Tuesday, December 19, 2006

KISAH URANG BANJAR DI JERMAN

Jumat, 17 Nopember 2006 01:54:56
"ANDA dari mana?," tanya orang Jerman kepada Evert Indrawan. Dengan penuh bangga, Master of Arts - School of Architecture Germany itu pun menyebut Banjarmasin, Kalimantan, Indonesia. "Oh, asap," demikian seru orang Jerman itu, ketika mendengar kata Kalimantan.

Lain ceritanya kalau yang ditanya adalah orang Surabaya. Ketika mendengar Surabaya, orang Jerman selalu mengolok-olok dengan mengatakan, "Lumpur (Lapindo) ya?,".

Sebagai Urang Banjar di Jerman, Evert terkadang malu, karena selalu diolok-olok masalah asap. Namun di sisi lain, Evert merasa bangga, karena orang Jerman begitu peduli dengan bencana asap yang terjadi di Kalimantan.

Evert yang baru tiba di Banjarmasin, Kamis (16/11) siang setelah menempuh perjalanan 20 jam dari Berlin menuturkan, orang Jerman begitu perhatian dengan bencana asap di Kalimantan.

Orang Jerman selalu menyempatkan diri memantau perkembangan asap lewat internet. Evert pun tak mau kalah. Selain mengakses situs-situs nasional, tak lupa dia membuka website milik Banjarmasin Post.

"Kadang saya bingung menjawab pertanyaan mereka, mengapa hutan bisa terbakar dan tak bisa dipadamkan. Saya selalu katakan, kalau itu terjadi akibat kemarau panjang," ungkap pria yang sudah empat tahun tak pulang ke Banjarmasin ini.

Selain pohon-pohon di hutan mengering, sehingga mudah terbakar, karakteristik tanah gambut menjadi kendala lain untuk memadamkan api.

Mendengar jawaban itu, kata Evert, orang Jerman geleng-geleng kepala, seolah tidak percaya kalau masalah ini tak bisa diatasi segera. Apalagi asap telah mengganggu penerbangan, sehingga mereka menilai bencana ini merupakan sesuatu yang serius.

Menurut Evert, orang Jerman juga begitu perhatian terhadap nasib orang hutan yang tewas akibat asap. Dan kalau sudah begini, mahasiswa Jerman, sangat ingin ke Kalimantan untuk ikut ambil bagian dalam menyelesaikan masalah lingkungan hidup, termasuk penanganan asap.

Peter Mafay, seorang penyanyi gaek Jerman, dalam setiap pentasnya selalu mengajak kepada fans untuk bersama-sama menyelamatkan lingkungan di Kalimantan.

Dikatakan pria kelahiran Banjarmasin, 18 September 1979 ini, mahasiswa Jerman banyak belajar tentang perkembangan negara dunia ketiga atau negara-negara Asia Tenggara. Malah di Universitas Humboldt, Bahasa Indonesia menjadi bidang studi wajib yang harus dipelajari.rbt

Copyright © 2003 Banjarmasin Post

No comments: