Wednesday, January 10, 2007

Tabalong Meluas Balangan Surut

Kamis, 28 Desember 2006 03:43:43
Tanjung, BPost
Banjir yang yang melanda Kabupaten Tabalong Kalsel kian meluas dengan kedalaman tertinggi mencapai dua meter. Jika sebelumnya melanda Kecamatan Murung Pudak, Haruai, Tanjung, Pugaan, Banua Lawas dan Kalua, kini juga merambah Muara Harus dan Muara Uya.

Banjir terparah melanda Desa Ujung Murung di Tanjung dan Pasar Lama di Murung Pudak. Tidak hanya perumahan warga yang tergenang, tapi juga sarana publik seperti tempat ibadah, gedung sekolah dasar dan puskesmas.

Luapan air juga menjebol dua pintu saluran irigasi di Kecamatan Banua Lawas yang berjarak 30 kilometer dari Tanjung dan Kalua, 25 kilometer dari Tanjung. Jebolnya pintu air membuat arus deras menggenangi lahan persawahan penduduk setempat.

Camat Kalua, Zulfanoor mengatakan, kondisi ini belum berdampak pada kerugian materiil, karena petani setempat belum mulai bertanam. Mereka baru pada tahap mengolah tanah dan menyemai bibit.

Tergenangnya bangunan publik seperti sekolah, langgar dan puskesmas membuat aktivitas pelayanan dan kegiatan setempat terhenti. Kegiatan belajar misalnya, para siswa yang pekan lalu menuntaskan ujian, terpaksa diliburkan.

Berdasarkan pantauan BPost di Kecamatan Tanjung dan Kalua, ada tujuh sekolah yang terpaksa libur karena kebanjiran. Di antaranya SDN Tanjung 9 di Desa Ujung Murung dan SDN Puain di Tanjung, SDN Pulai I, SDN Sei Buluh, Madrasah Tsanawiyah di Jangkung, Ampukung dan Masintan serta SDN Pasirat di Kecamatan Kalua.

Data di Dinsos setempat, di Kecamatan Murung Pudak saat ini ada sekitar 267 unit rumah, Haruai 180 unit, sedangkan kawasan waspada banjir yang telah tergenang ada 671 unit rumah.

Di Balangan, banjir yang sempat menewaskan seorang warga Desa Mayanau, Ny Isam (60), mulai surut. Dari 16 desa yang terendam air tersebut, kini tinggal enam desa yang masih terendam dengan ketinggian di atas lutut orang dewasa. Desa-desa ini lokasinya lebih rendah dibanding desa-desa lain.

Aktivitas warga pun mulai kembali normal. Akses jalan desa menuju ke desa lain sudah bisa dilalui kendaraan. pun kembali beraktivitas normal.

Gubernur Kalsel, Rudy Ariffin mengatakan pemprov belum turun tangan menangani bencana di dua kabupaten itu. "Menurut laporan Satlak PBP setempat sudah menanganinya. Jika memang Satkorlak PBP Kalsel harus turun tangan, maka tim siap turun. Ini terus kita pantau," ujarnya.

Meski demikian, Rudy telah meminta kepada pemerintah kabupaten/kota untuk melakukan estimasi wilayah masing-masing. Sehingga ketika musim penghujan tiba sudah didapatkan perkiraan daerah mana yang rawan banjir.



Lebih Banyak

Di Pulau Sumatera, banjir yang terjadi sejumlah provinsi juga sudah mulai surut. Untuk bencana banjir di Acah, Presiden Susilo Bambang Yoedhoyono memerintahkan Bakornas Penanggulangan Bencana untuk terus mencari 205 warga yang hilang terseret arus air.

"Presiden memerintahkan untuk melanjutkan pencarian korban-korban yang hilang. Instruksi penanganan cepat juga ditujukan Pemprov Sumut dan Riau," kata Kepala Pelaksana Harian Bakornas Syamsul Maarif.

Banyaknya bencana banjir di Indonesia ini selain dikarenakan penggundulan hutan juga pengaruh perubahan iklim global. " Tetapi perubahan iklim global turut membantu mempertinggi curah hujan di berbagai wilayah di Indonesia," ungkap Climate Change Campaigner Staff WWF-Indonesia Aulia Rahman.

Dia menyebutkan penggundulan hutan menyebabkan 2 efek besar yang terbagi dalam jangka pendek dan jangka panjang. "Secara jangka pendek menghilangkan daerah resapan air dan dalam jangka panjang meningkatkan suhu global. Efek langsungnya banjir dan selanjutnya adalah pemanasan global karena hilangnya wilayah resapan karbon dioksida," tuturnya.

Tak heran, dalam dekade terakhir perubahan iklim mendorong perubahan cuaca yang signifikan dan berdampak langsung seperti pada pola tanam pertanian. Bahkan, dia menuturkan perubahan iklim global mendorong peningkatan permukaan air laut akibat mencairnya lapisan es di kutub Utara dan Selatan.

Bagaimana tahun depan? Walhi memprediksi bencana alam terus terjadi akibat tidak adanya perubahan mendasar dalam paradigma kebijakan dan kelembagaan pengelolaan alam.

"Bahkan jumlah kejadiannya akan meningkat baik itu banjir dan longsor seiring tingginya curah hujan," kata Direktur Eksekutif Walhi, Chalid Muhammad,

Pasalnya, kata dia, laju kerusakan alam terhitung tinggi, baik dilakukan melalui penebangan pohon secara legal atau ilegal. nda/ori/ais/dtc/ant



Copyright © 2003 Banjarmasin Post

No comments: