Kamis, 31 Mei 2007
BANJARMASIN,- Tindakan preventif dilakukan jajaran Departemen Kehutanan (Dephut) RI untuk meminimalisir bencana kabut asap yang mulai mengancam negeri ini.
Selain meningkatkan sosialisasi tentang larangan pembakaran saat membuka lahan dan hutan, Dephut bersama pihak terkait juga melakukan deteksi dini untuk menekan titik api (hot spot). Untuk itu, pada tahun 2007 ini Dephut menargetkan mampu menekan 50 persen hot spot dibandingkan tahun 2005 lalu.
“Berdasarkan satelit National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), pada tahun 2005 hot spot secara nasional sebanyak 35 ribu titik. Sedangkan pada tahun 2006 hot spot meningkat menjadi 140 ribu titik. Nah, pada tahun 2007 ini kami optimis mampu menekan 50 persen dibandingkan tahun 2005 lalu,” kata Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan Departemen Kehutanan RI Ir Sonny Partono kepada koran ini pada sela-sela Lokakarya Menggalang Pihak Terkait Dalam Pengendalian Kebakaran Lahan dan Hutan serta Penanggulangan Bencana Asap Tahun 2007, di Hotel Rattan Inn Banjarmasin, kemarin.
Berdasarkan pengalaman sebelumnya, papar Sonny, sebaran hot spot banyak terdapat di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Di antaranya Riau, Kalbar, Sumatera Utara, Kalteng, dan Kalsel. “Berdasarkan deteksi Satelit NOAA pada tahun 2006 lalu, hot spot yang berada di kawasan hutan hanya 40 persen saja, sementara sisanya 60 persen hot spot berada di luar kawasan hutan,” terangnya.
Untuk itulah, lanjut Sonny, pada tahun 2007 ini Dephut terus melakukan langkah-langkah preventif upaya pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan. Salah satunya adalah menggelar lokakarya dengan mengundang berbagai pihak, seperti unsur Muspida tingkat I dan II, Satkorlak, Satlak, dan instansi terkait, untuk menyamakan persepsi dalam pencegahan dan penanggulangan pembakaran hutan. “Dalam sebulan terakhir sudah 3 kali digelar lokakarya. Yang pertama di Jambi, lalu di Pelembang, dan terakhir Kalsel,” ujarnya.
Lantas, bagaimana dengan antisipasi kabut asap di Kalsel? Kepala Dinas Kehutanan Kalsel Ir Suhardi Atmoredjo optimistis pihaknya mampu menekan hot spot di Kalsel 50 persen dibandingkan tahun 2006 lalu. Sekadar gambaran, sebutnya, pada tahun lalu hot spot di Kalsel sebanyak 5.813 titik. Nah, pada 2007 ini pihaknya menargetkan mampu menekan 50 persen dari jumlah tersebut. “Insya Allah, dengan dukungan semua pihak terkait, target tersebut akan terealisasi,” katanya.
Sementara itu, Gubernur Kalsel H Rudy Ariffin mengemukakan, dari 5.813 hot spot yang terdapat di Kalsel, sebanyak 4.228 titik berada di luar kawasan hutan lindung. “Jadi, hanya 1.585 titik yang berada di kawasan hutan lindung,” kata Rudy.
Berdasarkan laporan instansi terkait, sambungnya, sampai 24 Mei 2007 ini sudah terdapat 20 hot spot. “Biasanya kabut asap cukup tebal antara Juli sampai September, karena saat itu intensitas pembakaran lahan dan hutan cukup tinggi,” ujarnya.
Namun demikian, lanjut mantan Bupati Banjar ini, jika dibandingkan dengan Kalbar dan Kalteng, produksi kabut asap di Kalsel lebih kecil. “Pada tahun lalu, kabut asap akibat pembakaran lahan dan hutan tidak begitu banyak dibandingkan Kalbar dan Kalteng,” selorohnya.(sga)