Minggu, 08 Juli 2007
Banjarmasin, Kompas - Sedikitnya 8.500 hektar tambak udang dan puluhan keramba ikan hancur oleh banjir yang dua kali menerjang Kecamatan Kintap dan Jorong, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan, dalam tiga pekan terakhir.
Para petambak tak berdaya untuk bangkit karena telah kehabisan uang. Kini, harapan ditumpukan kepada pemerintah daerah untuk membantu menyediakan bibit udang dan ikan pengganti.
Para petambak di Desa Muara Kintap, Kintap, menuturkan, banjir pertama menerjang pada medio Juni silam selama tiga hari. Jutaan udang tambak usia dua- tiga bulan tersapu.
Banjir kembali melanda selama dua hari hingga Sabtu (7/7) kemarin. Kali ini tambak terendam semakin dalam karena banjir melimpas bersamaan dengan datangnya pasang naik air laut.
Seusai banjir pertama, para petambak telah berusaha bangkit dengan kembali menabur bibit udang. Kadir, misalnya, menabur 5.000 bibit udang di tambaknya seluas empat hektar. Malang, ribuan bibit itu kembali musnah.
"Dua tahun berturut-turut tambak di sini hancur akibat banjir. Harapan kami, pemerintah daerah membantu meringankan beban kami," kata Junaid, petambak lainnya.
Sesungguhnya tidak seluruh tambak di Desa Muara Kintap yang terlimpas. Hanya saja, tambak daerah pesisir yang lolos dari banjir itu tetap kemasukan air banjir. Tingkat keasaman tambak pun berubah sehingga udangnya banyak yang mati.
Tambak-tambak di Desa Asam-asam juga kebanjiran. Di desa itu, puluhan keramba juga disapu luapan air sungai.
"Banjir mulai surut, tetapi sebagian wilayah desa masih terendam," kata Suratno, petugas lapangan satuan pelaksana (satlak) penanggulangan bencana Tanah Laut.
Kepala Bidang Usaha Dinas Perikanan dan Kelautan Tanah Laut Muhktar di Pelaihari mengungkapkan, nilai kerugian bibit udang yang musnah akibat kerusakan 8.697 hektar tambak di kedua kecamatan itu sebesar Rp 205,9 juta. Usulan bantuan telah diajukan kepada Dinas Kelautan dan Perikanan Kalimantan Selatan.
Warga tewas
Banjir yang mulai menerjang sejak Jumat pagi itu juga menewaskan seorang karyawan perkebunan kelapa sawit bernama Efendi (19).
Menurut sejumlah rekan korban, Efendi yang tengah bekerja terjebak di tengah banjir. Arus air deras karena tempat Efendi berada di bagian lembah dalam perkebunan.
Malang, pemuda tersebut tak bisa berenang. Jenazah korban ditemukan di salah satu blok perkebunan, Jumat sore.
Di Kecamatan Kintap dan Jorong, banjir merendam sekitar 800 rumah. Sebagian warga korban bertahan di rumah masing-masing dengan menyelamatkan barang ke atas perahu atau para. Namun, sebagian yang lain telah mengungsi ke rumah kerabat. (FUL)
No comments:
Post a Comment