Rabu (18/2).
Sejumlah bocah bermain disekitar kubah Masjid Hidayatusolikin di Desa Aluh aluh Besar, Kecamatan Aluh Aluh, Kabupaten Banjar, Kalsel, yang terjatuh akibat disapu angin puting beliung.
Kumpulan kliping WALHI Kalsel yang bersumber dari media massa di Kalimantan Selatan dengan issue bencana.
Rabu (18/2).
Sejumlah bocah bermain disekitar kubah Masjid Hidayatusolikin di Desa Aluh aluh Besar, Kecamatan Aluh Aluh, Kabupaten Banjar, Kalsel, yang terjatuh akibat disapu angin puting beliung.
Saturday, 10 January 2009 12:05 redaksi
BANJARMASIN - Sedikitnya 9.915 kilogram (Kg) persemaian padi dari 53.167 Kg persemaian yang tenggelam akibat banjir bandang dan banjir permanen yang melanda delapan kecamatan di Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS), kini dipastikan gagal panen (puso).
Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten HSS, Ir Ruhaimi Alman, ketika dihubungi di Kandangan, kemarin, mengakui, selain 9.915 kg persemaian padi yang puso, juga ada seluas 75 hektar tanaman padi yang puso.
Dia menjelaskan, sebagian besar dari padi yang puso akibat banjir yang berlangsung sejak 23 Desember 2008 hingga 9 Januari 2009 berada di Kecamatan Daha Selatan mencapai 53 hektar dan di Kecamatan Kandangan 16 hektar, sisanya di kecamatan lain.
Sedangkan luas lahan pertanian yang tenggelam akibat banjir bandang di Kabupaten HSS, katanya, untuk data sementara yang berhasil dihimpun dari delapan kecamatan yang terkena banjir mencapai 365 hektar.
"Kami berharap lahan pertanian yang tenggelam dan puso akibat banjir di Kabupaten HSS awal tahun 2009 ini tidak bertambah lagi," ujarnya.
Seperti dilaporkan, sedikitnya 10.075 KK, menjadi korban banjir bandang di Kabupaten HSS, Rabu (7/1), kini sangat membutuhkan bantuan sembako dan sandang, karena korban banjir belum bisa melakukan aktifitas.
Akibat banjir bandang tersebut menyebabkan 10 buah rumah penduduk hilang/hanyut terbawa banjir dan tujuh buah rumah lainnya mengalami kerusakan berat dan sebanyak 8.012 buah rumah lainnya terendam air.
Banjir bandang yang terjadi Rabu (7/1) tersebut menimpa empat kecamatan yakni Kecamatan Padang Batung, Angkinang, Telaga Langsat dan Kecamatan Kandangan yang merupakan daerah yang terparah terkena banjir yang berasal dari Pegunungan Meratus tersebut.
Akibat banjir bandang tersebut, juga menyebabkan satu orang korban luka berat dan empat orang mengalami luka ringan dan 17 buah rumah rusak.
Selain itu, satu buah kendaraan dan satu buah sepeda hilang, disamping itu uang sebesar Rp10 juta juga ikut hilang bersama dengan datangnya banjir bandang tersebut.
Korban banjir saat ini sebagian diungsikan di rumah penduduk yang tidak terkena banjir dan tenda posko yang telah dibangun satuan pelaksana (Satlak) Penanggulangan Bencana (PB) HSS.
Sementara itu, korban banjir permanen yang berlangsung sejak 23 Desember 2008, di Kabupaten HSS mencapai 8.012 kepala keluarga (KK) tersebar pada lima kecamatan dan saat ini aktifikas mereka belum pulih.
Korban banjir tersebut, di Kecamatan Daha Selatan, sebanyak 16 desa dengan jumlah 4.261 KK, Kecamatan Daha Barat, meliputi tujuh desa sebanyak 665 KK, Kecamatan Daha Utara, meliputi 18 desa sebanyak 1,981 KK.
Selain itu, korban banjir lainnya di Kecamatan Kelumpang meliputi enam desa dengan jumlah korban sebanyak 545 KK dan Kecamatan Kandangan, meliputi dua desa dengan jumlah korban sebanyak 560 KK. ani/mb02
Friday, 09 January 2009 12:18 redaksi
BANJARMASIN - Sedikitnya 10.075 kepala keluarga (KK), menjadi korban banjir bandang di Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS), Rabu (7/1), kini sangat membutuhkan bantuan sembilan bahan kebutuhan pokok (sembako) dan sandang.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Sosial HSS, H Johansyah, SSos MAP, kemarin, melaporkan, korban banjir tersebut sangat membutuhkan sembako dan sandang, karena mereka belum bisa melakukan aktifitas sehari-hari.
Akibat banjir bandang tersebut menyebabkan 10 buah rumah penduduk hilang/hanyut terbawa banjir dan tujuh buah rumah lainnya mengalami kerusakan berat dan sebanyak 8.012 buah rumah lainnya terendam air.
Banjir bandang yang terjadi Rabu (7/1) tersebut menimpa empat kecamatan yakni Kecamatan Padang Batung, Angkinang, Telaga Langsat dan Kecamatan Kandangan yang merupakan daerah yang terparah terkena banjir yang berasal dari Pegunungan Meratus tersebut.
Akibat banjir bandang tersebut, juga menyebabkan satu orang korban luka berat dan empat orang mengalami luka ringan dan 17 buah rumah rusak.
Selain itu, satu buah kendaraan dan satu buah sepeda hilang, disamping itu uang sebesar Rp10 juta juga ikut hilang bersama dengan datangnya banjir bandang tersebut.
Korban banjir saat ini sebagian diungsikan di rumah penduduk yang tidak terkena banjir dan tenda posko yang telah dibangun satuan pelaksana (Satlak) Penanggulangan Bencana (PB) HSS.
Sementara itu, korban banjir permanen yang berlangsung sejak 23 Desember 2008, di Kabupaten HSS mencapai 8.012 kepala keluarga (KK) tersebar pada lima kecamatan dan saat ini aktifikas mereka belum pulih.
Korban banjir tersebut, di Kecamatan Daha Selatan, sebanyak 16 desa dengan jumlah 4.261 KK, Kecamatan Daha Barat, meliputi tujuh desa sebanyak 665 KK, Kecamatan Daha Utara, meliputi 18 desa sebanyak 1,981 KK.
Selain itu, korban banjir lainnya di Kecamatan Kelumpang meliputi enam desa dengan jumlah korban sebanyak 545 KK dan Kecamatan Kandangan, meliputi dua desa dengan jumlah korban sebanyak 560 KK.
Sedangkan lahan pertanian yang tenggelam akibat banjir bandang tersebut belum terdata, tetapi diperkirakan ribuan hektar berasal dari delapan kecamatan yang terkena banjir tersebut, karena saat ini di Kabupaten HSS itu sedang musim tanam.
Tangani sungguh-sungguh
Secara terpisah, Gubernur Kalsel, H Rudy Ariffin, mengakui, telah menerima laporan adanya bencana banjir bandang di Kabupaten HSS tersebut dan meminta Satlak PB Kabupaten HSS untuk menangani para korban bencana banjir tersebut.
Menurut Rudy, pihaknya berharap Satlak PB Kabupaten hendaknya difungsikan untuk melakukan penanganan terhadap korban banjir, baru nantinya Satuan Koordinasi Pelaksana (Satkorlak) PB Kalsel turun ke lokasi banjir.
"Jika bisa ditangani Satlak PB kabupaten, maka hendaknya ditangani sungguh-sungguh korban bencana tersebut, kecuali memang tidak mampu akibat korban cukup banyak, baru Satkorlak PB turun tangan," katanya.
Namun demikian, lanjutnya, jangan dibilang Satkorlak PB tidak mau turun ke lokasi untuk memberikan bantuan, tetapi setelah data korban bencana banjir tersebut lengkap baru Satkorlak PB turun membantu agar bantuan yang diberikan tepat guna bagi korban. ani/mb05
Friday, 09 January 2009
AMUNTAI-Banjir yang melanda Kabupaten HSU meninggalkan kerusakan berbagai infrastruktur di daerah ini. Tidak hanya rumah warga yang terendam, sekolah, jembatan dan jalan serta fasilitas publik lainnya, tidak luput dari luapan air sungai Balangan dan Tabalong ini.
Akibatnya, terjadi kerusakan diberbagai bidang, khususnya jembatan dan jalan-jalan baik jalan desa, kabupaten dan provinsi salah satunya yang terparah adalah terjadi di Desa Tambalangan Ulu, Kecamatan Amuntai Tengah.
Jalan trans Kalimantan yang merupakan jalan penghubung antara provinsi ini sempat mengalami longsor, mengakibatkan bagian aspalnya hancur dan membentuk lubang segi empat yang dilalui arus air dari sungai Tabalaong, sehingga jalan sangat sulit untuk dilalui lantaran terputus akibat longsor tersebut.
Akibatnya, arus lalu lintas menuju Kabupaten Tabalong ini atau sebaliknya sangat terganggu, sebab lubang yang terbentuk akibat longsor sangat dalam dan sangat membahayakan pengguna jalan.
Sejak terjadinya longsor beberapa waktu lalu, terdapat dua buah mobil angkutan membawa gula pasir yang terbalik saat mencoba menerobos jalan tersebut, sehingga menimbulkan kemacetan mencapai 1 km.
Beberapa kalangan warga mengharapkan agar pemerintah dalam waktu dekat bisa memperbaiki secara kesluruhan agar akses jalan dapat normal kembali, jangan sampai jalan mengalami kerusakan parah dan tidak bisa dilalui sama sekali, sehingga sangat menghambat masyarakat yang akan menggunakan jalan penghubung itu
Linda salah seorang pengguna jalan yang sempat terjebak macet mengaku sangat terganggu dengan rusaknya jalan ditempat itu. Sebab untuk melaluinya pengendara mesti bergantian dan harus berhati-hati kalau tidak ingin celaka.gus/mb03
Comments
Friday, 16 January 2009 09:51 redaksi
MARTAPURA - Setelah beberapa hari air luapan sungai Martapura sempat surut sehingga membuat beberapa kawasan di wilayah kabupaten Banjar yang tadinya terendam air, tidak lagi kebanjiran. Kini, akibat hujan yang turun walau sebentar namun deras membuat beberapa kawasan kembali terendam.
Bahkan, dibanding kebanjiran beberapa waktu sebelumnya, ketinggian air kali ini lebih tinggi sehingga membuat kawasan yang tadinya tidak terjamah genangan air, kini turut terendam. Ketinggian air bervariasi antara 50 centimeter hingga mencapai 1 meter khususnya di kawasan yang lebih rendah.
Akibat ketinggian air yang terus naik ini, memaksa sejumlah warga kembali mengungsi. Bahkan, tak hanya membuat warga terpaksa meninggalkan rumahnya, banjir kali ini juga menyebabkan puluhan sekolah setingkat SD, MI dan TK terutama di kecamatan Astambul terendam.
Contohnya seperti sejumlah sekolah dasar di desa Sei Alat, Jati Baru, Astambul Kota, Danau Salak, Limamar, TK Lok Gabang, dan Madrasah Diniyah Syirajut Thalibin Banua Anyar. Kemudian sekolah dasar di desa Tambak Baru Ilir dan MI Baitul Atiq Kecamatan Martapura terpaksa diliburkan, karena sekolah terendam dan jalan menuju sekolah terputus.
Banjir terparah dirasakan warga Desa Tambak Baru RT 3 dan RT 4 Kecamatan Martapura dan Desa Munggu Raya, Astambul Kota dan Astambul Seberang, Jati Baru dan Pingaran Ulu serta Pingaran Ilir Kecamatan Astambul. Rata-rata ketinggian air sekitar 50 centi hingga 70 centi di jalan desa setempat.
Pembakal Desa Tambak Baru, Zainal Arifin mengatakan, saat ini ada 15 kepala keluarga yang terdiri dari 32 jiwa mengungsi ke Madrasah Baitul Atiq karena rumah mereka terendam air selutut orang dewasa sedangkan ketinggian air yang menggenangi jalan desa mencapai 75 centimeter.
"Sejak hari Selasa lalu warga yang rumahnya kebanjiran dan terendam air datang ke balai desa. Padahal, baru beberapa hari mereka pulang karena banjir pertama lalu mereka juga mengungsi ke sini (balai desa, red)," ujar Zainal dihubungi Mata Banua, Kamis petang.
Dikatakan Zainal, ketinggian air saat ini melebihi ketinggian air yang merendam desa setempat beberapa waktu sebelumnya. Jika banjir pertama lalu ketinggian air hanya mencapai 65 centimeter maka sekarang ketinggian air sudah mencapai 75 centimeter sehingga pengungsi diarahkan ke Madrasyah Baitul Atiq di sebelah balai desa yang bangunannya berlantai dua.
"Saat ini, balai desa yang sebelumnya tidak terendam kini lantainya sudah terendam setinggi 3 centimeter. Bahkan, sebelumnya ketinggian air hanya naik 1 centimeter setiap 2 hingga 3 jam tetapi sekarang kenaikannya 5 centimeter," ungkap Zainal yang memperkirakan air bakal terus meninggi apalagi jika di bagian hulu hujan deras terus mengguyur.
Beberapa kawasan lain yang terendam dengan ketinggian air lebih dari biasanya adalah desa Pekauman. Di wilayah yang persis berada di tepi alur Sungai Martapura ini, ratusan rumah termasuk sekolah dan puskesmas terendam sehingga cukup mengganggu aktivitas rutin warga setempat.
Dikonfirmasi terpisah, Camat Astambul, Afifus mengkhawatirkan jika banjir yang merendam ratusan rumah warga maupun fasilitas publik lainnya terus meningkat, seiring meningkatkan curah hujan. Oleh karenanya, warga diminta meningkatkan kewaspadaan dan mencari tempat yang lebih aman.
"Saat ini, ketinggian air di beberapa kawasan di kecamatan Astambul sudah mencapai 65 cm sehingga banyak rumah warga yang terendam termasuk jalan desa. Banjir terparah melanda desa Munggu Raya dimana hampir seluruh rumah warga terendam banjir," katanya. yoi
Tuesday, 30 December 2008 10:00 redaksi
AMUNTAI-Warga masyarakat menilai pihak Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Utara dibawah Kepemimpinan Bupati HM Aunul Hadi, telah tanggap terhadap masalah banjir yang menimpa warganya dengan menyalurkan bantuan serta sering turun kelokasi banjir.
"Ini membuktikan bahwa Bupati HM Aunul Hadi, sangat peduli dan bertanggung jawab terhadap masalah sosial yang terjadi di daerahnya," ujar Yudi warga desa Palimbang Sari Kecamatan Haurgading.
Namun kepedulian tersebut dinilai oleh warga masih belum lengkap lantaran dari kalangan DPRD sampai saat ini masih belum dirasakan oleh beberapa kalangan warga masyarakat.
"Pihak DPRD itu merupakan lembaga kepanjangan masyarakat, jadi wajar masyarakat berharap banyak dari seluruh anggota DPRD, untuk berbuat yang nyata bagi masyarakat terlebih disaat warga sedang mengalami kesulitan seperti banjir yang terjadi saat ini," tandasnya.
Menurut Yudi dari pengamatannya, tatkala Bupati HSU melakukan peninjauan banjir tak ada satu pun dari pihak DPRD yang mendampingi, bahkan khusus lembaga DPRD pun tak pernah melakukan peninjauan banjir, apalagi memberikan bantuan.
Oleh karena itu kalangan warga meminta kepada seluruh anggota DPRD agar tanggap terhadap musibah banjir dengan tindakan yang nyata kepada masyarakat.
"Tapi yang perlu dicatat kepedulian yang dimaksud yakni kepedulian resmi dari lembaga DPRD bukan perseorangan yang bertujuan untukpemilu tahun 2009," pinta warga.
Selama ini apabila ada proyek bermasalah pasti ada pihak DPRD yang turun kelapangan, namun untuk masalah social seperti banjir belum ada kalangan DPRD yang turun secara resmi, ungkap warga lagi.gus/mb03
Wednesday, 31 December 2008 12:10 redaksi
AMUNTAI-Banjir yang merendam kota Amuntai kali ini, merupakan banjir yang terbesar setelah tahun 2004. Ini mengingat, kedalaman air sampai setengah pinggang orang dewasa serta merendam hampir seluruh ruas jalan dan bangunan baik perumahan maupun kantor yang ada diseputaran.
Seperti yang menimpa beberapa areal perkantoran milik Pemkab HSU, DPRD dan Polres serta Kodim 101 Amuntai.
Untuk perkantoran milik Pemkab HSU, air sudah mulai masuk kelantai depan kantor Bupati HSU, Dinas PU, Pertanian, Pembermas Kessos, Dinas PU, Perpustakaan dan Gedung TP PKK.
