta. Rinciannya Rp 44 juta untuk 88 kepala keluarga (KK), Rp 5 juta membantu Masjid Darul Mutaqin, Rp 5 juta untuk korban meninggal, dan masing-masing Rp 2,5 juta untuk SD dan Langgar Nurul Huda.

"Bantuan tersebut diambil dari pos anggaran tak tersangka APBD Kalsel tahun 2006. Sebenarnya sudah lama ingin diserahkan, namun karena banyak tugas yang juga tidak kalah penting dan mendesak, sehingga diserahkan hari ini," ujar Rudy Ariffin kepada koran ini usai penyerahan bantuan, kemarin.

Ketua DPW PPP Kalsel ini meminta masyarakat menggunakan sebaik-baiknya bantuan yang diberikan, seperti membeli material untuk memperbaiki rumah mereka yang rusak diterpa puting beling. "Saya mengharapkan bantuan dipergunakan sebaik-baiknya sesuai kebutuhan yang mendesak. Mudah-mudahan bantuan tersebut bermanfaat dan dapat mengurangi penderitaan para korban, terlebih bagi keluarga korban yang meninggal dunia," harap mantan Bupati Kabupaten Banjar ini.

Lantas, berapa dana tak tersangka yang disiapkan untuk tahun 2007? Rudy mengaku lupa persisnya, seraya menyebutkan tidak jauh berbeda seperti yang dianggarkan pada APBD Tahun 2006 lalu. "Saya lupa persisnya, sekira Rp 2 miliar," ujarnya.

Dijelaskannya, selain mengalokasikan anggaran tak tersangka, APBD Kalsel tahun 2007 juga mengalokasikan dana untuk bantuan tempat ibadah dan keagamaan sebesar Rp 2,5 miliar. "Jadi untuk bantuan tempat ibadah dan keagamaan dananya berada pada pos tersendiri di luar anggaran tak tersangka," ungkapnya.

Sementara itu, kegembiraan tampak terlihat di wajah para korban musibah puting beliung yang rata-rata berprofesi sebagai nelayan itu. Pasalnya, bantuan dari pemerintah sangat mereka harapkan untuk memperbaiki rumah mereka yang rusak diterjang puting beliung. "Saya sangat bersyukur dan berterima kasih atas bantuan ini. Uang ini sebagian saya bayarkan utang, dan sisanya membeli material untuk memperbaiki rumah," ujar Madi, salah seorang warga.

Ia menuturkan, sebelumnya Pemkab Banjar sudah memberikan bantuan sebesar Rp 500 ribu per kepala keluarga (KK). Namun bantuan tersebut belum cukup membeli semua material untuk perbaikan rumah. Nah, lantaran tak punya uang untuk membeli tambahan material yang kurang, sebagian warga terpaksa berutang.(sga)

Puting Beliung Hantam Kotabaru Sedikitnya 16 Rumah Rusak Berat

Rabu, 10 Januari 2007 Radar Banjarmasin
 

KOTABARU - Hujan disertai angin puting beliung kembali melanda. Kali ini terjadi di kawasan Perumnas Batu Silira RT 6, Desa Hilir Muara, Kecamatan Pulau Laut Utara, Kotabaru. Akibatnya, 16 buah rumah rusak berat dan beberapa rumah lainnya rusak ringan. Angin kencang berputar-putar itu berlangsung sekitar 8 menit, sekitar pukul 15.30 Wita, Selasa (9/1) kemarin.

Saat kejadian, hujan turun tidak terlalu deras hanya saja diikuti angin kencang. Beberapa saat kemudian, tiba-tiba angin puting beliung langsung menghantam kawasan padat hunian tersebut, sehingga mengakibatkan kerusakan pada rumah-rumah warga. Dari 16 buah rumah yang rusak terkena hantaman angin tersebut, rumah milik seorang janda Hj Sumi, yang disewakan dengan 10 pintu, 9 di antaranya ambruk dan rata dengan tanah. Diperkirakan, akibat hantaman puting beliung ini kerugian yang dialami warga seluruhnya mencapai ratusan juta rupiah.

Untung saja, pemukiman itu belum semuanya ditempati orang, sehingga ambruknya rumah tersebut tidak menimbulkan korban jiwa. Begitu juga dengan puluhan rumah yang rusak ringan tidak ada korban yang luka-luka.

Puluhan anak-anak yang sedang bermain menceritakan, saat hujan turun tersebut bertepatan dengan azan salat Ashar, dari kejauhan terlihat angin memanjang ke bawah dengan berputar-putar lewat daerah perumahan tersebut dan menerbangkan apa saja yang dilewatinya, termasuk ratusan atap rumah warga yang terbuat dari genteng metal dan asbes.

"Terlihat angin tersebut seperti berekor dan berputar-putar di kawasan perumahan ini, disertai dengan bunyi gemuruh. Beberapa menit kemudian angin tersebut hilang," ujar Ardi yang baru berusia belasan tahun menceritakan kepada Radar Banjarmasin. Selanjutnya Ardi langsung lari dan berlindung karena takut melihat fenomena alam tersebut.

Pengakuan serupa juga diungkapkan oleh salah satu korban hantaman angin puting beliung ini, Ibu Aisiah yang berumur 63 tahun. Saat angin tersebut menghantam rumahnya, Aisiah berada di dalam rumahnya dan melihat langsung bagaimana atap rumahnya yang terbuat dari asbes tersebut berputar dibawa angin.

"Saat itu terdengar suara gemuruh angin yang sangat keras dan tiupan angin yang sangat kencang. Dan tiba-tiba atap rumah saya langsung beterbangan dan sebagian lagi jatuh ke bawah, saat itu saya berada di depan pintu, dan saya langsung keluar rumah takut tertimpa atap yang berjatuhan, angin tersebut tidak terlalu lama lalu hilang begitu saja," tuturnya saat dikunjungi di rumahnya, kemarin sore.

Selanjutnya, menurut Aisiah, dengan dibantu menantunya, ia mencari atap rumahnya yang terbang tersebut, tapi tidak ada. "Jangankan ada yang terlihat, sisa-sisanya saja sudah tidak ada entah ke mana hilangnya saya tidak tahu," katanya.

Kejadian seperti ini sudah dua kali menerpa kawasan Perumnas Batu Silira. Namun kejadian yang pertama kali itu tidak separah kemarin. Kejadian pertama hanya menimbulkan kerusakan ringan saja dan tidak sampai merobohkan rumah.(ins)

Saturday, March 10, 2007

Tabalong Tenggelam Lagi

Jumat, 02 Februari 2007 01:28


Tanjung, BPost
Diguyur hujan deras tiga hari berturut-turut membuat Sungai Tabalong kembali meluap dan menenggelamkan kawasan permukiman dan pertanian.

Banjir terparah terjadi Desa Ujung Murung, Hikun dan Agung. Ketinggian air di kawasan itu 1,5 meter. Warga pun harus mengevakuasi barang dan perabot rumah tangganya ke tempat yang lebih tinggi.

Warga Desa Ujung Murung RT 4 bahkan mulai mengoperasikan lagi jukung atau perahu kecil sebagai sarana transportasi keluar kompleks perumahan.

Camat Banua Lawas Haris Fadillah mengatakan sekitar 100 hektare sawah yang baru disemai Desa Bangkiling, Bangkiling Raya dan Desa Banua Lawas, sejak kemarin mulai terendam.

Jika ketinggian air banjir terus bertambah dan menggenangi lahan persawahan lebih dari sepekan, ia khawatir petani tak bisa panen. Jika banjir cuma bertahan 3-4 hari, lahan persawahan masih bisa diselamatkan.

Menurutnya, masyarakat dan aparat kecamatan, berupaya meminimalisir dampak banjir dengan membuat bendungan di sekitar persawahan. Bendungan dibuat dengan menumpuk karung-karung berisi pasir, bantuan dari satkorlak kabupaten.

Kepala Kesbanglinmas Tabalong H Marzuki Hakim mengatakan berdasarkan laporan, lima kecamatan yang mulai dilanda banjir, yakni Banua Lawas, Kalua, Tanjung, Muara Harus dan Upau.

Menurut Marzuki, kategori banjir belum membahayakan sehingga bantuan belum saatnya disalurkan.

"Kalau air terus camat setempat janji melapor. Kita juga akan berkoordinasi dengan tim Satkorlak termasuk mengaktifkan satlak di kecamatan dan kelurahan. Supaya penanganan banjir termasuk penyaluran bantuan lebih tepat dan terkoordinir," ujarnya.

Akibatnya Sungai Balangan dan Sungai Nagara, tiga desa di Hulu Sungai Utara (HSU) Tambalangan, Palampitan dan Paliwara, sejak kemarin, juga mulai terendam. Namun ketinggian air 20-25 cm.

Belum ada rumah warga yang terendam akibat luapan air itu. Namun di beberapa ruas jalan seperti Jalan Jermani Husinl lalu lintas mulai terganggu, karena ketinggian air sudah mencapat tumit pria dewasa. nda/ori

Petani Minta Saluran Air

Jumat, 02 Februari 2007 01:28


Martapura, BPost
Para petani di Desa Pingaran Ilir mengharapkan Pemkab Banjar membangunkan sebuah saluran air dari areal pertanian mereka ke Sungai Martapura. Saluran ini, bermanfaat untuk mengatasi banjir yang kerap merencam areal pertanian mereka.

Jurfai petani setempat, Rabu (31/1) mengatakan, luas lahan sawah sebanyak 5 hektare di desa mereka berada di dalam sebuah kawasan dataran rendah. Akibatnya, ketika musim penghujan air mengalir ke areal persawahan.

Petani kesulitan mengalirkan air yang telah merendam sawah mereka karena tidak ada saluran yang bisa untuk membuang air keluar. Sedangkan, untuk memanfaatkan saluran di Desa Tambak Baru tidak mungkin karena biasanya kalau air sudah naik, petani disana menutup saluran air sehingga petani di desa itu juga tidak berani mengalirkannya kesana.

Akibat tidak ada jalan keluar air, sawah-sawah di Desa Pingaran Ilir ini cukup lama terendam air. Satu-satunya, yang bisa menahan air terus mengalir ke areal sawah mereka adalah Jalan Pingaran.

"Jalan ini dulu memang dibangun untuk menahan agar air tidak mengalir ke persawahan mereka. Namun, tidak maksimal karena air yang ada di persawahan tidak bisa keluar sehingga membuat sawah terendam,"terang Jurfai.

Mengatasi persoalan ini, ujar Jurfai, para petani mengusulkan agar Pemkab membuatkan sebuah saluran air yang membelah pertanian mereka menuju ke Sungai Martapura. Diperkirakan, ada sekitar 200 meter untuk membangun saluran menuju sungai Martapura.

Kehadiran saluran ini, bisa membantu mengairi sawah di kawasan setempat pada musim kemarau dan sebaliknya pada saat musim penghujan akan membantu mengeluarkan air dari sawah ke Sungai, sehingga sawah bisa digarap setiap tahun.mtb/wid

Banjir Rambah Istana Negara

Jumat, 02 Februari 2007 03:06


2 Tewas di Bekasi

Hujan lebat yang mengguyur Jakarta dalam beberapa hari terakhir, membuat wilayah ibukota negara terendam. Bahkan, hujan yang turun sepanjang Kamis (1/2), mengakibatkan Istana Kepresidenan di Jalan Merdeka Utara, tergenang hingga di atas mata kaki.

Menurut pantauan BPost, meski genangan air di halaman istana tidak terlalu tinggi, tetapi cukup mengganggu aktivitas para pejabat maupun staf di gedung yang termasuk simbol negara tersebut.

Para pejabat yang melintas di kompleks Istana mesti berjalan berjingkit seraya mengangkat ujung celananya, jika tak ingin berbasah-basah. Seperti halnya rombongan tim investigasi kasus haji pimpinan Tholchah Hasan saat hendak menyerahkan laporan kepada presiden.

Kendaraan yang membawa Tholchah sengaja berhenti di dekat koridor agar penumpang tidak kena hujan saat turun. Setelah itu, rombongan berjalan masuk ke Istana lewat koridor yang beratap.

Berdasarkan catatan, genangan air di Istana Kepresidenan pernah terjadi tahun 2002 lalu. Itu merupakan kali pertama terjadi pascakemerdekaan RI.

Waktu itu, banjir juga menggenangi Jalan Medan Merdeka Barat depan Kantor Kedutaan Amerika Serikat, Istana Wakil Presiden, Balaikota DKI Jakarta, pusat pertokoan Pasar Baru, kawasan Glodok, Jalan MH Thamrin, Jalan Sunda, Jalan Jend Sudirman, dan lain-lainnya.

Dalam kejadian kemarin, pihak Rumah Tangga Kepresidenan (RTK) pun tampak sibuk. Para petugas langsung membuka semua pintu gorong-gorong saluran air yang ada. Sialnya, Istana bebas genangan, tetapi kawasan Sekretariat Negara (Setneg)--yang letaknya berdekatan justru jadi korban.

"Air meluap di halaman Setneg sebelum mengalir ke Kali Cideng. Tampaknya saluran air di Setneg harus kita bersihkan agar tidak mampet," kata Kepala RTK Ahmad Rusdi.

Secara umum, hujan berjam-jam itu membuat kesibukan Jakarta relatif kacau karena nyaris tak ada jalan yang terbebas dari genangan. Arus lalu lintas di jalan-jalan protokol, seperti Sudirman-Thamrin, nyaris macet karena kendaraan melaju bak siput. Di wilayah tersebut genangan air mencapai 30 cm.

Di kawasan Jl Agus Salim Menteng, air juga meluber. Anak-anak SD terpaksa pulang sekolah dengan menerobos air setinggi dada.

Kejadian itu, selain karena tingginya curah hujan, juga karena kiriman air dari Bogor. Kondisi itu tetap mengancam dalam beberapa hari ke depan. Alasannya, Kota Bogor dan sekitarnya masih mengalami curah hujan tinggi hingga pertengahan Februari.

Sementara, banjir yang melanda Bekasi, Jawa Barat telah membawa korban. Tiga bocah hanyut terseret arus sungai yang meluap akibat banjir. Dua bocah kakak beradik, yakni Lulu Ayu (10) dan adiknya Taufik (4) telah ditemukan dalam keadaan tewas. Sedangkan satu bocah lainnya, Fugi Ilham Aditya (6), warga Desa Wanasari Cibitung, Bekasi, hingga kemarin belum ditemukan.

Selain dilanda luapan air, gempa dengan kekuatan 6,2 skala Richter juga sempat membuat panik warga Jakarta dan Jawa Barat.

Berdasarkan data BMG, gempa ini berpusat di 8,3 LS dan 107,05 BT. Gempa terjadi pada kedalaman 57 km sekitar pukul 03.31 WIB.

Sebagian warga ibukota sempat berhamburan keluar rumah, namun beberapa saat kemudian kepanikan mereda. Pihak BMG sendiri menyatakan gempa itu tidak berpotensi menimbulkan tsunami.dtc/ti/ant

Banjar Waspada Banjir

Kamis, 01 Februari 2007 01:30


Martapura, BPost
Pemkab Banjar mulai mewaspadai banjir yang terjadi tiap tahun, dengan mendirikan posko penanggulangan banjir di halaman Kantor Dinkes Banjar, Rabu (31/1).

Sebelumnya, Selasa (30/1), Sekda Banjar Yusni Anani mengumpulkan sejumlah pejabat yang tergabung dalam Satkorlak PB Banjar di Aula Barakat Setda.

Sekretaris Pelaksana Harian Satkorlak PB Banjar, Djamhuri menyatakan, dari pertemuan itu, seluruh potensi kekuatan diupayakan disiagakan pada 1 Februari.

