Wednesday, January 10, 2007

Dari Relokasi Kawasan Rawan Banjir (1)

Kamis, 28 Desember 2006 00:28
TAK ingin menerima nasib serupa akibat banjir 15 Juni 2005, empat kepala keluarga dari Dusun Tuhin dan tujuh kepala keluarga dari Jambunau merelokasi rumahnya ke dekat desa induk, Desa Bunglai Kecamatan Aranio.

Bagi mereka, ketenangan menjalani hidup tanpa ancaman banjir di sebuah bukit dekat Desa Bunglai yang mereka sebut Kampung Baru menjadi pilihan ketimbang menetap di lokasi lama yang sangat rawan diterjang banjir bandang.

Desa Bunglai berjarak sekitar 32 kilometer dari Martapura. Bunglai bisa dicapai lewat darat melalui Jl PM Noor ke Desa Awang Bangkal (Kecamatan Karang Intan) sejauh 16 kilometer. Dari Desa Awang Bangkal melalui Jl AMD yang masih berupa hamparan batu dan tanah sejauh 16 kilometer lagi.

Sementara Dusun Tuhin dan Dusun Jambunau berjarak 2 kilometer dari Bunglai yang dipisahkan oleh Sungai Riam Kanan. Kampung Baru hanya berjarak 300 meter dari Bunglai yang dipisahkan oleh anak sungai yang jika sedang kering bisa dilalui dengan jalan kaki.

Empat KK dari Tuhin itu adalah Anang Astagina, Anang Nurdin, Pansyah dan Tahmid. Sedangkan tujuh KK dari Jambunau antara lain Imun, Muhidin, Ucal, Bahri, Utar, Amat dan Anang Lamak.

"Sudah tiga bulan kami menetap di Kampung Baru ini. Kami hanya ingin lebih tenang menjalani hidup, karena dusun lama rawan banjir. Waktu banjir bandang Juni lalu, 20-an rumah di kampungnya tergenang air hingga atap. Hanya dua rumah dan sebuah masjid yang tidak tergenang. Di masjid itulah warga menyelamatkan diri," kenang Anang Nurdin (50).

Nurdin mengakui, warga Desa Bunglai cukup terbuka dengan kehadirannya. Warga pendatang bisa hidup berdampingan menangkap ikan di kawasan hulu Sungai Riam Kanan.

Meski demikian, Nurdin tetap bertani menggarap lahan di lokasi lama yang berjarak sekitar 2 kilometer dari kampung barunya.

"Rumah sederhana di Kampung Baru dibangun dengan bahan dari rumah di lokasi lama. Rumah lama dibongkar lalu dirakit kembali di sini," jelasnya.

Saat ini masih ada sekitar 16 KK di Dusun Tuhin dan 4 KK di Dusun Jambunau yang belum pindah. "Di bukit Kampung Baru ini masih ada lahan kosong. Mudah-mudahan mereka menyusul kami ke sini," ujarnya seraya mengatakan mereka masih ada kaitan keluarga.

Sementara Yani (20), pemuda dari Jambunau mengatakan, menjalani kehidupan baru di Kampung Baru tidak banyak hambatan. "Syukurlah, kami masih bisa menjalankan aktivitas menangkap ikan berdampingan dengan warga Bunglai. Penghasilan per hari sekitar Rp15 ribu," ujarnya.

Untuk memasarkan hasil tangkapan, warga cukup menunggu saja karena sejumlah tengkulak datang menggunakan perahu motor dari Tiwingan Lama Kecamatan Aranio.adi permana

Copyright © 2003 Banjarmasin Post

No comments: