Sabtu, 04 Nopember 2006 00:09:31
KEBAKARAN hutan dan lahan menjadi biang serbuan kabut asap di Kota Banjarmasin dan sekitarnya. Kebakaran itu menurut Ketua Laboratorium Biologi yang juga dosen PMIPA FKIP Unlam Banjarmasin, Darmono, lebih banyak disengaja ketimbang faktor alam.
Sebab, sebagian besar kondisi tanah di Kalimantan Selatan adalah lahan basah atau lahan gambut. Artinya, daerah ini merupakan kawasan rawa karena tergenang air, baik secara musiman maupun permanen dan banyak ditumbuhi vegetasi sehingga secara umum kondisi lahan basah memiliki tekstur, sifat fisik dan kimia yang khas, sehingga sulit terbakar secara alami
Dari hasil penelitian yang dilakukan di lapangan, kebanyakan pembakaran lahan dan hutan dilakukan masyarakat itu terjadi malam hari. Alasannya, karena warga tak memiliki dana untuk membuka lahan pertanian.
Maka langkah untuk mengembalikan siklus ke materi selama pascapanen dengan cara membakar sehingga bila musim air datang, bisa langsung ditanami.
"Sementara dengan cara lain seperti membabat lalu dipendam, warga mengaku tidak memiliki dana karena untuk melakukan itu tidak mungkin secara manual. Harus memakai mesin," kata Darmono.
Oleh karena itulah, kata Darmono, kebanyakan pemilik lahan memilih membakar. "Kecuali di pinggir jalan. Proses kebakaran lahan setahu kita bukan karena unsur kesengajaan, tapi kebanyakan karena puntung rokok yang dibuang pengendara," katanya.
Sedangkan di Kalimantan Tengah, sesuai informasi yang ia peroleh, kebakaran yang terjadi memang secara alami karena kondisi tanah di daerah tersebut termasuk lahan gambut kering.
"Sehingga pada waktu kering atau musim kemarau datang sering terjadi kebakaran dalam tanah. Karena ada retakan-retakan lahan dan gerakan sebagainya yang jatuh ke bawah tanah, akhirnya menimbulkan gesekan kemudian menyala dan mengeluarkan asap," jelasnya.
Lain halnya, kebakaran lahan atau hutan di Kalsel, kata Darmono, kebanyakan daerahnya merupakan dataran rendah seperti di Batola, Banjar, Tanah laut, Amuntai dan Kota Banjarmasin.
"Sedangkan yang bukan lahan gambut basah hanya Kotabaru, Batulicin, Satui, Banjar bagian atas seperti Mataraman, Pelaihari bagian atas dan Rantau, itu semua merupakan dataran tinggi karena dalam tanahnya banyak mengandung batu bara," aku Darmono
Meski demikian, kalau ditinjau secara ekologi terjadinya kebakaran lahan gambut ini tidak merugikan siapa-siapa kecuali manusia karena kabut asap.
Karena menurut Darmono dari beberapa kali survei di lapangan, kebakaran lahan yang terjadi di Kalsel kebanyakan hanya pada bagian permukaan saja. "Sementara bagian dalam tanah sangat kecil. Karena kondisi tanah kita adalah lahan basah," jelasnya.
Kebanyakan kebakaran yang terjadi di Kalsel terjadi di kawasan pertanian bukan hutan. "Karena kawasan hutan di wilayah Kalsel untuk sekarang ini sudah hampir tak ada lagi," tandasnya.mdn
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Friday, November 24, 2006
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment