Selasa, 10 Juli 2007
BANJARMASIN ,- Kepala Dinas Kehutanan Kalsel Ir Suhardi Atmoredjo optimistis pihaknya mampu menekan hot spot (titik api) di Kalsel 50 persen, dibandingkan tahun 2006 lalu.
Apalagi, berdasarkan prediksi Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG), musim kemarau tahun ini adalah kemarau basah yang secara alami akan menurunkan temperatur panas.
Dijelaskan Suhardi, hot spot dapat menimbulkan percikan api ketika suhu udara mencapai 250 derajat celcius. “Nah, karena kemarau tahun ini masuk kategori basah, maka akan menekan suhu udara pada titik aman,” ujarnya kepada wartawan koran ini, kemarin.
Sampai kemarin, lanjut Suhardi, jumlah hot spot yang terpantau satelit National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) sebanyak 20 titik. Menurutnya, jumlah tersebut jauh lebih kecil dibandingkan dengan 2006 lalu, karena tahun lalu pada bulan yang sama jumlahnya sudah mencapai 500 titik. “Tahun lalu pada bulan Juli sudah 500 titik, kemudian Agustus-Oktober sudah mencapai 1.000 titik. Untuk diketahui, sepanjang 2006 lalu hot spot di Kalsel sebanyak 5.813 titik,” jelasnya.
Lebih jauh dijabarkannya, dari 5.813 hot spot yang terdapat di Kalsel, sebanyak 4.228 titik berada di luar kawasan hutan. “Jadi, hanya 1.585 titik yang berada di kawasan hutan,” katanya.
Sedangkan kawasan yang paling dominan titik hot spot-nya terdapat di Kabupaten Banjar, Tanah Laut, dan Kabupaten Batola.
Nah, pada 2007 ini pihaknya menargetkan mampu menekan 50 persen dari jumlah tersebut. “Insya Allah, dengan dukungan semua pihak terkait, target tersebut akan terealisasi,” katanya optimistis.
Sebelumnya, Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan Departemen Kehutanan (Dephut) RI Ir Sonny Partono juga menargetkan, secara nasional mampu menekan 50 persen hot spot dibandingkan tahun lalu. “Pada tahun 2005 lalu, satelit NOAA mendeteksi secara nasional sebanyak 35 ribu titik hot spot. Kemudian pada tahun 2006 lalu, hot spot meningkat menjadi 140 ribu titik. Nah, pada tahun 2007 ini kami optimis mampu menekan 50 persen dibandingkan tahun 2005 lalu,” ujar Sonny Partono.
Berdasarkan pengalaman sebelumnya, papar Sonny, sebaran hot spot banyak terdapat di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Diantaranya, Riau, Kalbar, Sumatera Utara, Kalteng dan Kalsel. “Berdasarkan deteksi Satelit NOAA pada tahun 2006 lalu, hot spot yang berada di kawasan hutan hanya 40 persen saja, sementara sisanya 60 persen hot spot berada di luar kawasan hutan,” terangnya.
Untuk itulah, lanjut Sonny, pada tahun 2007 ini pihaknya terus melakukan langkah-langkah preventif upaya pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan.(sga)
No comments:
Post a Comment