"Posko induk akan kita dirikan di halaman Kantor Kesbanglinmas Banjar di Jl A Yani Km 40. Dari sini, kegiatan pemantauan dan penanggulangan dikoordinasikan jika terjadi banjir," katanya.

Disinggung sarana dan prasarana yang disiagakan, Kepala Kantor Kesbanglinmas ini mengatakan, ada 16 perahu karet, 8 mobil pikap, 2 truk, 18 dapur umum lengkap dengan perlengkapannya.

Kemudian, tenda peleton 13 buah, logistik berupa beras 100 ton, makanan bayi dan mi instan 300 dos.

Selain itu, disiapkan juga pendukung air bersih oleh tiga BPK, dua mobil milik PDAM Intan serta empat tandon.

Dukungan personil antara lain dari Kodim 1006 Martapura 90 personil, polisi 30 personil, tenaga medis 12 orang dan didukung relawan dari Saka Bhakti Husada 100 orang.

"Bahkan, Targana (Taruna Siaga Bencana) yang sudah dilatih di tiap kecamatan telah kita siagakan, terutama di wilayah yang rawan banjir seperti Sungai Pinang, Pengaron, Simpang Empat, Mataraman, Astambul, Martapura Timur, Martapura Barat dan Martapura Kota termasuk Sungai Tabuk," terangnya.

Djamhuri menghimbau agar masyarakat tetap berjaga-jaga kalau-kalau terjadi banjir.

"Para camat juga diinstruksikan Bupati Banjar supaya menginventarisir lahan atau tempat yang cocok untuk tempat penampungan pengungsi saat banjir," katanya. adi

Tuesday, March 06, 2007

Gunung Merapi Lahar Pasir Kembali Melanda Kali Gendol

Kamis, 01 Februari 2007

Yogyakarta, Kompas - Hujan deras sekitar 1,5 jam di sekitar puncak Merapi, Rabu (31/1) sore, kembali menyebabkan aliran lahar di alur Kali Gendol, Kabupaten Sleman, Provinsi DI Yogyakarta, dan di alur Kali Woro, Klaten, Jawa Tengah.

Aliran lahar sempat terhenti beberapa minggu karena cuaca panas. Kalau ada pun, biasanya volumenya kecil sekali.

Di Kali Woro lahar menimbun sebuah truk pengangkut pasir yang tengah mengisi muatan. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu. Semua penambang pasir dan pengemudi berhasil naik ke atas tebing sebelumnya.

"Di lokasi ini ada beberapa truk. Yang lain langsung naik begitu tahu ada aliran lahar dari kejauhan. Truk terakhir tidak sempat menghindar. Saat itu pengemudinya masuk ke kabin ruang kemudi kendaraan lain dan meninggalkan truknya," ujar Paimin, seorang penambang pasir.

Lahar menghentikan pembangunan sabo (dam) di Kali Gendol yang baru beberapa hari mulai dikerjakan kembali. Karena faktor cuaca, pembangunan sempat terhenti sekitar satu bulan.

Aliran lahar yang berlangsung sesaat tidak banyak memengaruhi aktivitas penambangan pasir di kedua sungai tersebut. Penambang dan truk banyak yang turun kembali ke dasar kali begitu volume aliran air bercampur debu dan pasir menyusut.

Lava pijar

Saat ini Merapi masih sesekali meluncurkan lava pijar. Setelah hujan reda, sekitar pukul 14.21, terjadi luncuran awan panas jarak pendek, sekitar satu kilometer ke arah Kali Gendol.

"Guguran lava pijar masih terjadi. Fenomena ini terlihat cukup jelas saat malam," ujar petugas di Pos Pengamatan Gunung Merapi (PPGM) Kaliurang Heru Suparwaka.

Asisten Perencanaan Proyek Merapi Suroso yang diminta konfirmasinya membenarkan, pihaknya mulai melanjutkan kembali pembangunan dam di alur Kali Gendol. Prioritas pembangunan adalah dam C13 di sisi hilir kali. Untuk dam GE-D3 dan GE-D4, akan dilanjutkan kemudian.

"Kami mendapat informasi dari Badan Meteorologi dan Geofisika bahwa cuaca di sekitar DIY masih berubah-ubah. Sementara pembangunan dam sangat bergantung pada cuaca," ujarnya.(WER)

Banjir Jakarta Hidup Bersama Sungai Ciliwung

Kamis, 01 Februari 2007

Amir Sodikin

Banjir pasti datang setiap tahun, tetapi dengan pemberitahuan lebih dulu. Ia tak mungkin ingkar, akan selalu memberi kabar dengan tanda-tanda. Jangan dihambat jalannya karena bisa menerjang semuanya. Banjir akan merenggut korban jika dilawan.

Inilah kunci yang harus disadari jika ingin tinggal secara harmonis bersama Sungai Ciliwung. "Pasti kami tahu kalau datang banjir, semua warga tahu dan tak akan ada yang terlewat. Saya sudah 40 tahun di sini dan tak pernah ada warga yang mati akibat kebanjiran," kata Nur Hidayah (40), warga asli kelahiran pinggir Kali Ciliwung di RT 11 RW 02 Kampung Pulo, Kelurahan Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta Timur, Rabu (31/1).

"Kami tak mau dipindah dari sini. Enak karena dekat pasar sehingga bisa jualan apa saja. Dari sungai juga ada rezeki sampah kalau mau mungut untuk dijual," ujar Darmiati (40), warga pinggir kali (girli) di RT 03 RW 02, yang telah 20 tahun mengontrak dengan biaya Rp 200.000 per bulan.

"Kalau airnya bening, bisa untuk nyuci. Kami sudah beranak pinak di sini, mana mungkin pindah," kata Marnah, warga RT 05 RW 03, menyela.

"Setiap tahun memang banjir, dan saya harus libur dari jualan es, tapi biar bagaimana, saya tak punya rencana pindah," kata Julo (40), warga RT 07 RW 01.

Alasan-alasan mereka, penghuni girli yang selalu kebanjiran, memang tak pernah dipahami oleh siapa pun di luar komunitas mereka. Oleh karena itu, selalu terjadi kontroversi menyangkut banjir tahunan, apakah itu sebagai bencana atau "perayaan" tahunan?

Derita pengungsi

Rabu kemarin lebih dari 1.000 warga Kampung Pulo sudah tiga malam mengungsi di depan SMP Santa Maria, Jatinegara. Sebagian perempuan dan anak- anak masih berada di pengungsian, sementara laki-laki dewasa mulai menengok rumah mereka. Sebagian memilih belum membersihkan rumah dari genangan lumpur karena diyakini "perayaan" banjir belum berakhir.

Siang itu tak hanya orang tua yang sakit. Ratusan anak balita pun jatuh sakit karena sanitasi di sekitar permukiman padat itu tidak sehat akibat direndam air. Cuaca dalam beberapa hari ini buruk. Mendung seolah menjadi teror bagi orang yang tak memahami dinamika Ciliwung.

"Sudah ratusan anak terserang batuk, panas, pilek, dan gatal-gatal," kata Ni’matul Hanani, dokter puskesmas yang melayani pengungsi. Terdengar horor, tetapi banyak warga yang menghadapinya dengan santai.

Mereka yang terkena masalah kesehatan memang tampak lemah berbaring di pengungsian dan berharap cemas akan kesehatan keluarganya. Tetapi selalu ada petugas kesehatan yang datang membantu, seperti tahun-tahun sebelumnya.

Walau makanan cukup terjamin, situasi di pengungsian yang tak leluasa layaknya di rumah sendiri menjadi faktor utama pendukung nuansa muram di pengungsian. "Ah, biasa saja di pengungsian, makanannya terjamin kok. Sekarang yang penting mengungsi dulu, nanti kalau sudah kering baru pulang," kata Marnah (55), seorang nenek, menepis berbagai anggapan.

"Cuma bantuan duitnya enggak ada," lanjut Marnah, sambil tertawa renyah.

Berbagai isu bahwa ada warga yang memanfaatkan banjir hanya untuk mendapat bantuan mereka tepis sendiri.

Di Gang I Kampung Pulo, warga yang pulang harus membersihkan lumpur. Mereka bekerja ekstra sambil menggunjingkan beberapa pejabat yang baru saja meninjau.

Hari itu Wakil Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo memang mengunjungi posko pengungsian. Selain menanyakan kelengkapan di tempat pengungsian, Fauzi, yang akan mencalonkan diri sebagai Gubernur Jakarta, bercanda dengan pengungsi.

Kunjungan pejabat adalah salah satu bentuk selebrasi tahunan, yang hukumnya seperti wajib dilakukan oleh siapa pun pejabat yang ada di DKI Jakarta ataupun di Jakarta Timur. Selebrasi yang cukup menghibur warga adalah saat pejabat itu datang dan membawa bantuan, entah makanan atau fasilitas untuk mengungsi.

Semua berlangsung rutin setiap tahun, hingga tak ada yang heboh melihat pejabat datang. Walaupun tak begitu heboh menyambut pejabat yang datang, mereka pasti mempertanyakan pejabat yang tidak datang ke posko pengungsian banjir.

Beberapa partai politik juga memanfaatkan momentum itu untuk mendekatkan diri. Suasana di sepanjang jalan dekat posko pengungsian tampak meriah dengan bendera partai politik di tengah kota metropolitan Jakarta yang pragmatis.

"Penanganan banjir di Kampung Melayu memang sudah bagus. Bantuan datang mengalir dan pasti dikunjungi pejabat," kata seorang warga di Gang Arus, Kramat Jati, yang cemburu dengan kemeriahan di Kampung Melayu.

Tetap relokasi

Warga dengan berbagai rekayasa telah berusaha membuktikan bisa tinggal berdampingan dengan sungai dan banjir. Ibrahim, warga Gang Arus, misalnya, meninggikan lantai rumah hingga 1 meter selain menambah satu lantai rumah. Semua mebel dalam rumah telah dibuat "kedap air" sehingga sewaktu-waktu bisa ditinggal mengungsi.

Namun, rekayasa itu ternyata tak dianjurkan. Banjir adalah debit ekstrem dari sungai. Direktur Jenderal Sumber Daya Air Departemen Pekerjaan Umum Siswoko menegaskan, warga girli memang bukan penyebab terjadinya banjir. "Mereka menjadi korban, bukan penyebab banjir," katanya.

Apakah karena itu mereka tidak boleh digusur? "Tetap harus digusur, tapi alasannya karena tinggal di tempat yang sangat berisiko dan tak layak," ujarnya.

Dari sisi hukum alam, bantaran sungai merupakan dataran banjir yang menjadi jalan lewat air saat hujan turun karena adanya debit ekstrem. Daerah itu tak boleh diganggu karena memang bagian dari sungai.

Mau tidak mau, pemerintah harus merelokasi warga bantaran sungai. Harus diakui, ini merupakan ide klise sejak zaman dahulu kala. Berbagai rencana relokasi ditawarkan, tetapi selalu tak membuahkan hasil.

Siswoko mengatakan, salah satu kendala relokasi saat ini adalah mahalnya biaya pembebasan tanah. Dari pengalaman tahun 1996/1997 saat membebaskan 800 meter daerah bantaran sungai di dekat jembatan Casablanca, Jakarta Selatan, ternyata banyak bantaran sungai yang sudah bersertifikat.

"Akhirnya biaya pembebasan itu lebih mahal dibandingkan dengan biaya pembangunan tanggulnya," kata Siswoko.

Ia tidak setuju dengan berbagai ide rekayasa bangunan di bantaran. "Prinsipnya, jangan halangi daerah aliran air. Secanggih apa pun bangunan itu, kalau yang datang banjir besar, tetap akan bermasalah. Mereka tetap akan digusur walaupun bisa membuktikan hidup berdampingan dengan Ciliwung," ujar Siswoko.