Radar Banjarmasin, Selasa, 27 Juli 2010
Satu Keluarga di Satui Belum Ditemukan
PELAIHARI - Tidak ada tampak wajah cemas diperlihatkan Rusmiah, warga RT 9 Dusun dua Sungai Tabuk Desa Asam-Asam Kecamatan Jorong, ketika menceritakan saat-saat air dari sungai Asam–Asam meluap pada Jumat (23/7) malam sekitar pukul 23.00 Wita. Air kemudian merendam hampir seluruh rumah di dusun tersebut.
“Banjir ini sering terjadi saat musim penghujan,” ujar nya kepada Radar Banjarmasin saat ditemui di depan rumahnya pada Senin (26/7).
Dijelaskannya, Banjir yang terjadi disini sudah menjadi langganan. Dusun yang masyarakatnya bermata pencaharian sebagai pembuat atap daun dari pohon nipah ini, posisinya memang paling rendah dibanding.
“Disini Pendahuluan (awal-red) Banjir dan Pendudian (terakhir –Red) surut,” ungkapnya.
Dirinya bersama orang tua dan anak-anaknya, satu keluarga yang terdiri dari 8 jiwa ini, hanya merasa kekurangan bantuan bahan makanan. Pasalnya, sejak kejadian banjir yang merendam rumahnya lebih dari tiga hari ini, suaminya dan anak-anaknya tidak dapat bekerja.
“Bantuan mie instan dan satu kaleng sarden itu masih kurang,” terangnya.
Rusmiah menambahkan, untuk bisa memasak dirinya membuat dapur dadakan di depan lantai dua teras rumahnya. Karena itu, ia merasa beruntung bisa membangun rumah bertingkat, sehingga saat banjir datang dapat menyelamatkan harta benda.
“Rata-rata rumah disini beloteng (rumah bertingkat-Red),” jelasnya.
Menurut Rusmiah, setelah banjir ini surut, hal yang utama dilakukannya adalah membersihkan lantai rumah dan dinding rumah yang terkena air pada saat banjir, karena air yang keruh itu menyebabkan dinding rumah dan lantai rumah tertinggal noda, sehingga dipastikan hal tersebut sangat membutuhkan waktu yang lama.
“Saya dan keluarga secara bersama-sama membersihkan,” tegasnya.
Pada kesempatan itu juga, nasib berbeda yang dialami Dufrani 37 tahun yang tetangga dari Rusmiah, karena saat banjir datang ditengah kegelapan semua keluarga Dufrani sedang terlelap tidur, sehingga televisi ukuran 21 inchi dan kasur miliknya terendam air.
“Kejadian ini tengah malam, jadi tidak dapat berbuat banyak menyelematkan barang,” ujarnya.
Dufrani menambahkan, banjir yang terjadi ini memang tidak ada tanda-tanda seperti kejadian banjir pada sebelumnnya. Namun banjir ini dianggap belum terlalu parah. Karena pada 2006 yang lalu, air mencapai lebih dari 4 meter.
“Yang sekarang ini mencapai sekitar 2 sampai 3 meter saja,” ungkapnya.
Menurut Dufrani, disaat banjir seperti ini, pihaknya hanya mengawasi kegiatan anaknya yang berjumlah tiga orang yang masih kecil disaat bermain dengan air, karena dirinya takut bila terjadi hal-hal yang tidak di inginkan menimpa anaknya.
“Hanya satu orang yang bisa berenang,” terangnya.
Salah satu anak Dufrani adalah M Zildi, 8 tahun, siswa kelas dua SD ini masih harus bersekolah di SDN Asam-Asam 2 meski rumahnya kebanjiran. Kecuali pada hari Sabtu (24/7) lalu, ketika air sedang tinggi-tingginya, Zildi tidak masuk sekolah.
Supanya putranya tetap bersekolah dan tidak kebasahan, Dufrani pun rela menggendong Zildi disaat mau berangkat dan sepulang dari sekolah. Ia melewati genangan air dari rumahnya sampai ke tempat yang kering.
“Untuk masuk dan keluar rumah saya gendong,” ujar Dufrani yang pernah mengevakuasi korban tenggelam yang terjadi beberapa waktu lalu di Sungai Asam-Asam ini.
Sementara itu, berdasarkan informasi yang berhasil di himpun koran ini, sejumlah bantuan yang diberikan oleh Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan Sosial Tala untuk para korban Banjir di beberapa desa adalah sebanyak 20 sak beras (856 kg), 36 dus mie instan (1440 bungkus), dan sarden sebanyak 800 kaleng. Hal ini terungkap saat Bupati Tala Drs H Adriansyah melakukan kunjungan ke lokasi bencana di beberapa desa di kecamatan Jorong dan Kintap pada Minggu (25/7)
Namun tidak itu saja, bantuan juga berdatangan dari beberapa perusahaan yang diantaranya PT Arutmin Indonesia, PT JBG, Makin Group, PT Indoraya Everlatex, PT Kintap Jaya Wattindo, CV Daya Wiratama, CV Bintang Mulia Bara, dan PT GMK serta dari perseorangan.
Satui Surut, Giliran Lasung Banjir
Banjir di Kecamatan Satui, berangsur surut. Debit air mulai berkurang. Warga yang berada di tempat pengungsian mulai kembali ke rumah masing-masing.
“Sejak pagi, sebagian warga sudah mulai kembali ke rumah,” ujar Akhyar, salah satu warga Desa Sungai Danau Kecamatan Satui, kemarin.
Ketinggian air di bantaran sungai satui juga sudah berkurang. Bila sebelumnya ketinggian air sampai mencapai atap rumah warga, kemarin tinggal sepinggang orang dewasa saja. Bantuan untuk korban banjirpun mulai dibagi-bagikan.
“Alhamdulillah kami sudah bisa terima bantuan,” cerita Akhyar.
Jumlah korban akibat banjir di Kecamatan Satui mencapai 3198 KK dengan 9066 jiwa yang bermukim di 7 desa. Antara lain, di Desa Sungai Danau (13 RT) ada 1281 KK dengan 3849 jiwa, Desa Satui Barat (3 RT) ada 124 KK dengan 493 jiwa, Desa Bukit Baru (6 RT) ada 81 KK dengan 330 jiwa, Desa Sinar Bulan (10 RT) ada 1332 KK dengan 3019 jiwa, Desa Jombang (3 RT) ada 66 KK dengan 251 jiwa, Desa Sekapuk (6 RT) ada 95 KK dengan 404 jiwa dan Desa Satui Timur (4 RT) ada 219 KK dengan 720 jiwa.
Sementara itu, hingga kemarin sore, satu keluarga yang diduga kuat terseret masuk ke dalam lubang galian tambang milik PT DPC belum juga ditemukan. Meski begitu, pencarian terus dilakukan oleh puluhan personel gabungan dengan menggunakan speed boat dan perahu karet. Satu keluarga itu diketahui bersama Safrudin (36) dan 3 anaknya, Fitri (15), Tinah (14) dan Andre (8). Petugas juga menyisiri pinggiran sungai satui untuk mencari korban lain yang kemungkinan masih ada.
Banjir juga melanda Kecamatan Kusan Hulu (Lasung). Ribuan rumah yang berada di 11 desa sejak Sabtu (25/7), pekan tadi, terendam banjir. Ketinggian airnya ada yang sudah mencapai atap rumah. Akibat banjir tersebut, menyebabkan ratusan KK mengungsi di tempat yang aman.
Sebanyak 11 desa yang mengalami banjir akibat luapan sungai kusan tersebut diantaranya Desa Hatiif, Darasan Binjai, Mangkal Api, Tapus, Guntung, Tibarau Panjang, Pacakan, Binawarak, Bekarangan, Anjir baru, Manuntung, Sungai Rukam, dan Lasung. Daerah terparah berada di Desa Hatiif yang dihuni sekitar 75 KK, karena lokasinya berada di bantaran sungai kusan.
Sejauh ini, belum ada informasi yang menyebut ada korban jiwa dari musibah banjir di Kecamatan Kusan Hulu. Begitu juga kerugian yang diderita oleh warga.
Sementara itu, hingga kemarin sore, bantuan untuk korban banjir belum juga diterima oleh masyarakat. Hal itu diakui oleh istri Kepala Desa Lasung Susi Widawati (31). Menurutnya, sejak banjir melanda Kecamatan Kusan Hulu, tidak ada bantuan yang datang. Untuk bertahan hidup, masyarakat makan seadanya.
“Kami berharap bantuan segera datang, karena sangat dibutuhkan oleh masyarakat,” katanya, via telpon, kemarin.
Menurutnya, luapan air sungai kusan terus bergerak menenggelamkan tanaman padi. Padahal, usinya tanaman padinya baru seumur jagung.
“Banjir tahun ini lebih parah dibandingkan tahun lalu,” jelasnya.
Terpisah, Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Akhmad Riduan, mengakui, bantuan untuk korban banjir memang belum dibagikan, karena pihaknya sibuk mengurusi korban banjir di Kecamatan Satui. Selain itu, personel yang dimiliki juga sangat terbatas. Meskipun banjir di Kecamatan Kusan Hulu sudah terjadi sejak 3 hari yang lalu.
Untuk membantu meringankan penderitaan korban banjir, Pemkab Tanbu akan menyalurkan bantuan beras sebanyak 18 ton di Kecamatan Kusan Hulu. Sementara itu, bantuan yang sama juga diberikan di Kecamatan Satui sebanyak 20 ton beras.
“Secepatnya bantuan akan kami berikan. Paling lambat malam ini (kemarin) sudah sampai di masyarakat,” jelasnya, via telpon. (ard/kry)
No comments:
Post a Comment