Thursday, November 27, 2008

Juai dan Halong Banjir

umat, 28 November 2008 11:45 redaksi

PARINGIN - Banjir kembali melanda sejumlah desa di Kecamatan Juai dan Halong. Kondisi naiknya permukaan air terjadi sejak Selasa malam, dan sejak Rabu air sudah merendam sedikitnya tiga desa di Juai, yaitu Desa Galumbang, Teluk Bayur dan sebagian kawasan Mungkur Uyam.

Sementara di Kecamatan Halong, Desa Bangkal dan Baruh Panyambaran juga tergenang air. Namun dilaporkan angka pasti berapa jumlah jumlah, fasilitas sekolah maupun tempat umum yang turut terendam banjir.

Syahril, Kepala Seksi Trantib (Ketenteraman dan Ketertiban) Kantor Camat Juai mengatakan, petugas Linmas dan Organisasi Relawan Penanggulangan Bencana di Kecamatan Juai telah mengantispasi musibah ini.

Warga ketiga desa di kecamatan itu pun sudah bersiaga sejak beberapa waktu sebelumnya, tatkala hujan mulai sering turun.

"Hampir tiap tahun di Juai ada banjir. Sehingga kami, mau tidak mau, pasti antisipasi dan siaga," katanya.

Menurut penuturan Syahril, di beberapa bagian desa air mencapai ketinggian hampir satu meter. Namun demikian, tak ada korban jiwa dalam musibah ini. Warga desa juga belum memutuskan untuk mengungsi dari tempat tinggal masing-masing.

"Situasi masih terkendali. Kami sudah koordinasi dengan Satlak (Satuan Pelaksana) Penanggulangan Bencana," lanjut Syahril.

Dia menambahkan, petugas dari Dinas Sosial, Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan Kabupaten Balangan juga telah turun ke lapangan untuk melakukan pengamatan, sejauh mana bantuan teknis yang perlu diturunkan.

Dilaporkan juga selain di kawasan Balangan, di sejumlah wilayah di Kalimantan Selatan mulai terendam air, disebabkan tingginya curah hujan, seperti di Kabupaten HSU.

Sunday, November 23, 2008

Ratusan Buah Rumah Terendam Banjir

Senin, 24 November 2008 11:10 redaksi

BATULICIN - Hujan deras yang mengguyur dua desa di Kecamatan Simpang Empat, yakni Desa Antasari dan Tungkaran Pangeran, Sabtu (12/11) siang sekitar pukul 15.00 Wita, mengakibatkan ratusan rumah penduduk terendam air.

Sementara itu, akibat banjir tersebut ratusan rumah penduduk Jalan Mulawarman dan Jalan Perjuangan Desa Tungkaran Pangeran ikut terendam air. Air yang merendam ruas jalan dan rumah-rumah penduduk ini memang tidak berlangsung lama.

Tetapi warga setempat sempat dibuat panik. Pasalnya, warga setempat khawatir akan terjadi banjir besar hingga menenggelamkan rumah mereka. Beruntung, kekawatiran warga tidak berlangsung lama, ini setelah air berangsur turun (surut).

Dalam waktu bersamaan, banjir juga terjadi di Jalan Banyuwangi RT 01 Desa Antasari, hasil pemekaran dari Desa Tungkaran Pangeran. Tercatat sekitar 100 rumah warga turut terendam dan ketinggian air dalam rumah hingga pergelangan kaki orang dewasa.

Sementara itu, air baru mulai surut sekitar empat jam setelah hujan deras tersebut redah. Namun, hingga malam sekitar pukul 22.00 Wita, arus lalu lintas masih macet. Sebab ruas jalan raya itu masih terendam air.

Salah satu korban banjir dari warga Jalan Mulawarman, Nanang Rusmani, mengatakan, banjir ini mulai terjadi beberapa hari lalu saat air dari hulu turun deras. Namun banjir meluas setelah hujan turun deras Sabtu (12/11) sore kemarin.

Ia memperkirakan, banjir ini tetrjadi lantaran sejumlah saluran air di sungai ini tertutup oleh bangunan maupun sampah yang selama ini dibuang secara sembarangan.

"Memang banjirnya tidak lama. Tetapi kalau hujan turun deras, maka air dari sungai meluap yang mengakibatkan rumah penduduk terendam. Peristiwa ini baru saja terjadi tahun ini. Sebelumnya kita di sini aman-aman saja dari banjir," katanya kepada Mata Banua.

Sementara itu sejumlah warga Desa Antasari, menduga banjir yang baru saja merendam rumah mereka akibat beberapa saluran air sekitar itu tertutup bangunan seorang pengusaha konglomerat di Tanah Bumbu.

Sebab, menurut warga, banjir ini baru saja terjadi setelah beberapa saluran air yang ada di wilayah tersebut tertutup oleh bangunan sang pengusaha.

"Dugaan kami kuat ke sana, di mana banjir ini terjadi karena saluran air yang ada sudah tertutup sehingga saat hujan turun air terpaksa meluar dan mengalir ke rumah-rumah penduduk maupun jalan raya," beber warga RT 01 ini.

Karena itu, warga berharap, Dinas Pekerjaan Umum (PU) kabupaten Tanah Bumbu maupun yang terkait dengan banjir ini, agar segera turun tangan membangun drainase sebagai bentuk untuk memperlancaran aliran air saat hujan turun.

Warga juga minta, saluran air yang diduga ditutupi oleh bangunan untuk dikembalikan keasal sebagai saluran air. Sebab jika hal tersebut dibiarkan, yang tetap mendapat bencana banjir ini ialah warga masyarakat kecil. rah/mb02

Saturday, November 15, 2008

Abrasi Pantai Kusan Hilir Kian Parah

Sabtu, 15 November 2008 11:44 redaksi

BATULICIN - Abrasi laut yang terjadi di pesisir Pantai Desa Sungai Lembu, Kecamatan Kusan Hilir, Kabupaten Tanah Bumbu (Tanbu) Kalimantan Selatan, dinilai semakin parah.

Dari pantauan kemarin, rusaknya pantai tersebut hingga kini mulai merambah ruas Jalan Trans Kalimantan dikawasan desa tersebut. Tingginya gelombang laut yang sempat terjaid beberapa waktu lalu menyebabkan puluhan jumlah pohon disepanjang pinggir pantai tumbang.

Tidak adanya penangkal gelombang mendorong air laut yang kerap meninggi naik kepermukaan hingga mengikis badan jalan Trans Kalimantan.

Hal itu diperparah rusaknya sebuah jembatan pada ruas jalan tersebut yang terlihat nyaris hanya seperti kerangka tiang besi, selain itu separuh badan jalan longsor terkena gelombang laut.

Jalan Trans Kalimantan merupakan sarana vital jalur transportasi darat yang menghubungkan Kabupaten Kotabaru dan Kabupaten Tanbu menuju Kota Banjarmasin, pusat Ibukota Provinsi Kalimantan Selatan.

Terkikisnya tebing jalan dan rusaknya sarana jembatanyang disebabkan abrasi laut dikawatirkan mengganggu kelancaran transportasi yang melintasi jalur tersebut.

Meskipun pemerintah sudah mulai turun tangan memperbaiki struktur jembatan, namun dari segi proses pengerjaan masih terkesan lamban.

Tingginya gelombang laut yang bisa muncul setiap saat dikhawatirkan lebih cepat merusak bagian jembatan dan memutuskan badan jalan.

"Perbaikan semestinya lebih cepat untuk dilakukan, jika tidak abrasi pantai semakin parah hingga memutus ruas jalan sebagaimana yang pernah terjadi 2006 silam," kata Erma (31), warga Batulicin yang melintasi jalan tersebut. an/mb02

Thursday, November 13, 2008

HSU Juga Siap Hadapi Banjir

Kamis, 13-11-2008 | 12:55:59

AMUNTAI, BPOST - Bagian Kesbanglinmas Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU), Kalsel menggelar pelatihan tanggap bencana bagi seluruh anggota Taruna Tanggap Bencana (Tagana) didaerah itu.

Hal ini sebagai persiapan dini menghadapi ancaman banjir tiap tahun yang mungkin kembali terjadi tahun ini. "Kabupaten kita berada didataran rendah, jadi rawan banjir. Untuk itu kami sejak dini harus mempersiapkan kondisi itu," ungkap Kabag Kesbanglinmas Kabupaten HSU, H Fathurrahman, Kamis (13/11).

Monday, November 10, 2008

Abrasi Ancam Pantai Gedambaan

Sabtu, 8 November 2008
KOTABARU – Banyaknya penebangan pohon yang tumbuh di tepi Pantai Gedambaan dan sekitarnya menyebabkan abrasi pantai. Pasalnya, pohon yang menjadi penahan deburan ombak itu kian berkurang.

Pantauan Koran ini di sekitar lokasi Pantai Gedambaan, areal yang dulunya hijau dan ditumbuhi semak belukar, pohon-pohon liar, seperti laban, serta pohon kelapa, sebagian telah dibabat.

Akibat terus dibuka, bibir pantai yang menjadi obyek wisata yang terus dipadati wisatawan domestik dan sebagian asing, terutama pada hari Minggu dan hari-hari libur tersebut, akhir-akhir ini mulai digerus gelombang pasang hingga beberapa meter ke arah daratan.

Ancaman abrasi bukan hanya terlihat pada pusat lokasi wisata Pantai Gedambaan saja. Namun awal kehancuran pantai tersebut dapat dilihat di sepanjang pantai Desa Gedambaan mulai kilometer 11 Jalan Berangas hingga kilometer 14.

Puluhan meter siring beton yang dipasang dan berfungsi menahan deburan ombak belakangan ini telah runtuh. Sementara belasan meter siring yang masih dapat bertahan pondasinya juga mulai digerus gelombang yang tidak lama lagi akan segera roboh.

"Jika pamerintah tidak segera mengantisipasi masalah ini, beberapa tahun ke depan banyak pantai yang terus digerus abrasi air laut,” ujar Yadi, warga Dsa Gedambaan. Ancaman abrasi ini memang menjadi momok bagi masyarakat yang tinggal di pesisir pantai. Pasalnya, beberapa kawasan pesisir pantai sudah terjadi abrasi yang luar biasa. Abrasi tersebut terjadi karena sudah tidak adanya lagi kawasan penyangga (buffer zone) abrasi seperti tanaman bakau atau mangrove.

Terlihat jelas perbedaannya, beberapa kawasan pesisir pantai yang sudah tidak ada lagi buffer zone kian hari terus tergerus air laut. Sementara pesisir pantai yang masih ada kawasan penyangga tetap tak terusik dengan hantaman ombak tiap hari. Padahal pemerintah daerah sudah beberapa kali menganggarkan penghijauan dan menanaman pohon mangrove, namun sampai sekarang ini tidak terlihat hasil yang memuaskan. (ins)

Kalsel Waspada Banjir November

Sabtu, 01-11-2008 | 09:49:26

BANJARMASIN, BPOST - Warga Kalimantan Selatan (Kalsel), terutama yang tinggal di kawasan rawan banjir, diminta untuk mewaspadai tibanya musim hujan yang diprediksi terjadi pada awal November 2008.

Kabid Perlindungan Masyarakat Kesbanglinmas Kalsel, Akhmad Arifin, di Banjarmasin, Jumat, mengatakan, diperkirakan mulai awal November intensitas curah hujan di Kalsel semakin tinggi.

Sehingga kemungkinan terjadinya banjir, terutama di kawasan rawan Banjir di empat Kabupaten, yaitu Kabupaten Tanah Laut (Tala), Kotabaru, Batulicin dan Kabupaten Banjar, juga semakin tinggi.

Warga di keempat daerah itu, terutama beberapa kecamatan yang menjadi langganan banjir, diharapkan meningkatkan kewaspadaannya, mengingat banjir bisa datang secara tiba-tiba, terutama bila hujan terus menerus.

"Saat ini, kendati terjadi hujan, namun tidak setiap hari, sehingga banjir belum terjadi di beberapa daerah," katanya.

Kondisi itu berbeda dibanding musim hujan, kendati hujan yang turun tidak terlalu deras, tetapi bila terjadi terus menerus maka bisa menimbulkan banjir.

Bupati melalui Satkorlak masing-masing daerah juga diimbau untuk selalu menyiagakan peralatan evakuasi bagi korban banjir. Dalam beberapa kejadian banjir, Satkorlak kesulitan untuk mendapatkan tempat bagi para pengungsi. "Hal tersebut harus diantisipasi lebih awal," katanya.

Beberapa daerah rawan banjir, di antaranya adalah Kecamatan Asam-Asam, Jorong, Pelaihari di Kabupaten Taladan.

Dicontohkannya, pada Agustus 2008 lalu, banjir besar terjadi di Kecamatan Asam-Asam dan beberapa kawasan lainnya. Air tidak hanya merendam ratusan rumah warga, tetapi juga beberapa ruas jalan yang mengakibatkan arus lalu lintas lumpuh total.

Ketinggian air di jalanan mencapai satu meter bahkan lebih, sehingga tidak satu pun angkutan yang berani melintasinya. Saat itu, sebagian besar warga dari 15 RT (688 jiwa) yang rumahnya terendam banjir diungsikan, bahkan empat warga tewas terseret arus. "Kondisi seperti itu bisa terulang pada musim hujan saat ini, sehingga warga harus selalu waspada," katanya.