Banjir juga telah merendam perkantoran lainnya, seperti gedung DPRD yang mana hampir semua penjuru lantai dasar yang selama ini digunakan, sebagai ruangan anggota DPRD sudah tergenang air setinggi mata kaki.
Kondisi yang lebih parah dialami kantor polres HSU dimana ketinggian air sudah mencapai setengah lotot orang dewasa yang menyebabkan para tahanan Polres yang berjumlah 14 orang terpaksa di pindahkan ke Lapas Amuntai sejak Senin siang yang lalu.
Banjir juga telah merendam puluhan asrama Polres, seperti kediaman Kapolres HSU AKBP Drs Hermanto Kurnia yang mana air sudah masuk keruang dapur dan lantai depan rumah orang nomor satu dijajaran Polres Hulu Sungai Utara.
Begitu juga beberapa kediaman anggotanya seperti kediaman Wakapolres Kompol Ino Herianto,SIK, Kasat Intel AKP Sarjaini, Kaba' Min AKP Arif dan puluhan perumahan anggota Polres.
Meski banjir telah merendam areal perkantoran, namun aktivitas pelayanan publik tetap berjalan seperti biasa tak sedikit pun mengalami penurunan tingkat kedisiplinan para PNS maupun anggota Polres Hulu Sungai Utara.
Seperti hari kerja pertama setelah liburan bersama, dimana hampir seluruh PNS dilingkungan Pemkab Hulu Sungai Utara tetap melaksanakan aktivitas seperti biasa, bahkan pelaksanaan upacara pun tetap dilaksanakan dihalaman kantor walaupun sambil berendam lantaran halaman sudah terendam banjir.
Bupati HM Aunul Hadi pun yang saat itu memimpin langsung pelaksanaan upacara ditengah kubangan banjir mengatakan, agar banjir yang melanda kota Amuntai termasuk areal perkantoran tidak dijadikan alasan untuk bermalas-malasan dalam melaksanakan tugas sebagai abdi negara.
Karena kalau pelayanan publik tidak kita lakukan maka akan menambah kesengsaraan bagi warga masyarakat yang telah terbebani dengan musibah banjir.
Sementara itu lantaran banjir belum menandakan adanya penurunan, pihak Pemkab HSU melalui satgas Tagana, telah mendirikan posko yang berlokasi dihalaman mesjid Raya Amuntai yang datarannya agak sedikit tinggi.
Sedangkan aktivitas lalu lintas di jalan utama HSU sampai berita ini diturunkan tetap macet total lantaran kedalaman air melebihi pinggang orang dewasa.
Warga yang ingin menuju pasar Amuntai atau areal perkantoran terpaksa harus memutar jauh untuk mencari ruas jalan yang rendaman airnya tidak begitu dalam seperti jalan yang ada di Bihman Villa.
Pihak Pemkab HSU sendiri sampai berita ini diturunkan belum bisa memastikan jumlah perumahan yang terendam banjir lantaran data dari pihak kecamatan belum masuk, namun diperikarakan melebihi jumlah korban banjir yang terkadi beberapa bulan yang lalu.gus/mb03
Comments
Saturday, 03 January 2009 12:57 redaksi
AMUNTAI-Kota Amuntai tampaknya bakal sulit menanggalkan predikat julukan kota banjir sepanjang Tahun 2008. Pasalnya, dalam beberapa kali daerah yang dikelilingi tiga sungai besar, yakni Sungai Tabalong, Balangan dan Negara ini hampir tak pernah luput dari serangan banjir, baik itu banjir kiriman maupun lantaran hujan lebat.
Tingginya curah hujan di daerah ini membuat permukaan air sungai naik, dan pada akhirnya regol penahan air tak mampu lagi membendung ketinggian air yang terus naik.
Akibatnya, kembali menjadikan ruas utama jalan kota, pasar dan pusat pemerintahan, sontak berubah total laksana kolam renang raksasa, dibanjiri pula ratusan masyarakat yang tertawa ditengah derita warga lainnya.
Banjir kali ini, bahkan telah menenggelamkan ribuan rumah warga termasuk areal kantor, tempat ibadah, sarana publik, jalanan. Air yang meluap inipun turut mengurung Kantor Polres, Rumah Sakit Pembalah Batung, Rumah Sakit Bersalin dan sejumlah aset daerah penting lainnya.
Pihak terkait yang melakukan peninjauan diberbagai lokasi menegaskan, dalam waktu dekat akan menyiapkan berbagai agenda terkait banjir yang menimpa HSU.
Salah satu warga Desa Patarikan, Humaidi mengaku sangat khawatir dengan makin tingginya curah hujan dibarengi masuknya air hingga dalam rumahnya dengan ketinggian puluhan cm. "Kita berharap pihak terkait bisa mengantisipasi banjir seperti tahun sebelumnya," tuturnya.
Banjir juga melanda areal pemukiman padat seperti Paliwara, Sei Malang, Palampitan, Pamintangan, Pakapuran, Pasar Amuntai, Tambalangan dan puluhan lokasi lainnya.
Banyak pihak mengeluhkan kesigapan pihak Dinas PU yang terkesan lamban dibanding tahun lalu dengan pembagian karung dan pasir pada warga. Kelambatan juga terjadi dalam hal data akurat warga yang terkena musibah.
"Kita minta, agar apabila ada dana untuk penanggulangan pasca banjir, bisa segera dikucurkan jangan menunggu warga menderita," wanti salah seorang warga
Dari data yang diperoleh , banjir kali ini telah merendam 6.069 rumah warga yang tersebar di delapan kecamatan, pihak pemkab sendiri telah menyiapkan dana sebesar Rp367.000.000, untuk membantu para korban banjir yang akan dikucurkan dalam waktu dekat.gus/mb03
Thursday, 15 January 2009 08:53 redaksi
MARTAPURA - Hampir satu bulan belakangan ini, ribuan warga Kecamatan Aluh-Aluh, khususnya penghuni lima desa di pesisir muara Sungai Barito tidak tenang menjalani kehidupan sehari-hari. Keseharian para kepala keluarga maupun kaum lelaki desa yang biasanya diisi dengan kesibukan mencari ikan maupun udang di perairan yang berhadapan langsung dengan laut lepas ini. Kini untuk sementara tidak bisa dilakukan.
Di rumah pun bukan berarti mereka tenangn. Justru sebaliknya dihinggapi ketakutan dan trauma akan musibah gelombang pasang disertai hujan dan tiupan angin kencang yang mampu merusak dan memporak-porandakan ratusan rumah warga seperti kejadian pada pertengahan Desember lalu.
"Warga masih trauma dan diliputi ketakutan terutama bila malam datang menjelang. Biasanya, cuaca pagi hingga siang yang semula cerah, tiba-tiba bisa berubah buruk begitu malam tiba. Saat itu lah warga mulai takut jika sewaktu-waktu badai disertai hujan dan angin kencang menerjang," ujar Pembakal desa Bakambat, Bahran Karim dihubungi Mata Banua, Rabu (14/1) petang.
Menurutnya, aktivitas yang bisa dilakukan ditengah kecemasan itu hanya berkumpul beramai-ramai bersama tetangga. Sehingga jika terjadi sesuatu dapat dihadapi bersama-sama.
"Rumah kami sendiri, setiap malam selalu dipenuhi warga orang dewasa maupun anak-anak. Mereka ketakutan jika badai kembali datang," ungkap Bahran.
Ditanya mengenai situasi terakhir, ia mengakui, hingga Selasa malam dan Rabu petang kondisi cuaca cukup baik sehingga warga sedikit tenang dibanding dua malam sebelumnya dimana cuaca sangat buruk.
"Warga di sini, terutama mereka yang masih bertahan di tempat-tempat pengungsian mengharapkan bantuan terutama bahan makanan. Kami tidak bisa kemana-mana karena takut menghadapi cuaca buruk yang datang tiba-tiba," kata Bahrani. yoi
Tuesday, 20 January 2009 09:39 redaksi
BANJARMASIN - Banjir yang melanda Kabupaten Banjar tahun ini belum juga surut. Akibatnya masyarakat korban banjir pun kesulitan beraktifitas.
Ir Gusti Perdana Kesuma pun tergugah untuk memberikan bantuan buat korban banjir. Tak tanggung-tanggung 140 paket sembako, terdiri dari beras dan mie instant dikemas menjadi 70 karung dan dibagikan buat korban banjir pada tujuh desa.
Banjir akibat luapan Riam Kiwa itu paling parah mendera warga Desa Tambak Baru, Kecamatan Martapura. Untuk melakukan kegiatan, warga desa pun hanya bisa menggunakan perahu.
Sekitar 25 kepala keluarga (KK) mengungsi lebih dari satu pekan di Madrasah Baitul Atiq. Jadi selama mengungsi mereka hanya mengharapkan bantuan para dermawan.
Tentunya kehadiran Gusti Perdana yang menjabat sebagai Ketua Komisi III DPRD Kalsel membawa berkah tersendiri bagi masyarakat korban banjir."Alhamdulillah datang lagi bantuan, kali ini dari Gusti Perdana," ucap seorang ibu sumringah.
Masyarakat mengaku bukan hanya kesusahan mendapatkan bahan makanan, akibat banjir tersebut anak-anak mereka pun dengan terpaksa tak bisa mengikuti kegiatan belajar di sekolah hingga waktu yang belum bisa ditentukan.
Dalam misi menyerahkan bantuan sembako, Gusti Perdana juga mendengarkan langsung keluh kesah korban banjir di Desa Tunggul Ireng Ulu, Kecamatan Martapura, Kecamatan Martapura Kota, Desa Bincau, Kecamatan Martapura, dan warga Desa Kelurahan Jawa warga Jalan Melati Kecamatan Martapura Kota.
"Bantuan ini sebagai rasa kepedulian, dan sekedar meringankan beban masyarakat korban banjir," ujarnya. Yang jelas, terang Perdana kembali, banjir tahunan ini sebenarnya bisa ditangani Pemkab Banjar lantaran ada dana tanggap darurat.
"Sedang bantuan saya ini sifatnya sementara hingga penanganan banjir bisa diatasi," ucap calon legislatif (caleg) DPRD Kalsel nomor urut 1 daerah pemilihan (dapil) Banjarbaru dan Kabupaten Banjar ini.
Perdana berharap dana tanggap darurat buat bencana alam harus segera diturunkan. Sebab kondisi masyarakat memang daurat, ujar Ketua DPD AMPG Kalsel saat berada pada markas pengungsi di Desa Tambak Baru, tepatnya di Madrasah Baitul Atiq. elo
Comments
Monday, 12 January 2009 10:53 redaksi
MARTAPURA - Khawatir desa mereka kembali diterjang gelombang pasang air laut disertai angin ribut dan hujan deras seperti yang terjadi pertengahan bulan Desember lalu, puluhan warga desa Bakambat kecamatan Aluh-Aluh siap siaga dan sebagian lainnya mengungsi ke tempat aman.
Warga khawatir, desa mereka yang berlokasi tepat di pesisir muara sungai Barito yang berhubungan langsung dengan laut kembali menjadi korban keganasan alam. Terlebih sebagaimana pemberitahuan Badan Metereologi dan Geofisika (BMG) memprediksi terjadi pasang air laut sekitar tanggal 12 Januari sehingga warga di pesisir pantai dan sungai diminta waspada.
Pembakal desa Bahambat, Bahrani Karim membenarkan beberapa warga desanya cukup banyak yang berinisiatif ingin mengungsi ke tempat yang lebih aman mengingat kondisi alam yang mulai kurang bersahabat. Air kembali pasang walaupun tidak disertai angin kencang dan hujan.
"Sejak kemarin memang banyak warga terutama ibu-ibu yang datang ke rumah menyampaikan keinginan untuk mengungsi karena air mulai pasang. Namun, setelah berkoordinasi dengan kecamatan, warga diminta tetap bertahan karena di kantor kecamatan kondisinya juga tidak memungkinkan jika air pasang," ujar Bahrani dihubungi Mata Banua, Minggu malam pukul 22.30 Wita.
Menurut Bahrani, air pasang sebagai siklus tahunan memang sudah biasa namun bisa berubah menjadi petaka seperti kejadian satu bulan yang lalu manakala disertai tiupan angin kencang disertai hujan deras. Oleh karena khawatir kondisi ini terulang lagi, makanya banyak warga berinisiatif mengungsi.
"Jumlah warga yang mengungsi memang tidak banyak, hanya beberapa kepala keluarga. Mereka menempati tenda darurat atau tinggal di bangunan Madrasyah Nurul Huda, sebagian lain pindah ke tempat keluarga yang lokasinya agak kedarat dan cukup jauh dari pesisir sungai," terang Bahrani seraya menyebutkan jumlah KK di desanya sebanyak 416 KK dengan total 1500 jiwa.
Dilaporkannya pula, saat ini kondisi air memang mulai pasang dalam di banding hari-hari biasanya. Namun tidak disertai tiupan angin maupun hujan sehingga warga masih cukup tenang, walaupun mereka harus terus berjaga jika tiba-tiba alam kembali mengamuk.
"Kondisi air laut memang pasang dan lebih tinggi ke pesisir dibanding biasanya, tetap cuaca cukup cerah tanpa angin sehingga membuat warga tenang. Namun, bisa saja cuaca berubah sehingga beberapa warga terutama laki-laki tetap waspada," tukasnya.
Dikonfirmasi terpisah, Kasi kessos kecamatan Aluh-Aluh, Suharto membenarkan adanya keinginan warga desa Bakambat yang ingin mengungsi karena khawatir gelombang pasang disertai angin kencang dan hujan deras kembali menerjang desa yang berada di daerah pesisir ini.
"Tadi pagi, pembakal desa Bakambat memang ada menghubungi dan menyampaikan keinginan warga mengungsi ke kantor kecamatan. Namun, jika pasang dalam kantor kecamatan dan puskesmas yang dijadikan tempat mengungsi juga terendam, jadi saya minta mereka bertahan di desanya namun ditempat yang lebih tinggi dan jauh dari pesisir," kata Suharto yang dihubungi sekitar pukul 22.00 Wita. yoi/mb02
Thursday, 08 January 2009 09:17 redaksi
MARTAPURA - Musibah banjir yang merendam sebagian besar wilayah kabupaten Banjar menyisakan kerusakan sarana prasarana publik khususnya infrastruktur jalan. Kerugian yang diderita, tidak sedikit karena untuk memulihkan kerusakan diperlukan biaya miliaran rupiah.
Hasil inventarisir kerusakan jalan yang dilakukan Dinas Pekerjaan Umum (PU) kabupaten Banjar, ruas jalan yang rusak pasca terendam banjir mencapai puluhan kilometer. Lokasinya tersebar di beberapa kecamatan yang memang menjadi kawasan langganan banjir jika musim hujan tiba.
"Hasil inventarisasi kami, jalan yang rusak akibat banjir mencapai puluhan kilometer atau kurang lebih sepanjang 20 kilometer. Lokasinya tersebar di beberapa kawasan yang memang menjadi langganan banjir," ujar Kasubdin prasarana transportasi, H Hilman ST MT kepada wartawan, Rabu siang.
Disebutkan Hilman, sebaran ruas jalan yang mengalami kerusakan seperti di ruas jalan desa Pematang Baru, desa Tambak Baru, beberapa titik di ruas jalan Martapura Bincau, Karang Intan, Astambul, Sungai Tabuk dan sebagian ruas jalan dikecamatan Pengaron.
"Kerusakan jalan di satu titik ada yang hanya puluhan meter namun ada pula yang mencapai satu hingga dua kilometer. Penyebabnya karena tidak mampu menahan gerusan air yang merendam hingga beberapa hari sehingga aspalnya terkelupas atau badan jalannya koyak," ungkapnya.
Ditanya mengenai upaya yang dilakukan guna memperbaiki kerusakan infrastruktur jalan yang menjadi sarana vital bagi transportasi darat masyarakat ini, Hilman mengatakan pihaknya segera mengambil langkah berupa perbaikan secara tambal sulam yang sifatnya hanya perbaikan sementara.
"Perbaikan tambal sulam ini dilakukan agar badan jalan yang rusak tidak mengganggu akses transportasi masyarakat. Selain itu, sifatnya juga sementara sambil menunggu perbaikan yang dilakukan secara permanen," imbuh Hilman yang masih belum dilantik sebagai pejabat definitif sesuai SOTK baru ini.
Ditambahkan Hilman, guna memulihkan kondisi jalan yang mengalami kerusakan ini, diperlukan dana sedikitnya Rp8 miliar dengan perhitungan satu kilometer ruas jalan yang diperbaiki menghabiskan dana sebesar Rp400 juta.
"Itu jika perbaikannya dilakukan permanen dan menyeluruh. Namun, jika hanya diperbaiki tambal sulam, tentunya dana yang digunakan relatif lebih sedikit," katanya. yoi
Comments
Saturday, 03 January 2009 12:58 redaksi
MARTAPURA - Ruas Jalan Martapura lama yang menjadi alternatif warga dari kota Martapura menuju Banjarmasin dan sebaliknya putus. Penyebabnya tidak lain akibat luapan sungai Martapura yang merendam ruas jalan sehingga mengganggu akses transportasi darat di kawasan setempat.
Terputusnya akses jalan alternatif yang menjadi pilihan utama pengendara guna menghindari kemacetan di ruas Jalan A Yani dari arah kota Martapura menuju kota Banjarmasin dan sebaliknya ini terjadi di dua titik. Pertama di desa Sungai Batang dan titik kedua di desa Tangkas kecamatan Martapura Barat.
Di titik pertama desa Sungai Batang RT 1, luapan air sungai merendam aspal jalan setinggi 30 centimeter dan berarus deras karena air dari persawahan meluncur ke aliran sungai Martapura yang posisinya lebih rendah. Akibatnya, akses jalan terganggu dan tidak dapat dilewati kendaraan secara normal.
Jalan keluarnya, warga setempat membuat batang bambu dan kayu yang dirakit memanjang mencapai 50 meter lebih sehingga bisa dilewati orang dan sepeda motor dengan cara dituntun. Setiap kendaraan yang melintas dikenakan pungutan sukarela sebagai ganti pembuatan jembatan darurat ini.
Namun karena jembatan darurat yang dibikin hanya satu sehingga orang maupun sepeda motor yang ingin melintas terpaksa bergantian menunggu giliran. Sedangkan bagi kendaraan roda empat terpaksa harus melintas hati-hati dan perlahan karena tingginya air dan derasnya arus membuat aspal menjadi licin.
Ketua RT 1, Mulkani menuturkan, air yang merendam aspal sepanjang 100 meter lebih di desanya sudah berlangsung selama 20 hari. Akibat ketinggian air yang memutus jalan sehingga warga secara gotong royong membuat rakit dari batang bambu dan kayu untuk menyeberangkan orang dan sepeda motor.
"Pembuatan rakit bambu ini atas keinginan warga setempat karena mereka kesulitan melintas. Selain itu, kami juga kasihan melihat pengendara motor yang harus baik arah karena jalan terputus sehingga berinisiatif membuat rakit secara swadaya," ujar Mulkani kepada Mata Banua, Jum'at siang.
Sementara itu, putusnya ruas jalan di desa Tangkas terjadi selain akibat luapan air juga disebabkan belum selesainya pembangunan jembatan di desa setempat. Sama dengan apa yang dilakukan warga desa Sungai Batang, warga setempat juga membikin jembatan darurat berupa titian dari kayu.
Titian yang hanya bisa dilewati orang dan sepeda motor dengan cara dituntun ini dibuat dua arah sehingga lalu lintas relatif lebih cepat. Namun, tetap saja akibat akses jalan yang terputus ini memperlambat jalur transportasi disamping memaksa pengendara mengeluarkan biaya tambahan.
"Ya, terganggu sih pasti. Selain itu, juga terpaksa keluar duit untuk bayar jasa menyeberangkan motor. Harapan kami, gangguan ini menjadi perhatian serius pemerintah dan segera mencari cara menanggulanginya sehingga tidak terulang setiap tahun," ujar satu pengendara saat dimintai komentarnya. yoi
Comments
BANJARMASIN - Ratusan nelayan di Desa Tabanio, Kecamatan Takisung, Kabupaten Tanah Laut (Tala), selama sepekan terakhir ini pihaknya belum berani melaut untuk mencari ikan seperti biasanya, akibat cuaca buruk.
"Kami pasca bencana air pasang rup (pasang dalam), sampai saat ini belum berani melaut untuk mencari ikan, karena cuaca di laut masih kurang baik," ujar Ahyani, salah satu nelayan di Desa Tabanio, Jumat.
Pernyataan salah seorang nelayan tersebut diungkapkan disela-sela kunjungan kerja Wakil Gubernur Kalsel, HM Rosehan Noor Bahri, SH, di Desa Tabanio, Tanah Laut, yang sempat merendam ratusan rumah warga tersebut.
Selain cuaca buruk selama sepekan ini, kata Ahyani, nelayan di Tabanio belum bisa melaut, karena persediaan garam nelayan sekitar 10 ton telah larut bersama dengan datangnya bencana pasang rup beberapa waktu lalu.
Akibat tidak bisa melaut untuk mencari ikan yang merupakan mata pencaharian nelayan untuk mencukupi kebutuhan hidup, kini ratusan nelayan Tabanio mengharapkan uluran tangan dari pemerintah terutama untuk mencukupi kebutuhan sembako.
"Kami sangat berharap uluran tangan dari pemerintah untuk meringankan beban nelayan terutama untuk mengatasi kebutuhan sembako," ujarnya.
Sebelumnya, Kepala Desa Tabanio, Bahrani, melaporkan, akibat banjir rup tersebut warga masyarakat mengalami kerugian yang cukup besar yakni padi yang tersimpan di dalam kindai sekitar 5.000 belik terendam dan garam sebanyak 10 ton bagi nelayan larut terbawa air.
Selain itu, kata Bahrani, sebanyak tujuh ekor ternak sapi hilang, delapan ekor kambing, 2.000 ekor itik dan ayam hilang, kemudian 200 buah mesin pompa air milik masyarakat rusak akibat terendam banjir dan 250 rumah terendam banjir.
Warga Tabanio yang tertimpa bencana pasang rup, kata Bahrani, berharap ada bantuan dari pemerintah untuk sembako, karena itu sangat dibutuhkan warga.
Wakil Gubernur Kalsel, HM Rosehan Noor Bahri, SH, ketika mengunjungi korban banjir rup menyerahkan bantuan dari pemerintah provinsi, antara lain air bersih sebanyak enam tangki, beras satu ton dan selimut.
"Saya berharap bantuan air bersih dan beras ini hendaknya dibagikan kepada korban yang mengalami musibah sesuai dengan kerugian akibat bencana itu," katanya.
Dia berpesan, apabila dimasa mendatang menemukan kasus banjir rup hendaknya terlebih dahulu menyelamatkan diri sendiri, jangan terlalu memperhatikan barang-barang yang dimiliki, karena barang itu masih bisa dicari.
"Saya nantinya tidak ingin lagi mendengar ada warga yang meninggal dunia akibat bencana banjir rup ini, karena tidak ingin meninggalkan lokasi hanya untuk menunggui harta benar yang dimiliki," pintanya. ani/mb05
BANJARMASIN - Sejumlah korban bencana alam gelombang pasang yang menimpa puluhan rumah warga yang tinggal di pesisir laut, Desa Bakambat, Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar, menyatakan keinginannya untuk pindah dari lokasi bencana tersebut.
"Kami ingin pindah ke lokasi yang lebih aman dan berharap pemerintah untuk mencarikan lahan untuk membangun kembali rumah jauh dari pesisir laut ini," ujar beberapa wanita Desa Bakambat yang menjadi korban gelombang pasang, kemarin.
Pernyataan sejumlah wanita yang menjadi korban bencana gelombang pasang yang memporak-porandakan puluhan rumah penduduk di pesisir pantai tersebut disampaikan kepada Wakil Gubernur Kalsel, HM Rosehan Noor Bahri, SH, ketika berkunjung ke lokasi bencana.
Sejumlah wanita korban bencana gelombang pasang yang bergerombol bersama anggota keluarganya itu, menyatakan, mereka trauma dengan bencana yang menimpa rumah sejumlah warga di pesisir pantai yang langsung menghadap Laut Jawa itu.
Dalam kesempatan pertemuan dengan Wagub Kalsel itu, mereka meminta pemerintah untuk memikirkan lokasi baru bagi warga yang tinggal di pesisir pantai tersebut, karena mereka tidak lagi membangun rumah di lokasi bencana.
Selain ingin pindah, sejumlah warga korban bencana alam yang saat ini sebagian hidup dipenampungan sementara itu, mengharapkan uluran tangan pemerintah dan masyarakat terutama memenuhi keperluan sembako.
"Kami saat ini sangat membutuhkan sembako untuk keperluan sehari-hari, karena sembako yang dimiliki lenyap bersama bencana alam gelombang pasang," katanya bersamaan yang disaksikan Camat Aluh-Aluh, Drs Abdul Muis.
Secara terpisah, Camat Aluh-Aluh, Abdul Muis menjelaskan, gelombang pasang yang melanda Kecamatan Aluh-Aluh tersebut meliputi lima desa antara lain, Desa Bakambat, Tanifah, Polantan, Labat dan Muara dengan jumlah rumah yang rusak 99 buah.
Selain itu, kata Muis, sebuah mushala juga mengalami kerusakan yang cukup parah, sedangkan jumlah rumah yang rusak parah antara lain di Desa Bakambat sebanyak 17 buah, Desa Labat Muara, 41 buah dan Tanifah dua buah.
Gelombang pasang yang terjadi di Kecamatan Aluh-Aluh, tahun 2008 ini, katanya, yang cukup parah menimpa warga Desa Bakambat dan Desa Labat Muara.
Menanggapi keinginan warga masyarakat tersebut, Wagub Kalsel, HM Rosehan Noor Bahri, menyatakan, pihaknya terlebih dahulu akan berkoordinasi dengan jajaran Pemerintah kabupaten (Pemkab) Banjar untuk mencari lokasi bagi korban bencana yang ingin pindah.
Sementara itu, untuk keperluan sembako telah ada bantuan dari pemerintah provinsi dan telah diserahkan kepada pihak kecamatan untuk mengatur pembagiannya dan diharapkan pembagian bantuan bersifat adil sesuai dengan tingkat kerusakannya.
Dia berharap, warga masyarakat yang tertimpa musibah tersebut hendaknya bersabar, pemerintah baik provinsi dan kabupaten jelas akan memberikan perhatian dan bantuan terhadap korban sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
Namun demikian, kata Rosehan, bantuan yang diberikan itu memang tidak sebesar keinginan dari masyarakat yang menjadi korban, tetapi diharapkan sedikit meringankan beban masyarakat untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Dia menjelaskan, musibah banjir dan gelombang pasang tersebut tidak hanya terjadi di Kabupaten Banjar dan Tanah Laut, tetapi juga telah menimpa penduduk lainnya seperti di Kabupaten Tapin, Hulu Sungai Utara (HSU), Hulu Sungai Tengah (HST).
"Kita masih melakukan pendataan terhadap para korban yang tertimpa bencana banjir dan gelombang pasang, guna memberikan bantuan untuk meringankan penderitaan korban bencana alam tersebut," katanya.
Sebelum mengunjungi Desa Bakambat dan Desa Labat Muara, Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar, Wagub juga mengunjungi korban banjir rup (pasang dalam) di Desa Tabanio, Kabupaten Tanah Laut (Tala), beberapa waktu lalu.
Dilaporkan Kepala Desa Tabanio, Bahrani, akibat banjir rup tersebut warga masyarakat mengalami kerugian yang cukup besar yakni padi yang tersimpan di dalam kindai sekitar 5.000 belik terendam dan garam sebanyak 10 ton bagi nelayan larut terbawa air.
Selain itu, kata Bahrani, sebanyak tujuh ekor ternak sapi hilang, delapan ekor kambing, 2.000 ekor itik dan ayam hilang, kemudian 200 buah mesin pompa air milik masyarakat rusak akibat terendam banjir dan 250 rumah terendam banjir. ani/mb02