Tuesday, August 08, 2006

Deteksi Bahaya Kabut Asap

Selasa, 08 Agustus 2006 01:13:37

Banjarbaru, BPost - Tindakan antisipasi terhadap kabut asap di musim kemarau mulai dilakukan. Selain mewaspadai titik api (hot spot), bahaya asap pada kesehatan manusia pun mulai dideteksi.

Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular (BTKL PPM) Banjarbaru akan menggelar pengukuran terhadap udara di Kalsel.

Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) yang merupakan konversi terhadap kadar PM 10, SO2, CO2 (karbondioksida), O3 (ozon) dan NO2 (Nitrogen dioksida) untuk mendeteksi dini demi menentukan langkah penanggulangan selanjutnya, sehingga dampak kabut asap tidak sampai mencapai titik kritis pada kesehatan manusia.

"Sekarang kita tengah mempersiapkan alat dan sumber dayanya, termasuk koordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi di wilayah kerja di Kalseltengtim," tandas Kepala BTKL Banjarbaru I Ketut Winasa BSc SKM, Senin (7/8) siang.

Mengapa pengukuran kabut asap dipersiapkan sekarang? Ketut menjelaskan, ini untuk antisipasi agar kabut asap tak berdampak buruk pada kesehatan masyarakat. Jadi, lanjutnya, jika kabut asap datang, langsung diukur sehingga dapat diketahui tingkat bahayanya sehingga dapat ditindaklanjuti oleh instansi terkait juga masyarakat luas.

Tindakan dini ini diambil setelah melihat kondisi di Kalbar standar ISPU nya telah meninggi. Dimungkinkan hal yang sama terjadi di Kalsel dan Kalteng, mengingat struktur tanah dan tipikal alamnya tak berbeda jauh.

Grafik fire danger rating system (FDRS) atau sistem peningkatan bahaya kebakaran yang tertangkap Stasiun Klimatologi Kelas I Badan Meteorologi dan Geofisika di Banjarbaru cenderung meninggi sejak minggu keempat Juli tadi hingga awal Agustus ini.

Tahun ini, alat yang terdiri pengukur partikuler 10 mikron (PM 10) dan Asessment Polutan Monitoring (APM) akan dipasang di Kertak Hanyar.

Di Kecamatan tersebut direncanakan dilakukan 12 periode pemantauan, selama 24 jam peralatan menangkap lalu lintas partikel udara akibat asap. Data yang dihasilkan mampu menggambarkan perkembangan kondisi ISPU di lokasi pemantauan. niz

No comments: