Senin, 21 Mei 2007 01:45
- Banjir masih mengancam
BANJARBARU, BPOST - Stasiun Klimatologi (Staklim) Badan Geofisika dan Meterologi (BMG) Kalimantan Selatan di Banjarbaru, meminta warga Kabupaten Banjar, Tanah Laut (Tala) dan kawasan Banua Enam waspada banjir, karena sampai Juni curah hujan di kedua daerah itu masih tinggi.
Khawatir Sawah Terendam Lagi
Ancaman kembali datangnya banjir membuat petani di Kalsel waswas. Mereka khawatir, sawah yang mulai kering terendam lagi.
Namun petani tetap memiliki harapan masih dapat berproduksi. Salah satunya dengan mengupayakan tata pengairan yang tepat.
Beberapa petani di kawasan Syamsudin Noor misalnya, mengaku kerapkali membenahi tabat untuk pengaturan sistem pengairan di areal sawah mereka. Petani tak mengenal kata bosan menghalau air saat musim penghujan dan menjaga agar sawah tadah hujan mereka tak kekeringan saat musim kering.
"Tetap diusahakan saja tabatnya berfungsi. Kalau berputus asa dan tidak berusaha kan, khawatir terus, sawahnya tidak produksi nanti," ujar Slamet, petani yang mengaku telah dua kali ini gagal tanam karena banjir.
Data Dinas Pertanian Kalsel sampai Maret 2007, seluas. 1.055 hektare lahan pertanian di Kalsel padinya fuso karena lahan terendam air. niz
Kepala Staklim BMG, Sucantika Budi, mengatakan, meski sebagian besar wilayah Kalsel pada pertengahan tahun ini memasuki musim kemarau, namun sifatnya yang basah tetap memunculkan potensi hujan.
"Perkiraan kami, Juni itu masih turun hujan, bahkan banjir masih sangat mungkin terjadi karena curah hujan masih tinggi," katanya, Minggu (20/5).
Menurut Budi, Mei ini sebagian Kalsel sudah memasuki musim kemarau. Namun, tetapi karakteristiknya basah sehingga masih ada hujan di sela-sela kemarau.
Juni mendatang diperkirakan, sebagian wilayah Kabupaten Banjar bagian selatan dan Tanah Laut bagian selatan akan menerima limpahan air hujan di atas normal.
Menurut Budi tak hanya di kawasan itu saja banjir bisa terjadi. Tergantung tutupan lahan di mana hujan turun, apabila tutupannya habis dan berganti menjadi kawasan pertambangan, jelas ancaman banjir lebih besar.
Kondisi cuaca lokal dan global, kata Budi, mempengaruhi dinamika iklim di Kalsel. Kalsel sama halnya dengan berbagai wilayah di Indonesia memiliki variabilitas suhu yang tak menentu.
Satelit pendeteksi gejala alam MBG, ujarnya, sempat menangkap awan dalam jumlah yang sangat besar. Suhu panas akan memunculkan awan potensi hujan yang bisa turun sewaktu-waktu.
Namun, bukan berarti ini mengubah posisi musim. Sama halnya dengan 2006, kemarau yang benar-benar kering tanpa hujan terjadi sekitar Agustus atau September. niz
No comments:
Post a Comment