Wednesday, January 10, 2007

KISAH PILU KORBAN BANJIR TABALONG

Jumat, 29 Desember 2006 04:23:08
Kematian adalah salah satu rahasia Sang Pencipta. Siapa pun tidak bisa memastikan berpulangnya seseorang. Di saat suka atau duka, kematian bisa menjemput.

Wajah Fitring (35), warga RT 4 Desa Ujung Murung Kecamatan Tanjung Kabupaten Tabalong tampak sendu. Dengan mata berkaca-kaca ibunda Dahlia dan Magda ini menuturkan pengalaman sedihnya saat banjir besar menerjang kampungnya. Bukan derita karena derasnya arus banjir, namun kematian suami tercintanya menjelang air bah itu mengamuk.

Selasa (26/12) pukul 03.30 WIB, kesedihan luar biasa membelit hati Fitring. Sang suami, Fitriansyah meninggal akibat penyakit komplikasi yang sudah dideritanya selama dua tahun. Di saat dirinya baru beberapa menit mengetahui suaminya yang berada di ranjang berpulang menghadap Sang Khalik, tiba-tiba air dengan cepat memasuki rumahnya.

Sedih, bingung bahkan panik pun menyergap Fitring ketika melihat kampungnya bagaikan lautan. "Saya bingung mau minta tolong ke mana. Semua rumah tetangga juga tergenang air. Padahal saya harus memperhatikan jenazah suami. Untung saja, ada tetangga depan rumah yang bisa dimintai tolong," tuturnya kepada BPost, Kamis (28/12).

Melihat derita yang dialami Fitring, para tetangga pun dengan ikhlas melupakan duka yang mereka alami dengan kedatangan air bah. Dengan sukarela dan cepat, mereka memandikan, mengafani dan mensholatkan Fitriansyah.

"Selama setengah jam kami memandikan dan mengkafani jenazah almarhum. Lalu cepat-cepat dibawa ke langgar terdekat untuk dishalatkan dan segera diantar ke kuburan. Semua berjalan cepat karena banjir juga kian tinggi," ujar Fitring.

Dari pantauan BPost, banjir yang sempat meluas di delapan kecamatan dengan ketinggian air tertinggi hampir mencapai 2 meter, sudah mulai surut. Air yang sempat meluap dengan arus deras tidak tampak lagi, bahkan perkebunan warga di sekitar kota Tanjung yang sebelumnya terendam karena dekat bantaran sungai juga sudah mengering



Barut Banjir

Kondisi sebaliknya terjadi di sejumlah desa dan kelurahan di Kecamatan Montallat, Kabupaten Barito Utara (Barut), Kalteng mulai diterjang banjir akibat meluapnya sungai Barito yang tak mampu menampung tingginya curah hujan.

Sungai Barito merupakan sungai terpanjang di Kalteng yang juga melintasi Provinsi Kalsel dengan panjang mencapai 900 kilometer, dan kerap kali menimbulkan bencana banjir musiman di wilayah sekitarnya dengan meningkatnya debit air.

Menurut keterangan seorang warga, Bambang, banjir telah menggenangi ruas jalan setinggi satu meter. Kecamatan Montallat yang berada di 110 kilometer arah Selatan atau hilir Muara Teweh, ibukota Kabupaten Barut, merupakan kecamatan yang berada di dataran terendah sehingga menjadi daerah pertama yang diterjang banjir.

Warga setempat bersiap-siap mengemasi dan mengungsi mengingat kejadian banjir pada tahun-tahun sebelumnya di Kecamatan Montallat, banjir berlangsung lama dan paling parah dibanding wilayah lain di Barut. nda/ant

Copyright © 2003 Banjarmasin Post

No comments: