Selasa, 26-08-2008 | 01:20:44
BANJIR juga melanda Kabupaten Tanah Laut. Sejumlah sungai meluap. Permukiman warga dan fasilitas umum pun terendam. Sejumlah sekolah terpaksa meliburkan muridnya.
Di SDN Jilatan Kecamatan Batu Ampar, misalnya, kegiatan belajar-mengajar tak bisa dilaksanakan lantaran jalan utama menuju sekolah terendam banjir setinggi satu meter. .
Dua sekolah lainnya di wilayah Kecamatan Batu Ampar, SMP Durian Bungkuk dan SMA Batu Ampar juga tak bisa melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Sebagian siswa dan guru tak bisa menjangkau sekolah karena jalan menuju sekolah kebanjiran.
“Ya apa boleh buat, sekolah terpaksa saya liburkan. Anak-anak tak bisa menjangkau sekolah, karena genangan air di jalan terlalu tinggi. Saya sendiri juga tak bisa menjangkau sekolah,” kata Kepala SDN Jilatan, Suparni. SDN Jilatan terletak kurang lebih 300 meter dari jalan raya Trans Kalimantan arah Pelaihari-Kintap.
Jalan raya Trans Kalimantan di Jilatan juga terendam hingga ketinggian satu meter, termasuk rumah warga yang ada di sekitarnya. Penuturan Kades Jilatan Anang Hamli, jumlah rumah warganya yang kebanjiran 57 buah.
“Tak ada korban jiwa. Tapi, sebuah kios sembako ludes seluruh barangnya terendam air. Pemiliknya tak sempat menyelamatkan barang karena saat air naik pukul 01.00 Wita, pemiliknya tertidur,” beber Anang.
Anang mengatakan, banjir kali ini adalah yang terbesar. Pasalnya genangan air di jalan raya menjamah hingga di sebelah jembatan di sekitar rumahnya. Padahal biasanya banjir tak sampai jembatan.
Banjir juga melanda beberapa desa di Kecamatan Batu Ampar yaitu Desa Gunung Mas, Durian Bungkuk, dan Pantai Linuh. Jumlah yang kebanjiran tidak terlalu banyak. Desa Jorong di Kecamatan Jorong juga kebanjiran di empat RT.
“Sebagian warga mengungsi ke Langgar Taufiqurrahman,” beber Kadus 3 Desa Jorong Asnain saat dihubungi BPost melalu sambungan telepon.
Wilayah Kota Pelaihari pun tak luput dari banjir. Seperti biasa, permukiman padat penduduk Pintu Air kembali kebanjiran. Data pada Badan Kesbang dan Linmas banjir di Pintu Air adalah yang paling parah dengan jumlah rumah yang terendam 200 buah, dengan ketinggian genangan 1-1,5 meter.
Namun sebagian warganya tetap bertahan di rumah, karena mereka memiliki rumah tingkat dan umumnya memiliki loteng darurat. “Air mulai naik pukul 21.00 Wita. Sempat turun, tapi naik lagi waktu Subuh karena hujan lebat turun lagi. Di dalam rumah saya, air sampai dada. Saya dan keluarga masih bertahan di loteng rumah,” beber Abuy, warga RT 24 Pintu Air.
Abuy yang sehari-hari berjualan kue mengaku masih bisa memasak di loteng. Biar banjir kami tetap harus jualan, kalau tidak mau makan apa?,”
No comments:
Post a Comment