Radar Banjarmasin, Senin, 26 Juli 2010
Satui, Jorong dan Kintap Masih Tergenang
SUNGAI DANAU – Banjir yang merendam wilayah Kecamatan Satui Kabupaten Tanah Bumbu sejak Jumat (23/7) malam, kemarin (25/7) memang sudah mulai surut. Kedalaman banjir yang semula mencapai 3 meter, sekarang sudah tinggal separonya. Beberapa ruas jalan Negara yang sempat terputus, kemarin juga sudah tidak digenangi air lagi.
Namun, banjir masih menyisakan kesedihan bagi sekitar 9.066 jiwa korban Banjir yang tersebar di tujuh desa di Kecamatan Satui. Apalagi banjir kali ini, mengakibatkan jatuhnya korban jiwa. Hingga kemarin sore, korban tewas yang ditemukan akibat terseret arus banjir menjadi tiga orang, yakni Galuh (30) warga Desa Sungai Loban RT 1 dan
Beni (50) yang ditemukan Jumat (24/7), serta Darwanto (35) warga Desa Jombang yang ditemukan tim basarnas di sekitar jembatan simpur, kemarin siang, sekitar pukul 11.20 Wita.
Sedangkan, nama Jufri (75) yang dalam berita sebelumnya ditemukan tewas karena tenggelam, ternyata lelaki tua yang dikenal oleh warga sebagai seorang musafir ini meninggal di masjid karena sakit, bukan karena banjir.
Selain itu, empat warga Desa Sungai Loban dilaporkan hilang. Mereka adalah Safrudin (36), Fitri (15), Tinah (14) dan Andre (8). Mereka adalah satu keluarga, ayah dan tiga anaknya. Sedangkan ibu mereka Galuh (30) sudah ditemukan Jumat malam. Dari keluarga ini, menurut informasi yang berhasil dihimpun Radar Banjarmasin, hanya Tini (14) tahun yang berhasil selamat. Namun posisi jelasnya juga belum diketahui. Informasinya, Tini ditampung di rumah keluarganya.
Pencarian pun terus dilakukan terhadap korban banjir. Sejumlah perahu karet dan speed boat, dikerahkan untuk menyusuri alur Sungai Kusan. Pencarian juga dilakukan di lokasi tambang yang posisinya berdekatan dengan bantaran Sungai Satui.
Pasalnya, menurut keterangan dari sejumlah warga, pada Jumat malam, sekitar habis Magrib. Keluarga Safrudin, terdiri dari ayah, ibu dan empat orang anak yang tinggal di bantaran sungai, berencana untuk mengungsi dengan menggunakan kelotok.
Pada saat keluarga ini sudah siap untuk mengungsi, tiba-tiba tanggul tambang yang berada di pinggir Sungai Kusan jebol. Sementara rumah keluarga Safrudin juga tidak jauh posisinya dari tanggul tersebut. Akibatnya, air sungai yang tadinya dalam, tiba-tiba mengalir dengan deras ke dalam lubang tambang yang memiliki kedalaman sekitar 50 meter. Diduga, keluarga Safrudin tersedot arus deras yang mengalir kearah lubang tambang tersebut. Termasuk perahu dan rumah mereka.
“Air sungai yang tadinya dalam, tiba-tiba surut, sampai akhirnya lubang tambang itu penuh,” ujar seorang warga menuturkan kepada Radar Banjarmasin.
Sementara itu, dari posko induk Banjir di Kecamatan Satui. Diketahui data korban banjir sebagaimana grafis. Meski banjir berangsur surut. Namun warga masih sangat mengharapkan bantuan.
Salah satu desa yang belum terjangkau bantuan adalah Desa Jombang. Pasalnya, akses menuju ke Desa Jombang, terputus. Ratusan rumah terendam. Pun begitu, warganya memilih tetap bertahan, karena tidak bisa kemana-mana.
Sejumlah warga yang berada di lokasi banjir menyesalkan masih banyak bantuan yang belum diterima oleh warga. “Bagaimana dengan nasib kami, sudah jatuh tertimpa musibah, bantuanpun belum ada. Kami berharap donator bisa membantu kami,” ujar Amir, salah satu Desa Sinar Bulan RT 1 Kecamatan Satui.
Dia mengaku bertahan di rumah bersama warga lain, karena khawatir akan mengalami musibah lain lagi. Yakni kemalingan. Menurutnya, sejak musibah banjir terjadi sudah banyak warganya yang kehilangan barang di rumah.
Ayah dua ini sangat menyayangkan minimnya bantuan yang diberikan oleh para donator. Khususnya, perusahaan batubara yang melakukan aktivitas pertambangan di Kecamatan Satui.
“Mereka kan melakukan aktivitas di wilayah Kecamatan Satui, kalau ada warga yang mengalami musibah seharusnya bisa cepat tanggap. Toh ada kemungkinan musibah banjir ini juga disebabkan karena dampak pertambangan batubara,” terangnya.
Berdasarkan penelusuran Radar Banjarmasin, bantuan untuk korban banjir yang diterima posko induk di Kantor Koramil Satui memang masih minim. Bahkan, menurut keterangan petugas di posko tersebut, bantuan tidak langsung didistribusikan kepada korban di lokasi banjir, melainkan hanya diserahkan ke dapur umum dan selanjutnya dibagi-bagikan kepada korban banjir di tempat-tempat pengungsian, seperti Masjid Agung Satui, Kantor Desa Sungai Danau dan Gor Satui Timur.
“Kalau langsung didistribusikan kepada korban banjir tidak mencukupi,” jelas Fuad, bendahara satgas di posko induk korban banjir, kemarin.
Kasi Pemerintahan Kecamatan Satui ini menambahkan, pihaknya masih membutuhkan bantuan yang sangat banyak untuk memenuhi kebutuhan korban banjir.
“Lebih cepat akan lebih baik,” katanya.
Lantas bagaimana kepedulian dari pengusaha tambang yang selama ini mengeruk kekayaan dari perut bumi Kecamatan Satui. Dari data Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Tanbu, terdapat belasan perusahaan tambang batubara di wilayah Kecamatan Satui. Sementara bantuan yang diterimakan oleh posko induk hingga pukul 14.00 Wita kemarin, baru ada delapan perusahaan batubara yang menyerahkan bantuan. Itupun, bantuan yang diberikan tidak dalam jumlah banyak.
Perusahaan yang dimaksud adalah PT Wahana Batarama Mining berupa air mineral 28 dus, mis instan 24 dus, PT BJM (Binuang Jaya Mulia) beras 2 sak isi 25 kg, 12 dus mie instan. CV Berkah Anugerah Abadi mie instan 50 dus, PT Arutmin Indonesia Tambang Satui air mineral 100 dus, teh kotak, kacang kulit 2 bungkus. Bantuan juga diberikan oleh salah satu perusahaan batubara terbesar di Kalsel ini langsung kepada korban di lokasi banjir. Kemudian, PT Baskana garam satu dus, kopi moka 2 dus, gula 35 kg, ajinomoto 1 pak.
Koperasi Mutiara bersama kelompoknya susu enak 10 dus, indomie 25 dus. PT ABC beras 3,5 ton, gula pasir 30 dus, minyak goreng 75 kg, telor 50 rak, indomie 50 dus. Selanjutnya, PT Leighton mie instan 5 dus, air mineral 30 dus, gula 50 kg, beras 22 sak.
Jorong-Kintap Banjir
Sementara itu, hujan deras yang menyelimuti wilayah Tanah Laut yang berbatasan dengan Kabupaten Tanah Bumbu, juga mengakibatkan beberapa desa di Kecamatan Kintap dan Kecamatan Jorong mengalami kebanjiran.
Dimana untuk kecamatan Kintap terdapat 4 desa yang mengalami banjir diantaranya, Desa Kintap Kecil, Kintapura, Pasir Putih dan Kintap Lama.
“Ada 711 Kepala Keluarga atau 2464 jiwa yang mengungsi,” ujar Koordinator Posko Penanggulangan Bencana Kecamatan Kintap Zainal Ariffin.
Dijelaskannya, para pengungsi ini untuk sementara berada di tempat-tempat rumah keluarga atau rumah tetangga yang terletak pada dataran tinggi dari tempat banjir, dan untuk sekaraang ini banyak juga masyarakat kembali ke rumah masing-masing, karena air mulai surut.
Sementara itu, tidak hanya beberapa desa di Kecamatan Kintap saja, namun ada dua desa di Kecamatan Jorong yang mengalami hal serupa, desa tersebut diantaranya Desa Asam- Asam dan Desa Simpang Empat Sungai Baru.
“Ada ratusan rumah yang terendam,” ujar Kepala Desa Simpang Empat Sungai Baru H Diris kepada Koran ini.
Dijelaskannya, banjir yang cukup parah terletak di RT 8 Kelapa Tani desa Simpang Empat Sungai Baru dan juga ratusan rumah terendam di desa Asam-Asam yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian membuat atap daun (daun nipah).
“Dua wilayah tersebut berdekatan dengan bantaran sungai,” ungkapnya.
Diris menambahkan, sejumlah bantuan memang sudah diterima di Posko Bantuan. Diantarnya dari PT Arutmin, PT JBG, PT WK dan intansi dari Pemkab, namun juga ada bantuan dari perorangan.
“Bupati Adriansyah tadi sore sudah meninjau lokasi bencana,” ucapnya.
Menurut Diris, untuk sekarang ini debit air yang terletak dilokasi bencana belum terlihat adanya penurunan, karena untuk wilayah kedua desa tersebut selalu diselimuti hujan deras, tentu saja ini membuat air terus bertahan. “Air masih bertahan,” tegasnya. (kry/ard)
No comments:
Post a Comment