Senin, 08 Januari 2007 00:47
Banjarbaru, BPost
Sekitar 544 hektare lahan kritis di Banua berpotensi kuat memicu bencana banjir dan longsor. Daerah paling rawan bencana terdapat di daerah yang bersinggungan langsung dengan pegunungan Meratus.
Ir Sony Partono MM, Kepala Dinas Kehutanan (Dishut) Kalsel, mengakui ancaman dua bencana itu belum menjauh dari Kalsel.
"Banjir dan erosi itu kan akibat penutupan lahan di atas semakin berkurang sehingga tak mampu lagi menahan air," tandas Sony.
Dishut meminta semua pihak waspada, terutama yang tinggal di daerah hulu daerah aliran sungai (DAS), mengingat banyak lahan kritis di sekitar wilayah ini.
Kabupaten Kotabaru dan Tanah Bumbu menduduki peringkat pertama daerah paling kritis karena mempunyai 150 ribu hektare lahan kritis. Disusul Kabupaten Banjar 120 ribu hektare, Tapin 65.000 hektare, Tanah Laut 49 ribu hektare, Tabalong 44 hektare.
Jumlah itu bisa berubah tergantung pergeseran pola hidup masyarakat. Era 1970-an, diyakininya sebagai awal kehancuran hutan seiring munculnya Hak Penguasaan Hutan (HPH) dan maraknya penambangan.
Dishut Kalsel sendiri, menurutnya, meski telat, fokus melaksanakan reboisasi dengan melakukan penanaman di daerah-daerah hulu DAS sejak tahun 2006.
Panjangnya musim kemarau tahun lalu menjadi penyebab Dishut menunda program reboisasi tersebut.
"Jika dikerjakan demi mengejar tahun anggaran, dikhawatirkan akan menjadi proyek mubazir, bibitnya akan mati karena kekeringan atau terbakar karena terik matahari berlebihan," ucapnya.
Karena itu, sejak Januari ini, ada 17 ribu hektare lahan ditanami 15 juta bibit. Penanaman kembali ini memanfaatkan fenomena alam di mana diharapkan saat musim penghujan bibit dapat maksimal tertanam. niz
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Thursday, January 11, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment