Sunday, May 06, 2007

Banjir Landa Kalimantan Permukiman di Tepi Sungai Sebaiknya Direlokasi

Senin, 07 Mei 2007

Kandangan, Kompas - Luapan beberapa sungai, terutama di bagian hulu, mengakibatkan banjir di sejumlah kabupaten di Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur dalam beberapa hari terakhir. Di Kalsel, banjir yang cukup luas menimpa Kandangan, ibu kota Kabupaten Hulu Sungai Selatan.

Banjir di Kandangan mencapai ketinggian hingga 1,5 meter akibat luapan air Sungai Amandit yang membelah kota. Menurut Khairuddin, pejabat Dinas Sosial Hulu Sungai Selatan, banjir terjadi akibat hujan lebat yang terus mengguyur selama 15 jam lebih.

Minggu (6/5), sebagian besar warga di Kandangan yang menjadi korban banjir masih bertahan di rumah masing-masing. Mereka umumnya menyelamatkan barang dengan meletakkannya di tempat yang lebih tinggi, seperti di atas lemari atau panggung-panggung papan yang sengaja dibuat di dalam rumah.

Beberapa warga juga menyiapkan perahu dan batang pisang di depan rumah. Dengan sarana sederhana itulah warga akan mengevakuasi diri jika banjir terus meninggi. Akhir bulan Februari lalu sebagian Kandangan juga banjir akibat luapan Sungai Amandit.

Di Hulu Sungai Tengah, banjir setinggi lebih dari 1 meter di Kecamatan Haruyan merendam permukiman, kantor pemerintah, kantor polisi, dan sarana umum lainnya. "Sementara ini banjir baru di wilayah Haruyan. Banjir ini adalah yang kedua setelah dua bulan lalu," kata Kepala Kepolisian Resor Hulu Sungai Tengah Ajun Komisaris Besar Eko Krismianto.

Sungai Balangan di Kabupaten Balangan juga meluap dan merendam Kecamatan Juai. Tim Taruna Siaga Banjir telah diturunkan ke kecamatan itu.

Kutai Barat

Di Kutai Barat, Kaltim, banjir luapan Sungai Mahakam masih melanda beberapa kecamatan sejak sepekan lalu. Menurut M Yasir, Camat Melak, banjir kali ini melimpas 19 dari 21 kecamatan di Kutai Barat dengan ketinggian 1-3 meter.

"Air baru turun 1 sentimeter di Melak," kata Yasir. Dia menjelaskan, puluhan rumah di wilayah itu nyaris tenggelam sehingga para penghuninya mengungsi ke rumah kerabat di tempat yang lebih tinggi.

"Sekolah terpaksa diliburkan, kecuali murid kelas VI yang akan mengikuti ujian sekolah," kata Yasir lagi. Aktivitas para siswa juga dipindahkan ke sekolah lain yang tidak kebanjiran.

Untuk meringankan penderitaan para korban, pemerintah setempat memberi bantuan beras 10 kilogram per keluarga beserta uang Rp 25.000.

Menurut Yasir, banjir yang terjadi setiap tahun sejak puluhan tahun silam selalu mengganggu aktivitas sosial ekonomi warga. Karena itu, menurut dia, relokasi permukiman yang berada di tepian sungai merupakan solusi terbaik atas persoalan tersebut.

Kalteng

Di Kalteng, luapan air Sungai Barito bagian hulu merendam ratusan rumah di Kabupaten Murung Raya dan Barito Utara dalam tiga hari terakhir. Menurut Camat Laung Tuhup Syahrial, 235 rumah di kecamatan itu tergenang air hingga 1 meter.

"Untuk sementara belum ada warga yang mengungsi. Banjir luapan Barito terjadi tiap tahun," kata Syahrial.

Di Barito Utara banjir setinggi hingga 1 meter merendam sekitar 500 rumah di Kecamatan Teweh Tengah, Montallat, dan Lahei. "Genangan air sempat turun, tapi Minggu ini hujan masih turun di Muara Teweh," kata Etho, warga Muara Teweh.

Sejumlah ponton pengangkut batu bara dari tambang di pedalaman juga tidak dapat menghilir dan terpaksa buang jangkar di Muara Teweh karena permukaan Sungai Barito yang meninggi membuat rentang kolong Jembatan Hasan Basri tidak cukup tinggi untuk dilewati.

Gubernur Kalteng Agustin Teras Narang mengatakan bahwa bantuan telah disiapkan bagi warga korban banjir di Murung Raya, Barito Utara, dan Barito Selatan.

No comments: