Radar Banjarmasin; Sabtu, 12 Agustus 2006
Dishut Buat Perda Kebakaran Hutan
BANJARMASIN - Warga rupanya belum juga sepenuhnya menyadari bahaya kebakaran hutan. Buktinya, titik api di Kalsel dari hari ke hari terus bertambah banyak. Data terakhir menyebutkan, titik api di seluruh Kalsel hingga kemarin sudah mencapai 155 buah.
Karena itu, Dinas Kehutan Kalsel harus berpikir keras untuk meredam aksi tak bertanggung jawab itu. Meski sudah memiliki satuan pemadam kebakaran hutan (Manggala Aqni), tapi keberadaan unit khusus ini dirasa belum mampu mengatasi masalah kebakaran hutan ini.
Makanya, kini Dinas Kehutanan Kalsel telah mempersiapkan sebuah Perda mengenai kebakaran hutan dan lahan. Dengan adanya Perda ini, selain nantinya dapat menjerat para pelaku pembakaran hutan dan lahan, juga dapat digunakan sebagai acuan untuk pelestarian alam di Kalsel.
Sementara itu, penambahan titik api di Kalsel yang berhasil dicatat Dinas Kehutanan, saat ini sudah berjumlah 155 buah. Rinciannya, 17 buah titik api di kawasan Kabupaten Balangan, 43 titik di Kabupaten Tabalong, 26 titik di Kabupaten Hulu Sungai Selatan, 13 di Kota Banjarbaru, 3 di wilayah Kotamadya Banjarmasin, 25 di Kabupaten Tala, 4 di Kabupaten Banjar, 12 di Batola, 6 di Tanbu, 6 di Tapin, 3 di Hulu Sungai Utara, untuk di Hulu Sungai Tengah dan Kabupaten Kotabaru masing-masing 1 titil api.
"Dari 155 buah titik api ini, 28 titik diketahui berada di dalam kawasan hutan produksi dan konversi. Jadi, bila dihitung, hampir 11 buah titik api berada di wilayah hutan konversi," kata Kepala Dinas Kehutana Kalsel, Ir Sony Partono, baru-baru tadi.
Menurutnya, rencana pembuatan Perda tentang kebakaran hutan dan lahan itu saat ini mulai dikerjakan oleh tim dari Dinas Kehutanan, dengan mengambil acuan dari peraturan Menteri Kehutanan yang sudah ada. "Saat ini Perda masih dalam proses. Perda ini tentang kebakaran hutan dan lahan di Kalsel. Jadi, dalam Perda ini selain mengenai perlindungan hutan, juga disinggung mengenai pemberantasan illegal logging," ujarnya.
Dijelaskan Sony, berdasarkan hasil menelitian tim dari Dishut, kebakaran hutan yang terjadi di Kalsel ini terindikasi akibat pembukaan lahan pertanian. Makanya, dalam kebakaran ini paling banyak yang terbakar adalah lahan pertanian. "Kalau dipersentasikan, jumlah kebakaran hutan ini agak sedikit berkurang dibanding jumlah kebakaran lahan, yang bisa mencapai hingga 95 persen. Dan kebakaran di lahan ini paling banyak ditemui di lahan tidur atau di lahan pertanian yang baru dibuka," katanya.
Meski sudah memiliki tim pemadam kebakaran hutan dan lahan ini, papar Sony, namun sampai saat ini pengaturan dan pembagian tugas bagi personel Manggala Aqni masih belum terfokus. Hal ini dikarenakan belum adanya komando yang mengatur setiap kegiatan Manggala Aqni. "Untuk daerah operasinya sudah ada, dan setiap saat bisa dimobilisasi menuju kawasan hutan yang terkena kebakaran. Sekarang ini cuma masalah komandonya saja yang belum diatur. Sebab, itu kan yang mengaturnya pusat yakni Dephut. Jadi sekarang kita masih menunggu protapnya. Apakah komandonya nanti kepala dinas atau UPT, itu yang masih belum diketahui. Sehingga sekarang ini kita hanya minta kesadaran anggota Manggala Aqni ini untuk bergerak," katanya.(gsr)
Wednesday, August 16, 2006
Tuesday, August 08, 2006
Banjir Menderita, Mendangkal Semua Rugi
Kompas; Rabu, 09 Agustus 2006
M Syaifullah
Saat memantau banjir yang melanda tujuh desa tepian Sungai Barito di Kecamatan Kuripan, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan, awal Mei silam, terlihat empat tongkang bermuatan batu bara melintasi sungai. "Emas hitam" itu diangkut menuju Laut Jawa.
Bagi warga tepian Barito atau yang tidak jauh dari sungai, bencana mengintip pada musim hujan. Banjir sewaktu-waktu menyerbu. Sawah-sawah terendam, rumah dipenuhi air dan lumpur, mencari makanan susah, bekerja tak mungkin, penyakit mengintai.
Sebaliknya, banjir dan musim hujan membuat pelayaran kapal batu bara, kayu, dan barang berlangsung lancar. Mereka dapat menyusuri sungai sejauh mungkin ke hulu, tempat sejumlah kota di beberapa kabupaten di Kalimantan Tengah berada, ataupun ke hilir hingga muara.
Banjir adalah waktu yang pas untuk mengalirkan kayu-kayu tebangan. Kalaupun kini sepi, itu karena adanya operasi penindakan pembalakan liar di Kalimantan.
Kemarau datang. Awal kemarau seperti sekarang berkah bagi warga tepian Barito. Mereka leluasa menangkap ikan seiring mendangkal dan menyusutnya sungai. Lahan pun ditanami.
Sebaliknya, awal kemarau ini menjadi awal penderitaan awak-awak kapal seperti yang dialami kapal-kapal sungai pengangkut barang rute Banjarmasin, Kalimantan Selatan-Muara Teweh-Purukcahu di Kalimantan Tengah.
Dalam sebulan terakhir sebagian besar kapal itu hanya bertambat di Banjarmasin. Apa daya, Barito tak bisa disusuri ke hulu karena pendangkalan dan munculnya gosong-gosong lumpur. Pelanggan pun meninggalkan mereka, memilih mengirimkan barang dengan kendaraan darat.
"Tidak hanya kapal yang menganggur, kami pun kehilangan penghasilan. Hidup kami seperti tidak ada pilihan, kalau kemarau seperti harus ’mati suri’ dulu. Setelah musim hujan barulah hidup kembali," kata Usuf, juragan kapal barang Doa Bersama yang melayani rute Banjarmasin-Purukcahu. Doa Bersama didampingi sembilan kapal lainnya yang bernasib serupa.
Pada musim hujan, saat debit air normal atau membanjir, tiap kapal dapat berlayar lima hari sekali. Juragan dan kelasi menikmati penghasilan memuaskan dari membawa 50 hingga 100 ton barang sekali angkut. Akhir Juni lalu mereka masih mereguk kejayaan tersebut.
Jika berlayar membawa barang, satu kapal mengantongi penghasilan kotor Rp 8 juta dari tarif angkut dikurangi bahan bakar. "Dihitung-hitung, kami sudah empat kali tidak berangkat. Kesepuluh kapal di sini sudah kehilangan Rp 320 juta," ungkap Usuf.
Bagi Ahar Jais, juragan kapal motor yang lain, kehilangan penghasilan seperti itu hampir selalu dialami setiap kemarau. Mereka hanya berharap permukaan air meningkat sesekali dan terkadang itu bisa terjadi.
"Ada pelanggan yang membiarkan barang dagangannya disimpan di kapal agar bisa diangkut jika air sudah dalam. Kepercayaan mereka kami jaga agar pada musim hujan mereka kembali memakai kapal ini," kata Ahar.
Mislan, Ketua Pusat Penelitian Sumber Daya Air Lembaga Penelitian Universitas Mulawarman di Samarinda, berpendapat, pendangkalan terkait dengan rusaknya lingkungan di daerah aliran sungai.
Saat hujan, air tidak bertahan lama di tanah dan meluncur ke sungai membawa banyak lumpur dan tanah. Saat kemarau, pasokan air ke sungai kecil dan sedimen yang dibawa saat musim hujan mengendap terutama di bagian hilir, memperlihatkan dasar yang berlumpur tebal.
Dari empat sungai terbesar di Kalimantan, ujar Wakil Kepala Dinas Perhubungan Kalsel Heri Hermansyah, Barito yang paling parah mengalami sedimentasi lumpur dan pendangkalan.
Terburuk
Setiap hari sedimentasi mencapai 11.000 hingga 12.000 meter kubik. Jika diandaikan, sedimen sebanyak itu cukup untuk memenuhi lima kolam renang ukuran olimpik seperti yang ada di Gelora Bung Karno Senayan.
Kepala Administrasi Pelabuhan (Adpel) Banjarmasin I Wayan Sujata bahkan yakin pendangkalan di alur pelayaran Barito nomor dua terburuk di dunia setelah Sungai Kuning di China.
Itu menjadikan alur pelayaran Barito sepanjang 14 kilometer dari muara hingga Pelabuhan Trisakti, Banjarmasin, rawan kecelakaan. Kalau tidak hati-hati, banyak kapal bersenggolan, kandas, dan tak bisa berlayar sama sekali. Sepanjang Juli lalu tercatat 22 kapal—kebanyakan tongkang batu bara—kandas di alur itu.
Pengerukan sedimen di alur itu juga sudah berhenti sejak 12 bulan lalu. Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan belum bisa memastikan kapan upaya itu dapat dilakukan mengingat dana yang tak ada.
Akar masalah
Namun, masalah alur Barito tidak sekadar pengerukan lumpur. Kalau hanya itu yang diperhatikan, sampai kapan pun tidak akan selesai dan lagi-lagi terbentur biaya pengerukan tersebut. "Yang dicari semestinya akar masalah dari semua ini," kata Wayan.
Bagi Kalsel, Sungai Barito merupakan jalur utama perekonomian dan perdagangan dari dulu hingga sekarang. Sejak zaman Hindu, tidak hanya lahir beberapa bandar, juga kerajaan, antara lain Negara Dipa, Negara Daha, dan Banjar.
Kini, Sungai Barito menjadi sarana utama angkutan kapal barang yang paling murah. Paling tidak, lima daerah bergantung langsung pada Barito, yakni Kota Banjarmasin, Kabupaten Barito Kuala, Barito Selatan, Barito Utara, dan Murung Raya.
Beberapa anak Sungai Barito menjadi jalur ekonomi Kabupaten Tapin, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Utara, Tabalong, Kapuas, dan Barito Timur. Peranan Barito yang sangat penting harus diikuti perhatian terhadap penyelamatan sungai. Penebangan hutan ilegal ataupun yang ceroboh harus diakhiri. Rehabilitasi hutan dan daerah aliran sungai harus dijalankan dengan benar.
Bukan hanya rakyat di sepanjang sungai itu yang menderita akibat banjir, semuanya ikut merugi ketika terjadi pendangkalan.
(AMBROSIUS HARTO/ C ANTO SAPTOWALYONO)
M Syaifullah
Saat memantau banjir yang melanda tujuh desa tepian Sungai Barito di Kecamatan Kuripan, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan, awal Mei silam, terlihat empat tongkang bermuatan batu bara melintasi sungai. "Emas hitam" itu diangkut menuju Laut Jawa.
Bagi warga tepian Barito atau yang tidak jauh dari sungai, bencana mengintip pada musim hujan. Banjir sewaktu-waktu menyerbu. Sawah-sawah terendam, rumah dipenuhi air dan lumpur, mencari makanan susah, bekerja tak mungkin, penyakit mengintai.
Sebaliknya, banjir dan musim hujan membuat pelayaran kapal batu bara, kayu, dan barang berlangsung lancar. Mereka dapat menyusuri sungai sejauh mungkin ke hulu, tempat sejumlah kota di beberapa kabupaten di Kalimantan Tengah berada, ataupun ke hilir hingga muara.
Banjir adalah waktu yang pas untuk mengalirkan kayu-kayu tebangan. Kalaupun kini sepi, itu karena adanya operasi penindakan pembalakan liar di Kalimantan.
Kemarau datang. Awal kemarau seperti sekarang berkah bagi warga tepian Barito. Mereka leluasa menangkap ikan seiring mendangkal dan menyusutnya sungai. Lahan pun ditanami.
Sebaliknya, awal kemarau ini menjadi awal penderitaan awak-awak kapal seperti yang dialami kapal-kapal sungai pengangkut barang rute Banjarmasin, Kalimantan Selatan-Muara Teweh-Purukcahu di Kalimantan Tengah.
Dalam sebulan terakhir sebagian besar kapal itu hanya bertambat di Banjarmasin. Apa daya, Barito tak bisa disusuri ke hulu karena pendangkalan dan munculnya gosong-gosong lumpur. Pelanggan pun meninggalkan mereka, memilih mengirimkan barang dengan kendaraan darat.
"Tidak hanya kapal yang menganggur, kami pun kehilangan penghasilan. Hidup kami seperti tidak ada pilihan, kalau kemarau seperti harus ’mati suri’ dulu. Setelah musim hujan barulah hidup kembali," kata Usuf, juragan kapal barang Doa Bersama yang melayani rute Banjarmasin-Purukcahu. Doa Bersama didampingi sembilan kapal lainnya yang bernasib serupa.
Pada musim hujan, saat debit air normal atau membanjir, tiap kapal dapat berlayar lima hari sekali. Juragan dan kelasi menikmati penghasilan memuaskan dari membawa 50 hingga 100 ton barang sekali angkut. Akhir Juni lalu mereka masih mereguk kejayaan tersebut.
Jika berlayar membawa barang, satu kapal mengantongi penghasilan kotor Rp 8 juta dari tarif angkut dikurangi bahan bakar. "Dihitung-hitung, kami sudah empat kali tidak berangkat. Kesepuluh kapal di sini sudah kehilangan Rp 320 juta," ungkap Usuf.
Bagi Ahar Jais, juragan kapal motor yang lain, kehilangan penghasilan seperti itu hampir selalu dialami setiap kemarau. Mereka hanya berharap permukaan air meningkat sesekali dan terkadang itu bisa terjadi.
"Ada pelanggan yang membiarkan barang dagangannya disimpan di kapal agar bisa diangkut jika air sudah dalam. Kepercayaan mereka kami jaga agar pada musim hujan mereka kembali memakai kapal ini," kata Ahar.
Mislan, Ketua Pusat Penelitian Sumber Daya Air Lembaga Penelitian Universitas Mulawarman di Samarinda, berpendapat, pendangkalan terkait dengan rusaknya lingkungan di daerah aliran sungai.
Saat hujan, air tidak bertahan lama di tanah dan meluncur ke sungai membawa banyak lumpur dan tanah. Saat kemarau, pasokan air ke sungai kecil dan sedimen yang dibawa saat musim hujan mengendap terutama di bagian hilir, memperlihatkan dasar yang berlumpur tebal.
Dari empat sungai terbesar di Kalimantan, ujar Wakil Kepala Dinas Perhubungan Kalsel Heri Hermansyah, Barito yang paling parah mengalami sedimentasi lumpur dan pendangkalan.
Terburuk
Setiap hari sedimentasi mencapai 11.000 hingga 12.000 meter kubik. Jika diandaikan, sedimen sebanyak itu cukup untuk memenuhi lima kolam renang ukuran olimpik seperti yang ada di Gelora Bung Karno Senayan.
Kepala Administrasi Pelabuhan (Adpel) Banjarmasin I Wayan Sujata bahkan yakin pendangkalan di alur pelayaran Barito nomor dua terburuk di dunia setelah Sungai Kuning di China.
Itu menjadikan alur pelayaran Barito sepanjang 14 kilometer dari muara hingga Pelabuhan Trisakti, Banjarmasin, rawan kecelakaan. Kalau tidak hati-hati, banyak kapal bersenggolan, kandas, dan tak bisa berlayar sama sekali. Sepanjang Juli lalu tercatat 22 kapal—kebanyakan tongkang batu bara—kandas di alur itu.
Pengerukan sedimen di alur itu juga sudah berhenti sejak 12 bulan lalu. Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan belum bisa memastikan kapan upaya itu dapat dilakukan mengingat dana yang tak ada.
Akar masalah
Namun, masalah alur Barito tidak sekadar pengerukan lumpur. Kalau hanya itu yang diperhatikan, sampai kapan pun tidak akan selesai dan lagi-lagi terbentur biaya pengerukan tersebut. "Yang dicari semestinya akar masalah dari semua ini," kata Wayan.
Bagi Kalsel, Sungai Barito merupakan jalur utama perekonomian dan perdagangan dari dulu hingga sekarang. Sejak zaman Hindu, tidak hanya lahir beberapa bandar, juga kerajaan, antara lain Negara Dipa, Negara Daha, dan Banjar.
Kini, Sungai Barito menjadi sarana utama angkutan kapal barang yang paling murah. Paling tidak, lima daerah bergantung langsung pada Barito, yakni Kota Banjarmasin, Kabupaten Barito Kuala, Barito Selatan, Barito Utara, dan Murung Raya.
Beberapa anak Sungai Barito menjadi jalur ekonomi Kabupaten Tapin, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Utara, Tabalong, Kapuas, dan Barito Timur. Peranan Barito yang sangat penting harus diikuti perhatian terhadap penyelamatan sungai. Penebangan hutan ilegal ataupun yang ceroboh harus diakhiri. Rehabilitasi hutan dan daerah aliran sungai harus dijalankan dengan benar.
Bukan hanya rakyat di sepanjang sungai itu yang menderita akibat banjir, semuanya ikut merugi ketika terjadi pendangkalan.
(AMBROSIUS HARTO/ C ANTO SAPTOWALYONO)
Waspadai Titik Api
Radar Banjarmasin; Rabu, 9 Agustus 2006
BANJARMASIN - Untuk mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan yang biasanya terjadi saat musim kemarau, sekarang Pemprov Kalsel mulai melakukan usaha koordinasi dengan berbagai pihak terkait, untuk mencari solusi agar masalah kerawanan meluasnya kebakaran hutan dan lahan ini bisa di antisipasi sedini mungkin.
Salah satunya dengan cara mengajak masyarakat mewaspadai titik api baru yang dianggap sebagai penyebab musibah kebakaran hutan dan lahan di Kalsel.
Berdasarkan data Dinas Kehutanan Kalsel, saat ini sudah ada 16 buah titik api yang terdapat kawasan lahan pertanian, dan sebuah titik api yang terdapat di dalam hutan di kawasan Kabupaten Tabalong.
Menurut Wakil Gubernur Kalsel H Rosehan NB, karena bencana kebakaran hutan ini ketika terjadi tidak hanya sesaat saja, maka saat ini yang diperlukan adalah prediksi-prediksi penanganannya. Sehingga ketika bencana itu benar-benar terjadi, bisa diantisipasi lebih dini lagi. "Untuk musim kemarau ini, yang paling berbahaya itu adalah masalah kebakaran hutan dan lahan. Menurut beberapa orang petugas kebakaran yang saya temui, untuk mengantisipasi musibah kebakaran ini hendaknya masyarakat juga dapat menjaga lingkungan sekitar mereka," ujarnya, kemarin.
Jika musibah kebakaran hutan itu benar-benar terjadi, lanjutnya, maka yang dirugikan tidak hanya masyarakat Kalsel saja. Tetapi masyarakat yang berada di luar Kalsel pun juga ikut merasa dirugikan. "Tak hanya itu, imbas dari kebakaran hutan dan lahan ini juga merugikan negara yang berdekatan dengan kita. Karena asap yang ditimbulkan oleh kebakaran itu masuk ke wilayah negara tetangga itu," ujarnya.
Karena itu, papar Rosehan, jika dalam pencarian itu memang ditemukan titik api baru, maka usaha yang akan dilakukan oleh Pemprov dan instansi terkait lainnya adalah memberikan imbauan kepada masyarakat agar selalu waspada terhadap timbulnya titik api baru lainnya. "Oleh karena itu, peran masyarakat untuk mengantisipai kebakaran ini sangat diharapkan, sehingga masalah kebakaran ini dapat diatasi secara bersama-sama," katanya.
Selain mewaspadai timbulnya titik api baru, Rosehan juga mengimbau kepada masyarakat petani yang memiliki ladang berpindah-pindah agar bila melakukan pembukaan ladang tidak dengan melakukan pembakaran. "Dikhawatirkan apabila pembukaan ladang dilakukan dengan cara pembakaran, dapat menimbulkan titik api baru yang tidak terpantau, hingga bisa menjadi kebakaran hutan," ujarnya.(gsr)
BANJARMASIN - Untuk mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan yang biasanya terjadi saat musim kemarau, sekarang Pemprov Kalsel mulai melakukan usaha koordinasi dengan berbagai pihak terkait, untuk mencari solusi agar masalah kerawanan meluasnya kebakaran hutan dan lahan ini bisa di antisipasi sedini mungkin.
Salah satunya dengan cara mengajak masyarakat mewaspadai titik api baru yang dianggap sebagai penyebab musibah kebakaran hutan dan lahan di Kalsel.
Berdasarkan data Dinas Kehutanan Kalsel, saat ini sudah ada 16 buah titik api yang terdapat kawasan lahan pertanian, dan sebuah titik api yang terdapat di dalam hutan di kawasan Kabupaten Tabalong.
Menurut Wakil Gubernur Kalsel H Rosehan NB, karena bencana kebakaran hutan ini ketika terjadi tidak hanya sesaat saja, maka saat ini yang diperlukan adalah prediksi-prediksi penanganannya. Sehingga ketika bencana itu benar-benar terjadi, bisa diantisipasi lebih dini lagi. "Untuk musim kemarau ini, yang paling berbahaya itu adalah masalah kebakaran hutan dan lahan. Menurut beberapa orang petugas kebakaran yang saya temui, untuk mengantisipasi musibah kebakaran ini hendaknya masyarakat juga dapat menjaga lingkungan sekitar mereka," ujarnya, kemarin.
Jika musibah kebakaran hutan itu benar-benar terjadi, lanjutnya, maka yang dirugikan tidak hanya masyarakat Kalsel saja. Tetapi masyarakat yang berada di luar Kalsel pun juga ikut merasa dirugikan. "Tak hanya itu, imbas dari kebakaran hutan dan lahan ini juga merugikan negara yang berdekatan dengan kita. Karena asap yang ditimbulkan oleh kebakaran itu masuk ke wilayah negara tetangga itu," ujarnya.
Karena itu, papar Rosehan, jika dalam pencarian itu memang ditemukan titik api baru, maka usaha yang akan dilakukan oleh Pemprov dan instansi terkait lainnya adalah memberikan imbauan kepada masyarakat agar selalu waspada terhadap timbulnya titik api baru lainnya. "Oleh karena itu, peran masyarakat untuk mengantisipai kebakaran ini sangat diharapkan, sehingga masalah kebakaran ini dapat diatasi secara bersama-sama," katanya.
Selain mewaspadai timbulnya titik api baru, Rosehan juga mengimbau kepada masyarakat petani yang memiliki ladang berpindah-pindah agar bila melakukan pembukaan ladang tidak dengan melakukan pembakaran. "Dikhawatirkan apabila pembukaan ladang dilakukan dengan cara pembakaran, dapat menimbulkan titik api baru yang tidak terpantau, hingga bisa menjadi kebakaran hutan," ujarnya.(gsr)
Deteksi Bahaya Kabut Asap
Selasa, 08 Agustus 2006 01:13:37
Banjarbaru, BPost - Tindakan antisipasi terhadap kabut asap di musim kemarau mulai dilakukan. Selain mewaspadai titik api (hot spot), bahaya asap pada kesehatan manusia pun mulai dideteksi.
Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular (BTKL PPM) Banjarbaru akan menggelar pengukuran terhadap udara di Kalsel.
Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) yang merupakan konversi terhadap kadar PM 10, SO2, CO2 (karbondioksida), O3 (ozon) dan NO2 (Nitrogen dioksida) untuk mendeteksi dini demi menentukan langkah penanggulangan selanjutnya, sehingga dampak kabut asap tidak sampai mencapai titik kritis pada kesehatan manusia.
"Sekarang kita tengah mempersiapkan alat dan sumber dayanya, termasuk koordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi di wilayah kerja di Kalseltengtim," tandas Kepala BTKL Banjarbaru I Ketut Winasa BSc SKM, Senin (7/8) siang.
Mengapa pengukuran kabut asap dipersiapkan sekarang? Ketut menjelaskan, ini untuk antisipasi agar kabut asap tak berdampak buruk pada kesehatan masyarakat. Jadi, lanjutnya, jika kabut asap datang, langsung diukur sehingga dapat diketahui tingkat bahayanya sehingga dapat ditindaklanjuti oleh instansi terkait juga masyarakat luas.
Tindakan dini ini diambil setelah melihat kondisi di Kalbar standar ISPU nya telah meninggi. Dimungkinkan hal yang sama terjadi di Kalsel dan Kalteng, mengingat struktur tanah dan tipikal alamnya tak berbeda jauh.
Grafik fire danger rating system (FDRS) atau sistem peningkatan bahaya kebakaran yang tertangkap Stasiun Klimatologi Kelas I Badan Meteorologi dan Geofisika di Banjarbaru cenderung meninggi sejak minggu keempat Juli tadi hingga awal Agustus ini.
Tahun ini, alat yang terdiri pengukur partikuler 10 mikron (PM 10) dan Asessment Polutan Monitoring (APM) akan dipasang di Kertak Hanyar.
Di Kecamatan tersebut direncanakan dilakukan 12 periode pemantauan, selama 24 jam peralatan menangkap lalu lintas partikel udara akibat asap. Data yang dihasilkan mampu menggambarkan perkembangan kondisi ISPU di lokasi pemantauan. niz
Banjarbaru, BPost - Tindakan antisipasi terhadap kabut asap di musim kemarau mulai dilakukan. Selain mewaspadai titik api (hot spot), bahaya asap pada kesehatan manusia pun mulai dideteksi.
Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular (BTKL PPM) Banjarbaru akan menggelar pengukuran terhadap udara di Kalsel.
Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) yang merupakan konversi terhadap kadar PM 10, SO2, CO2 (karbondioksida), O3 (ozon) dan NO2 (Nitrogen dioksida) untuk mendeteksi dini demi menentukan langkah penanggulangan selanjutnya, sehingga dampak kabut asap tidak sampai mencapai titik kritis pada kesehatan manusia.
"Sekarang kita tengah mempersiapkan alat dan sumber dayanya, termasuk koordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi di wilayah kerja di Kalseltengtim," tandas Kepala BTKL Banjarbaru I Ketut Winasa BSc SKM, Senin (7/8) siang.
Mengapa pengukuran kabut asap dipersiapkan sekarang? Ketut menjelaskan, ini untuk antisipasi agar kabut asap tak berdampak buruk pada kesehatan masyarakat. Jadi, lanjutnya, jika kabut asap datang, langsung diukur sehingga dapat diketahui tingkat bahayanya sehingga dapat ditindaklanjuti oleh instansi terkait juga masyarakat luas.
Tindakan dini ini diambil setelah melihat kondisi di Kalbar standar ISPU nya telah meninggi. Dimungkinkan hal yang sama terjadi di Kalsel dan Kalteng, mengingat struktur tanah dan tipikal alamnya tak berbeda jauh.
Grafik fire danger rating system (FDRS) atau sistem peningkatan bahaya kebakaran yang tertangkap Stasiun Klimatologi Kelas I Badan Meteorologi dan Geofisika di Banjarbaru cenderung meninggi sejak minggu keempat Juli tadi hingga awal Agustus ini.
Tahun ini, alat yang terdiri pengukur partikuler 10 mikron (PM 10) dan Asessment Polutan Monitoring (APM) akan dipasang di Kertak Hanyar.
Di Kecamatan tersebut direncanakan dilakukan 12 periode pemantauan, selama 24 jam peralatan menangkap lalu lintas partikel udara akibat asap. Data yang dihasilkan mampu menggambarkan perkembangan kondisi ISPU di lokasi pemantauan. niz
Kebakaran Hutan; Cuma Ada Semprot Bambu
Rabu, 09 Agustus 2006 01:23
Banjarmasin, BPost - Gubernur Kalsel, Rudy Ariffin mengaku kekurangan peralatan untuk pemadaman kebakaran hutan. Karenanya jika sampai ada kawasan hutan di Kalsel terbakar maka sulit ditanggulangi.
Apalagi, peralatan pemadaman tersebut masih bersifat manual, yakni berupa bambu yang dibentuk seperti pompa. Karenanya jika kobaran api cukup besar, alat tradisional itu jelas tak sebanding dengan amukan si jago merah.
"Yang ada hanya semprot air dari bambu. Peralatan lebih canggih tidak punya. Sehingga, kalau sampai kebakaran pasti susah ditangani," ujarnya.
Karena kondisi seperti itu, pihaknya saat ini mengajukan permintaan peralatan yang memadai kepada pemerintah pusat.
Ancaman kebakaran hutan di Kalsel sendiri cukup tinggi, mengingat titik api terus bertambah. Kebakaran biasanya dipicu oleh pembakaran lahan oleh masyarakat.
Ia pun meminta agar masyarakat tidak membakar lahan dengan alasan pembukaan lahaan. "Kalau teorinya kebakaran itu dari gesekan kayu, tapi kemungkinannya kecil. Dan yang banyak karena pembakaran lahan oleh manusia yang merembet ke hutan," tukasnya.
Jumlah titik api (hot spot) sendiri terus bertambah. Minggu lalu jumlahnya 17 titik, dan sekarang sudah mencapai 45 titik.
Adapun daerah yang termasuk rawan kebakaran antara lain, Balangan, Tabalong, Hulu Sungai Utara (HSU), Hulu Sungai Selatan (HSS), Banjarbaru, Batola, Banjar dan Banjarmasin.
"Ini kan awal musim kemarau, tapi jumlah titik api sudah banyak. Makanya masyarakat jangan sampai membuat ulah yang bisa membakar hutan di daerah ini, tegasnya.coi
Banjarmasin, BPost - Gubernur Kalsel, Rudy Ariffin mengaku kekurangan peralatan untuk pemadaman kebakaran hutan. Karenanya jika sampai ada kawasan hutan di Kalsel terbakar maka sulit ditanggulangi.
Apalagi, peralatan pemadaman tersebut masih bersifat manual, yakni berupa bambu yang dibentuk seperti pompa. Karenanya jika kobaran api cukup besar, alat tradisional itu jelas tak sebanding dengan amukan si jago merah.
"Yang ada hanya semprot air dari bambu. Peralatan lebih canggih tidak punya. Sehingga, kalau sampai kebakaran pasti susah ditangani," ujarnya.
Karena kondisi seperti itu, pihaknya saat ini mengajukan permintaan peralatan yang memadai kepada pemerintah pusat.
Ancaman kebakaran hutan di Kalsel sendiri cukup tinggi, mengingat titik api terus bertambah. Kebakaran biasanya dipicu oleh pembakaran lahan oleh masyarakat.
Ia pun meminta agar masyarakat tidak membakar lahan dengan alasan pembukaan lahaan. "Kalau teorinya kebakaran itu dari gesekan kayu, tapi kemungkinannya kecil. Dan yang banyak karena pembakaran lahan oleh manusia yang merembet ke hutan," tukasnya.
Jumlah titik api (hot spot) sendiri terus bertambah. Minggu lalu jumlahnya 17 titik, dan sekarang sudah mencapai 45 titik.
Adapun daerah yang termasuk rawan kebakaran antara lain, Balangan, Tabalong, Hulu Sungai Utara (HSU), Hulu Sungai Selatan (HSS), Banjarbaru, Batola, Banjar dan Banjarmasin.
"Ini kan awal musim kemarau, tapi jumlah titik api sudah banyak. Makanya masyarakat jangan sampai membuat ulah yang bisa membakar hutan di daerah ini, tegasnya.coi
Monday, August 07, 2006
Recovery Pascabanjir Diminta Dipercepat
Radar Banjarmasin; Senin, 7 Agustus 2006
Tajuddin: Prioritaskan Pemulihan Ekonomi Warga
MARTAPURA,- Kendati bencana banjir yang melanda 12 kecamatan Kabupaten Banjar sudah lama berlalu. Berbagai kerusakan fasilitas umum dan lahan usaha masyarakat tampaknya tak bisa segera pulih. Hal ini disebabkan belum optimalnya upaya pemerintah dalam menangani pascabanjir.
Ketua Komisi II DPRD Banjar, H Tajuddin Noor SE mendesak kepada pemerintah untuk memprioritaskan anggaran belanja dalam perubahan APBD Banjar 2006 ini untuk lebih memprioritaskan recovery (pemulihan) sektor ekonomi masyarakat.
Recovery perekonomian yang dia maksud bukan hanya berupa perbaikan puluhan sarana jalan dan jembatan yang rusak setelah rendam banjir, tapi juga perbaikan sektor pertanian, juga ikan budidaya keramba.
“Semua itu berhubungan langsung untuk pemulihan perekonomian rakyat. Kalau semuanya tidak segera, bagaimana warga kita bisa bekerja dan mencari makan,” tegas Tajuddin.
Prioritas penganggaran belanja untuk recovery perekonomian, menurut Tajuddin, harus diikuti pula dengan tindakan cepat tanggap oleh instansi yang membawahi sektor pertanian dan perikanan. Yakni dengan secapatnya menyalurkan bantuan bibit padi dan benih. “Karena kampaknya akan terasa sekali bagi petani kalau bantuan itu tidak cepat disalurkan,” tukasnya.
Apa yang dikatakan Tajuddin memang benar. Saat ini petani sawah masih memiliki sedikit waktu untuk mengejar musim tanam, dengan mengganti tanamannya dengan padi varietas unggul yang memiliki usia panen lebih pendek. Mereka ini memerlukan batuan bibit padi unggul dalam waktu cepat.
Pembahasan awal Perubahan APBD Banjar sendiri, dijadwalkan akan dilaksanakan selama sepekan mulai 22 hingga 29 Agustus ini. Pembahasan perubahan anggaran oleh panitia anggaran dewan dengan tim anggaran eksekutif ini akan digenjot pada siang dan malam hari.
Dalam Perubahan APBD ini, Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan (Disperta) Banjar telah mengajukan usulan pembelian bibit padi bantuan bagi korban banjir, sebanyak 40 ton. Namun lantaran anggaran Perubahan APBD baru bisa dicairkan September nanti, Disperta berencana meminjam dana talangan dari pos lain, yang kemudian akan diganti begitu Perubahan APBD bisa dicairkan.(dsa)
Tajuddin: Prioritaskan Pemulihan Ekonomi Warga
MARTAPURA,- Kendati bencana banjir yang melanda 12 kecamatan Kabupaten Banjar sudah lama berlalu. Berbagai kerusakan fasilitas umum dan lahan usaha masyarakat tampaknya tak bisa segera pulih. Hal ini disebabkan belum optimalnya upaya pemerintah dalam menangani pascabanjir.
Ketua Komisi II DPRD Banjar, H Tajuddin Noor SE mendesak kepada pemerintah untuk memprioritaskan anggaran belanja dalam perubahan APBD Banjar 2006 ini untuk lebih memprioritaskan recovery (pemulihan) sektor ekonomi masyarakat.
Recovery perekonomian yang dia maksud bukan hanya berupa perbaikan puluhan sarana jalan dan jembatan yang rusak setelah rendam banjir, tapi juga perbaikan sektor pertanian, juga ikan budidaya keramba.
“Semua itu berhubungan langsung untuk pemulihan perekonomian rakyat. Kalau semuanya tidak segera, bagaimana warga kita bisa bekerja dan mencari makan,” tegas Tajuddin.
Prioritas penganggaran belanja untuk recovery perekonomian, menurut Tajuddin, harus diikuti pula dengan tindakan cepat tanggap oleh instansi yang membawahi sektor pertanian dan perikanan. Yakni dengan secapatnya menyalurkan bantuan bibit padi dan benih. “Karena kampaknya akan terasa sekali bagi petani kalau bantuan itu tidak cepat disalurkan,” tukasnya.
Apa yang dikatakan Tajuddin memang benar. Saat ini petani sawah masih memiliki sedikit waktu untuk mengejar musim tanam, dengan mengganti tanamannya dengan padi varietas unggul yang memiliki usia panen lebih pendek. Mereka ini memerlukan batuan bibit padi unggul dalam waktu cepat.
Pembahasan awal Perubahan APBD Banjar sendiri, dijadwalkan akan dilaksanakan selama sepekan mulai 22 hingga 29 Agustus ini. Pembahasan perubahan anggaran oleh panitia anggaran dewan dengan tim anggaran eksekutif ini akan digenjot pada siang dan malam hari.
Dalam Perubahan APBD ini, Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan (Disperta) Banjar telah mengajukan usulan pembelian bibit padi bantuan bagi korban banjir, sebanyak 40 ton. Namun lantaran anggaran Perubahan APBD baru bisa dicairkan September nanti, Disperta berencana meminjam dana talangan dari pos lain, yang kemudian akan diganti begitu Perubahan APBD bisa dicairkan.(dsa)
Risiko Kebakaran Meningkat
Senin, 07 Agustus 2006 01:35:08
Banjarbaru, BPost - Teriknya sinar matahari beberapa waktu terakhir, memicu peningkatan suhu udara dan resiko kebakaran. Data Stasiun Klimatologi Kelas I Badan Meteorologi dan Geofisika di Banjarbaru, sejak minggu ke empat Juli hingga awal Agustus ini grafik sistem peningkatan bahaya kebakaran juga menunjukan peningkatan.
Kepala Seksi Data dan Informasi Evi, mengatakan, dari hasil pengukuran suhu, kelembaban udara, kecepatan angin dan curah hujan di wilayah Kota Banjarbaru sejak awal Juli, drought code (DC) atau indeks kekeringan dan konsumsi bahan bakar total yang menggambarkan potensi asap menunjukkan angka yang terus meninggi. Setelah sebelumnya sempat tak stabil dari kapasitas rendah sejak 24 Juli, kini mencapai 364,8.
Imbasnya, Fire Weather Index (FWI) atau indeks dari bahaya kebakaran, intensitas api, dan peringkat penanggulangan kebakaran mencapai titik ekstrim. Indeksnya kini mencapai 21,81. Artinya, tingkat intensitas api sangat tinggi, kemungkinan pemadaman yang dilakukan sangat kecil dan harus memerlukan perlatan yang canggih.
"Potensi kebakaran kita itu cukup tinggi kalau dilihat suhunya sekarang, tanaman yang mengering itu sudah menjadi bahan bakar yang siap terbakar kapan saja. Jadi sangat patut untuk diwaspadai," beber Evi.
Asumsinya, kalau pun ada hujan beberapa hari maka suhu meningkat, kadar air berkurang (kelembaban berkurang) ditambah kecepatan angin yang tinggi menambah besarnya risiko kebakaran.niz
Banjarbaru, BPost - Teriknya sinar matahari beberapa waktu terakhir, memicu peningkatan suhu udara dan resiko kebakaran. Data Stasiun Klimatologi Kelas I Badan Meteorologi dan Geofisika di Banjarbaru, sejak minggu ke empat Juli hingga awal Agustus ini grafik sistem peningkatan bahaya kebakaran juga menunjukan peningkatan.
Kepala Seksi Data dan Informasi Evi, mengatakan, dari hasil pengukuran suhu, kelembaban udara, kecepatan angin dan curah hujan di wilayah Kota Banjarbaru sejak awal Juli, drought code (DC) atau indeks kekeringan dan konsumsi bahan bakar total yang menggambarkan potensi asap menunjukkan angka yang terus meninggi. Setelah sebelumnya sempat tak stabil dari kapasitas rendah sejak 24 Juli, kini mencapai 364,8.
Imbasnya, Fire Weather Index (FWI) atau indeks dari bahaya kebakaran, intensitas api, dan peringkat penanggulangan kebakaran mencapai titik ekstrim. Indeksnya kini mencapai 21,81. Artinya, tingkat intensitas api sangat tinggi, kemungkinan pemadaman yang dilakukan sangat kecil dan harus memerlukan perlatan yang canggih.
"Potensi kebakaran kita itu cukup tinggi kalau dilihat suhunya sekarang, tanaman yang mengering itu sudah menjadi bahan bakar yang siap terbakar kapan saja. Jadi sangat patut untuk diwaspadai," beber Evi.
Asumsinya, kalau pun ada hujan beberapa hari maka suhu meningkat, kadar air berkurang (kelembaban berkurang) ditambah kecepatan angin yang tinggi menambah besarnya risiko kebakaran.niz
Thursday, August 03, 2006
Berkas Aad Belum Beres
Kamis, 03 Agustus 2006 00:18
Banjarmasin, BPost - Berkas kasus dugaan korupsi yang menyeret Bupati Tanah Laut Adriansyah (Aad) belum juga kelar. Untuk yang ketigakalinya, Kejaksaan Tinggi Kalsel mengembalikannya kepada Direktorat Reserse dan Kriminal Polda Kalsel, agar dilengkapi lebih dulu.
"Berkas yang kita kirim beberapa waktu lalu, dikembalikan lagi oleh pihak Kejaksaan Tinggi. Sudah tiga kali berkas dikembalikan. Namun kita terus berupaya melengkapinya. Kalau perlu sampai tujuh kali tetap kita coba untuk melengkapinya," beber Direktur Reskrim Komisaris Besar Guritno Sigit, Rabu (2/8) di Mapolda Kalsel.
Kasi Penkum Kejati Kalsel Djohansyah SH mengatakan, berkas itu terpaksa dikembalikan karena ada materi dakwaan yang perlu disempurnakan oleh penyidik.
"Pokoknya alat bukti dan unsur yang didakwakan perlu diperdalam lagi. Kita ingin nantinya kasus ini sempurna sehingga bisa dinyatakan rampung," ungkap Djohan.
Kuasa hukum Aad, Masdari Tasmin SH mengaku tidak tahu isi petunjuk dari pihak Kejati untuk kelengkapan berkas. "Mungkin tak jauh dari yang dulu yakni alat bukti yang melawan hukum oleh tersangka seperti blangko kosong yang pernah ditandatangani dan pernah digunakan," ungkapnya seraya menambahkan, bahwa kasus ini terkesan dipaksakan.dwi
Banjarmasin, BPost - Berkas kasus dugaan korupsi yang menyeret Bupati Tanah Laut Adriansyah (Aad) belum juga kelar. Untuk yang ketigakalinya, Kejaksaan Tinggi Kalsel mengembalikannya kepada Direktorat Reserse dan Kriminal Polda Kalsel, agar dilengkapi lebih dulu.
"Berkas yang kita kirim beberapa waktu lalu, dikembalikan lagi oleh pihak Kejaksaan Tinggi. Sudah tiga kali berkas dikembalikan. Namun kita terus berupaya melengkapinya. Kalau perlu sampai tujuh kali tetap kita coba untuk melengkapinya," beber Direktur Reskrim Komisaris Besar Guritno Sigit, Rabu (2/8) di Mapolda Kalsel.
Kasi Penkum Kejati Kalsel Djohansyah SH mengatakan, berkas itu terpaksa dikembalikan karena ada materi dakwaan yang perlu disempurnakan oleh penyidik.
"Pokoknya alat bukti dan unsur yang didakwakan perlu diperdalam lagi. Kita ingin nantinya kasus ini sempurna sehingga bisa dinyatakan rampung," ungkap Djohan.
Kuasa hukum Aad, Masdari Tasmin SH mengaku tidak tahu isi petunjuk dari pihak Kejati untuk kelengkapan berkas. "Mungkin tak jauh dari yang dulu yakni alat bukti yang melawan hukum oleh tersangka seperti blangko kosong yang pernah ditandatangani dan pernah digunakan," ungkapnya seraya menambahkan, bahwa kasus ini terkesan dipaksakan.dwi
Wednesday, August 02, 2006
323 Titik Api di Sumsel, di Kalsel Titik Api Bertambah
Rabu, 02 Agustus 2006
Palembang, Kompas - Meski program penanggulangan pembakaran lahan dan hutan digalakkan, ternyata tradisi membakar semak belukar untuk membuka lahan pertanian tetap berlangsung saat ini.
Pemantauan satelit National Oceanic Atmospheric Administration (NOAA) menunjukkan ada 323 titik api di Sumatera Selatan (Sumsel) selama Juli. Beberapa titik ada di hutan konservasi Taman Nasional Sembilang.
Kepala Dinas Kehutanan Sumsel Dodi Supriadi dan Kepala Seksi Penanggulangan Kebakaran Hutan Achmad Taufik di Palembang, Selasa (1/8), mengungkapkan, pembakaran lahan bulan Juli meningkat dibandingkan bulan- bulan sebelumnya. Selama Juni hanya 55 titik api, Mei 28 titik api, dan April 16 titik api.
Titik api pada Juli menyebar di 11 kabupaten dan tiga kota. Titik api itu ada di Kabupaten Muara Enim (67), Musi Banyuasin (53), Musi Rawas (39), Ogan Komering Ilir (32), dan Ogan Ilir (25). Peningkatan jumlah titik api dinilai dalam ambang batas waspada.
"Masuk batas siaga jika muncul 200 titik api dalam sehari. Yang terbanyak baru 58 titik sehari, yaitu 27 Juli," kata Dodi. Beberapa titik api dipadamkan tim dari Dinas Kehutanan dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam.
Dari pemantauan, masyarakat yang hendak membuka lahan pertanian lebak membakar semak belukar dan rerumputan di rawa-rawa kiri kanan jalan lintas timur Sumatera antara Palembang-Indralaya.
Dinas Kehutanan menyiapkan pasukan Manggala Agni—240 orang, tersebar di empat daerah operasi. Dibantu Uni Eropa, 2.340 orang terlatih di 197 desa kini dibina untuk mengatasi kebakaran hutan dan lahan. "Bupati dan wali kota telah menyebar edaran kepada camat dan kepala desa untuk mencegah kebakaran hutan dan lahan sedini mungkin," kata Achmad Taufik.
Menjadi lebih banyak
Sementara itu, Satelit Badan Kelautan dan Cuaca AS mendeteksi 41 titik panas di Kalimantan Selatan awal pekan ini. Jumlah ini dua kali lebih banyak dibanding pekan lalu, 17 titik.
Kepala Dinas Kehutanan Kalsel Sony Partono menyatakan, titik-titik api ada di luar kawasan hutan. Diperkirakan, itu merupakan lahan yang sengaja dibakar untuk perladangan. "Kami harap setiap daerah menyiapkan apel kesiagaan melawan kebakaran hutan dan lahan," kata Sonny.
Citra satelit memotret 15 titik api di Kabupaten Balangan, 12 di Hulu Sungai Selatan, enam di Banjarbaru, dan dua di Tapin.
Kabut asap mulai menyelimuti Kecamatan Gambut, Kabupaten Banjar, dua hari terakhir, terutama pukul 06.00-07.00. Wakil Gubernur Kalimantan Tengah Achmad Diran meminta para bupati memantai kondisi warganya menjelang musim kemarau agar jangan kekurangan beras.
50 ha hutan terbakar
Musim kemarau ini memicu kebakaran di sekitar 50 hektar hutan di kawasan Gunung Ciremai, Kabupaten Kuningan.
Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Kuningan Slamet S Wastra mengatakan, Senin (31/7), kemarau ini mengakibatkan tiga kebakaran di hutan Gunung Ciremai, yaitu di Blok Cirendang, Desa Padabeunghar, Kecamatan Pasawahan. Ia mengatakan, kebakaran melanda daerah berbatu yang ditumbuhi alang-alang. (IAM/FUL/CAS/LSD)
Palembang, Kompas - Meski program penanggulangan pembakaran lahan dan hutan digalakkan, ternyata tradisi membakar semak belukar untuk membuka lahan pertanian tetap berlangsung saat ini.
Pemantauan satelit National Oceanic Atmospheric Administration (NOAA) menunjukkan ada 323 titik api di Sumatera Selatan (Sumsel) selama Juli. Beberapa titik ada di hutan konservasi Taman Nasional Sembilang.
Kepala Dinas Kehutanan Sumsel Dodi Supriadi dan Kepala Seksi Penanggulangan Kebakaran Hutan Achmad Taufik di Palembang, Selasa (1/8), mengungkapkan, pembakaran lahan bulan Juli meningkat dibandingkan bulan- bulan sebelumnya. Selama Juni hanya 55 titik api, Mei 28 titik api, dan April 16 titik api.
Titik api pada Juli menyebar di 11 kabupaten dan tiga kota. Titik api itu ada di Kabupaten Muara Enim (67), Musi Banyuasin (53), Musi Rawas (39), Ogan Komering Ilir (32), dan Ogan Ilir (25). Peningkatan jumlah titik api dinilai dalam ambang batas waspada.
"Masuk batas siaga jika muncul 200 titik api dalam sehari. Yang terbanyak baru 58 titik sehari, yaitu 27 Juli," kata Dodi. Beberapa titik api dipadamkan tim dari Dinas Kehutanan dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam.
Dari pemantauan, masyarakat yang hendak membuka lahan pertanian lebak membakar semak belukar dan rerumputan di rawa-rawa kiri kanan jalan lintas timur Sumatera antara Palembang-Indralaya.
Dinas Kehutanan menyiapkan pasukan Manggala Agni—240 orang, tersebar di empat daerah operasi. Dibantu Uni Eropa, 2.340 orang terlatih di 197 desa kini dibina untuk mengatasi kebakaran hutan dan lahan. "Bupati dan wali kota telah menyebar edaran kepada camat dan kepala desa untuk mencegah kebakaran hutan dan lahan sedini mungkin," kata Achmad Taufik.
Menjadi lebih banyak
Sementara itu, Satelit Badan Kelautan dan Cuaca AS mendeteksi 41 titik panas di Kalimantan Selatan awal pekan ini. Jumlah ini dua kali lebih banyak dibanding pekan lalu, 17 titik.
Kepala Dinas Kehutanan Kalsel Sony Partono menyatakan, titik-titik api ada di luar kawasan hutan. Diperkirakan, itu merupakan lahan yang sengaja dibakar untuk perladangan. "Kami harap setiap daerah menyiapkan apel kesiagaan melawan kebakaran hutan dan lahan," kata Sonny.
Citra satelit memotret 15 titik api di Kabupaten Balangan, 12 di Hulu Sungai Selatan, enam di Banjarbaru, dan dua di Tapin.
Kabut asap mulai menyelimuti Kecamatan Gambut, Kabupaten Banjar, dua hari terakhir, terutama pukul 06.00-07.00. Wakil Gubernur Kalimantan Tengah Achmad Diran meminta para bupati memantai kondisi warganya menjelang musim kemarau agar jangan kekurangan beras.
50 ha hutan terbakar
Musim kemarau ini memicu kebakaran di sekitar 50 hektar hutan di kawasan Gunung Ciremai, Kabupaten Kuningan.
Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Kuningan Slamet S Wastra mengatakan, Senin (31/7), kemarau ini mengakibatkan tiga kebakaran di hutan Gunung Ciremai, yaitu di Blok Cirendang, Desa Padabeunghar, Kecamatan Pasawahan. Ia mengatakan, kebakaran melanda daerah berbatu yang ditumbuhi alang-alang. (IAM/FUL/CAS/LSD)
Titik Api Terus Bertambah
Rabu, 02 Agustus 2006 01:38:38
Banjarmasin, BPost - Musim kemarau telah tiba. Kebakaran hutan dan lahan mengancam. Titip api (hot spot) bermunculan. "Beberapa hari ini tidak ada hujan sehingga memicu munculnya titik api. Seminggu lalu, jumlahnya hanya enam titik dan sekarang sudah mencapai 17 titik.
Tidak menutup kemungkinan jumlah tersebut bakal terus bertambah seiring dengan cuaca panas yang terus terjadi," ujar Kepala Dinas Kehutanan Kalsel Sonny Partono.
Daerah-daerah yang termasuk rawan kebakaran menurut Sony antara lain, Balangan ada empat kawasan, Tabalong (tiga kawasan), Hulu Sungai Utara (dua kawasan), Hulu Sungai Selatan (tiga kawasan), Banjarbaru (dua kawasan), Batola, Banjar dan Banjarmasin masing-masing satu kawasan.
Titik api tersebut mayoritas berada di luar kawasan kehutanan, yakni di wilayah lahan gambut atau persawahan. Meski begitu, tidak menutup kemungkinan, bakal merembet ke wilayah lain termasuk di dalamnya adalah kawasan hutan. Sebab, lokasinya tidak jauh dari kawasan tersebut.
Sedangkan titik api yang berada di kawasan hutan, terang Sonny, hanya ada di satu wilayah yakni di Kabupaten Tabalong, di daerah Muara Unya. Karena kawasan hutannya selain luas juga banyak yang mulai gersang.
Masih menurut Sony, untuk mengantisipasi terjadinya musibah kebakaran lahan tersebut pihaknya sudah menginstruksikan kepada semua daerah untuk terus meningkatkan kewaspadaan terhadap bahaya tersebut dengan menyiapkan peralatan pemadam kebakaran yang mampu menembus lahan gambut. Karena dengan peralatan tersebut, dipastikan mempermudah melaksanakan aksi tanggap darurat tersebut.
Karena, munculnya kebakaran hutan itu akibat ulah manusia yang membakar lahan gambut untuk membuka ladang atau yang lain. Karena kalau kebakaran itu terjadi gesekan antarpohon menimbulkan api, kemungkinannya sangat kecil.coi
Banjarmasin, BPost - Musim kemarau telah tiba. Kebakaran hutan dan lahan mengancam. Titip api (hot spot) bermunculan. "Beberapa hari ini tidak ada hujan sehingga memicu munculnya titik api. Seminggu lalu, jumlahnya hanya enam titik dan sekarang sudah mencapai 17 titik.
Tidak menutup kemungkinan jumlah tersebut bakal terus bertambah seiring dengan cuaca panas yang terus terjadi," ujar Kepala Dinas Kehutanan Kalsel Sonny Partono.
Daerah-daerah yang termasuk rawan kebakaran menurut Sony antara lain, Balangan ada empat kawasan, Tabalong (tiga kawasan), Hulu Sungai Utara (dua kawasan), Hulu Sungai Selatan (tiga kawasan), Banjarbaru (dua kawasan), Batola, Banjar dan Banjarmasin masing-masing satu kawasan.
Titik api tersebut mayoritas berada di luar kawasan kehutanan, yakni di wilayah lahan gambut atau persawahan. Meski begitu, tidak menutup kemungkinan, bakal merembet ke wilayah lain termasuk di dalamnya adalah kawasan hutan. Sebab, lokasinya tidak jauh dari kawasan tersebut.
Sedangkan titik api yang berada di kawasan hutan, terang Sonny, hanya ada di satu wilayah yakni di Kabupaten Tabalong, di daerah Muara Unya. Karena kawasan hutannya selain luas juga banyak yang mulai gersang.
Masih menurut Sony, untuk mengantisipasi terjadinya musibah kebakaran lahan tersebut pihaknya sudah menginstruksikan kepada semua daerah untuk terus meningkatkan kewaspadaan terhadap bahaya tersebut dengan menyiapkan peralatan pemadam kebakaran yang mampu menembus lahan gambut. Karena dengan peralatan tersebut, dipastikan mempermudah melaksanakan aksi tanggap darurat tersebut.
Karena, munculnya kebakaran hutan itu akibat ulah manusia yang membakar lahan gambut untuk membuka ladang atau yang lain. Karena kalau kebakaran itu terjadi gesekan antarpohon menimbulkan api, kemungkinannya sangat kecil.coi
Tuesday, August 01, 2006
Ditemukan 17 Titik Api
Radar Banjarmasin
Selasa, 1 Agustus 2006
Hutan Kalsel Masih Rawan Kebakaran
BANJARMASIN - Seperti biasanya, memasuki musim wilayah Kalsel selalu rentan dengan musibah kebakaran hutan. Begitu pula untuk tahun ini, pada beberapa kawasan di Kalsel sudah ditemukan titik api yang menjadi pangkal penyebab kebakaran hutan.
Dari data Dinas Kehutanan Kalsel, sampai saat ini jumlah titik api yang terdapat di beberapa daerah di Kalsel itu berjumlah 17 buah. Yakni di Kabupaten Balangan 4 buah titik api, Kabupaten Tabalong 3 buah titik api, Kabupaten HSU 2 buah titik api, Kabupaten HSS 4 buah titik api, Banjarbaru terdapat 1 buah titi api, serta di kawasan Kabupaten Banjar dan Kota Banjarmasin sudah ditemukan masing-masing 1 buah titik api. Dari 17 buah titik api itu, hanya 1 buah titik api yang ditemukan di dalam kawasan hutan, yakni di Kabupaten Tabalong, tepatnya di Kecamatan Muarauya.
Menurut Kepala Dinas Kehutanan Kalsel, Sony Partono, peningkatan titik api ini dari hari ke hari terlihat semakin meningkat. Bila dilihat dari koordinatnya, sebagian besar atau hampir 90 persen titik api itu berada di daerah luar kawasan hutan, sedangkan titik api lainnya berada di lahan-lahan non kawasan hutan. "Karena itu, untuk menghindari semakin banyak titik api, hal seperti ini yang perlu kita sosialisasikan terhadap pembakaran yang ada di luar kawasan hutan itu," ujarnya, kemarin.
Untuk mengantisipasi kebakaran hutan, lanjutnya, saat ini di Kalsel sudah dibentuk satuan pengendali kebakaran hutan bernama Manggala Agni, yang didanai dari Dephut dan dikelolakan pada Unit Pengelola Teknis Dishut. "Saat ini sudah ada kendaraan seperti mobil pemadam kebakaran yang dilengkapi dengan bak penampung air, dengan kapasitasnya sekitar 3 sampai 4 ribu liter. Sedangkan kelebihan dari mobil ini adalah bisa masuk ke dalam kawasan gambut," katanya.
Kemudian, paparnya, saat ini juga sedang diusulkan mekanisme pemadaman kebakaran hutan yang nantinya menggunakan sistem pompa. Jadi memerlukan slang yang lumayan panjang serta memerlukan sumber air. "Nah, mungkin masalahnya di situ. Tapi kalau kawasannya dekat dengan sungai, tentu menjadi lebih mudah. Dan kami sudah mengimbau kepada beberapa kabupaten agar mengadakan apel siaga, dalam rangka mengantisipasi pengendalian kebakaran hutan," ujarnya.
Mengantisipasi kebakaran hutan ini, lanjut Sony, Presiden Susilo Bambang Yudoyono sudah mengintruksikan kepada seluruh kepala daerah untuk mengimbau agar jangan melakukan pembakaran. "Hal ini dikarenakan memang sering ditemukan hal seperti itu. Jadi sudah 3 kali Presiden menyampaikan hal ini, dan ini perlu kita antisipasi bersama dan terpadu," ujarnya.(gsr)
Selasa, 1 Agustus 2006
Hutan Kalsel Masih Rawan Kebakaran
BANJARMASIN - Seperti biasanya, memasuki musim wilayah Kalsel selalu rentan dengan musibah kebakaran hutan. Begitu pula untuk tahun ini, pada beberapa kawasan di Kalsel sudah ditemukan titik api yang menjadi pangkal penyebab kebakaran hutan.
Dari data Dinas Kehutanan Kalsel, sampai saat ini jumlah titik api yang terdapat di beberapa daerah di Kalsel itu berjumlah 17 buah. Yakni di Kabupaten Balangan 4 buah titik api, Kabupaten Tabalong 3 buah titik api, Kabupaten HSU 2 buah titik api, Kabupaten HSS 4 buah titik api, Banjarbaru terdapat 1 buah titi api, serta di kawasan Kabupaten Banjar dan Kota Banjarmasin sudah ditemukan masing-masing 1 buah titik api. Dari 17 buah titik api itu, hanya 1 buah titik api yang ditemukan di dalam kawasan hutan, yakni di Kabupaten Tabalong, tepatnya di Kecamatan Muarauya.
Menurut Kepala Dinas Kehutanan Kalsel, Sony Partono, peningkatan titik api ini dari hari ke hari terlihat semakin meningkat. Bila dilihat dari koordinatnya, sebagian besar atau hampir 90 persen titik api itu berada di daerah luar kawasan hutan, sedangkan titik api lainnya berada di lahan-lahan non kawasan hutan. "Karena itu, untuk menghindari semakin banyak titik api, hal seperti ini yang perlu kita sosialisasikan terhadap pembakaran yang ada di luar kawasan hutan itu," ujarnya, kemarin.
Untuk mengantisipasi kebakaran hutan, lanjutnya, saat ini di Kalsel sudah dibentuk satuan pengendali kebakaran hutan bernama Manggala Agni, yang didanai dari Dephut dan dikelolakan pada Unit Pengelola Teknis Dishut. "Saat ini sudah ada kendaraan seperti mobil pemadam kebakaran yang dilengkapi dengan bak penampung air, dengan kapasitasnya sekitar 3 sampai 4 ribu liter. Sedangkan kelebihan dari mobil ini adalah bisa masuk ke dalam kawasan gambut," katanya.
Kemudian, paparnya, saat ini juga sedang diusulkan mekanisme pemadaman kebakaran hutan yang nantinya menggunakan sistem pompa. Jadi memerlukan slang yang lumayan panjang serta memerlukan sumber air. "Nah, mungkin masalahnya di situ. Tapi kalau kawasannya dekat dengan sungai, tentu menjadi lebih mudah. Dan kami sudah mengimbau kepada beberapa kabupaten agar mengadakan apel siaga, dalam rangka mengantisipasi pengendalian kebakaran hutan," ujarnya.
Mengantisipasi kebakaran hutan ini, lanjut Sony, Presiden Susilo Bambang Yudoyono sudah mengintruksikan kepada seluruh kepala daerah untuk mengimbau agar jangan melakukan pembakaran. "Hal ini dikarenakan memang sering ditemukan hal seperti itu. Jadi sudah 3 kali Presiden menyampaikan hal ini, dan ini perlu kita antisipasi bersama dan terpadu," ujarnya.(gsr)
Subscribe to:
Posts (Atom)