Minggu, 07-09-2008 | 00:34:20
PELAIHARI, BPOST - Banjir yang melanda sejumlah tempat di Kabupaten Tanah Laut (Tala), pekan lalu menyebabkan beberapa fasilitas umum mengalami kerusakan serius. Setidaknya dua tanggul jebol dan dua buah bendungan terkelupas lapisan penguat lantainya.
Dua buah tanggul tersebut di Desa Kunyit dan Panggung Kecamatan Pelaihari. Sementara tanggul yang rusak berada di Desa Damit Kecamatan Batu Ampar dan di Desa Karang Rejo (tanggul Sungai Biawak) Kecamatan Jorong.
Dinas Kimprasda Tala bergerak cepat. Kerusakan fasilitas vital bagi kalangan petani tersebut langsung dilaporkan kepada Bupati. Bupati H Adriansyah pun telah meresponnya dengan mengucurkan dana perbaikan dari pos biaya tak tersangka.
"Alhamdulillah Bupati langsung memberikan danannya sebesar Rp 133 juta. Insya Allah perbaikannya secepat mungkin kami laksanakan, karena keberadaan fasilitas tersebut sangat dibutuhkan petani," ucap Kasi Tata Sumber Daya Pengairan Dinas Kimprasda D Heru Purwanto, dua hari lalu.
Hasil pengecekan di lapangan, tanggul di Desa Kunyit jebol sepanjang 25 meter, sedangkan di Desa Panggung 75 meter. Selanjutnya tanggul tanah tersebut akan dibangun kembali dengan konstruksi yang lebih kuat.
Sesuai tingkat kerusakan, perbaikan tanggul di Kunyit diestimasi menyedot dana Rp 25 juta, tanggul Panggung Rp 45 juta. Sementara untuk memperbaiki bendungan di Damit membutuhkan dana Rp 20 juta dan bendungan di Karang Rejo Rp 43 juta.
Keempat sarana pertanian tersebut rusak/jebol diterjang banjir bandang pekan lalu. Lumayan luas/banyak tanaman petani yang rusak karenanya. Di Desa Kunyit, misalnya, tercatat 10-an hektare tanaman hortikultura yang gagal panen.
"Itu sebabnya pengerjaannya harus sesegera mungkin. Jika tidak kasihan petani sulit dan bahkan mungkin tidak bisa bercocok tanam. Supaya cepat dan kualitas pekerjaannya bagus, nanti yang mengerjakannya pihak ketiga (kontraktor)," jelas Heru.
Terhadap dua bendungan tersebut, sebenarnya yang rusak hanya bagian lantainya saja yakni terkelupasnya lapisan semen. Namun jika dibiarkan, maka dampaknya fatal. Bangunan bendungan lama-kelamaan akan keropos, air merember, dan akhirnya bisa jebol.
Khusus di Desa Kunyit, lanjut Heru, tahun ini juga sungai setempat (Sungai Tabanio) sepanjang 2,5 kilometer dikeruk. Pekerjaaan telah dimulai dan sekarang telah terealisasi 800 meter. Proyek ini dianggarkan dalam APBD 2008 senilai Rp 1 miliar.
Pengerukan sungai setempat mendesak, mengingat tiap tahun pada musim penghujan hamparan padi seluas 450 hektare milik petani Kunyit selalu kebanjiran dan banyak yang puso. Penyebabnya lantaran dangkal dan berkelok-keloknya sungai. Dalamnya hanya 1,5-2 meter dan lebar 18 meter.
"Sungainya kami perlebar menjadi 25 meter dan dikeruk menjadi 2-3 meter. Tanggul kanan kirinya dinaikkan menjadi 1,5 meter. Insya Allah jika nanti pekerjaan sudah selesai, tanaman padi di Kunyit tidak akan kebanjiran lagi," pungkas Heru. (roy)
Rentan Banjir
TINGGINYA sedimentasi (pendangkalan) di Sungai Tabanio menjadi penyebab utama seringnya banjir di areal persawahan Kunyit. "Dua jam saja hujan lebat turun, air bah pasti datang dan membanjiri sawah. Kalau dulu, dua hari baru banjir," tutur Kades Kunyit M Abduh.
Ditemui saat berada di Dinas Kimprasda Tala, Abduh mengaku bersyukur tahun ini sungai Tabanio yang melintasi desanya dikeruk dan diperkuat tanggulnya. Pasalnya warganya telah cukup lama menantikan pengerukan sungai tersebut supaya lahan pertanian tidak lagi kebanjiran.
Banjir pekan lalu, beber Abduh, sekurangnya 10 hektare tanaman warganya (jagung, mentimun, terong, kacang panjang, dan lainnya) yang terendam selama dua hari. Akibatnya sebagian besar tanaman tersebut sekarang rusak dan mati. (roy)
No comments:
Post a Comment