Jumat, 29-08-2008 | 01:00:31
BANJIR - Banjir yang melanda sejumlah wilayah di Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu tak hanya merusak ratusan rumah, namun juga merendam belasan hektare tambak udang rakyat, dan puluhan hektare lahan pertanian. Sejumlah kalangan menilai, bencana ini akibat kerusakan lingkungan oleh aktivitas pertambangan.
Revitalisasi DAS
Hamdani Fauzi SHut
Dosen Fakultas Kehutanan Unlam
Memang cukup ironi, beberapa daerah di Jawa mengalami kekeringan, di Tanah Laut justru terjadi Banjir. Bisa dikatakan cuaca yang terjadi tak menentukan dan ini sebagai akibat adanya pemanasan global.
Terkait musibah banjir di Tanah Laut dan Tanah Bumbu, menunjukkan bekas penambangan dan eksploitasi sumber daya alam (SDA) sangat merugikan.
Salah satunya memicu degradasi lahan yang menyebabkan limpasan permukaan relatif tidak terkendali, sehingga berpotensi menjadikannya sebagai air kiriman pada daerah di bawahnya.
Kondisi itulah yang menyebabkan banjir di kawasan pemukiman maupun lahan pertanian. Walau hujan turun hanya beberapa hari, namun banjir tak bisa dihindari akibat kurangnya kawasan resapan air.
Untuk itu, lakukan revitalisasi Daerah Aliran Sungai (DAS) dengan pendekatan one water one management. Selain itu pertahankan daerah buffer sebagai penyangga fungsi ekologis dan hidrologis.
Lakukan pembangunan hutan dengan pendekatan forest ecosystem management. (mia)
Jangan Abaikan Pengelolaan Lingkungan
Drs Akhmad Rifani MSi
Pengamat Lingkungan
Suatu daerah sebenarnya punya hak melaksanakan pembangunan, termasuk dalam pengelolaan sumber daya alamnya. Namun kenyataannya masih banyak kepala daerah yang kurang bijak dalam mengelola kekayaan alamnya, seperti batu bara dan hasil hutan.
Terbukti banyaknya bencana alam yang terjadi karena ulah manusia sendiri dan bukan semata-mata fenomena alam. Salah satunya banjir di Tanah Laut dan Tanah Bumbu.
Sudah saatnya pemerintah daerah lebih selektif dalam memberi perizinan bagi perusahaan tambang dan perkebunan. Jangan abaikan pengelolaan lingkungan hanya untuk mendapatkan keuntungan sesaat.
Jika kita mampu mengelola dan memanfaatkan SDA dengan cerdas, tentu bisa memberikan kesejahteraan bagi masyarakat. Bukannya bencana yang menimbulkan banyak kerugiaan baik materiil maupun sosial. (mia)
Kebijakan yang Keliru
Dwitho Frasetiady
Aktivis Walhi Kalsel
Banjir kembali terjadi, padahal bulan Agustus sudah memasuki musim kemarau. Banyak saudara kita di Tanah Laut dan Tanah Bumbu menjadi korban menyusul terendamnya lahan pertanian dan perkebunan.
Namun jangan selalu beranggapan bahwa suatu musibah seperti banjir sebagai takdir. Kejadian ini justru mengingatkan kita semua akan pentingnya menjaga lingkungan. Dengan tidak merusak kawasan hutan, apalagi sampai mengubahnya menjadi kawasan terbuka.
Sebagai kawasan tambang, kita lihat bagaimana kondisi Tanah Bumbu saat ini ? Banyak kawasan hutan yang berubah menjadi areal terbuka. Semua itu tak lepas dari kebijakan pemerintah yang keliru. Ingin mendongkrak pendapatan daerah, namun mengabaikan aspek lingkungannya.
Sekarang daerah resapan air di Tanah Bumbu maupun Tanah Laut yang termasuk daerah pegunungan Meratus telah rusak. Kawasan pegunungan berubah menjadi perkebunan sawit dan pertambangan. (mia)
No comments:
Post a Comment