Kamis, 02 Nopember 2006 00:20:39
Amuntai, BPost
Kabut asap yang menyelimuti Kabupaten Hulu Sungai Utara sebulan terakhir, tak hanya mengganggu kesehatan warga, tapi membawa dampak bagi para petani. Selama kabut asap menyerang, petani tak bisa menjemur gabah mereka.
Hal itu seperti yang terjadi di Desa Tayur, Kecamatan Amuntai Utara. Akibat sinar matahari terus tertutup kabut, gabah hasil panen petani tak bisa dijemur.
"Kondisi kabut tahun ini membuat kami merugi. Selain hasil panen menurun akibat kekeringan, padi yang sudah dipanen dan jadi gabah busuk akibat tak bisa dikeringkan karena matahari selalu diselimuti kabut," kata Rukayah, ditemui saat mengurai padinya di bahu jalan raya Amuntai Utara, Selasa (31/10).
Selain Rukayah, beberapa petani setempat mengaku hanya bisa menikmati hasil panen separuh dibanding saat kondisi normal. "Sebagian padi yang dipanen isinya kosong. Mungkin kekeringan, sehingga tak berbuah sempurna," tutur Acil Midah.
Jika dulu dalam empat borongan petani di Tayur bisa mendapatkan gabah kering 50 blek (1 blek berisi 20 liter, Red), sekarang maksimal bisa 40 blek padi Ciherang.
Harga gabah pun, sambung Rukayah, tak terlalu menggembirakan, yaitu Rp35.000 per blek. Padahal modal bibit sudah Rp30.000 per blek. "Kami berharap kabut asap segera hilang. Minimal bisa menjemur gabah biar tidak membusuk jika disimpan lama," ujarnya.
Pantauan BPost, kabut asap beberapa hari terakhir memang belum menghilang meski sudah turun hujan.
Setelah sempat menghilang pada hari pertama Idul Fitri, kabut kembali menyelimuti wilayah HSU, namun tak setebal saat Ramadhan. Sepanjang hari, udara terasa lembab, cuaca seperti mendung. han
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Friday, November 24, 2006
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment