Friday, December 08, 2006

Bomber Rusia Kebingungan

Kamis, 09 Nopember 2006 01:46:07
Banjarbaru, BPost
Operasi pemadaman kebakaran hutan dan lahan menggunakan pesawat BE -200 di Kecamatan Gambut, Kabupaten Banjar, Kalsel, Kamis (8/11) tidak berjalan mulus. Pilot pesawat kebingungan karena tak menemukan satu pun titik api (hotspot) di area yang menjadi target pengeboman.
BOM KALSEL - Pesawat amphibi BE-200 Rusia tiba di Bandara Syamsudin Noor Banjarbaru, Rabu (8/11) pukul 14.00 Wita. Pesawat ini langsung melakukan pemadaman kebakaran hutan dan lahan di Kecamatan Gambut, Kabupaten Banjar. Foto: BPost/Apunk

Kekecewaan terlihat dari wajah pilot Krayzef bersama lima krunya yang sebelum terbang sempat disambut dengan upacara batapung tawar dan sajian sinoman hadrah ini. Pilot asal Rusia itu berkali-kali mengangkat tangannya seolah-olah menyerah. Itu dilakukannya setelah hampir dua puluh menit berputar-putar di udara.

Wartawan Banjarmasin Post, Anita Kusumawardhani yang ikut dalam penerbangan juga tidak melihat enam hotspot di wilayah Gambut sebagaimana panduan peta dari Dishut Kalsel. Krayzef pun semakin kebingungan. Berkali-kali kepalanya digelengkan ke kiri dan kanan, sebagai isyarat kekecewaan.

Pesawat yang mengangkut 12 ton air yang diambil dari perairan Tabunio, Tanah Laut, akhirnya dimuntahkan begitu saja di beberapa tempat munculnya asap di wilayah Gambut. Untung saja, operasi pemadaman kabut asap itu tertolong dengan turunnya hujan alami sekitar pukul 16.20 Wita.

Pesawat pun sempat diturunkan ketinggian sampai 150 hingga 100 meter dari atas tanah. Tak urung gerakan pesawat berharga sewa 15 ribu dolar AS per jamnya ini cukup membuat guncangan hebat yang dirasakan penumpangnya. Guncangan keras juga terjadi ketika pesawat mengambil air bahan baku penyiraman. Rasanya seperti naik speedboat.

Aksi burung besi jenis amphibi bermesin jet ini berakhir pukul 16.23. Bersamaan hujan gerimis turun di areal sasaran, kru pesawat memuntahkan air di lokasi-lokasi munculnya asap. Pesawat yang mampu mendarat di landasan padat maupun perairan ini kemudian mendarat kembali di Bandara Syamsudin Noor pukul 16.33 Wita.

Kurang Persiapan

Apakah upaya itu dikatakan gagal? Semua pihak yang terlibat sebagai koordinator kerja besar ini, enggan berkomentar. Sayangnya lagi, gubernur dan pejabat teras plus muspida Kalsel yang sebelumnya kontinu melakukan rapat pemantapan, tidak menyaksikan aksi pengeboman air.

Mayjen TNI Syamsul Maarif selaku ketua pelaksana harian Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana (Bakornas PB) juga menggelengkan kepala sebagai isyarat enggan berkomentar.

Sugeng, sebagai jurubicara tak berani menyatakan itu gagal. "Saya tak mau mengatakan ini gagal atau belum berhasil dan sejenisnya. Yang jelas kita sudah lakukan pengeboman hari ini, meski untuk api-api kecil saja," katanya.

Menurut Sugeng, operasi perdana kemarin tidak ditunjang data terbaru hotspot, sehingga membuat pilot bingung. "Datanya kurang akurat. Hotspot yang dicurigai ada ternyata tidak ada," ujarnya.

Proses pengeboman di Palembang tim turun dengan dua kekuatan. Selain pesawat BE, akurasi data pantauan satelit NOAA diyakinkan lagi pantauan langsung tim baik dari udara maupun dari darat sebelum pengeboman dilakukan.

Rencananya, Kamis (9/1) ini, tim akan mematikan titik api di Kapuas Kalteng, tetap dengan 1 unit pesawat dari dua unit yang direncanakan. Pasalnya, satu unit pesawat lainnya sedang dalam perbaikan di Palembang menunggu kiriman suku cadang dari Rusia.

Mengantipasi ini Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Said D Jenie mengatakan pihaknya mengusulkan pemerintah membeli pesawat pembom air jenis BE- 200 buatan Rusia. Hal ini karena setiap tahun selalu terjadi kebakaran hutan dan lahan.

"Idealnya kita harus memiliki tujuh unit pesawat jenis itu. Ini karena luasan hutan dan lahan terbakar tersebar di sejumlah pulau-pulau besar," kata Said. niz/adi

Copyright © 2003 Banjarmasin Post

No comments: