Sabtu, 27 Januari 2007 23:12
Pelaihari, BPost
Banjir besar yang melanda sejumlah wilayah di Kabupaten Tanah laut, Rabu lalu, menimbulkan banyak kerugian material, di antaranya jebolnya Bendungan Sungai Tabonio dan putusnya dua unit pipa PDAM.
Panjang tanggul yang jebol mencapai 50-an meter. Tanggul yang terbuat dari tanah dan beton ini tak mampu menahan terjangan air hingga akhirnya ambrol. Akibatnya, beberapa petak tanaman cabe dan sawah warga terendam.
Bendungan Sungai Tabonio sendiri sempat terendam selama beberapa jam dan nyaris jebol. Beruntung petugas PDAM bersama warga cepat membuka pintu-pintu air sehingga mengurangi kuatnya tekanan.
Kondisi ini berdampak terhadap pelayanan air bersih PDAM kepada pelanggan. Kualitas air bersih menurun akibat memburuknya air Sungai Tabonio yang warnanya berubah kecoklatan dan bercampur lumpur.
Selama dua hari pelayanan air bersih di Kelurahan Pabahanan dan Desa Kunyit terhenti menyusul putusnya dua unit pipa induk di dua jembatan di Pabahanan. "Sepertinya pipa itu putus akibat diterjang balok kayu yang terseret banjir," kata Plt Dirut PDAM Pelaihari H Dwi Wahatno Bagio.
Mengatasi masalah ini, PDAM membenahi pipa dengan cara menyambung dengan pipa paralon. Sejak Sabtu (27/1), distribusi air bersih di Pabahanan dan Kunyit kembali lancar. Namun pipa tersebut hanya bersifat sementara.
"Saya berharap APBD 2007 bisa mengakomodasi perbaikan pipa. Kerusakannya cukup parah, tidak hanya pipanya yang putus, tapi rangka penyangga (jembatan)nya juga hancur," sebut Wahatno.
Selain itu pihaknya juga berharap tanggul bendungan Tabonio yang jebol secepatnya diperbaiki. Jika tidak, musim kemarau nanti PDAM Pelaihari terancam krisis bahan baku.
Kerusakan fasilitas umum akibat banjir juga terjadi di Kunyit Kecamatan Pelaihari dan Desa Tajau Mulya Kecamatan Batu Ampar. Masing-masing satu unit jembatan mengalami kerusakan parah sehingga tidak bisa dilintasi kendaraan bermotor.
Sementara banjir yang menggenangi permukiman sejumlah warga di Tala kini telah surut. Namun beberapa rumah warga--terutama di Panjaratan--masih menyaputi lantai.roy
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Sunday, January 28, 2007
Saturday, January 27, 2007
Seratus Lebih Rumah Terendam
Rabu, 24 Januari 2007 23:14
Pelaihari, BPost
Hujan lebat mengguyur kota Pelaihari sejak Rabu (24/1) pagi, membuat air sungai di kawasan Parit meluap dan menggenangi ratusan lebih permukiman warga di sekitarnya.
Pantauan BPost, luapan air menggenangi beberapa lokasi di antaranya, permukiman padat penduduk di Pintu Air, Kompleks Parit Baru, beberapa rumah di Kompleks Gagas Permai dan Jalan Telaga Budi.
Tidak hanya rumah warga, sejumlah fasilitas umum juga tak luput dari genangan air. Seperti sekolah (SDN Angsau 1), gereja, studio radio swasta di jalan Parit serta sekolah dasar di Jalan Telaga Budi. Banjir terparah terjadi di pemukiman Pintu Air, Kompleks Parit Baru, gereja dan studio radio di Jalan Parit.
Ketinggian air di sana mencapai pinggang orang dewasa. Beruntung gedung SDN Angsau 1 cukup tinggi. Luapan air hanya menjamah halamannya. Padahal, jalan provinsi arah Pelaihari-Kintap di seberangnya terendam air hingga 30 sentimeter, hingga arus lalu lintas terganggu.
Di luar kota, banjir juga melanda sejumlah permukiman warga. Seperti dilaporkan Kades Kunyit M Abduh, ada delapan unit rumah warganya terendam selain beberapa titik jalan desa setempat.
Sementara itu permukiman rawan banjir, yakni Desa Asam Asam di Kecamatan Jorong dilaporkan masih aman. "Alhamdulillah hingga siang ini (kemarin, red) air sungai tidak meluap. Tapi, kami tetap waspada, karena di pegunungan masih mendung ," tukas M Rusli, tokoh warga Desa Asam Asam.
Hingga berita ini diturunkan belum diperoleh data resmi tentang lokasi dan jumlah rumah kebanjiran. Kabag Kesbang dan Linmas HM Taufik Kuderat menyatakan, pihaknya masih melakukan pendataan di lapangan.
Selain itu pihaknya juga menyiapkan peralatan seperti perahu karet dan terus memonitor perkembangan banjir. Setiap saat petugas siap terjun ke lapangan memberikan pertolongan.
Selama ini, pemukiman Pintu Air, Kompleks Parit Baru, dan sekitarnya selalu menjadi langganan banjir pada musim penghujan. Bahkan banjir tahun lalu lebih parah, dengan ketinggian air mencapai empat meter.
Air di sungai langsung meluap jika hujan berlangsung lebih dari tiga jam. Ini disebabkan pendangkalan dan tertutupnya aliran air oleh rumah warga di beberapa titik.Tokoh warga Pintu Air, Murjani, meminta Pemkab Tala menyiagakan perahu karet. "Meski banjir tidak separah tahun lalu, alat ini penting untuk jaga-jaga, "katanya. roy
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Pelaihari, BPost
Hujan lebat mengguyur kota Pelaihari sejak Rabu (24/1) pagi, membuat air sungai di kawasan Parit meluap dan menggenangi ratusan lebih permukiman warga di sekitarnya.
Pantauan BPost, luapan air menggenangi beberapa lokasi di antaranya, permukiman padat penduduk di Pintu Air, Kompleks Parit Baru, beberapa rumah di Kompleks Gagas Permai dan Jalan Telaga Budi.
Tidak hanya rumah warga, sejumlah fasilitas umum juga tak luput dari genangan air. Seperti sekolah (SDN Angsau 1), gereja, studio radio swasta di jalan Parit serta sekolah dasar di Jalan Telaga Budi. Banjir terparah terjadi di pemukiman Pintu Air, Kompleks Parit Baru, gereja dan studio radio di Jalan Parit.
Ketinggian air di sana mencapai pinggang orang dewasa. Beruntung gedung SDN Angsau 1 cukup tinggi. Luapan air hanya menjamah halamannya. Padahal, jalan provinsi arah Pelaihari-Kintap di seberangnya terendam air hingga 30 sentimeter, hingga arus lalu lintas terganggu.
Di luar kota, banjir juga melanda sejumlah permukiman warga. Seperti dilaporkan Kades Kunyit M Abduh, ada delapan unit rumah warganya terendam selain beberapa titik jalan desa setempat.
Sementara itu permukiman rawan banjir, yakni Desa Asam Asam di Kecamatan Jorong dilaporkan masih aman. "Alhamdulillah hingga siang ini (kemarin, red) air sungai tidak meluap. Tapi, kami tetap waspada, karena di pegunungan masih mendung ," tukas M Rusli, tokoh warga Desa Asam Asam.
Hingga berita ini diturunkan belum diperoleh data resmi tentang lokasi dan jumlah rumah kebanjiran. Kabag Kesbang dan Linmas HM Taufik Kuderat menyatakan, pihaknya masih melakukan pendataan di lapangan.
Selain itu pihaknya juga menyiapkan peralatan seperti perahu karet dan terus memonitor perkembangan banjir. Setiap saat petugas siap terjun ke lapangan memberikan pertolongan.
Selama ini, pemukiman Pintu Air, Kompleks Parit Baru, dan sekitarnya selalu menjadi langganan banjir pada musim penghujan. Bahkan banjir tahun lalu lebih parah, dengan ketinggian air mencapai empat meter.
Air di sungai langsung meluap jika hujan berlangsung lebih dari tiga jam. Ini disebabkan pendangkalan dan tertutupnya aliran air oleh rumah warga di beberapa titik.Tokoh warga Pintu Air, Murjani, meminta Pemkab Tala menyiagakan perahu karet. "Meski banjir tidak separah tahun lalu, alat ini penting untuk jaga-jaga, "katanya. roy
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Dana Bencana Rp1,5 Miliar
Jumat, 19 Januari 2007 01:28
Kandangan, BPost
Untuk mengantisipasi kejadian bencana alam tahun 2007 Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Selatan menganggarkan dana tak tersangka Rp1,5 miliar. Dana ini di antaranya digunakan untuk menyantuni korban.
Bupati HSS HM Safi’i, mengatakan dana itu untuk berjaga-jaga. Masyarakat tetap diminta mulai mewaspadai bencana yang kerap muncul di musim hujan, khususnya warga yang bermukim di kawasan rawan bencana alam seperti yang sudah dipetakan pihak Dinkessos setempat.
Bupati mengaku sudah menginstruksikan seluruh camat, lurah dan kepala desa untuk memantau setiap kejadian bencana. Aparat desa harus di tempat setiap waktu, agar bisa segera melaporkan jika di wilayahnya ada bencana alam, sehingga bisa diantisipasi dan ditangani dengan cepat," ujarnya.
Selain itu pihak Dinkessos sudah menyiapkan bantuan tanggap darurat. Berdasarkan pemetaan daerah rawan bencana di HSS terbagi empat, yaitu banjir, longsor, angin puting beliung dan kebakaran.
Daerah rawan puting beliung terdapat di daerah Simpur, Sungai Raya, Daha Selatan, Loksado dan Padang Batung. Sementara daerah bencana kebakaran terdapat di Kecamatan Kandangan, Daha Selatan, dan Angkinang.
Sedangkan bencana longsor rawan terjadi di Kecamatan Padang Batung, Telaga Langsat dan Loksado. Rawan banjir rawan dipetakan di Kecamatan Kandangan, Angkinang, Daha Selatan, Kalumpang, dan Daha Utara. ary
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Kandangan, BPost
Untuk mengantisipasi kejadian bencana alam tahun 2007 Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Selatan menganggarkan dana tak tersangka Rp1,5 miliar. Dana ini di antaranya digunakan untuk menyantuni korban.
Bupati HSS HM Safi’i, mengatakan dana itu untuk berjaga-jaga. Masyarakat tetap diminta mulai mewaspadai bencana yang kerap muncul di musim hujan, khususnya warga yang bermukim di kawasan rawan bencana alam seperti yang sudah dipetakan pihak Dinkessos setempat.
Bupati mengaku sudah menginstruksikan seluruh camat, lurah dan kepala desa untuk memantau setiap kejadian bencana. Aparat desa harus di tempat setiap waktu, agar bisa segera melaporkan jika di wilayahnya ada bencana alam, sehingga bisa diantisipasi dan ditangani dengan cepat," ujarnya.
Selain itu pihak Dinkessos sudah menyiapkan bantuan tanggap darurat. Berdasarkan pemetaan daerah rawan bencana di HSS terbagi empat, yaitu banjir, longsor, angin puting beliung dan kebakaran.
Daerah rawan puting beliung terdapat di daerah Simpur, Sungai Raya, Daha Selatan, Loksado dan Padang Batung. Sementara daerah bencana kebakaran terdapat di Kecamatan Kandangan, Daha Selatan, dan Angkinang.
Sedangkan bencana longsor rawan terjadi di Kecamatan Padang Batung, Telaga Langsat dan Loksado. Rawan banjir rawan dipetakan di Kecamatan Kandangan, Angkinang, Daha Selatan, Kalumpang, dan Daha Utara. ary
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Friday, January 26, 2007
Cuaca
Jumat, 12 Januari 2007
Palangkaraya, Kompas - Badan Meteorologi Palangkaraya meminta pemerintah daerah di Kalimantan Tengah mewaspadai kemungkinan banjir seiring puncak musim hujan yang diperkirakan akhir Januari 2007. Curah hujan di Kalteng sudah di atas 300 milimeter per bulan, padahal Desember 2006 masih di kisaran 200 milimeter.
"Pada puncaknya curah hujan bisa lebih dari 500 milimeter. Padahal, curah hujan lebih dari 400 milimeter sudah berpotensi menimbulkan banjir," kata Kepala Badan Meteorologi Palangkaraya Hidayat, Kamis (11/1).
Kalteng memiliki 11 sungai besar, yaitu Sungai Jelai, Arut, Lamandau, Kumai, Seruyan, Mentaya, Katingan, Sebangau, Kahayan, Kapuas, dan Barito. Selain itu, juga ada sedikitnya 33 sungai kecil atau anak sungai. Menurut data Dinas Kesejahteraan Sosial (Kessos) Provinsi Kalteng, sedikitnya ada 33 kecamatan yang tergolong rawan banjir.
Puting beliung
Masyarakat Kepulauan Bangka Belitung diharapkan mewaspadai ancaman bencana alam puting beliung dan gelombang pasang. Kabupaten Bangka merupakan daerah rawan puting beliung, sedangkan Belitung Timur rawan gelombang pasang.
Dinas Kesejahteraan Sosial Babel memberikan peralatan evakuasi bencana alam, di antaranya perahu evakuasi, pelampung, dan tenda, yang secara simbolis diserahkan oleh Gubernur Hudarni Rani di Pangkal Pinang, Kamis. Babel juga menyiagakan 140 personel Taruna Siaga Bencana Indonesia (Tagana).
Kepala Dinas Kessos Babel Naziarto menyatakan, pada tahun 2006 puting beliung melanda Kecamatan Selat Nasik, Belitung, dan belasan rumah di Belitung Timur rusak akibat gelombang pasang. (CAS/AND)
Palangkaraya, Kompas - Badan Meteorologi Palangkaraya meminta pemerintah daerah di Kalimantan Tengah mewaspadai kemungkinan banjir seiring puncak musim hujan yang diperkirakan akhir Januari 2007. Curah hujan di Kalteng sudah di atas 300 milimeter per bulan, padahal Desember 2006 masih di kisaran 200 milimeter.
"Pada puncaknya curah hujan bisa lebih dari 500 milimeter. Padahal, curah hujan lebih dari 400 milimeter sudah berpotensi menimbulkan banjir," kata Kepala Badan Meteorologi Palangkaraya Hidayat, Kamis (11/1).
Kalteng memiliki 11 sungai besar, yaitu Sungai Jelai, Arut, Lamandau, Kumai, Seruyan, Mentaya, Katingan, Sebangau, Kahayan, Kapuas, dan Barito. Selain itu, juga ada sedikitnya 33 sungai kecil atau anak sungai. Menurut data Dinas Kesejahteraan Sosial (Kessos) Provinsi Kalteng, sedikitnya ada 33 kecamatan yang tergolong rawan banjir.
Puting beliung
Masyarakat Kepulauan Bangka Belitung diharapkan mewaspadai ancaman bencana alam puting beliung dan gelombang pasang. Kabupaten Bangka merupakan daerah rawan puting beliung, sedangkan Belitung Timur rawan gelombang pasang.
Dinas Kesejahteraan Sosial Babel memberikan peralatan evakuasi bencana alam, di antaranya perahu evakuasi, pelampung, dan tenda, yang secara simbolis diserahkan oleh Gubernur Hudarni Rani di Pangkal Pinang, Kamis. Babel juga menyiagakan 140 personel Taruna Siaga Bencana Indonesia (Tagana).
Kepala Dinas Kessos Babel Naziarto menyatakan, pada tahun 2006 puting beliung melanda Kecamatan Selat Nasik, Belitung, dan belasan rumah di Belitung Timur rusak akibat gelombang pasang. (CAS/AND)
Thursday, January 11, 2007
Kesbang Waspadai Asam Asam
Senin, 08 Januari 2007 00:48
Pelaihari, BPost
Seperti telah diisyaratkan Wakil Bupati Tanah Laut H Ikhsanudin Husin, Badan Kesbang dan Linmas kini mulai bersiaga dan terus memonitor sejumlah permukiman yang rawan banjir.
Desa Asam Asam di Kecamatan Jorong adalah salah satu tempat yang kini diwaspadai. Permukiman yang cukup padat penduduk tersebut masih rawan dari risiko luapan air bah.
"Setiap saat kami terus memantau perkembangan di Asam-Asam, terutama jika terjadi hujan yang lebat. Daerah lainnya yang rawan banjir juga terus kami pantau," kata Kepala Kesbang dan Linmas HM Taufik Kuderat, pekan tadi.
Pertengahan tahun lalu selama kurang lebih sepekan ribuan rumah warga Desa Asam Asam terendam. Genangan air ada yang sampai mencapai atap rumah. Luapan air juga melanda permukiman warga di beberapa desa di Kecamatan Kintap dan Batu Ampar. Permukiman di kawasan Pintu Air di Kota Pelaihari pun juga tak luput dari banjir.
Tidak hanya menyebabkan kerugian materi (kerusakan/kehilangan rumah maupun tanaman dan ternak), banjir bandang yang terjadi tahun lalu bahkan merenggut satu nyawa warga di Kecamatan Batu Ampar.
Risiko buruk serupa dimungkinkan bisa terulang lagi tahun ini. Apalagi rencana pemecahan Sungai Asam-Asam urung dilaksanakan tahun 2006 lalu karena kendala dana.
Sementara perilaku alam kini mulai memperlihatkan gejala negatif. Intensitas hujan kian meningkat yang kadang disertai angin kencang. Bahkan 21 rumah warga telah menjadi korban terjangan angin puting beliung dalam kurun waktu sepekan terakhir.
Satlak Penanggulangan Bencana Badan Kesbang dan Linmas Tala pun kini mulai sibuk. Mereka tak bisa lagi tidur dengan nyenyak kareka setiap saat harus selalu siaga dan memonitor kawasan yang rawan bencana.
"Insya Allah kami sudah siap dan selalu siap. Kalau menyangkut sumber daya manusia tidak perlu khawatir," sebut Taufik.
Kendati dukungan sarana tidak memadai, Taufik menegaskan pihaknya tetap akan bekerja maksimal. Seluruh kekuatan telah disiagakan untuk menanggulangi bencana alam.
Pihaknya memilik cukup tenaga terlatih, di antaranya Tim Satlak PB, Tagana (taruna siaga bencana), dan relawan lainnya yang telah terdata di Kesbang Linmas.
Bagaimana dengan logistik? "Masih ada, walau tak banyak. Diantaranya mie instans sekira 400-an dos dan dua pikul beras. Tapi, ini stoknya di Dinas PMD dan Kesos," jelas Taufik seraya mengatakan mestinya Kesos kembali menjadi bagian dari Badan Kesbang agar distribusi pangan ke korban bencana bisa lebih berjalan cepat dan efektif. roy
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Pelaihari, BPost
Seperti telah diisyaratkan Wakil Bupati Tanah Laut H Ikhsanudin Husin, Badan Kesbang dan Linmas kini mulai bersiaga dan terus memonitor sejumlah permukiman yang rawan banjir.
Desa Asam Asam di Kecamatan Jorong adalah salah satu tempat yang kini diwaspadai. Permukiman yang cukup padat penduduk tersebut masih rawan dari risiko luapan air bah.
"Setiap saat kami terus memantau perkembangan di Asam-Asam, terutama jika terjadi hujan yang lebat. Daerah lainnya yang rawan banjir juga terus kami pantau," kata Kepala Kesbang dan Linmas HM Taufik Kuderat, pekan tadi.
Pertengahan tahun lalu selama kurang lebih sepekan ribuan rumah warga Desa Asam Asam terendam. Genangan air ada yang sampai mencapai atap rumah. Luapan air juga melanda permukiman warga di beberapa desa di Kecamatan Kintap dan Batu Ampar. Permukiman di kawasan Pintu Air di Kota Pelaihari pun juga tak luput dari banjir.
Tidak hanya menyebabkan kerugian materi (kerusakan/kehilangan rumah maupun tanaman dan ternak), banjir bandang yang terjadi tahun lalu bahkan merenggut satu nyawa warga di Kecamatan Batu Ampar.
Risiko buruk serupa dimungkinkan bisa terulang lagi tahun ini. Apalagi rencana pemecahan Sungai Asam-Asam urung dilaksanakan tahun 2006 lalu karena kendala dana.
Sementara perilaku alam kini mulai memperlihatkan gejala negatif. Intensitas hujan kian meningkat yang kadang disertai angin kencang. Bahkan 21 rumah warga telah menjadi korban terjangan angin puting beliung dalam kurun waktu sepekan terakhir.
Satlak Penanggulangan Bencana Badan Kesbang dan Linmas Tala pun kini mulai sibuk. Mereka tak bisa lagi tidur dengan nyenyak kareka setiap saat harus selalu siaga dan memonitor kawasan yang rawan bencana.
"Insya Allah kami sudah siap dan selalu siap. Kalau menyangkut sumber daya manusia tidak perlu khawatir," sebut Taufik.
Kendati dukungan sarana tidak memadai, Taufik menegaskan pihaknya tetap akan bekerja maksimal. Seluruh kekuatan telah disiagakan untuk menanggulangi bencana alam.
Pihaknya memilik cukup tenaga terlatih, di antaranya Tim Satlak PB, Tagana (taruna siaga bencana), dan relawan lainnya yang telah terdata di Kesbang Linmas.
Bagaimana dengan logistik? "Masih ada, walau tak banyak. Diantaranya mie instans sekira 400-an dos dan dua pikul beras. Tapi, ini stoknya di Dinas PMD dan Kesos," jelas Taufik seraya mengatakan mestinya Kesos kembali menjadi bagian dari Badan Kesbang agar distribusi pangan ke korban bencana bisa lebih berjalan cepat dan efektif. roy
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Kalsel Rawan Banjir Dan Longsor
Senin, 08 Januari 2007 00:47
Banjarbaru, BPost
Sekitar 544 hektare lahan kritis di Banua berpotensi kuat memicu bencana banjir dan longsor. Daerah paling rawan bencana terdapat di daerah yang bersinggungan langsung dengan pegunungan Meratus.
Ir Sony Partono MM, Kepala Dinas Kehutanan (Dishut) Kalsel, mengakui ancaman dua bencana itu belum menjauh dari Kalsel.
"Banjir dan erosi itu kan akibat penutupan lahan di atas semakin berkurang sehingga tak mampu lagi menahan air," tandas Sony.
Dishut meminta semua pihak waspada, terutama yang tinggal di daerah hulu daerah aliran sungai (DAS), mengingat banyak lahan kritis di sekitar wilayah ini.
Kabupaten Kotabaru dan Tanah Bumbu menduduki peringkat pertama daerah paling kritis karena mempunyai 150 ribu hektare lahan kritis. Disusul Kabupaten Banjar 120 ribu hektare, Tapin 65.000 hektare, Tanah Laut 49 ribu hektare, Tabalong 44 hektare.
Jumlah itu bisa berubah tergantung pergeseran pola hidup masyarakat. Era 1970-an, diyakininya sebagai awal kehancuran hutan seiring munculnya Hak Penguasaan Hutan (HPH) dan maraknya penambangan.
Dishut Kalsel sendiri, menurutnya, meski telat, fokus melaksanakan reboisasi dengan melakukan penanaman di daerah-daerah hulu DAS sejak tahun 2006.
Panjangnya musim kemarau tahun lalu menjadi penyebab Dishut menunda program reboisasi tersebut.
"Jika dikerjakan demi mengejar tahun anggaran, dikhawatirkan akan menjadi proyek mubazir, bibitnya akan mati karena kekeringan atau terbakar karena terik matahari berlebihan," ucapnya.
Karena itu, sejak Januari ini, ada 17 ribu hektare lahan ditanami 15 juta bibit. Penanaman kembali ini memanfaatkan fenomena alam di mana diharapkan saat musim penghujan bibit dapat maksimal tertanam. niz
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Banjarbaru, BPost
Sekitar 544 hektare lahan kritis di Banua berpotensi kuat memicu bencana banjir dan longsor. Daerah paling rawan bencana terdapat di daerah yang bersinggungan langsung dengan pegunungan Meratus.
Ir Sony Partono MM, Kepala Dinas Kehutanan (Dishut) Kalsel, mengakui ancaman dua bencana itu belum menjauh dari Kalsel.
"Banjir dan erosi itu kan akibat penutupan lahan di atas semakin berkurang sehingga tak mampu lagi menahan air," tandas Sony.
Dishut meminta semua pihak waspada, terutama yang tinggal di daerah hulu daerah aliran sungai (DAS), mengingat banyak lahan kritis di sekitar wilayah ini.
Kabupaten Kotabaru dan Tanah Bumbu menduduki peringkat pertama daerah paling kritis karena mempunyai 150 ribu hektare lahan kritis. Disusul Kabupaten Banjar 120 ribu hektare, Tapin 65.000 hektare, Tanah Laut 49 ribu hektare, Tabalong 44 hektare.
Jumlah itu bisa berubah tergantung pergeseran pola hidup masyarakat. Era 1970-an, diyakininya sebagai awal kehancuran hutan seiring munculnya Hak Penguasaan Hutan (HPH) dan maraknya penambangan.
Dishut Kalsel sendiri, menurutnya, meski telat, fokus melaksanakan reboisasi dengan melakukan penanaman di daerah-daerah hulu DAS sejak tahun 2006.
Panjangnya musim kemarau tahun lalu menjadi penyebab Dishut menunda program reboisasi tersebut.
"Jika dikerjakan demi mengejar tahun anggaran, dikhawatirkan akan menjadi proyek mubazir, bibitnya akan mati karena kekeringan atau terbakar karena terik matahari berlebihan," ucapnya.
Karena itu, sejak Januari ini, ada 17 ribu hektare lahan ditanami 15 juta bibit. Penanaman kembali ini memanfaatkan fenomena alam di mana diharapkan saat musim penghujan bibit dapat maksimal tertanam. niz
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Informasi Bencana Lebih Cepat
Senin, 08 Januari 2007 01:36:01
Banjarmasin, BPost
Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan pada 2007 ini mulai membangun jaringan informasi yang menghubungkan langsung dengan Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG). Dengan jaringan tersebut, memudahkan penyampaian informasi kemungkinan terjadinya bencana alam lebih cepat.
Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Hadi Susilo mengungkapkan, dana yang disiapkan untuk proyek tersebut telah dianggarkan sebesar Rp200 juta.
"Sekarang ini informasi yang disampaikan BMG ke Pemprov Kalsel masih dalam bentuk faksimile. Dengan jaringan yang didukung perangkatnya, informasi yang kita terima selain lebih cepat dan lengkap juga up to date. Sehingga siaga bencana dapat dilakukan cepat," ujarnya.
Sementara itu, Gubernur Rudy Ariffin mengimbau bupati/walikota untuk memahami prosedur penanganan bencana. Ditegaskan Rudy, seorang kepala daerah harus dapat menangani bencana yang terjadi di daerahnya dengan cepat.
"Begitu bencana terjadi, bupati/walikota atau wakilnya dapat mengintruksikan satlak setempat segera melakukan penanganan cepat di lapangan. Jika perlu bantuan satkorlak, secapatnya disampaikan ke pemerintah provinsi," ujarnya.
Untuk masalah penyediaan pangan, dikatakan Rudy, bupati/walikota bisa meminta jatah beras bencana 100 ton per tahun di Dolog.ais
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Banjarmasin, BPost
Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan pada 2007 ini mulai membangun jaringan informasi yang menghubungkan langsung dengan Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG). Dengan jaringan tersebut, memudahkan penyampaian informasi kemungkinan terjadinya bencana alam lebih cepat.
Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Hadi Susilo mengungkapkan, dana yang disiapkan untuk proyek tersebut telah dianggarkan sebesar Rp200 juta.
"Sekarang ini informasi yang disampaikan BMG ke Pemprov Kalsel masih dalam bentuk faksimile. Dengan jaringan yang didukung perangkatnya, informasi yang kita terima selain lebih cepat dan lengkap juga up to date. Sehingga siaga bencana dapat dilakukan cepat," ujarnya.
Sementara itu, Gubernur Rudy Ariffin mengimbau bupati/walikota untuk memahami prosedur penanganan bencana. Ditegaskan Rudy, seorang kepala daerah harus dapat menangani bencana yang terjadi di daerahnya dengan cepat.
"Begitu bencana terjadi, bupati/walikota atau wakilnya dapat mengintruksikan satlak setempat segera melakukan penanganan cepat di lapangan. Jika perlu bantuan satkorlak, secapatnya disampaikan ke pemerintah provinsi," ujarnya.
Untuk masalah penyediaan pangan, dikatakan Rudy, bupati/walikota bisa meminta jatah beras bencana 100 ton per tahun di Dolog.ais
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Banjir Bandang Ancam Lima Daerah
Selasa, 02 Januari 2007 00:24:00
Banjarmasin, BPost
Beberapa daerah di kawasan Pegunungan Meratus diperkirakan masih menjadi kawasan rawan banjir bandang, sebagaimana yang terjadi pada musim hujan tahun lalu. Topografi Kalimantan Selatan, sangat memungkinkan terjadi banjir yang disertai dengan material dan kecepatan cukup tinggi.
Daerah Potensi Banjir Bandang
o Kabupaten Tanah Bumbu Kecamatan Kusan Hilir, Kecamatan Kusan Hulu, Kecamatan Sungai Loban dan Kecamatan Satui, Desa Sungai Loban
o abupaten Tabalong Sungai Tabalong, Kecamatan Muara Uya, Tanjung, kecamatan Harui dan KecamatanMuara Harus
o Kabupaten Barito Kuala Sungai Barito meliputi Desa Tabatan, Tabatan Baru, Liamu Tulang, Jerenang,Kapau, Asia Baru Beeras KecamatanHampang
o Kabupaten Banjar Sungai Riam Kanan dan Riam Kiwa, Kecamatan Aranio, Kecamatan KotaMartapura, Kecamatan Matraman, Kecamatan Simpang Empat, Kecamatan Pengaron, Desa Tungkap, Kecamatan Karang Intan, Kecamatan Astambul
o Kota Banjarmasin
Sumber: Satkorlak Kalsel dan PPLH Regional Kalimantan
Sekretaris Satkorlak Penanggulangan Bencana, Kalsel Drs Hadi Susilo, Jumat (5/1) mengungkapkan, berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Banjarbaru, hujan yang sangat deras disertai badai juga akan mengancam Kalsel, mulai pertengahan Januari.
Selain bencana banjir bandang, bencana tanah longsor juga harus diwaspadai, mengingat beberapa daerah di Kalsel merupakan daerah pegunungan seperti di Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS).
"Relokasi untuk daerah yang mungkin tertimpa bencana memang belum dilakukan, tetapi kita himbau agar masyarakat lebih waspada, dengan mempersiapkan seluruh peratalan yang dimiliki, seperti pelampung dari peralatan yang tidak dipakai yang mungkin bisa dimanfaatkan untuk mengapung saat terjadi banjir," katanya.
Bagi masing-masing pemerintah Kabupaten dan Kota, diharapkan segera melakukan inventarisasi peralatan penanggulangan bencana banjir, sehingga akan diketahui seberapa besar kekuatan yang dimiliki pada saat bencana terjadi.
Diperkirakan, bencana yang bakal menghadang pada pertengahan Januari-Pebruari akan membawa kerugian yang cukup besar, bahkan masih adanya kemungkinan di Kalsel mendapatkan imbas dari badai Isobel.
Empat Kabupaten yang harus memiliki kewaspadaan tinggi yaitu, Kabupaten Banjar, Tanah Laut, Tanah Bumbu dan Kotabaru, pada tahun 2006 kerugian akibat banjir di empat kabupaten tersebut mencapai Rp200 miliar. Jumlah tersebut belum termasuk kerugian akibat bencana banjir yang terjadi di beberapa kabupaten lainnya.
Sementara masyarakat yang telah terkena dampak bencana angin puting beliung, yang terjadi di Kecamatan Aluh-Aluh 18 Desember lalu, Gubernur Kalsel, Rudy Ariffin akan memberikan bantuan terhadap 88 kepala keluarga masing-masing Rp500 ribu.
Sehingga total bantuannya sebesar Rp44 juta, ditambah untuk bantuan masjid dan sekolah Rp10 juta dan untuk yang meninggal Rp5 juta, sehingga total seluruh bantuan Rp59 juta. ant/ais
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Banjarmasin, BPost
Beberapa daerah di kawasan Pegunungan Meratus diperkirakan masih menjadi kawasan rawan banjir bandang, sebagaimana yang terjadi pada musim hujan tahun lalu. Topografi Kalimantan Selatan, sangat memungkinkan terjadi banjir yang disertai dengan material dan kecepatan cukup tinggi.
Daerah Potensi Banjir Bandang
o Kabupaten Tanah Bumbu Kecamatan Kusan Hilir, Kecamatan Kusan Hulu, Kecamatan Sungai Loban dan Kecamatan Satui, Desa Sungai Loban
o abupaten Tabalong Sungai Tabalong, Kecamatan Muara Uya, Tanjung, kecamatan Harui dan KecamatanMuara Harus
o Kabupaten Barito Kuala Sungai Barito meliputi Desa Tabatan, Tabatan Baru, Liamu Tulang, Jerenang,Kapau, Asia Baru Beeras KecamatanHampang
o Kabupaten Banjar Sungai Riam Kanan dan Riam Kiwa, Kecamatan Aranio, Kecamatan KotaMartapura, Kecamatan Matraman, Kecamatan Simpang Empat, Kecamatan Pengaron, Desa Tungkap, Kecamatan Karang Intan, Kecamatan Astambul
o Kota Banjarmasin
Sumber: Satkorlak Kalsel dan PPLH Regional Kalimantan
Sekretaris Satkorlak Penanggulangan Bencana, Kalsel Drs Hadi Susilo, Jumat (5/1) mengungkapkan, berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Banjarbaru, hujan yang sangat deras disertai badai juga akan mengancam Kalsel, mulai pertengahan Januari.
Selain bencana banjir bandang, bencana tanah longsor juga harus diwaspadai, mengingat beberapa daerah di Kalsel merupakan daerah pegunungan seperti di Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS).
"Relokasi untuk daerah yang mungkin tertimpa bencana memang belum dilakukan, tetapi kita himbau agar masyarakat lebih waspada, dengan mempersiapkan seluruh peratalan yang dimiliki, seperti pelampung dari peralatan yang tidak dipakai yang mungkin bisa dimanfaatkan untuk mengapung saat terjadi banjir," katanya.
Bagi masing-masing pemerintah Kabupaten dan Kota, diharapkan segera melakukan inventarisasi peralatan penanggulangan bencana banjir, sehingga akan diketahui seberapa besar kekuatan yang dimiliki pada saat bencana terjadi.
Diperkirakan, bencana yang bakal menghadang pada pertengahan Januari-Pebruari akan membawa kerugian yang cukup besar, bahkan masih adanya kemungkinan di Kalsel mendapatkan imbas dari badai Isobel.
Empat Kabupaten yang harus memiliki kewaspadaan tinggi yaitu, Kabupaten Banjar, Tanah Laut, Tanah Bumbu dan Kotabaru, pada tahun 2006 kerugian akibat banjir di empat kabupaten tersebut mencapai Rp200 miliar. Jumlah tersebut belum termasuk kerugian akibat bencana banjir yang terjadi di beberapa kabupaten lainnya.
Sementara masyarakat yang telah terkena dampak bencana angin puting beliung, yang terjadi di Kecamatan Aluh-Aluh 18 Desember lalu, Gubernur Kalsel, Rudy Ariffin akan memberikan bantuan terhadap 88 kepala keluarga masing-masing Rp500 ribu.
Sehingga total bantuannya sebesar Rp44 juta, ditambah untuk bantuan masjid dan sekolah Rp10 juta dan untuk yang meninggal Rp5 juta, sehingga total seluruh bantuan Rp59 juta. ant/ais
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Bingung Atasi Lumpur Barambai
Selasa, 02 Januari 2007 00:23:20
Banjarmasin, BPost
Gubernur Kalimantan Selatan Rudy Ariffin belum berani mengambil langkah tegas terkait munculnya semburan lumpur di Barambai, Barito Kuala.
Rudy mengaku masih menunggu balasan surat yang dilayangkan kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Purnomo Yusgiantoro. Inti surat itu adalah mempertanyakan bagaimana lumpur itu diperlakukan, apakah ditutup, dieksploitasi gasnya atau diserahkan kepada pihak swasta.
"Kalau diserahkan kepada pihak swasta, lalu bagaimana dengan masyarakat sekitar, apa perlu mereka direlokasi?," kata Rudy kepada wartawan di kantornya, Jumat (5/1).
Rudy juga ingin mengetahui hasil penelitian yang dilakukan Departemen ESDM. Menurutnya, penyampaian hasil penelitian beserta penjelasannya itu diperlukan sebagai kepastian bagi warga dan pemerintah daerah setempat. Selama ini baik warga maupun pemerintah masih bertanya-tanya atas fenomena alam tersebut.
Rudy menambahkan, hasil penelitian sementara memang memastikan bahwa Lumpur Barambai yang keluar dari sumur bor tersebut tidak berbahaya bagi warga sekitar. Disebutkan juga bahwa lumpur tersebut sebenarnya bermanfaat.
Sayangnya, kata Rudy tidak dijelaskan secara rinci terutama mengenai deposit kandungan energi yang katanya bermanfaat bagi rumah tangga tersebut. Begitu juga apa tindakan yang akan dilakukan selanjutnya.
Selain melaporkan kepada Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro, Rudy mengaku telah menyampaikan hal sama kepada Menteri Tenga Kerja dan Transmigrasi Erman Suparno dalam kesempatan kunjungan ke Barito Kuala (Batola), Kamis (4/1) kemarin.
"Pak Menteri Erman Suparno hari Jumat ini, berjanji membawanya dalam sidang kabinet untuk menentukan langkah penanganan lumpur Barambai tersebut, jangan sampai dibiarkan tanpa kepastian," ungkapnya.
Erman sendiri pada kesempatan kunjungan ke lokasi semburan lumpur Barambai berjanji memberikan ganti rugi kepada warga yang rumahnya tenggelam akibat semburan lumpur. Tercatat 15 kepala keluarga transmigran asal Bali tinggal di sekitar semburan lumpur.
Erman juga berjanji memberikan bantuan penggantian rumah khusus bagi tujuh kepala keluarga yang rumahnya terkena semburan lumpur dan gas. Mereka diminta tak perlu khawatir dan cemas. Sebab para ahli telah menyatakan semburan lumpur tidak membahayakan.
Memasuki hari ke-42, semburan lumpur Barambai belum menunjukkan tanda akan berhenti. Bahkan lubang semburan dari hari ke hari makin lebar. Kondisi ini membuat warga cemas. "Ini musim hujan takut meluap," kata Ketut Murte, warga setempat.ais/ant/lec
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Banjarmasin, BPost
Gubernur Kalimantan Selatan Rudy Ariffin belum berani mengambil langkah tegas terkait munculnya semburan lumpur di Barambai, Barito Kuala.
Rudy mengaku masih menunggu balasan surat yang dilayangkan kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Purnomo Yusgiantoro. Inti surat itu adalah mempertanyakan bagaimana lumpur itu diperlakukan, apakah ditutup, dieksploitasi gasnya atau diserahkan kepada pihak swasta.
"Kalau diserahkan kepada pihak swasta, lalu bagaimana dengan masyarakat sekitar, apa perlu mereka direlokasi?," kata Rudy kepada wartawan di kantornya, Jumat (5/1).
Rudy juga ingin mengetahui hasil penelitian yang dilakukan Departemen ESDM. Menurutnya, penyampaian hasil penelitian beserta penjelasannya itu diperlukan sebagai kepastian bagi warga dan pemerintah daerah setempat. Selama ini baik warga maupun pemerintah masih bertanya-tanya atas fenomena alam tersebut.
Rudy menambahkan, hasil penelitian sementara memang memastikan bahwa Lumpur Barambai yang keluar dari sumur bor tersebut tidak berbahaya bagi warga sekitar. Disebutkan juga bahwa lumpur tersebut sebenarnya bermanfaat.
Sayangnya, kata Rudy tidak dijelaskan secara rinci terutama mengenai deposit kandungan energi yang katanya bermanfaat bagi rumah tangga tersebut. Begitu juga apa tindakan yang akan dilakukan selanjutnya.
Selain melaporkan kepada Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro, Rudy mengaku telah menyampaikan hal sama kepada Menteri Tenga Kerja dan Transmigrasi Erman Suparno dalam kesempatan kunjungan ke Barito Kuala (Batola), Kamis (4/1) kemarin.
"Pak Menteri Erman Suparno hari Jumat ini, berjanji membawanya dalam sidang kabinet untuk menentukan langkah penanganan lumpur Barambai tersebut, jangan sampai dibiarkan tanpa kepastian," ungkapnya.
Erman sendiri pada kesempatan kunjungan ke lokasi semburan lumpur Barambai berjanji memberikan ganti rugi kepada warga yang rumahnya tenggelam akibat semburan lumpur. Tercatat 15 kepala keluarga transmigran asal Bali tinggal di sekitar semburan lumpur.
Erman juga berjanji memberikan bantuan penggantian rumah khusus bagi tujuh kepala keluarga yang rumahnya terkena semburan lumpur dan gas. Mereka diminta tak perlu khawatir dan cemas. Sebab para ahli telah menyatakan semburan lumpur tidak membahayakan.
Memasuki hari ke-42, semburan lumpur Barambai belum menunjukkan tanda akan berhenti. Bahkan lubang semburan dari hari ke hari makin lebar. Kondisi ini membuat warga cemas. "Ini musim hujan takut meluap," kata Ketut Murte, warga setempat.ais/ant/lec
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Wednesday, January 10, 2007
Dua Rumah Hancur
Jumat, 05 Januari 2007 00:46
Martapura, BPost
Setelah Tanah Laut (Tala), giliran Kabupaten Banjar diterjang angin puting beliung. Dua rumah di Desa Kiram RT 1, Kecamatan Karang Intan hancur tertimpa pohon durian roboh, Selasa (2/1) siang.
Informasi dihimpun, angin puting beliung yang menerjang Desa Kiram itu diawali dengan cuaca mendung yang menggayut pada pagi itu. Sebelumnya desa setempat terus diguyur hujan.
Angin tiba-tiba bertiup kencang dan semakin kencang hingga pohon-pohon berukuran besar di sekitar tempat tinggal warga berayun kencang.
Melihat itu, warga memilih mengamankan diri dan tidak berani berada di luar rumah.
Setelah beberapa menit, angin kencang itu tak juga berhenti bahkan semakin kencang. Suasana di desa setempat pun semakin mencekam.
Tak lama kemudian, terdengar suara berderik cukup keras dan diiringi suara dentuman sangat keras yang akhirnya memaksa warga untuk memberanikan diri keluar rumah mencari tahu penyebab bunyi dentuman itu.
Warga kaget ketika mengetahui kalau sebuah pohon duria berukuran besar di dekat rumah Samani dan Anang tumbang dan menimpa kedua rumah itu.
Camat Karang Intan, Drs Yahmi Yadi dikonfirmasi, Kamis (4/1), dan mengaku sudah menerima laporan dari Pambakal Kiram.
"Kita segera teruskan laporan ini ke Bagian Sosial dan Dinas Sosial Kabupaten Banjar meminta bantuan untuk korban puting beliung itu," jelasnya. mtb/ofy
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Martapura, BPost
Setelah Tanah Laut (Tala), giliran Kabupaten Banjar diterjang angin puting beliung. Dua rumah di Desa Kiram RT 1, Kecamatan Karang Intan hancur tertimpa pohon durian roboh, Selasa (2/1) siang.
Informasi dihimpun, angin puting beliung yang menerjang Desa Kiram itu diawali dengan cuaca mendung yang menggayut pada pagi itu. Sebelumnya desa setempat terus diguyur hujan.
Angin tiba-tiba bertiup kencang dan semakin kencang hingga pohon-pohon berukuran besar di sekitar tempat tinggal warga berayun kencang.
Melihat itu, warga memilih mengamankan diri dan tidak berani berada di luar rumah.
Setelah beberapa menit, angin kencang itu tak juga berhenti bahkan semakin kencang. Suasana di desa setempat pun semakin mencekam.
Tak lama kemudian, terdengar suara berderik cukup keras dan diiringi suara dentuman sangat keras yang akhirnya memaksa warga untuk memberanikan diri keluar rumah mencari tahu penyebab bunyi dentuman itu.
Warga kaget ketika mengetahui kalau sebuah pohon duria berukuran besar di dekat rumah Samani dan Anang tumbang dan menimpa kedua rumah itu.
Camat Karang Intan, Drs Yahmi Yadi dikonfirmasi, Kamis (4/1), dan mengaku sudah menerima laporan dari Pambakal Kiram.
"Kita segera teruskan laporan ini ke Bagian Sosial dan Dinas Sosial Kabupaten Banjar meminta bantuan untuk korban puting beliung itu," jelasnya. mtb/ofy
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Rangka Dan Atap Terlempar
Rabu, 03 Januari 2007 01:04
Pelaihari, BPost
Bencana alam kembali melanda Tanah Laut. Seperti yang terjadi beberapa bulan lalu, Selasa (2/1), angin puting beliung memorak-porandakan beberapa rumah warga.
Sekitar pukul 02.00 Wita, angin yang berhembus kencang menghantam tiga rumah warga Desa Tanjung, Kecamatan Pelaihari. Masing-masing rumah Wandi di RT 17, Pahud dan Rohadi di RT 18.
Pada pukul 10.30 Wita, angin puting beliung kembali muncul di Kota Pelaihari. Sembilan rumah warga di RT 10, Telaga Daim di Kelurahan Karang Taruna menjadi korban. Di antaranya, rumah Masniah, Johansyah, Matnoor, Kartini, dan Sutrisno.
Tidak ada korban jiwa dalam musibah yang terjadi di Tanjung maupun Telada Daim tersebut. Namun terjangan angin puting beliung menyisakan kerusakan serius beberapa rumah warga.
Di Desa Tanjung, kerusakan terparah terjadi di rumah Rohadi. "Posisi rumahnya menjadi miring, nyaris ambruk. Yang lainnya hanya mengalami kerusakan sebagian atapnya," kata Kades Tanjung Zainuddin kepada BPost via telepon selular.
Ia berharap Pemkab Tala segera memberikan bantuan. Terutama bantuan material untuk atap rumah. Pasalnya saat ini musim penghujan kian intens, sehingga para korban sangat membutuhkan material guna memperbaiki rumah mereka.
Harapan senada diutarakan para korban puting beliung di Telaga Daim. "Saya sangat berterima kasih jika ada yang peduli atas musibah yang saya alami ini," kata Masniah (47).
Harapan janda yang kesehariannya berprofesi sebagai buruh cuci di Ruang Bersalin dan Ruang Anak RSUD Hadji Boejasin ini tak berlebihan. Pasalnya, rumahnya terbilang paling parah mengalami kerusakan. Seluruh rangka dan atap rumahnya terlempar sejauh 100-an meter. Sementara, rumah warga lainnya umumnya mengalami kerusakan bagian atap (sebagian seng atau genteng terlepas).
Seperti tiga rumah lainnya, rumah Masniah berkonstruksi kayu, tercatat paling sederhana. Atap seng dan dinding kayunya telah usang ditelan waktu. Itu sebabnya, kerangka dan atap rumahnya terbang disapu puting beliung.
Akibatnya seluruh harta benda milik Masniah pun basah. Beruntung hujan tidak berlangsung lama, sehingga barang-barangnya masih bisa diselamatkan.
Sekda Drs H Atmari langsung memerintahkan staf teknis terkait segera ke lokasi guna melakukan pendataan. Asisten II Ir HA Nizar SSos MSi memimpin peninjauan korban puting beliung di Telaga Daim, sedangkan Bagian Bangda dan Kesra ke Tanjung.
Atmari menegaskan Pemkab Tala secepatnya akan memberikan bantuan. "Apakah dalam bentuk bahan pangan, material, uang, masih kami bicarakan."
Terpisah, Bupati Drs H Adriansyah menegaskan pemerintahannya akan membantu seluruh korban puting beliung. "Kita akan perbaiki rumah yang rusak, terutama yang rusak parah seperti rumah Masniah." roy
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Pelaihari, BPost
Bencana alam kembali melanda Tanah Laut. Seperti yang terjadi beberapa bulan lalu, Selasa (2/1), angin puting beliung memorak-porandakan beberapa rumah warga.
Sekitar pukul 02.00 Wita, angin yang berhembus kencang menghantam tiga rumah warga Desa Tanjung, Kecamatan Pelaihari. Masing-masing rumah Wandi di RT 17, Pahud dan Rohadi di RT 18.
Pada pukul 10.30 Wita, angin puting beliung kembali muncul di Kota Pelaihari. Sembilan rumah warga di RT 10, Telaga Daim di Kelurahan Karang Taruna menjadi korban. Di antaranya, rumah Masniah, Johansyah, Matnoor, Kartini, dan Sutrisno.
Tidak ada korban jiwa dalam musibah yang terjadi di Tanjung maupun Telada Daim tersebut. Namun terjangan angin puting beliung menyisakan kerusakan serius beberapa rumah warga.
Di Desa Tanjung, kerusakan terparah terjadi di rumah Rohadi. "Posisi rumahnya menjadi miring, nyaris ambruk. Yang lainnya hanya mengalami kerusakan sebagian atapnya," kata Kades Tanjung Zainuddin kepada BPost via telepon selular.
Ia berharap Pemkab Tala segera memberikan bantuan. Terutama bantuan material untuk atap rumah. Pasalnya saat ini musim penghujan kian intens, sehingga para korban sangat membutuhkan material guna memperbaiki rumah mereka.
Harapan senada diutarakan para korban puting beliung di Telaga Daim. "Saya sangat berterima kasih jika ada yang peduli atas musibah yang saya alami ini," kata Masniah (47).
Harapan janda yang kesehariannya berprofesi sebagai buruh cuci di Ruang Bersalin dan Ruang Anak RSUD Hadji Boejasin ini tak berlebihan. Pasalnya, rumahnya terbilang paling parah mengalami kerusakan. Seluruh rangka dan atap rumahnya terlempar sejauh 100-an meter. Sementara, rumah warga lainnya umumnya mengalami kerusakan bagian atap (sebagian seng atau genteng terlepas).
Seperti tiga rumah lainnya, rumah Masniah berkonstruksi kayu, tercatat paling sederhana. Atap seng dan dinding kayunya telah usang ditelan waktu. Itu sebabnya, kerangka dan atap rumahnya terbang disapu puting beliung.
Akibatnya seluruh harta benda milik Masniah pun basah. Beruntung hujan tidak berlangsung lama, sehingga barang-barangnya masih bisa diselamatkan.
Sekda Drs H Atmari langsung memerintahkan staf teknis terkait segera ke lokasi guna melakukan pendataan. Asisten II Ir HA Nizar SSos MSi memimpin peninjauan korban puting beliung di Telaga Daim, sedangkan Bagian Bangda dan Kesra ke Tanjung.
Atmari menegaskan Pemkab Tala secepatnya akan memberikan bantuan. "Apakah dalam bentuk bahan pangan, material, uang, masih kami bicarakan."
Terpisah, Bupati Drs H Adriansyah menegaskan pemerintahannya akan membantu seluruh korban puting beliung. "Kita akan perbaiki rumah yang rusak, terutama yang rusak parah seperti rumah Masniah." roy
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Lima DAS Kritis Banjir Besar Mengancam
Senin, 01 Januari 2007 02:09:07
Banjarmasin, BPost
Bencana banjir terus membayangi masyarakat Kalimantan Selatan. Selain curah hujan yang tinggi dan hutan resapan tak ada lagi, lima daerah aliran sungai (DAS) dari 13 DAS yang ada di banua saat ini dalam konidsi kritis.
Kelima DAS kritis itu adalah DAS Barito, Cengal di Martapura, DAS Balangan, DAS Amandit di Kabupaten Hulu Sungai Selatan dan DAS Satui di Kabupaten Tanah Bumbu. Dikhawatirkan kondisi ini akan membuat beberapa daerah mengalami banjir besar selama musim penghujan.
Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Kalimantan Selatan Rachmadi Kurdi, Jumat (29/12) lalu mengatakan, DAS yang kondisinya kritis tersebut sebenarnya harus dinormalisasi dengan melakukan pengerukan. Jika tidak segera dilakukan, dikhawatirkan bisa menjadi penyebab terjadinya banjir besar di sekitar DAS.
"Salah satu solusi mengantisipasi terjadinya banjir dengan normalisasi DAS yang kritis, tentu selain melakukan perbaikan lingkungan," katanya.
Kendati normalisasi DAS juga membawa risiko terendamnya beberapa daerah bawah, namun keadaannya tak akan separah banjir yang terjadi bila tidak ada normalisasi DAS.
Dijelaskannya, kondisi alam di Kalsel sudah sangat rusak Tercatat lahan kritis dan sangat kritis mencapai 550 ribu hektar, dan kerusakan lahan mencapai 3,8 juta hektar.
Berdasarkan data yang ada di Bapedalda Kalsel, puncak curah hujan di Kalsel, akan terjadi pada bulan Maret-April 2007. Tingginya curah hujan pada bulan-bulan tersebut mengancam banjir di Kabupaten Barito Kuala, Hulu Sungai Utara, Tanah Bumbu, Kotabaru, Tapin dan Hulu Sungai Selatan.
"Sesuai pengalaman bencana 2006, tujuh kabupaten tersebut yang paling parah terjadi banjir," katanya.
Sedangkan untuk Kabupaten Tabalong dan Balangan yang kini mulai terendam, menurut perkiraan Rachmadi justru tak akan mengalami banjir sebesar tujuh kabupaten tersebut.ant
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Banjarmasin, BPost
Bencana banjir terus membayangi masyarakat Kalimantan Selatan. Selain curah hujan yang tinggi dan hutan resapan tak ada lagi, lima daerah aliran sungai (DAS) dari 13 DAS yang ada di banua saat ini dalam konidsi kritis.
Kelima DAS kritis itu adalah DAS Barito, Cengal di Martapura, DAS Balangan, DAS Amandit di Kabupaten Hulu Sungai Selatan dan DAS Satui di Kabupaten Tanah Bumbu. Dikhawatirkan kondisi ini akan membuat beberapa daerah mengalami banjir besar selama musim penghujan.
Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Kalimantan Selatan Rachmadi Kurdi, Jumat (29/12) lalu mengatakan, DAS yang kondisinya kritis tersebut sebenarnya harus dinormalisasi dengan melakukan pengerukan. Jika tidak segera dilakukan, dikhawatirkan bisa menjadi penyebab terjadinya banjir besar di sekitar DAS.
"Salah satu solusi mengantisipasi terjadinya banjir dengan normalisasi DAS yang kritis, tentu selain melakukan perbaikan lingkungan," katanya.
Kendati normalisasi DAS juga membawa risiko terendamnya beberapa daerah bawah, namun keadaannya tak akan separah banjir yang terjadi bila tidak ada normalisasi DAS.
Dijelaskannya, kondisi alam di Kalsel sudah sangat rusak Tercatat lahan kritis dan sangat kritis mencapai 550 ribu hektar, dan kerusakan lahan mencapai 3,8 juta hektar.
Berdasarkan data yang ada di Bapedalda Kalsel, puncak curah hujan di Kalsel, akan terjadi pada bulan Maret-April 2007. Tingginya curah hujan pada bulan-bulan tersebut mengancam banjir di Kabupaten Barito Kuala, Hulu Sungai Utara, Tanah Bumbu, Kotabaru, Tapin dan Hulu Sungai Selatan.
"Sesuai pengalaman bencana 2006, tujuh kabupaten tersebut yang paling parah terjadi banjir," katanya.
Sedangkan untuk Kabupaten Tabalong dan Balangan yang kini mulai terendam, menurut perkiraan Rachmadi justru tak akan mengalami banjir sebesar tujuh kabupaten tersebut.ant
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Dari Relokasi Kawasan Rawan Banjir (2-Habis)
Jumat, 29 Desember 2006 02:33
PINDAHNYA sejumlah kepala keluarga dari Dusun Tuhin dan Jambunau ke Kampung Baru dekat Desa Bunglai ternyata ada hikmahnya. Setidaknya, anak-anak mereka bisa lebih dekat bersekolah.
"Meski hidup pas-pasan, namun kami cukup terbantu setelah pindah ke Kampung Baru ini. Anak-anak justru bisa lebih dekat ke sekolah," tandas Bahri.
SDN Bunglai ternyata tidak menerapkan pungutan. Ketika anak masuk sekolah, sama sekali tidak ada biaya administrasi atau lainnya.
"Dulu, ketika di lokasi lama, kami ke sekolah naik perahu motor cukup jauh. Sekarang, jarak ke sekolah cukup dekat," ujar Herman bin Anang Nurdin yang duduk di kelas 6.
Hanya saja, jika anak sungai yang memisahkan Kampung Baru dan Bunglai sedang pasang, anak-anak dari Kampung Baru harus menyeberang dengan perahu. Tetapi jika air dasar sungai kering, bisa dilalui dengan jalan kaki.
Pihaknya berharap, Pemkab Banjar membangun jembatan di atas anak sungai itu, sehingga bisa lebih mudah beraktivitas ke seberang.
Selain jembatan, warga juga mengharapkan masuknya sambungan listrik ke Kampung Baru. Permintaan itu dinilai wajar, karena mereka bagian dari warga Kabupaten Banjar yang memerlukan perhatian, sama dengan warga desa lainnya.
Pembakal Desa Bunglai H Yamani mengatakan, pihaknya sudah berupaya menyampaikan aspirasi warganya ke instansi terkait agar dibangunkan jembatan penyeberangan dari Kampung Baru ke Bunglai.
Permohonan bantuan untuk relokasi sejumlah KK yang masih ada di Dusun Tuhin dan Jambunau juga telah diupayakan.
Warga Bunglai juga berharap, jalan dari Awang Bangkal menuju desa mereka diaspal, sehingga lebih memudahkan warga memasarkan hasil bumi ke perkotaan. Selama ini, warga masih menggunakan perahu motor untuk menuju Aranio, selanjutnya ke Martapura naik taksi.
Masyarakat Kecamatan Aranio hingga saat ini kesulitan ke Desa Rantau Balai dan sekitarnya, karena tidak adanya jalan darat, sehingga ditempuh melalui jalur sungai selama 2 jam lebih.
Camat Aranio HM Zain Syafe’i telah menyampaikan keinginan warganya itu ke Wakil Bupati Banjar, KH Hatim Salman Lc dalam acara pertemuan Forum Silaturrahmi Camat se-Kabupaten Banjar beberapa waktu lalu.
Menurut Hatim, jalan sepanjang 35 kilometer menghubungkan Aranio ke Bunglai dan Rantau Balai telah direalisasikan meskipun baru tahap pembuatan badan jalan.
"Ke depan, secara bertahap kualitasnya akan ditingkatkan mulai perkerasan hingga pengaspalan. Untuk itu, masyarakat diharap bersabar," ungkapnya. adi
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
PINDAHNYA sejumlah kepala keluarga dari Dusun Tuhin dan Jambunau ke Kampung Baru dekat Desa Bunglai ternyata ada hikmahnya. Setidaknya, anak-anak mereka bisa lebih dekat bersekolah.
"Meski hidup pas-pasan, namun kami cukup terbantu setelah pindah ke Kampung Baru ini. Anak-anak justru bisa lebih dekat ke sekolah," tandas Bahri.
SDN Bunglai ternyata tidak menerapkan pungutan. Ketika anak masuk sekolah, sama sekali tidak ada biaya administrasi atau lainnya.
"Dulu, ketika di lokasi lama, kami ke sekolah naik perahu motor cukup jauh. Sekarang, jarak ke sekolah cukup dekat," ujar Herman bin Anang Nurdin yang duduk di kelas 6.
Hanya saja, jika anak sungai yang memisahkan Kampung Baru dan Bunglai sedang pasang, anak-anak dari Kampung Baru harus menyeberang dengan perahu. Tetapi jika air dasar sungai kering, bisa dilalui dengan jalan kaki.
Pihaknya berharap, Pemkab Banjar membangun jembatan di atas anak sungai itu, sehingga bisa lebih mudah beraktivitas ke seberang.
Selain jembatan, warga juga mengharapkan masuknya sambungan listrik ke Kampung Baru. Permintaan itu dinilai wajar, karena mereka bagian dari warga Kabupaten Banjar yang memerlukan perhatian, sama dengan warga desa lainnya.
Pembakal Desa Bunglai H Yamani mengatakan, pihaknya sudah berupaya menyampaikan aspirasi warganya ke instansi terkait agar dibangunkan jembatan penyeberangan dari Kampung Baru ke Bunglai.
Permohonan bantuan untuk relokasi sejumlah KK yang masih ada di Dusun Tuhin dan Jambunau juga telah diupayakan.
Warga Bunglai juga berharap, jalan dari Awang Bangkal menuju desa mereka diaspal, sehingga lebih memudahkan warga memasarkan hasil bumi ke perkotaan. Selama ini, warga masih menggunakan perahu motor untuk menuju Aranio, selanjutnya ke Martapura naik taksi.
Masyarakat Kecamatan Aranio hingga saat ini kesulitan ke Desa Rantau Balai dan sekitarnya, karena tidak adanya jalan darat, sehingga ditempuh melalui jalur sungai selama 2 jam lebih.
Camat Aranio HM Zain Syafe’i telah menyampaikan keinginan warganya itu ke Wakil Bupati Banjar, KH Hatim Salman Lc dalam acara pertemuan Forum Silaturrahmi Camat se-Kabupaten Banjar beberapa waktu lalu.
Menurut Hatim, jalan sepanjang 35 kilometer menghubungkan Aranio ke Bunglai dan Rantau Balai telah direalisasikan meskipun baru tahap pembuatan badan jalan.
"Ke depan, secara bertahap kualitasnya akan ditingkatkan mulai perkerasan hingga pengaspalan. Untuk itu, masyarakat diharap bersabar," ungkapnya. adi
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
5 Kecamatan Terancam Banjir
Jumat, 29 Desember 2006 02:34
Kandangan, BPost
Lima kecamatan di Hulu Sungai Selatan, yaitu Daha Selatan, Daha Utara, Kandangan Kota, Angkinang dan Kalumpang terancam banjir kiriman.
Selain banjir kiriman curah hujan di HSS diperkirakan akan mengalami peningkatan drastis pada Januari sampai Februari 2007, membuat kabupaten ini harus waspada. Bencana banjir terparah, pernah melanda 5 kecamatan pada akhir tahun 2005. Saat itu hampir sebulan rumah warga, jalan dan sekolahan tergenang air.
Kabid bantuan pada Dinas Kesejahteraan Sosial Hairuddin menyatakan, pihaknya mewaspadai banjir sejak dini dengan berbagai persiapan. "Selain mewaspadai banjir kiriman juga waspada terhadap curah hujan yang meningkat," katanya.
Di Angkinang, daerah rawan banjir adalah di Wawaran, sementara di Kandangan Kota hampir tiap tahun banjir melanda daerah dangkal dan Tawar hingga perbatasan Daha Selatan.
Di Daha Selatan dan Daha Utara, banjir mengancam di daerah Hakurung Dalam yang berbatasan dengan Kecamatan Babirik HSU. Sedangkan Kecamatan Kalumpang, antara lain di Karang Paci, Bago Tanggul sampai Balimau.
Pihak Dinkessos akan melakukan koordinasi dengan Orari setempat agar komunikasi tetap jalan. " Orari akan segera menghubungi bila terjadi banjir," katanya. Aparat desa juga diminta segera melaporkan jika air meninggi, sehingga bisa segera dilakukan penanggulangan.
Warga yang tinggal didaerah rawan banjir diimbau untuk waspada. Dinkesos menyiapkan bantuan tanggap darurat serta peralatan operasional penanggulangan banjir berupa sembako dan 3 perahu karet bermesin, 2 speedboat, serta 12 pelampung. ary
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Kandangan, BPost
Lima kecamatan di Hulu Sungai Selatan, yaitu Daha Selatan, Daha Utara, Kandangan Kota, Angkinang dan Kalumpang terancam banjir kiriman.
Selain banjir kiriman curah hujan di HSS diperkirakan akan mengalami peningkatan drastis pada Januari sampai Februari 2007, membuat kabupaten ini harus waspada. Bencana banjir terparah, pernah melanda 5 kecamatan pada akhir tahun 2005. Saat itu hampir sebulan rumah warga, jalan dan sekolahan tergenang air.
Kabid bantuan pada Dinas Kesejahteraan Sosial Hairuddin menyatakan, pihaknya mewaspadai banjir sejak dini dengan berbagai persiapan. "Selain mewaspadai banjir kiriman juga waspada terhadap curah hujan yang meningkat," katanya.
Di Angkinang, daerah rawan banjir adalah di Wawaran, sementara di Kandangan Kota hampir tiap tahun banjir melanda daerah dangkal dan Tawar hingga perbatasan Daha Selatan.
Di Daha Selatan dan Daha Utara, banjir mengancam di daerah Hakurung Dalam yang berbatasan dengan Kecamatan Babirik HSU. Sedangkan Kecamatan Kalumpang, antara lain di Karang Paci, Bago Tanggul sampai Balimau.
Pihak Dinkessos akan melakukan koordinasi dengan Orari setempat agar komunikasi tetap jalan. " Orari akan segera menghubungi bila terjadi banjir," katanya. Aparat desa juga diminta segera melaporkan jika air meninggi, sehingga bisa segera dilakukan penanggulangan.
Warga yang tinggal didaerah rawan banjir diimbau untuk waspada. Dinkesos menyiapkan bantuan tanggap darurat serta peralatan operasional penanggulangan banjir berupa sembako dan 3 perahu karet bermesin, 2 speedboat, serta 12 pelampung. ary
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Tanbu Waspada Banjir
Jumat, 29 Desember 2006 02:33
Batulicin, BPost
Trauma dengan banjir badang yang sempat melanda sejumlah daerah di Tanah Bumbu pertengahan tahun lalu, membuat pemkab setempat menyatakan Tanbu waspada banjir.
Kepala Dinas Sosial Tanah Bumbu, Abdul Hakim kepada BPost, mengaku telah menyatakan waspada banjir terdapat di Satui, Sebamban Lama dan Batulicin.
Saat banjir Juni lalu, transportasi darat di Satui sempat terputus beberapa hari, di kawasan Sebamban Lama khususnya rumah di sekitar bantaran sungai banyak yang rusak.
Di kawasan Kusan Hilir ribuan hektar lebih sawah terendam banjir dan mengakibatkan gagal panen.
Guna mengantisipasi kembali terjadinya peristiwa serupa, minimal mencegah banyaknya kerugian materi, pihaknya beberapa waktu lalu menggelar pelatihan taruna siaga banjir (Tagana).
"Kami juga menghimbau warga menyimpan barang ditempat tinggi agar tidak terendam air saat banjir," tegasnya.
Di kawasan dataran rendah seperti Sebamban Lama dan Sungai Dua Laut akan dibuatkan saluran pengalihan arus air sungai selebar dua meter untuk mencegah meluapnya air sungai.
Hingga kini, belum ada instruksi untuk warga yang bermukim di bantaran sungai untuk mengungsi.
"Kita lihat situasi dan kondisinya dulu, yang jelas kami selalu berkoordinasi dengan semua aparat pemerintahan setempat," jelas Hakim. dhs
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Batulicin, BPost
Trauma dengan banjir badang yang sempat melanda sejumlah daerah di Tanah Bumbu pertengahan tahun lalu, membuat pemkab setempat menyatakan Tanbu waspada banjir.
Kepala Dinas Sosial Tanah Bumbu, Abdul Hakim kepada BPost, mengaku telah menyatakan waspada banjir terdapat di Satui, Sebamban Lama dan Batulicin.
Saat banjir Juni lalu, transportasi darat di Satui sempat terputus beberapa hari, di kawasan Sebamban Lama khususnya rumah di sekitar bantaran sungai banyak yang rusak.
Di kawasan Kusan Hilir ribuan hektar lebih sawah terendam banjir dan mengakibatkan gagal panen.
Guna mengantisipasi kembali terjadinya peristiwa serupa, minimal mencegah banyaknya kerugian materi, pihaknya beberapa waktu lalu menggelar pelatihan taruna siaga banjir (Tagana).
"Kami juga menghimbau warga menyimpan barang ditempat tinggi agar tidak terendam air saat banjir," tegasnya.
Di kawasan dataran rendah seperti Sebamban Lama dan Sungai Dua Laut akan dibuatkan saluran pengalihan arus air sungai selebar dua meter untuk mencegah meluapnya air sungai.
Hingga kini, belum ada instruksi untuk warga yang bermukim di bantaran sungai untuk mengungsi.
"Kita lihat situasi dan kondisinya dulu, yang jelas kami selalu berkoordinasi dengan semua aparat pemerintahan setempat," jelas Hakim. dhs
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
KISAH PILU KORBAN BANJIR TABALONG
Jumat, 29 Desember 2006 04:23:08
Kematian adalah salah satu rahasia Sang Pencipta. Siapa pun tidak bisa memastikan berpulangnya seseorang. Di saat suka atau duka, kematian bisa menjemput.
Wajah Fitring (35), warga RT 4 Desa Ujung Murung Kecamatan Tanjung Kabupaten Tabalong tampak sendu. Dengan mata berkaca-kaca ibunda Dahlia dan Magda ini menuturkan pengalaman sedihnya saat banjir besar menerjang kampungnya. Bukan derita karena derasnya arus banjir, namun kematian suami tercintanya menjelang air bah itu mengamuk.
Selasa (26/12) pukul 03.30 WIB, kesedihan luar biasa membelit hati Fitring. Sang suami, Fitriansyah meninggal akibat penyakit komplikasi yang sudah dideritanya selama dua tahun. Di saat dirinya baru beberapa menit mengetahui suaminya yang berada di ranjang berpulang menghadap Sang Khalik, tiba-tiba air dengan cepat memasuki rumahnya.
Sedih, bingung bahkan panik pun menyergap Fitring ketika melihat kampungnya bagaikan lautan. "Saya bingung mau minta tolong ke mana. Semua rumah tetangga juga tergenang air. Padahal saya harus memperhatikan jenazah suami. Untung saja, ada tetangga depan rumah yang bisa dimintai tolong," tuturnya kepada BPost, Kamis (28/12).
Melihat derita yang dialami Fitring, para tetangga pun dengan ikhlas melupakan duka yang mereka alami dengan kedatangan air bah. Dengan sukarela dan cepat, mereka memandikan, mengafani dan mensholatkan Fitriansyah.
"Selama setengah jam kami memandikan dan mengkafani jenazah almarhum. Lalu cepat-cepat dibawa ke langgar terdekat untuk dishalatkan dan segera diantar ke kuburan. Semua berjalan cepat karena banjir juga kian tinggi," ujar Fitring.
Dari pantauan BPost, banjir yang sempat meluas di delapan kecamatan dengan ketinggian air tertinggi hampir mencapai 2 meter, sudah mulai surut. Air yang sempat meluap dengan arus deras tidak tampak lagi, bahkan perkebunan warga di sekitar kota Tanjung yang sebelumnya terendam karena dekat bantaran sungai juga sudah mengering
Barut Banjir
Kondisi sebaliknya terjadi di sejumlah desa dan kelurahan di Kecamatan Montallat, Kabupaten Barito Utara (Barut), Kalteng mulai diterjang banjir akibat meluapnya sungai Barito yang tak mampu menampung tingginya curah hujan.
Sungai Barito merupakan sungai terpanjang di Kalteng yang juga melintasi Provinsi Kalsel dengan panjang mencapai 900 kilometer, dan kerap kali menimbulkan bencana banjir musiman di wilayah sekitarnya dengan meningkatnya debit air.
Menurut keterangan seorang warga, Bambang, banjir telah menggenangi ruas jalan setinggi satu meter. Kecamatan Montallat yang berada di 110 kilometer arah Selatan atau hilir Muara Teweh, ibukota Kabupaten Barut, merupakan kecamatan yang berada di dataran terendah sehingga menjadi daerah pertama yang diterjang banjir.
Warga setempat bersiap-siap mengemasi dan mengungsi mengingat kejadian banjir pada tahun-tahun sebelumnya di Kecamatan Montallat, banjir berlangsung lama dan paling parah dibanding wilayah lain di Barut. nda/ant
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Kematian adalah salah satu rahasia Sang Pencipta. Siapa pun tidak bisa memastikan berpulangnya seseorang. Di saat suka atau duka, kematian bisa menjemput.
Wajah Fitring (35), warga RT 4 Desa Ujung Murung Kecamatan Tanjung Kabupaten Tabalong tampak sendu. Dengan mata berkaca-kaca ibunda Dahlia dan Magda ini menuturkan pengalaman sedihnya saat banjir besar menerjang kampungnya. Bukan derita karena derasnya arus banjir, namun kematian suami tercintanya menjelang air bah itu mengamuk.
Selasa (26/12) pukul 03.30 WIB, kesedihan luar biasa membelit hati Fitring. Sang suami, Fitriansyah meninggal akibat penyakit komplikasi yang sudah dideritanya selama dua tahun. Di saat dirinya baru beberapa menit mengetahui suaminya yang berada di ranjang berpulang menghadap Sang Khalik, tiba-tiba air dengan cepat memasuki rumahnya.
Sedih, bingung bahkan panik pun menyergap Fitring ketika melihat kampungnya bagaikan lautan. "Saya bingung mau minta tolong ke mana. Semua rumah tetangga juga tergenang air. Padahal saya harus memperhatikan jenazah suami. Untung saja, ada tetangga depan rumah yang bisa dimintai tolong," tuturnya kepada BPost, Kamis (28/12).
Melihat derita yang dialami Fitring, para tetangga pun dengan ikhlas melupakan duka yang mereka alami dengan kedatangan air bah. Dengan sukarela dan cepat, mereka memandikan, mengafani dan mensholatkan Fitriansyah.
"Selama setengah jam kami memandikan dan mengkafani jenazah almarhum. Lalu cepat-cepat dibawa ke langgar terdekat untuk dishalatkan dan segera diantar ke kuburan. Semua berjalan cepat karena banjir juga kian tinggi," ujar Fitring.
Dari pantauan BPost, banjir yang sempat meluas di delapan kecamatan dengan ketinggian air tertinggi hampir mencapai 2 meter, sudah mulai surut. Air yang sempat meluap dengan arus deras tidak tampak lagi, bahkan perkebunan warga di sekitar kota Tanjung yang sebelumnya terendam karena dekat bantaran sungai juga sudah mengering
Barut Banjir
Kondisi sebaliknya terjadi di sejumlah desa dan kelurahan di Kecamatan Montallat, Kabupaten Barito Utara (Barut), Kalteng mulai diterjang banjir akibat meluapnya sungai Barito yang tak mampu menampung tingginya curah hujan.
Sungai Barito merupakan sungai terpanjang di Kalteng yang juga melintasi Provinsi Kalsel dengan panjang mencapai 900 kilometer, dan kerap kali menimbulkan bencana banjir musiman di wilayah sekitarnya dengan meningkatnya debit air.
Menurut keterangan seorang warga, Bambang, banjir telah menggenangi ruas jalan setinggi satu meter. Kecamatan Montallat yang berada di 110 kilometer arah Selatan atau hilir Muara Teweh, ibukota Kabupaten Barut, merupakan kecamatan yang berada di dataran terendah sehingga menjadi daerah pertama yang diterjang banjir.
Warga setempat bersiap-siap mengemasi dan mengungsi mengingat kejadian banjir pada tahun-tahun sebelumnya di Kecamatan Montallat, banjir berlangsung lama dan paling parah dibanding wilayah lain di Barut. nda/ant
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Dari Relokasi Kawasan Rawan Banjir (1)
Kamis, 28 Desember 2006 00:28
TAK ingin menerima nasib serupa akibat banjir 15 Juni 2005, empat kepala keluarga dari Dusun Tuhin dan tujuh kepala keluarga dari Jambunau merelokasi rumahnya ke dekat desa induk, Desa Bunglai Kecamatan Aranio.
Bagi mereka, ketenangan menjalani hidup tanpa ancaman banjir di sebuah bukit dekat Desa Bunglai yang mereka sebut Kampung Baru menjadi pilihan ketimbang menetap di lokasi lama yang sangat rawan diterjang banjir bandang.
Desa Bunglai berjarak sekitar 32 kilometer dari Martapura. Bunglai bisa dicapai lewat darat melalui Jl PM Noor ke Desa Awang Bangkal (Kecamatan Karang Intan) sejauh 16 kilometer. Dari Desa Awang Bangkal melalui Jl AMD yang masih berupa hamparan batu dan tanah sejauh 16 kilometer lagi.
Sementara Dusun Tuhin dan Dusun Jambunau berjarak 2 kilometer dari Bunglai yang dipisahkan oleh Sungai Riam Kanan. Kampung Baru hanya berjarak 300 meter dari Bunglai yang dipisahkan oleh anak sungai yang jika sedang kering bisa dilalui dengan jalan kaki.
Empat KK dari Tuhin itu adalah Anang Astagina, Anang Nurdin, Pansyah dan Tahmid. Sedangkan tujuh KK dari Jambunau antara lain Imun, Muhidin, Ucal, Bahri, Utar, Amat dan Anang Lamak.
"Sudah tiga bulan kami menetap di Kampung Baru ini. Kami hanya ingin lebih tenang menjalani hidup, karena dusun lama rawan banjir. Waktu banjir bandang Juni lalu, 20-an rumah di kampungnya tergenang air hingga atap. Hanya dua rumah dan sebuah masjid yang tidak tergenang. Di masjid itulah warga menyelamatkan diri," kenang Anang Nurdin (50).
Nurdin mengakui, warga Desa Bunglai cukup terbuka dengan kehadirannya. Warga pendatang bisa hidup berdampingan menangkap ikan di kawasan hulu Sungai Riam Kanan.
Meski demikian, Nurdin tetap bertani menggarap lahan di lokasi lama yang berjarak sekitar 2 kilometer dari kampung barunya.
"Rumah sederhana di Kampung Baru dibangun dengan bahan dari rumah di lokasi lama. Rumah lama dibongkar lalu dirakit kembali di sini," jelasnya.
Saat ini masih ada sekitar 16 KK di Dusun Tuhin dan 4 KK di Dusun Jambunau yang belum pindah. "Di bukit Kampung Baru ini masih ada lahan kosong. Mudah-mudahan mereka menyusul kami ke sini," ujarnya seraya mengatakan mereka masih ada kaitan keluarga.
Sementara Yani (20), pemuda dari Jambunau mengatakan, menjalani kehidupan baru di Kampung Baru tidak banyak hambatan. "Syukurlah, kami masih bisa menjalankan aktivitas menangkap ikan berdampingan dengan warga Bunglai. Penghasilan per hari sekitar Rp15 ribu," ujarnya.
Untuk memasarkan hasil tangkapan, warga cukup menunggu saja karena sejumlah tengkulak datang menggunakan perahu motor dari Tiwingan Lama Kecamatan Aranio.adi permana
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
TAK ingin menerima nasib serupa akibat banjir 15 Juni 2005, empat kepala keluarga dari Dusun Tuhin dan tujuh kepala keluarga dari Jambunau merelokasi rumahnya ke dekat desa induk, Desa Bunglai Kecamatan Aranio.
Bagi mereka, ketenangan menjalani hidup tanpa ancaman banjir di sebuah bukit dekat Desa Bunglai yang mereka sebut Kampung Baru menjadi pilihan ketimbang menetap di lokasi lama yang sangat rawan diterjang banjir bandang.
Desa Bunglai berjarak sekitar 32 kilometer dari Martapura. Bunglai bisa dicapai lewat darat melalui Jl PM Noor ke Desa Awang Bangkal (Kecamatan Karang Intan) sejauh 16 kilometer. Dari Desa Awang Bangkal melalui Jl AMD yang masih berupa hamparan batu dan tanah sejauh 16 kilometer lagi.
Sementara Dusun Tuhin dan Dusun Jambunau berjarak 2 kilometer dari Bunglai yang dipisahkan oleh Sungai Riam Kanan. Kampung Baru hanya berjarak 300 meter dari Bunglai yang dipisahkan oleh anak sungai yang jika sedang kering bisa dilalui dengan jalan kaki.
Empat KK dari Tuhin itu adalah Anang Astagina, Anang Nurdin, Pansyah dan Tahmid. Sedangkan tujuh KK dari Jambunau antara lain Imun, Muhidin, Ucal, Bahri, Utar, Amat dan Anang Lamak.
"Sudah tiga bulan kami menetap di Kampung Baru ini. Kami hanya ingin lebih tenang menjalani hidup, karena dusun lama rawan banjir. Waktu banjir bandang Juni lalu, 20-an rumah di kampungnya tergenang air hingga atap. Hanya dua rumah dan sebuah masjid yang tidak tergenang. Di masjid itulah warga menyelamatkan diri," kenang Anang Nurdin (50).
Nurdin mengakui, warga Desa Bunglai cukup terbuka dengan kehadirannya. Warga pendatang bisa hidup berdampingan menangkap ikan di kawasan hulu Sungai Riam Kanan.
Meski demikian, Nurdin tetap bertani menggarap lahan di lokasi lama yang berjarak sekitar 2 kilometer dari kampung barunya.
"Rumah sederhana di Kampung Baru dibangun dengan bahan dari rumah di lokasi lama. Rumah lama dibongkar lalu dirakit kembali di sini," jelasnya.
Saat ini masih ada sekitar 16 KK di Dusun Tuhin dan 4 KK di Dusun Jambunau yang belum pindah. "Di bukit Kampung Baru ini masih ada lahan kosong. Mudah-mudahan mereka menyusul kami ke sini," ujarnya seraya mengatakan mereka masih ada kaitan keluarga.
Sementara Yani (20), pemuda dari Jambunau mengatakan, menjalani kehidupan baru di Kampung Baru tidak banyak hambatan. "Syukurlah, kami masih bisa menjalankan aktivitas menangkap ikan berdampingan dengan warga Bunglai. Penghasilan per hari sekitar Rp15 ribu," ujarnya.
Untuk memasarkan hasil tangkapan, warga cukup menunggu saja karena sejumlah tengkulak datang menggunakan perahu motor dari Tiwingan Lama Kecamatan Aranio.adi permana
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Banjir Dan Longsor Ancam HST
Kamis, 28 Desember 2006 00:29
Barabai, BPost
Curah hujan yang tinggi dalam satu minggu terakhir mengancam Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Tiga kecamatan termasuk daerah rawan banjir dan longsor.
Kepala Kantor Kesbanglinmas dan Satpol PP HST, H Hilman, Rabu (27/12) mengungkapkan, dari 11 kecamatan yang ada baru Kecamatan Hantakan, Batang Alai Timur dan Labuan Amas Selatan yang menyampaikan laporannya.
"Kecamatan lain mungkin masih mendata kendati sudah diimbau saat rapat penanggulangan bencana beberapa waktu lalu agar segera melaporkan daerah yang rawan," ungkap Hilman.
Di Kecamatan Batang Alai Timur misalnya, beberapa desa yang rawan longsor adalah Desa Hinas Kiri, Atiran, Aing Bantai dan Batu Perahu, sedangkan desa yang rawan banjir Aing Bantai dan Batu Tangga.
Di Kecamatan Hantakan, 12 desa rawan longsor di antaranya Desa Alat, Batu Tunggal, Pasting dan Datar Ajab, sedang satu desa dinyatakan rawan banjir.
Menurut informasi Sekretaris Camat Labuan Alas Selatan, Masturi ada sekitar 972 hektare lahan yang terancam banjir tahun ini.
Mencermati kemungkinan Barabai akan diterjang banjir seperti tahun 2005, Dinas PU dan Bangwil HST melakukan berbagai upaya antisipasi. "Aliran sungai telah kita bersihkan, termasuk kanal banjir yang selama ini berperan penting untuk mempercepat turunnya air ketika menggenangi daerah perkotaan," kata A Fanani, kepala dinasnya.yud
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Barabai, BPost
Curah hujan yang tinggi dalam satu minggu terakhir mengancam Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Tiga kecamatan termasuk daerah rawan banjir dan longsor.
Kepala Kantor Kesbanglinmas dan Satpol PP HST, H Hilman, Rabu (27/12) mengungkapkan, dari 11 kecamatan yang ada baru Kecamatan Hantakan, Batang Alai Timur dan Labuan Amas Selatan yang menyampaikan laporannya.
"Kecamatan lain mungkin masih mendata kendati sudah diimbau saat rapat penanggulangan bencana beberapa waktu lalu agar segera melaporkan daerah yang rawan," ungkap Hilman.
Di Kecamatan Batang Alai Timur misalnya, beberapa desa yang rawan longsor adalah Desa Hinas Kiri, Atiran, Aing Bantai dan Batu Perahu, sedangkan desa yang rawan banjir Aing Bantai dan Batu Tangga.
Di Kecamatan Hantakan, 12 desa rawan longsor di antaranya Desa Alat, Batu Tunggal, Pasting dan Datar Ajab, sedang satu desa dinyatakan rawan banjir.
Menurut informasi Sekretaris Camat Labuan Alas Selatan, Masturi ada sekitar 972 hektare lahan yang terancam banjir tahun ini.
Mencermati kemungkinan Barabai akan diterjang banjir seperti tahun 2005, Dinas PU dan Bangwil HST melakukan berbagai upaya antisipasi. "Aliran sungai telah kita bersihkan, termasuk kanal banjir yang selama ini berperan penting untuk mempercepat turunnya air ketika menggenangi daerah perkotaan," kata A Fanani, kepala dinasnya.yud
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Tabalong Meluas Balangan Surut
Kamis, 28 Desember 2006 03:43:43
Tanjung, BPost
Banjir yang yang melanda Kabupaten Tabalong Kalsel kian meluas dengan kedalaman tertinggi mencapai dua meter. Jika sebelumnya melanda Kecamatan Murung Pudak, Haruai, Tanjung, Pugaan, Banua Lawas dan Kalua, kini juga merambah Muara Harus dan Muara Uya.
Banjir terparah melanda Desa Ujung Murung di Tanjung dan Pasar Lama di Murung Pudak. Tidak hanya perumahan warga yang tergenang, tapi juga sarana publik seperti tempat ibadah, gedung sekolah dasar dan puskesmas.
Luapan air juga menjebol dua pintu saluran irigasi di Kecamatan Banua Lawas yang berjarak 30 kilometer dari Tanjung dan Kalua, 25 kilometer dari Tanjung. Jebolnya pintu air membuat arus deras menggenangi lahan persawahan penduduk setempat.
Camat Kalua, Zulfanoor mengatakan, kondisi ini belum berdampak pada kerugian materiil, karena petani setempat belum mulai bertanam. Mereka baru pada tahap mengolah tanah dan menyemai bibit.
Tergenangnya bangunan publik seperti sekolah, langgar dan puskesmas membuat aktivitas pelayanan dan kegiatan setempat terhenti. Kegiatan belajar misalnya, para siswa yang pekan lalu menuntaskan ujian, terpaksa diliburkan.
Berdasarkan pantauan BPost di Kecamatan Tanjung dan Kalua, ada tujuh sekolah yang terpaksa libur karena kebanjiran. Di antaranya SDN Tanjung 9 di Desa Ujung Murung dan SDN Puain di Tanjung, SDN Pulai I, SDN Sei Buluh, Madrasah Tsanawiyah di Jangkung, Ampukung dan Masintan serta SDN Pasirat di Kecamatan Kalua.
Data di Dinsos setempat, di Kecamatan Murung Pudak saat ini ada sekitar 267 unit rumah, Haruai 180 unit, sedangkan kawasan waspada banjir yang telah tergenang ada 671 unit rumah.
Di Balangan, banjir yang sempat menewaskan seorang warga Desa Mayanau, Ny Isam (60), mulai surut. Dari 16 desa yang terendam air tersebut, kini tinggal enam desa yang masih terendam dengan ketinggian di atas lutut orang dewasa. Desa-desa ini lokasinya lebih rendah dibanding desa-desa lain.
Aktivitas warga pun mulai kembali normal. Akses jalan desa menuju ke desa lain sudah bisa dilalui kendaraan. pun kembali beraktivitas normal.
Gubernur Kalsel, Rudy Ariffin mengatakan pemprov belum turun tangan menangani bencana di dua kabupaten itu. "Menurut laporan Satlak PBP setempat sudah menanganinya. Jika memang Satkorlak PBP Kalsel harus turun tangan, maka tim siap turun. Ini terus kita pantau," ujarnya.
Meski demikian, Rudy telah meminta kepada pemerintah kabupaten/kota untuk melakukan estimasi wilayah masing-masing. Sehingga ketika musim penghujan tiba sudah didapatkan perkiraan daerah mana yang rawan banjir.
Lebih Banyak
Di Pulau Sumatera, banjir yang terjadi sejumlah provinsi juga sudah mulai surut. Untuk bencana banjir di Acah, Presiden Susilo Bambang Yoedhoyono memerintahkan Bakornas Penanggulangan Bencana untuk terus mencari 205 warga yang hilang terseret arus air.
"Presiden memerintahkan untuk melanjutkan pencarian korban-korban yang hilang. Instruksi penanganan cepat juga ditujukan Pemprov Sumut dan Riau," kata Kepala Pelaksana Harian Bakornas Syamsul Maarif.
Banyaknya bencana banjir di Indonesia ini selain dikarenakan penggundulan hutan juga pengaruh perubahan iklim global. " Tetapi perubahan iklim global turut membantu mempertinggi curah hujan di berbagai wilayah di Indonesia," ungkap Climate Change Campaigner Staff WWF-Indonesia Aulia Rahman.
Dia menyebutkan penggundulan hutan menyebabkan 2 efek besar yang terbagi dalam jangka pendek dan jangka panjang. "Secara jangka pendek menghilangkan daerah resapan air dan dalam jangka panjang meningkatkan suhu global. Efek langsungnya banjir dan selanjutnya adalah pemanasan global karena hilangnya wilayah resapan karbon dioksida," tuturnya.
Tak heran, dalam dekade terakhir perubahan iklim mendorong perubahan cuaca yang signifikan dan berdampak langsung seperti pada pola tanam pertanian. Bahkan, dia menuturkan perubahan iklim global mendorong peningkatan permukaan air laut akibat mencairnya lapisan es di kutub Utara dan Selatan.
Bagaimana tahun depan? Walhi memprediksi bencana alam terus terjadi akibat tidak adanya perubahan mendasar dalam paradigma kebijakan dan kelembagaan pengelolaan alam.
"Bahkan jumlah kejadiannya akan meningkat baik itu banjir dan longsor seiring tingginya curah hujan," kata Direktur Eksekutif Walhi, Chalid Muhammad,
Pasalnya, kata dia, laju kerusakan alam terhitung tinggi, baik dilakukan melalui penebangan pohon secara legal atau ilegal. nda/ori/ais/dtc/ant
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Tanjung, BPost
Banjir yang yang melanda Kabupaten Tabalong Kalsel kian meluas dengan kedalaman tertinggi mencapai dua meter. Jika sebelumnya melanda Kecamatan Murung Pudak, Haruai, Tanjung, Pugaan, Banua Lawas dan Kalua, kini juga merambah Muara Harus dan Muara Uya.
Banjir terparah melanda Desa Ujung Murung di Tanjung dan Pasar Lama di Murung Pudak. Tidak hanya perumahan warga yang tergenang, tapi juga sarana publik seperti tempat ibadah, gedung sekolah dasar dan puskesmas.
Luapan air juga menjebol dua pintu saluran irigasi di Kecamatan Banua Lawas yang berjarak 30 kilometer dari Tanjung dan Kalua, 25 kilometer dari Tanjung. Jebolnya pintu air membuat arus deras menggenangi lahan persawahan penduduk setempat.
Camat Kalua, Zulfanoor mengatakan, kondisi ini belum berdampak pada kerugian materiil, karena petani setempat belum mulai bertanam. Mereka baru pada tahap mengolah tanah dan menyemai bibit.
Tergenangnya bangunan publik seperti sekolah, langgar dan puskesmas membuat aktivitas pelayanan dan kegiatan setempat terhenti. Kegiatan belajar misalnya, para siswa yang pekan lalu menuntaskan ujian, terpaksa diliburkan.
Berdasarkan pantauan BPost di Kecamatan Tanjung dan Kalua, ada tujuh sekolah yang terpaksa libur karena kebanjiran. Di antaranya SDN Tanjung 9 di Desa Ujung Murung dan SDN Puain di Tanjung, SDN Pulai I, SDN Sei Buluh, Madrasah Tsanawiyah di Jangkung, Ampukung dan Masintan serta SDN Pasirat di Kecamatan Kalua.
Data di Dinsos setempat, di Kecamatan Murung Pudak saat ini ada sekitar 267 unit rumah, Haruai 180 unit, sedangkan kawasan waspada banjir yang telah tergenang ada 671 unit rumah.
Di Balangan, banjir yang sempat menewaskan seorang warga Desa Mayanau, Ny Isam (60), mulai surut. Dari 16 desa yang terendam air tersebut, kini tinggal enam desa yang masih terendam dengan ketinggian di atas lutut orang dewasa. Desa-desa ini lokasinya lebih rendah dibanding desa-desa lain.
Aktivitas warga pun mulai kembali normal. Akses jalan desa menuju ke desa lain sudah bisa dilalui kendaraan. pun kembali beraktivitas normal.
Gubernur Kalsel, Rudy Ariffin mengatakan pemprov belum turun tangan menangani bencana di dua kabupaten itu. "Menurut laporan Satlak PBP setempat sudah menanganinya. Jika memang Satkorlak PBP Kalsel harus turun tangan, maka tim siap turun. Ini terus kita pantau," ujarnya.
Meski demikian, Rudy telah meminta kepada pemerintah kabupaten/kota untuk melakukan estimasi wilayah masing-masing. Sehingga ketika musim penghujan tiba sudah didapatkan perkiraan daerah mana yang rawan banjir.
Lebih Banyak
Di Pulau Sumatera, banjir yang terjadi sejumlah provinsi juga sudah mulai surut. Untuk bencana banjir di Acah, Presiden Susilo Bambang Yoedhoyono memerintahkan Bakornas Penanggulangan Bencana untuk terus mencari 205 warga yang hilang terseret arus air.
"Presiden memerintahkan untuk melanjutkan pencarian korban-korban yang hilang. Instruksi penanganan cepat juga ditujukan Pemprov Sumut dan Riau," kata Kepala Pelaksana Harian Bakornas Syamsul Maarif.
Banyaknya bencana banjir di Indonesia ini selain dikarenakan penggundulan hutan juga pengaruh perubahan iklim global. " Tetapi perubahan iklim global turut membantu mempertinggi curah hujan di berbagai wilayah di Indonesia," ungkap Climate Change Campaigner Staff WWF-Indonesia Aulia Rahman.
Dia menyebutkan penggundulan hutan menyebabkan 2 efek besar yang terbagi dalam jangka pendek dan jangka panjang. "Secara jangka pendek menghilangkan daerah resapan air dan dalam jangka panjang meningkatkan suhu global. Efek langsungnya banjir dan selanjutnya adalah pemanasan global karena hilangnya wilayah resapan karbon dioksida," tuturnya.
Tak heran, dalam dekade terakhir perubahan iklim mendorong perubahan cuaca yang signifikan dan berdampak langsung seperti pada pola tanam pertanian. Bahkan, dia menuturkan perubahan iklim global mendorong peningkatan permukaan air laut akibat mencairnya lapisan es di kutub Utara dan Selatan.
Bagaimana tahun depan? Walhi memprediksi bencana alam terus terjadi akibat tidak adanya perubahan mendasar dalam paradigma kebijakan dan kelembagaan pengelolaan alam.
"Bahkan jumlah kejadiannya akan meningkat baik itu banjir dan longsor seiring tingginya curah hujan," kata Direktur Eksekutif Walhi, Chalid Muhammad,
Pasalnya, kata dia, laju kerusakan alam terhitung tinggi, baik dilakukan melalui penebangan pohon secara legal atau ilegal. nda/ori/ais/dtc/ant
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
2007, Bencana Bertambah Parah
Rabu, 27 Desember 2006 01:24
Banjarbaru, BPost
Kalimantan Selatan yang sumber daya alamnya telah kikis industri, dikhawatirkan mengalami bencana alam yang semakin dahsyat 2007 mendatang.
Hal tersebut terungkap dalam Seminar Konsultasi Daerah Lingkungan Hidup (KDLH) bertajuk Save Our Banua di Aula Gawi Sabarataan Balai Kota Banjarbaru, Selasa (26/12).
Dalam seminar yang digagas Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Kalsel ini, semua sepakat bencana semakin mengancam.
Empat nara sumber masing-masing dari Satkorlak Penanggulangan Bencana, Komisi III DPRD Kalsel, Bapedalda Kalsel juga Walhi menganalisa, perlu adanya sikap berani dari semua pihak menyelematkan banua dari bencana.
Bapedalda menganalisa bencana yang terjadi di Kalsel bersumber dari kegiatan manusia. Derasnya arus industri dan konsumtif manusia dalam memanfaatkan sumber daya alam, populasi penduduk yang semakin pesat mengakibatkan pemenuhan kebutuhan hidup kian meninggi dan mengesampingkan kondisi alam.
Farah Sofa dari Walhi, dalam paparannya berjudul ‘Indonesia Sebentar Lagi?’, mengungkapkan, hutan di Kalimantan hanya dimiliki oleh para pengusaha dan penguasa industri. "Kita rakyat serasa hanya ngontrak, " ujarnya.
Menurutnya, sumber bencana salah satunya dari ketidakarifan pengelolaan lingkungan. Pembabatan hutan dan pertambangan yang dilakukan tanpa konsep keberlanjutan membuka terjadinya bencana yang lebih besar.
Sementara, Gusti Perdana Kusuma mewakili Komisi III DPRD Kalsel berpendapat, ada empat hal yang perlu dilakukan untuk meminimalkan terjadinya bencana.
"Empat hal itu adalah pertama penyadaran masyarakat akan pentingnya lingkungan. Kemudian menegakkan aturan oleh pemerintah didukung faktor ketiga yaitu turunnya aparat ke lapangan melihat langsung kondisi lingkungan dan terakhir memberi efek jera pada penjahat lingkungan," ujarnya. niz
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Banjarbaru, BPost
Kalimantan Selatan yang sumber daya alamnya telah kikis industri, dikhawatirkan mengalami bencana alam yang semakin dahsyat 2007 mendatang.
Hal tersebut terungkap dalam Seminar Konsultasi Daerah Lingkungan Hidup (KDLH) bertajuk Save Our Banua di Aula Gawi Sabarataan Balai Kota Banjarbaru, Selasa (26/12).
Dalam seminar yang digagas Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Kalsel ini, semua sepakat bencana semakin mengancam.
Empat nara sumber masing-masing dari Satkorlak Penanggulangan Bencana, Komisi III DPRD Kalsel, Bapedalda Kalsel juga Walhi menganalisa, perlu adanya sikap berani dari semua pihak menyelematkan banua dari bencana.
Bapedalda menganalisa bencana yang terjadi di Kalsel bersumber dari kegiatan manusia. Derasnya arus industri dan konsumtif manusia dalam memanfaatkan sumber daya alam, populasi penduduk yang semakin pesat mengakibatkan pemenuhan kebutuhan hidup kian meninggi dan mengesampingkan kondisi alam.
Farah Sofa dari Walhi, dalam paparannya berjudul ‘Indonesia Sebentar Lagi?’, mengungkapkan, hutan di Kalimantan hanya dimiliki oleh para pengusaha dan penguasa industri. "Kita rakyat serasa hanya ngontrak, " ujarnya.
Menurutnya, sumber bencana salah satunya dari ketidakarifan pengelolaan lingkungan. Pembabatan hutan dan pertambangan yang dilakukan tanpa konsep keberlanjutan membuka terjadinya bencana yang lebih besar.
Sementara, Gusti Perdana Kusuma mewakili Komisi III DPRD Kalsel berpendapat, ada empat hal yang perlu dilakukan untuk meminimalkan terjadinya bencana.
"Empat hal itu adalah pertama penyadaran masyarakat akan pentingnya lingkungan. Kemudian menegakkan aturan oleh pemerintah didukung faktor ketiga yaitu turunnya aparat ke lapangan melihat langsung kondisi lingkungan dan terakhir memberi efek jera pada penjahat lingkungan," ujarnya. niz
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Ratusan Jenazah Mengapung
Rabu, 27 Desember 2006 05:42:12
Banjarmasin, BPost
Banjir besar tak hanya mengganas di beberapa provinsi Sumatera, bumi Banua pun tak luput air bah. Banjir yang semula melanda Tabalong meluas ke Balangan dan merenggut nyawa seorang warga.
Sedikitnya tiga kecamatan di kabupaten termuda ini, terendam air hingga 30 cm. Bencana ini dipicu hujan deras yang turun sejak, Minggu (24/12) malam dan kiriman air dari Tabalong. Akibatnya, air sungai meluap dan menggenangi ratusan rumah di 16 desa setinggi 30 cm hingga satu meter.
Desa yang terendam meliputi 12 Desa di Kecamatan Juai, yaitu Desa Buntu Karau, Uyam, Teluk Bayur, Juai, Galombang, Bata, Miho, Lalayau, Sumber Rezeki, Wonorejo, Tawahan, Sungai Batong dan Tamurus. Akibatnya, ruas jalan menuju Paringin, putus.
Di Kecamatan Halong, banjir terjadi di Desa Bangkal, Binju, Baruh Panyumbaran. Sedangkan di Kecamatan Awayan, banjir terjadi di Desa Mayanau. Di desa ini banjir dikabarkan menewaskan seorang warga, akibat terseret arus Sungai Balangan, saat mengambil air.
Amarul, warga Desa Buntu Karau, Rabu (26/12) menuturkan, luapan air dari Sungai Balangan ini terjadi sejak pukul 04:00 Wita. "Hujan selama 3 hari berturut-turut membuat desa kami terendam sampai selutut orang dewasa," ujarnya.
Menurut Amarul, banjir sudah merendam 70 rumah di Desa Buntu Karau. Tinggi air sampai ke teras rumah. "Kami tetap bertahan sampai banjir terhenti," ujarnya.
Wakil Bupati Balangan Ansharuddin, saat meninjau Desa Buntu Karau mengungkapkan, banjir ini hanya fenomena alam akibat hujan deras yang melanda Balangan akhir-akhir ini. "Mungkin 2 hari sudah surut," tandasnya. Sedangkan banjir di Tabalong mengakibatkan sebagian jalan trans Kalimantan pada ruas Tabalong menuju Kabupaten Barito Timur, Kalteng, terhambat. (baca: warga mulai mengungsi, halaman 13).
Provinsi tetangga, Kalteng, juga mengalami nasib serupa. Banjir di ruas Palangka Raya-Buntok belum terlihat tanda-tanda menyurut.
Banjir setinggi sekitar 1,5 meter, akibat luapan Sungai Kapuas, ini masih menggenangi ruas jalan di Desa Lungkuh Layang, Kecamatan Timpah, Kapuas. Akibatnya, arus lalu lintas antara Palangka Raya dan Buntok, Ibukota Kabupaten Barito Selatan, terhambat.
"Kami terpaksa menggunakan pola estafet bagi penumpang travel," kata seorang staf perusahaan mobil angkutan umum antarkota, Dani, di Palangka Raya.
Konsekuensinya, mereka harus mengeluarkan ongkos tambahan untuk biaya perahu bermotor atau kelotok. "Tarif satu perahu sekitar Rp150.000," ujarnya.
Selain ongkos tambahan, banjir juga menyebabkan waktu tempuh Palangka Raya-Buntok jadi molor. "Biasanya rute itu ditempuh dalam lima jam, sekarang menjadi delapan hingga 12 jam," ujar Dani.
Bagi mobil-mobil pribadi, lebih jelek nasibnya. Penumpang dan mobilnya tak dapat meneruskan perjalanan, karena tidak ada rakit kayu yang dapat menyeberangkan.
500 Jenazah
Di Aceh, korban banjir bandang di kawasan Desa Babu Pulo Tiga, Kabupaten Aceh Tamiang, terus bertambah. Sebelumnya hanya 114 yang tewas, kini jumlahnya mencapai lima kali lipat, 614 jiwa.
Staf Humas Pemkab Aceh Tamiang, Nasir Musa, menyebutkan, sedikitnya 500 jenazah ditemukan di kawasan Pulo Tiga.
Nasir menambahkan, ratusan mayat tersebut belum teridentifikasi dan belum bisa dikuburkan karena masih menunggu izin keluarga masing-masing.
Arus transportasi Kuala Simpang (ibukota Aceh Tamiang) ke Medan belum norma. "Itu dikarenakan sebagian badan jalan masih tergenang air dan lumpur yang ketinggiannya hampir mencapai satu meter," ujar Nasir.
Kendati demikian, banjir bandang yang merendam ratusan desa di Kabupaten Aceh Tamiang itu kini berangsur surut, dan cuaca membaik sejak Senin (25/12).
"Namun masyarakat masih trauma khawatir terjadi banjir susulan. Warga yang terperangkap di rumah bertingkat dan atap rumah belum berani turun," ujarnya.
Nasir menjelaskan, empat kecamatan yakni Telaga Muku, Seuruwey, Banda Mulia dan Sungai Hiu, sampai saat ini masih terisolir karena sulit dilalui akibat masih tingginya genangan air.
Penyaluran bantuan logistik dan kebutuhan pengungsi juga belum merata karena medan yang sulit, sehingga ratusan terancam kelaparan.
Kondisi serupa dialami Korban longsor Muara Sipongi. Sekda Pemkab Mandailing Natal Azwar I Nasution mengatakan, jumlah korban meninggal menjadi 28 orang.
Sebelumnya, Senin (25/12) jumlah korban meninggal sebanyak 20 orang. "Hari ini (kemarin) delapan mayat ditemukan. Jadi total yang sudah ditemukan 28 orang meninggal.
Sedangkan orang yang dinyatakan hilang sebanyak enam orang lagi," katanya. Terancam Kelaparan
Kendati tidak menimbulkan korban jiwa, banjir terjadi di Desa Muara Dilam, Kecamatan Kunto Darussalam, Rokan Hulu (Rohul), Riau, mengancam ratusan Kepala Keluarga (KK).
"Masyarakat di sana sudah rawan pangan, sudah hampir satu minggu daerah itu terisolir karena putusnya jembatan menuju ke desa itu karena banjir," kata Kepala Dinas Kesejahteraan Sosial Rohul, H Mewahiddin.
Ia mengatakan, pihaknya sudah berupaya menyalurkan bantuan makanan untuk masyarakat setempat, namun karena putusnya jembatan sehingga bahan makanan terhenti di ujung jembatan.
Sebagai pengganjal perut, para korban di Desa Sungai Kuti itu terpaksa mengonsumsi ubi kayu
Mewahiddin mengatakan, setidaknya masih empat kecamatan di Rohul yang direndam air, keempat kecamatan itu berada di daerah hilir Sungai Rokan.
Keempat kecamatan itu adalah Kecamatan Kepenuhan, Rambah Hilir, Bonai Darussalam dan Kecamatan Kunto Darussalam. "Keempatnya berada di daerah hilir, sedangkan kecamatan yang berada di daerah hulu airnya sudah surut," katanya. dtc/mio/anj/kcm/ant
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Banjarmasin, BPost
Banjir besar tak hanya mengganas di beberapa provinsi Sumatera, bumi Banua pun tak luput air bah. Banjir yang semula melanda Tabalong meluas ke Balangan dan merenggut nyawa seorang warga.
Sedikitnya tiga kecamatan di kabupaten termuda ini, terendam air hingga 30 cm. Bencana ini dipicu hujan deras yang turun sejak, Minggu (24/12) malam dan kiriman air dari Tabalong. Akibatnya, air sungai meluap dan menggenangi ratusan rumah di 16 desa setinggi 30 cm hingga satu meter.
Desa yang terendam meliputi 12 Desa di Kecamatan Juai, yaitu Desa Buntu Karau, Uyam, Teluk Bayur, Juai, Galombang, Bata, Miho, Lalayau, Sumber Rezeki, Wonorejo, Tawahan, Sungai Batong dan Tamurus. Akibatnya, ruas jalan menuju Paringin, putus.
Di Kecamatan Halong, banjir terjadi di Desa Bangkal, Binju, Baruh Panyumbaran. Sedangkan di Kecamatan Awayan, banjir terjadi di Desa Mayanau. Di desa ini banjir dikabarkan menewaskan seorang warga, akibat terseret arus Sungai Balangan, saat mengambil air.
Amarul, warga Desa Buntu Karau, Rabu (26/12) menuturkan, luapan air dari Sungai Balangan ini terjadi sejak pukul 04:00 Wita. "Hujan selama 3 hari berturut-turut membuat desa kami terendam sampai selutut orang dewasa," ujarnya.
Menurut Amarul, banjir sudah merendam 70 rumah di Desa Buntu Karau. Tinggi air sampai ke teras rumah. "Kami tetap bertahan sampai banjir terhenti," ujarnya.
Wakil Bupati Balangan Ansharuddin, saat meninjau Desa Buntu Karau mengungkapkan, banjir ini hanya fenomena alam akibat hujan deras yang melanda Balangan akhir-akhir ini. "Mungkin 2 hari sudah surut," tandasnya. Sedangkan banjir di Tabalong mengakibatkan sebagian jalan trans Kalimantan pada ruas Tabalong menuju Kabupaten Barito Timur, Kalteng, terhambat. (baca: warga mulai mengungsi, halaman 13).
Provinsi tetangga, Kalteng, juga mengalami nasib serupa. Banjir di ruas Palangka Raya-Buntok belum terlihat tanda-tanda menyurut.
Banjir setinggi sekitar 1,5 meter, akibat luapan Sungai Kapuas, ini masih menggenangi ruas jalan di Desa Lungkuh Layang, Kecamatan Timpah, Kapuas. Akibatnya, arus lalu lintas antara Palangka Raya dan Buntok, Ibukota Kabupaten Barito Selatan, terhambat.
"Kami terpaksa menggunakan pola estafet bagi penumpang travel," kata seorang staf perusahaan mobil angkutan umum antarkota, Dani, di Palangka Raya.
Konsekuensinya, mereka harus mengeluarkan ongkos tambahan untuk biaya perahu bermotor atau kelotok. "Tarif satu perahu sekitar Rp150.000," ujarnya.
Selain ongkos tambahan, banjir juga menyebabkan waktu tempuh Palangka Raya-Buntok jadi molor. "Biasanya rute itu ditempuh dalam lima jam, sekarang menjadi delapan hingga 12 jam," ujar Dani.
Bagi mobil-mobil pribadi, lebih jelek nasibnya. Penumpang dan mobilnya tak dapat meneruskan perjalanan, karena tidak ada rakit kayu yang dapat menyeberangkan.
500 Jenazah
Di Aceh, korban banjir bandang di kawasan Desa Babu Pulo Tiga, Kabupaten Aceh Tamiang, terus bertambah. Sebelumnya hanya 114 yang tewas, kini jumlahnya mencapai lima kali lipat, 614 jiwa.
Staf Humas Pemkab Aceh Tamiang, Nasir Musa, menyebutkan, sedikitnya 500 jenazah ditemukan di kawasan Pulo Tiga.
Nasir menambahkan, ratusan mayat tersebut belum teridentifikasi dan belum bisa dikuburkan karena masih menunggu izin keluarga masing-masing.
Arus transportasi Kuala Simpang (ibukota Aceh Tamiang) ke Medan belum norma. "Itu dikarenakan sebagian badan jalan masih tergenang air dan lumpur yang ketinggiannya hampir mencapai satu meter," ujar Nasir.
Kendati demikian, banjir bandang yang merendam ratusan desa di Kabupaten Aceh Tamiang itu kini berangsur surut, dan cuaca membaik sejak Senin (25/12).
"Namun masyarakat masih trauma khawatir terjadi banjir susulan. Warga yang terperangkap di rumah bertingkat dan atap rumah belum berani turun," ujarnya.
Nasir menjelaskan, empat kecamatan yakni Telaga Muku, Seuruwey, Banda Mulia dan Sungai Hiu, sampai saat ini masih terisolir karena sulit dilalui akibat masih tingginya genangan air.
Penyaluran bantuan logistik dan kebutuhan pengungsi juga belum merata karena medan yang sulit, sehingga ratusan terancam kelaparan.
Kondisi serupa dialami Korban longsor Muara Sipongi. Sekda Pemkab Mandailing Natal Azwar I Nasution mengatakan, jumlah korban meninggal menjadi 28 orang.
Sebelumnya, Senin (25/12) jumlah korban meninggal sebanyak 20 orang. "Hari ini (kemarin) delapan mayat ditemukan. Jadi total yang sudah ditemukan 28 orang meninggal.
Sedangkan orang yang dinyatakan hilang sebanyak enam orang lagi," katanya. Terancam Kelaparan
Kendati tidak menimbulkan korban jiwa, banjir terjadi di Desa Muara Dilam, Kecamatan Kunto Darussalam, Rokan Hulu (Rohul), Riau, mengancam ratusan Kepala Keluarga (KK).
"Masyarakat di sana sudah rawan pangan, sudah hampir satu minggu daerah itu terisolir karena putusnya jembatan menuju ke desa itu karena banjir," kata Kepala Dinas Kesejahteraan Sosial Rohul, H Mewahiddin.
Ia mengatakan, pihaknya sudah berupaya menyalurkan bantuan makanan untuk masyarakat setempat, namun karena putusnya jembatan sehingga bahan makanan terhenti di ujung jembatan.
Sebagai pengganjal perut, para korban di Desa Sungai Kuti itu terpaksa mengonsumsi ubi kayu
Mewahiddin mengatakan, setidaknya masih empat kecamatan di Rohul yang direndam air, keempat kecamatan itu berada di daerah hilir Sungai Rokan.
Keempat kecamatan itu adalah Kecamatan Kepenuhan, Rambah Hilir, Bonai Darussalam dan Kecamatan Kunto Darussalam. "Keempatnya berada di daerah hilir, sedangkan kecamatan yang berada di daerah hulu airnya sudah surut," katanya. dtc/mio/anj/kcm/ant
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Ratusan Rumah Terendam
Selasa, 26 Desember 2006 02:36
Tanjung, BPost
Curah hujan yang tinggi selama tiga hari terakhir membuat ratusan unit rumah di Kabupaten Tabalong terendam. Ketinggian air mencapai satu meter lebih terjadi sejak Minggu (24/12) hingga Senin.
Kawasan terparah, perumahan warga di Ujung Murung RT4, Tanjung. Sekitar 80 unit rumah panggung terendam sebatas pinggang orang dewasa, akibat luapan air Sungai Tabalong yang mengelilingi kampung setempat.
Minggu sebelumnya, banjir melanda sepuluh rumah di kompleks Perumahan Bumi Tabalong Damai RT 10 Mabuun. Sedangkan di kawasan Pembataan Jalan PM Noor RT 4 dan RT 7, sedikitnya 11 unit rumah ikut terendam.
Khusus di kawasan Mabuun dan Pembataan,ketinggian air yang kemarin sempat mencapai lutut orang dewasa telah surut. Ketua RT 4 Ujung Murung, Yusriansyah mengatakan banjir yang melanda perkampungannya kali ini tak separah tahun sebelumnya. Ketinggiannya belum sampai menenggelamkan perumahan warga di lokasi terendah.
"RT 4, dari 120 unit rumah, terkena banjir sekitar 80 unit. Masyarakat sudah terbiasa jadi tidak ada yang mengungsi," katanya. Mengenai bantuan pemerintah setempat, Yusriansyah mengatakan biasanya diberikan jika kondisi makin parah, yaitu terendam lebih tinggi dan lebih dari 3 hari.
Pantauan BPost di lokasi kebanjiran, luapan air masih memenuhi halaman perumahan warga. Bahkan ada yang masuk ke dalam rumah hingga ketinggian 15 sentimeter dari lantai teras. Namun kondisi ini belum mengganggu aktivitas warga.
Beberapa perempuan malah sibuk memanfaatkan air banjir untuk mencuci pakaian. Sedangkan anak-anak asyik berenang di halaman. Aktivitas di pasar juga berjalan normal. Sebagian warga menggunakan jukung (perahu kecil) untuk melintasi halaman rumah yang terendam.
Mereka yang tidak punya jukung, meminjam punya tetangga. Menurut beberapa warga, luapan air mulai menjamah kampung mereka pukul 05.00 Wita subuh. Saat ini sebagian warga yang terjaga langsung mengevakuasi barang-barang berharga dengan meletakkan di tempat lebih tinggi seperti atas lemari, tempat tidur, meja dan loteng. nda
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Tanjung, BPost
Curah hujan yang tinggi selama tiga hari terakhir membuat ratusan unit rumah di Kabupaten Tabalong terendam. Ketinggian air mencapai satu meter lebih terjadi sejak Minggu (24/12) hingga Senin.
Kawasan terparah, perumahan warga di Ujung Murung RT4, Tanjung. Sekitar 80 unit rumah panggung terendam sebatas pinggang orang dewasa, akibat luapan air Sungai Tabalong yang mengelilingi kampung setempat.
Minggu sebelumnya, banjir melanda sepuluh rumah di kompleks Perumahan Bumi Tabalong Damai RT 10 Mabuun. Sedangkan di kawasan Pembataan Jalan PM Noor RT 4 dan RT 7, sedikitnya 11 unit rumah ikut terendam.
Khusus di kawasan Mabuun dan Pembataan,ketinggian air yang kemarin sempat mencapai lutut orang dewasa telah surut. Ketua RT 4 Ujung Murung, Yusriansyah mengatakan banjir yang melanda perkampungannya kali ini tak separah tahun sebelumnya. Ketinggiannya belum sampai menenggelamkan perumahan warga di lokasi terendah.
"RT 4, dari 120 unit rumah, terkena banjir sekitar 80 unit. Masyarakat sudah terbiasa jadi tidak ada yang mengungsi," katanya. Mengenai bantuan pemerintah setempat, Yusriansyah mengatakan biasanya diberikan jika kondisi makin parah, yaitu terendam lebih tinggi dan lebih dari 3 hari.
Pantauan BPost di lokasi kebanjiran, luapan air masih memenuhi halaman perumahan warga. Bahkan ada yang masuk ke dalam rumah hingga ketinggian 15 sentimeter dari lantai teras. Namun kondisi ini belum mengganggu aktivitas warga.
Beberapa perempuan malah sibuk memanfaatkan air banjir untuk mencuci pakaian. Sedangkan anak-anak asyik berenang di halaman. Aktivitas di pasar juga berjalan normal. Sebagian warga menggunakan jukung (perahu kecil) untuk melintasi halaman rumah yang terendam.
Mereka yang tidak punya jukung, meminjam punya tetangga. Menurut beberapa warga, luapan air mulai menjamah kampung mereka pukul 05.00 Wita subuh. Saat ini sebagian warga yang terjaga langsung mengevakuasi barang-barang berharga dengan meletakkan di tempat lebih tinggi seperti atas lemari, tempat tidur, meja dan loteng. nda
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Bendungan Paran Hancur
Jumat, 29 Desember 2006
Banjarmasin, Kompas - Banjir yang melanda beberapa kabupaten di Kalimantan Selatan sejak Senin lalu ternyata juga mengakibatkan jebolnya Bendungan Paran di Kecamatan Paringin, Kabupaten Balangan. Kerugian akibat hancurnya bendungan tersebut mencapai Rp 872 juta.
Hancurnya bendungan diketahui setelah genangan di Balangan mulai surut, Selasa lalu. "Sawah 188 hektar yang dialiri bendungan itu juga berubah jadi danau besar," kata Kepala Sub-Pemberitaan Humas Pemerintah Kabupaten Balangan Alive Yosfahlove di Paringin, Kamis (28/12).
Jalan provinsi yang rusak di Kabupaten Balangan sepanjang 12,5 kilometer. Total kerugian ditaksir Rp 8,4 miliar-Rp 10 miliar. Wakil Gubernur Kalsel Rosehan saat mengunjungi lokasi banjir meminta warga dan jajaran pemerintah daerah di Kalsel mengantisipasi banjir karena setiap saat bencana itu dapat datang.
Permukaan air Sungai Barito di Kalimantan Tengah mulai naik. Kawasan rendah seperti Kecamatan Montalat, Kabupaten Barito Utara, mulai tergenang air setinggi sekitar 50 sentimeter. Namun, warga di sekitar Daerah Aliran Sungai Barito, ujar Kepala Bagian Humas Pemerintah Kabupaten Barito Utara Ferry Kusniadi, tidak panik karena luapan air sungai acap terjadi.
Banjir di ruas jalan penghubung Palangkaraya-Buntok, Barito Selatan, meluas. Banjir di Lungkuh Layang, Kapuas, itu merendam ruas sepanjang 600 meter dengan tinggi 2,5 meter.
Di Samarinda, Pelaksana Tugas Gubernur Kalimantan Timur Yurnalis Ngayoh mengimbau pemerintah kabupaten dan kota waspada menghadapi musim hujan yang segera datang. Tahun 2006 banjir luapan Sungai Mahakam menerjang Kabupaten Kutai Barat, Kutai Kartanegara, dan Samarinda.
Sumsel waspada
Di Sumatera Selatan hujan lokal yang lebat diperkirakan terjadi Januari 2007 hingga seluruh wilayah itu berpotensi mengalami banjir dan tanah longsor.
Menurut Kepala Seksi Penerangan dan Observasi BMG Palembang Mohammad Irdam, kemarin, puncak musim hujan yang seharusnya Desember bergeser ke Januari. "Perubahan itu menyebabkan wilayah lain di Sumatera telah dilanda banjir, sedangkan Sumsel dan Bengkulu tidak," katanya. (FUL/CAS/BRO/WAD)
Banjarmasin, Kompas - Banjir yang melanda beberapa kabupaten di Kalimantan Selatan sejak Senin lalu ternyata juga mengakibatkan jebolnya Bendungan Paran di Kecamatan Paringin, Kabupaten Balangan. Kerugian akibat hancurnya bendungan tersebut mencapai Rp 872 juta.
Hancurnya bendungan diketahui setelah genangan di Balangan mulai surut, Selasa lalu. "Sawah 188 hektar yang dialiri bendungan itu juga berubah jadi danau besar," kata Kepala Sub-Pemberitaan Humas Pemerintah Kabupaten Balangan Alive Yosfahlove di Paringin, Kamis (28/12).
Jalan provinsi yang rusak di Kabupaten Balangan sepanjang 12,5 kilometer. Total kerugian ditaksir Rp 8,4 miliar-Rp 10 miliar. Wakil Gubernur Kalsel Rosehan saat mengunjungi lokasi banjir meminta warga dan jajaran pemerintah daerah di Kalsel mengantisipasi banjir karena setiap saat bencana itu dapat datang.
Permukaan air Sungai Barito di Kalimantan Tengah mulai naik. Kawasan rendah seperti Kecamatan Montalat, Kabupaten Barito Utara, mulai tergenang air setinggi sekitar 50 sentimeter. Namun, warga di sekitar Daerah Aliran Sungai Barito, ujar Kepala Bagian Humas Pemerintah Kabupaten Barito Utara Ferry Kusniadi, tidak panik karena luapan air sungai acap terjadi.
Banjir di ruas jalan penghubung Palangkaraya-Buntok, Barito Selatan, meluas. Banjir di Lungkuh Layang, Kapuas, itu merendam ruas sepanjang 600 meter dengan tinggi 2,5 meter.
Di Samarinda, Pelaksana Tugas Gubernur Kalimantan Timur Yurnalis Ngayoh mengimbau pemerintah kabupaten dan kota waspada menghadapi musim hujan yang segera datang. Tahun 2006 banjir luapan Sungai Mahakam menerjang Kabupaten Kutai Barat, Kutai Kartanegara, dan Samarinda.
Sumsel waspada
Di Sumatera Selatan hujan lokal yang lebat diperkirakan terjadi Januari 2007 hingga seluruh wilayah itu berpotensi mengalami banjir dan tanah longsor.
Menurut Kepala Seksi Penerangan dan Observasi BMG Palembang Mohammad Irdam, kemarin, puncak musim hujan yang seharusnya Desember bergeser ke Januari. "Perubahan itu menyebabkan wilayah lain di Sumatera telah dilanda banjir, sedangkan Sumsel dan Bengkulu tidak," katanya. (FUL/CAS/BRO/WAD)
Banjir di Kalsel Meluas
Kamis, 28 Desember 2006
Tanjung, Kompas - Luapan air Sungai Tabalong dan Balangan yang menggenangi Kabupaten Tabalong dan Balangan memasuki wilayah Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan, Rabu (27/12). Bencana itu menewaskan seorang warga, merendam ratusan rumah, dan menggenangi ratusan hektar areal pertanian.
Kepala Subbidang Pemberitaan Humas Pemerintah Kabupaten Balangan Alive Yosfahlove mengatakan genangan banjir di Kecamatan Halong dan Juai mulai menyurut. Transportasi darat juga sudah normal. Namun, sawah dan perkebunan warga masih terendam.
Di Kecamatan Awayan, banjir menewaskan warga Desa Mayanau, Isam (60). Perempuan itu tewas terseret arus saat mengambil air di Sungai Pitap. "Jasad korban baru ditemukan Selasa pagi," kata Alive.
Menurut dia, banjir di Balangan disebabkan tiga faktor: parahnya pendangkalan sungai, kerusakan hutan, dan tingginya curah hujan beberapa hari terakhir.
Di Hulu Sungai Utara, banjir menggenangi Kecamatan Amuntai Utara dan Pekapuran dengan ketinggian 30 sentimeter. Di Tabalong, banjir menggenangi Kecamatan Pugaan, Kelua, Muara Harus, Tanjung, Murungpudak, Banua Lawas, Haruai, dan Muara Uya. Jalan trans-Kalimantan yang menghubungkan Amuntai, Hulu Sungai Utara, dengan Tanjung, Tabalong, terendam di 23 bagian sehingga arus transportasi macet.
Sekitar 80 warga Desa Ujung Murung, Kecamatan Tanjung, mengungsi karena rumah mereka terendam. Pemkab Tabalong membuka dapur umum di Pasar Tanjung. Di Haruai, banjir menimpa 389 keluarga.
Puncak musim hujan
Areal sawah kebanjiran akibat dua pintu irigasi jebol, yakni di Sungai Buluh Kelua dan di Banua Lawas. Kepala Dinas Sosial Kabupaten Tabalong Birhasani mengatakan, bantuan bahan pokok difokuskan ke Murungpudak, Haruai, dan Tanjung.
Sementara itu, puncak musim hujan di Kalimantan Tengah diperkirakan terjadi Januari-Februari 2007. "Saat ini, rata-rata curah hujan di Kalteng masih di angka normal, sekitar 200 milimeter per bulan," kata peramal cuaca Badan Meteorologi Palangkaraya, Dedy Supratono. Merunut data tahun-tahun sebelumnya, curah hujan di Kalteng pada puncak musim hujan bisa mencapai 500 milimeter per bulan.
Di Pontianak, Kalimantan Barat, BMG setempat akan membangun pelayanan terpadu meteorologi dan klimatologi regional pada tahun 2007. Sistem itu dapat memberikan peringatan dini terhadap kemungkinan banjir dan angin puting beliung di provinsi itu. Menurut Kepala Stasiun Meteorologi Supadio Pontianak Girwanto, dengan sistem ini, pihak terkait akan menerima informasi bencana alam dalam waktu dua menit melalui SMS. (FUL/CAS/WHY)
Tanjung, Kompas - Luapan air Sungai Tabalong dan Balangan yang menggenangi Kabupaten Tabalong dan Balangan memasuki wilayah Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan, Rabu (27/12). Bencana itu menewaskan seorang warga, merendam ratusan rumah, dan menggenangi ratusan hektar areal pertanian.
Kepala Subbidang Pemberitaan Humas Pemerintah Kabupaten Balangan Alive Yosfahlove mengatakan genangan banjir di Kecamatan Halong dan Juai mulai menyurut. Transportasi darat juga sudah normal. Namun, sawah dan perkebunan warga masih terendam.
Di Kecamatan Awayan, banjir menewaskan warga Desa Mayanau, Isam (60). Perempuan itu tewas terseret arus saat mengambil air di Sungai Pitap. "Jasad korban baru ditemukan Selasa pagi," kata Alive.
Menurut dia, banjir di Balangan disebabkan tiga faktor: parahnya pendangkalan sungai, kerusakan hutan, dan tingginya curah hujan beberapa hari terakhir.
Di Hulu Sungai Utara, banjir menggenangi Kecamatan Amuntai Utara dan Pekapuran dengan ketinggian 30 sentimeter. Di Tabalong, banjir menggenangi Kecamatan Pugaan, Kelua, Muara Harus, Tanjung, Murungpudak, Banua Lawas, Haruai, dan Muara Uya. Jalan trans-Kalimantan yang menghubungkan Amuntai, Hulu Sungai Utara, dengan Tanjung, Tabalong, terendam di 23 bagian sehingga arus transportasi macet.
Sekitar 80 warga Desa Ujung Murung, Kecamatan Tanjung, mengungsi karena rumah mereka terendam. Pemkab Tabalong membuka dapur umum di Pasar Tanjung. Di Haruai, banjir menimpa 389 keluarga.
Puncak musim hujan
Areal sawah kebanjiran akibat dua pintu irigasi jebol, yakni di Sungai Buluh Kelua dan di Banua Lawas. Kepala Dinas Sosial Kabupaten Tabalong Birhasani mengatakan, bantuan bahan pokok difokuskan ke Murungpudak, Haruai, dan Tanjung.
Sementara itu, puncak musim hujan di Kalimantan Tengah diperkirakan terjadi Januari-Februari 2007. "Saat ini, rata-rata curah hujan di Kalteng masih di angka normal, sekitar 200 milimeter per bulan," kata peramal cuaca Badan Meteorologi Palangkaraya, Dedy Supratono. Merunut data tahun-tahun sebelumnya, curah hujan di Kalteng pada puncak musim hujan bisa mencapai 500 milimeter per bulan.
Di Pontianak, Kalimantan Barat, BMG setempat akan membangun pelayanan terpadu meteorologi dan klimatologi regional pada tahun 2007. Sistem itu dapat memberikan peringatan dini terhadap kemungkinan banjir dan angin puting beliung di provinsi itu. Menurut Kepala Stasiun Meteorologi Supadio Pontianak Girwanto, dengan sistem ini, pihak terkait akan menerima informasi bencana alam dalam waktu dua menit melalui SMS. (FUL/CAS/WHY)
Kalsel Juga Mulai Dilanda Banjir
Rabu, 27 Desember 2006
Banjarmasin, Kompas - Setelah Kalimantan Tengah, giliran Kalimantan Selatan mulai dilanda banjir. Sejak Senin (25/12), banjir sudah merendam 12 kecamatan di Kabupaten Tabalong dan dua kecamatan di Kabupaten Balangan. Sementara itu, banjir di Buntok, Kalteng, yang sudah sepekan berlangsung belum juga surut.
Banjir di Tabalong terjadi akibat meluapnya Sungai Tabalong. Ini terjadi setelah tiga hari berturut-turut kawasan hulu sungai itu diguyur hujan lebat.
Selain menggenangi areal pertanian dan ratusan rumah penduduk dengan ketinggian 30-100 sentimeter, banjir juga menggenangi sebagian ruas jalan trans-Kalimantan yang menghubungkan Tabalong dengan Kabupaten Barito Timur di Kalteng. Akibatnya, lalu lintas di ruas jalan itu tersendat.
Menurut Sekretaris Satuan Pelaksana Penanganan Bencana Tabalong Marzuki Hakim, ratusan rumah warga yang terendam terus didata. "Hujan di hulu Sungai Tabalong dalam sepekan terakhir sangat lebat," kata Marzuki di Tanjung, ibu kota Tabalong, Selasa kemarin.
Marzuki menambahkan, Sungai Tabalong yang melintasi 12 kecamatan itu sudah beberapa tahun mendangkal dan menyempit. Akibatnya, air hujan dari hulu sungai tidak lagi tertampung sehingga sungai meluap.
Beberapa warga dilaporkan sudah membuat para-para, semacam panggung papan dalam rumah, untuk bisa bertahan. "Itu untuk mengantisipasi kalau genangan banjir terus meninggi dalam beberapa hari mendatang," kata Marzuki.
Delapan kecamatan yang dilanda banjir itu adalah Haruai, Tanjung, Tanta, Murungpudak, Kelua, Pugaan, Benualawas, dan Muaraharus. Pemerintah Tabalong sedang menyiapkan bantuan tanggap darurat bagi korban banjir di delapan kecamatan tersebut.
"Banjir ini sudah menjadi bencana tahunan. Yang sekarang perlu diwaspadai kecukupan ketersediaan sembako di daerah tersebut," kata Marzuki lagi.
Di Kabupaten Balangan, banjir menimpa wilayah Kecamatan Juai dan Halong akibat meluapnya Sungai Balangan. Banjir menyebabkan ruas jalan dari Paringin, ibu kota Kabupaten Balangan, menuju Halong dan Juai tergenang sepanjang tiga kilometer dengan ketinggian 30 sentimeter.
"Angkutan menuju Paringin dari Halong dan Juai lumpuh," kata Kepala Subbagian Pemberitaan Humas Pemerintah Kabupaten Balangan Alive Yosfahlove.
Perlu sistem peringatan dini
Dari Palangkaraya dilaporkan, banjir masih menggenangi ruas jalan Palangkaraya-Buntok di Kalteng yang sudah berlangsung satu pekan terakhir.
Berkaitan dengan hal itu, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Kalteng mendesak pemerintah untuk membuat sistem peringatan dini bencana banjir.
Sistem peringatan dini itu diharapkan dapat memberikan panduan praktis bagi masyarakat untuk menyelamatkan diri apabila bencana banjir datang. (ful/cas)
Banjarmasin, Kompas - Setelah Kalimantan Tengah, giliran Kalimantan Selatan mulai dilanda banjir. Sejak Senin (25/12), banjir sudah merendam 12 kecamatan di Kabupaten Tabalong dan dua kecamatan di Kabupaten Balangan. Sementara itu, banjir di Buntok, Kalteng, yang sudah sepekan berlangsung belum juga surut.
Banjir di Tabalong terjadi akibat meluapnya Sungai Tabalong. Ini terjadi setelah tiga hari berturut-turut kawasan hulu sungai itu diguyur hujan lebat.
Selain menggenangi areal pertanian dan ratusan rumah penduduk dengan ketinggian 30-100 sentimeter, banjir juga menggenangi sebagian ruas jalan trans-Kalimantan yang menghubungkan Tabalong dengan Kabupaten Barito Timur di Kalteng. Akibatnya, lalu lintas di ruas jalan itu tersendat.
Menurut Sekretaris Satuan Pelaksana Penanganan Bencana Tabalong Marzuki Hakim, ratusan rumah warga yang terendam terus didata. "Hujan di hulu Sungai Tabalong dalam sepekan terakhir sangat lebat," kata Marzuki di Tanjung, ibu kota Tabalong, Selasa kemarin.
Marzuki menambahkan, Sungai Tabalong yang melintasi 12 kecamatan itu sudah beberapa tahun mendangkal dan menyempit. Akibatnya, air hujan dari hulu sungai tidak lagi tertampung sehingga sungai meluap.
Beberapa warga dilaporkan sudah membuat para-para, semacam panggung papan dalam rumah, untuk bisa bertahan. "Itu untuk mengantisipasi kalau genangan banjir terus meninggi dalam beberapa hari mendatang," kata Marzuki.
Delapan kecamatan yang dilanda banjir itu adalah Haruai, Tanjung, Tanta, Murungpudak, Kelua, Pugaan, Benualawas, dan Muaraharus. Pemerintah Tabalong sedang menyiapkan bantuan tanggap darurat bagi korban banjir di delapan kecamatan tersebut.
"Banjir ini sudah menjadi bencana tahunan. Yang sekarang perlu diwaspadai kecukupan ketersediaan sembako di daerah tersebut," kata Marzuki lagi.
Di Kabupaten Balangan, banjir menimpa wilayah Kecamatan Juai dan Halong akibat meluapnya Sungai Balangan. Banjir menyebabkan ruas jalan dari Paringin, ibu kota Kabupaten Balangan, menuju Halong dan Juai tergenang sepanjang tiga kilometer dengan ketinggian 30 sentimeter.
"Angkutan menuju Paringin dari Halong dan Juai lumpuh," kata Kepala Subbagian Pemberitaan Humas Pemerintah Kabupaten Balangan Alive Yosfahlove.
Perlu sistem peringatan dini
Dari Palangkaraya dilaporkan, banjir masih menggenangi ruas jalan Palangkaraya-Buntok di Kalteng yang sudah berlangsung satu pekan terakhir.
Berkaitan dengan hal itu, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Kalteng mendesak pemerintah untuk membuat sistem peringatan dini bencana banjir.
Sistem peringatan dini itu diharapkan dapat memberikan panduan praktis bagi masyarakat untuk menyelamatkan diri apabila bencana banjir datang. (ful/cas)
Palangkaraya-Buntok Masih Terendam Air
Selasa, 26 Desember 2006
Palangkaraya, Kompas - Banjir setinggi 1,5 meter akibat luapan Sungai Kapuas sudah sepekan ini menggenangi ruas jalan di Desa Lungkuh Layang, Kecamatan Timpah, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah. Banjir tersebut menghambat lalu lintas dari Palangkaraya ke Buntok, ibu kota Kabupaten Barito Selatan.
"Kami terpaksa masih menggunakan pola estafet bagi penumpang travel," kata Dani, tenaga staf perusahaan mobil angkutan umum antarkota CV Eka Sinta, di Palangkaraya, Senin (25/12). Rute Palangkaraya-Buntok saat ini dilayani dua perusahaan angkutan umum seperti itu, CV Eka Sinta dan Danum Belum.
Banjir setinggi 1,5 meter sepanjang 300 meter di ruas Lungkuh Layang itu membuat mobil-mobil pribadi dari kedua arah tidak dapat meneruskan perjalanan. Pasalnya, tidak ada rakit kayu yang dapat menyeberangkannya.
Sementara itu, penumpang mobil angkutan antarkota yang biasa disebut travel diseberangkan ke sisi lain banjir dengan perahu bermotor atau kelotok. Tarif satu perahu adalah Rp 150.000. Sampai di seberang, penumpang sudah ditunggu mobil lain dari perusahaan angkutan yang sama.
Waktu tempuh Palangkaraya-Buntok pun mulur menjadi 8 hingga 12 jam, padahal biasanya hanya lima jam.
Lama waktu 12 jam tersebut hampir sama dengan waktu tempuh Palangkaraya-Buntok apabila melalui jalur memutar lewat Banjarmasin, Kalimantan Selatan. "Pengusaha travel harus menambah biaya akibat genangan air," kata Effendi, pemilik travel CV Eka Sinta.
Padahal, saat tidak banjir pun perusahaan travel sudah harus membayar tarif rakit untuk menyeberangi empat sungai pada ruas Palangkaraya-Buntok. Pasalnya, empat sungai yang melintas jalur ini, yaitu Sungai Mangkutup, Murui, Kapuas, dan Barito, belum dilengkapi jembatan. Tarif rakit penyeberangan di setiap sungai sebesar Rp 50.000, Rp 35.000, Rp 50.000, dan Rp 75.000.
Dibangun jembatan
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kalimantan Tengah Ober Gultom, melalui Kepala Subdinas Pengembangan Prasarana Transportasi Dinas Pekerjaan Umum setempat, Leonard J Ampung, menyatakan saat ini tengah dibangun jembatan layang di lokasi itu. Juga dilakukan penimbunan untuk mempertinggi permukaan jalan. Proyek tersebut senilai Rp 58 miliar. Proyek yang berlangsung sejak November itu ditargetkan selesai Januari 2007. (CAS)
Palangkaraya, Kompas - Banjir setinggi 1,5 meter akibat luapan Sungai Kapuas sudah sepekan ini menggenangi ruas jalan di Desa Lungkuh Layang, Kecamatan Timpah, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah. Banjir tersebut menghambat lalu lintas dari Palangkaraya ke Buntok, ibu kota Kabupaten Barito Selatan.
"Kami terpaksa masih menggunakan pola estafet bagi penumpang travel," kata Dani, tenaga staf perusahaan mobil angkutan umum antarkota CV Eka Sinta, di Palangkaraya, Senin (25/12). Rute Palangkaraya-Buntok saat ini dilayani dua perusahaan angkutan umum seperti itu, CV Eka Sinta dan Danum Belum.
Banjir setinggi 1,5 meter sepanjang 300 meter di ruas Lungkuh Layang itu membuat mobil-mobil pribadi dari kedua arah tidak dapat meneruskan perjalanan. Pasalnya, tidak ada rakit kayu yang dapat menyeberangkannya.
Sementara itu, penumpang mobil angkutan antarkota yang biasa disebut travel diseberangkan ke sisi lain banjir dengan perahu bermotor atau kelotok. Tarif satu perahu adalah Rp 150.000. Sampai di seberang, penumpang sudah ditunggu mobil lain dari perusahaan angkutan yang sama.
Waktu tempuh Palangkaraya-Buntok pun mulur menjadi 8 hingga 12 jam, padahal biasanya hanya lima jam.
Lama waktu 12 jam tersebut hampir sama dengan waktu tempuh Palangkaraya-Buntok apabila melalui jalur memutar lewat Banjarmasin, Kalimantan Selatan. "Pengusaha travel harus menambah biaya akibat genangan air," kata Effendi, pemilik travel CV Eka Sinta.
Padahal, saat tidak banjir pun perusahaan travel sudah harus membayar tarif rakit untuk menyeberangi empat sungai pada ruas Palangkaraya-Buntok. Pasalnya, empat sungai yang melintas jalur ini, yaitu Sungai Mangkutup, Murui, Kapuas, dan Barito, belum dilengkapi jembatan. Tarif rakit penyeberangan di setiap sungai sebesar Rp 50.000, Rp 35.000, Rp 50.000, dan Rp 75.000.
Dibangun jembatan
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kalimantan Tengah Ober Gultom, melalui Kepala Subdinas Pengembangan Prasarana Transportasi Dinas Pekerjaan Umum setempat, Leonard J Ampung, menyatakan saat ini tengah dibangun jembatan layang di lokasi itu. Juga dilakukan penimbunan untuk mempertinggi permukaan jalan. Proyek tersebut senilai Rp 58 miliar. Proyek yang berlangsung sejak November itu ditargetkan selesai Januari 2007. (CAS)
Subscribe to:
Posts (Atom)