Thursday, 15 January 2009 08:53 redaksi
MARTAPURA - Hampir satu bulan belakangan ini, ribuan warga Kecamatan Aluh-Aluh, khususnya penghuni lima desa di pesisir muara Sungai Barito tidak tenang menjalani kehidupan sehari-hari. Keseharian para kepala keluarga maupun kaum lelaki desa yang biasanya diisi dengan kesibukan mencari ikan maupun udang di perairan yang berhadapan langsung dengan laut lepas ini. Kini untuk sementara tidak bisa dilakukan.
Di rumah pun bukan berarti mereka tenangn. Justru sebaliknya dihinggapi ketakutan dan trauma akan musibah gelombang pasang disertai hujan dan tiupan angin kencang yang mampu merusak dan memporak-porandakan ratusan rumah warga seperti kejadian pada pertengahan Desember lalu.
"Warga masih trauma dan diliputi ketakutan terutama bila malam datang menjelang. Biasanya, cuaca pagi hingga siang yang semula cerah, tiba-tiba bisa berubah buruk begitu malam tiba. Saat itu lah warga mulai takut jika sewaktu-waktu badai disertai hujan dan angin kencang menerjang," ujar Pembakal desa Bakambat, Bahran Karim dihubungi Mata Banua, Rabu (14/1) petang.
Menurutnya, aktivitas yang bisa dilakukan ditengah kecemasan itu hanya berkumpul beramai-ramai bersama tetangga. Sehingga jika terjadi sesuatu dapat dihadapi bersama-sama.
"Rumah kami sendiri, setiap malam selalu dipenuhi warga orang dewasa maupun anak-anak. Mereka ketakutan jika badai kembali datang," ungkap Bahran.
Ditanya mengenai situasi terakhir, ia mengakui, hingga Selasa malam dan Rabu petang kondisi cuaca cukup baik sehingga warga sedikit tenang dibanding dua malam sebelumnya dimana cuaca sangat buruk.
"Warga di sini, terutama mereka yang masih bertahan di tempat-tempat pengungsian mengharapkan bantuan terutama bahan makanan. Kami tidak bisa kemana-mana karena takut menghadapi cuaca buruk yang datang tiba-tiba," kata Bahrani. yoi
No comments:
Post a Comment