Rabu, 27 Desember 2006 05:42:12
Banjarmasin, BPost
Banjir besar tak hanya mengganas di beberapa provinsi Sumatera, bumi Banua pun tak luput air bah. Banjir yang semula melanda Tabalong meluas ke Balangan dan merenggut nyawa seorang warga.
Sedikitnya tiga kecamatan di kabupaten termuda ini, terendam air hingga 30 cm. Bencana ini dipicu hujan deras yang turun sejak, Minggu (24/12) malam dan kiriman air dari Tabalong. Akibatnya, air sungai meluap dan menggenangi ratusan rumah di 16 desa setinggi 30 cm hingga satu meter.
Desa yang terendam meliputi 12 Desa di Kecamatan Juai, yaitu Desa Buntu Karau, Uyam, Teluk Bayur, Juai, Galombang, Bata, Miho, Lalayau, Sumber Rezeki, Wonorejo, Tawahan, Sungai Batong dan Tamurus. Akibatnya, ruas jalan menuju Paringin, putus.
Di Kecamatan Halong, banjir terjadi di Desa Bangkal, Binju, Baruh Panyumbaran. Sedangkan di Kecamatan Awayan, banjir terjadi di Desa Mayanau. Di desa ini banjir dikabarkan menewaskan seorang warga, akibat terseret arus Sungai Balangan, saat mengambil air.
Amarul, warga Desa Buntu Karau, Rabu (26/12) menuturkan, luapan air dari Sungai Balangan ini terjadi sejak pukul 04:00 Wita. "Hujan selama 3 hari berturut-turut membuat desa kami terendam sampai selutut orang dewasa," ujarnya.
Menurut Amarul, banjir sudah merendam 70 rumah di Desa Buntu Karau. Tinggi air sampai ke teras rumah. "Kami tetap bertahan sampai banjir terhenti," ujarnya.
Wakil Bupati Balangan Ansharuddin, saat meninjau Desa Buntu Karau mengungkapkan, banjir ini hanya fenomena alam akibat hujan deras yang melanda Balangan akhir-akhir ini. "Mungkin 2 hari sudah surut," tandasnya. Sedangkan banjir di Tabalong mengakibatkan sebagian jalan trans Kalimantan pada ruas Tabalong menuju Kabupaten Barito Timur, Kalteng, terhambat. (baca: warga mulai mengungsi, halaman 13).
Provinsi tetangga, Kalteng, juga mengalami nasib serupa. Banjir di ruas Palangka Raya-Buntok belum terlihat tanda-tanda menyurut.
Banjir setinggi sekitar 1,5 meter, akibat luapan Sungai Kapuas, ini masih menggenangi ruas jalan di Desa Lungkuh Layang, Kecamatan Timpah, Kapuas. Akibatnya, arus lalu lintas antara Palangka Raya dan Buntok, Ibukota Kabupaten Barito Selatan, terhambat.
"Kami terpaksa menggunakan pola estafet bagi penumpang travel," kata seorang staf perusahaan mobil angkutan umum antarkota, Dani, di Palangka Raya.
Konsekuensinya, mereka harus mengeluarkan ongkos tambahan untuk biaya perahu bermotor atau kelotok. "Tarif satu perahu sekitar Rp150.000," ujarnya.
Selain ongkos tambahan, banjir juga menyebabkan waktu tempuh Palangka Raya-Buntok jadi molor. "Biasanya rute itu ditempuh dalam lima jam, sekarang menjadi delapan hingga 12 jam," ujar Dani.
Bagi mobil-mobil pribadi, lebih jelek nasibnya. Penumpang dan mobilnya tak dapat meneruskan perjalanan, karena tidak ada rakit kayu yang dapat menyeberangkan.
500 Jenazah
Di Aceh, korban banjir bandang di kawasan Desa Babu Pulo Tiga, Kabupaten Aceh Tamiang, terus bertambah. Sebelumnya hanya 114 yang tewas, kini jumlahnya mencapai lima kali lipat, 614 jiwa.
Staf Humas Pemkab Aceh Tamiang, Nasir Musa, menyebutkan, sedikitnya 500 jenazah ditemukan di kawasan Pulo Tiga.
Nasir menambahkan, ratusan mayat tersebut belum teridentifikasi dan belum bisa dikuburkan karena masih menunggu izin keluarga masing-masing.
Arus transportasi Kuala Simpang (ibukota Aceh Tamiang) ke Medan belum norma. "Itu dikarenakan sebagian badan jalan masih tergenang air dan lumpur yang ketinggiannya hampir mencapai satu meter," ujar Nasir.
Kendati demikian, banjir bandang yang merendam ratusan desa di Kabupaten Aceh Tamiang itu kini berangsur surut, dan cuaca membaik sejak Senin (25/12).
"Namun masyarakat masih trauma khawatir terjadi banjir susulan. Warga yang terperangkap di rumah bertingkat dan atap rumah belum berani turun," ujarnya.
Nasir menjelaskan, empat kecamatan yakni Telaga Muku, Seuruwey, Banda Mulia dan Sungai Hiu, sampai saat ini masih terisolir karena sulit dilalui akibat masih tingginya genangan air.
Penyaluran bantuan logistik dan kebutuhan pengungsi juga belum merata karena medan yang sulit, sehingga ratusan terancam kelaparan.
Kondisi serupa dialami Korban longsor Muara Sipongi. Sekda Pemkab Mandailing Natal Azwar I Nasution mengatakan, jumlah korban meninggal menjadi 28 orang.
Sebelumnya, Senin (25/12) jumlah korban meninggal sebanyak 20 orang. "Hari ini (kemarin) delapan mayat ditemukan. Jadi total yang sudah ditemukan 28 orang meninggal.
Sedangkan orang yang dinyatakan hilang sebanyak enam orang lagi," katanya. Terancam Kelaparan
Kendati tidak menimbulkan korban jiwa, banjir terjadi di Desa Muara Dilam, Kecamatan Kunto Darussalam, Rokan Hulu (Rohul), Riau, mengancam ratusan Kepala Keluarga (KK).
"Masyarakat di sana sudah rawan pangan, sudah hampir satu minggu daerah itu terisolir karena putusnya jembatan menuju ke desa itu karena banjir," kata Kepala Dinas Kesejahteraan Sosial Rohul, H Mewahiddin.
Ia mengatakan, pihaknya sudah berupaya menyalurkan bantuan makanan untuk masyarakat setempat, namun karena putusnya jembatan sehingga bahan makanan terhenti di ujung jembatan.
Sebagai pengganjal perut, para korban di Desa Sungai Kuti itu terpaksa mengonsumsi ubi kayu
Mewahiddin mengatakan, setidaknya masih empat kecamatan di Rohul yang direndam air, keempat kecamatan itu berada di daerah hilir Sungai Rokan.
Keempat kecamatan itu adalah Kecamatan Kepenuhan, Rambah Hilir, Bonai Darussalam dan Kecamatan Kunto Darussalam. "Keempatnya berada di daerah hilir, sedangkan kecamatan yang berada di daerah hulu airnya sudah surut," katanya. dtc/mio/anj/kcm/ant
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Wednesday, January 10, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment