Oleh: Ahmad Nazif Mahasiswa Tarbiyah IAIN Antasari Banjarmasin
Bencana banjir sekarang memang lagi ngetren di beberapa daerah di Indonesia. Hal itu tentu tidak kita harapkan terjadi di Kalsel. Menghebohkan. Ternyata Kalimantan Selatan tidak aman juga dari bahaya gempa bumi. Pada 5 Februari 2008 lalu, tiga kabupaten di Kalsel yakni Kotabaru, Tanah Bumbu dan Hulu Sungai Selatan bergetar keras, akibat diguncang gempa tektonik berkekuatan 5,8 Skala Richter.
Ironisnya, Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi (BMG Staklim) kelas I Banjarbaru, ternyata tidak mampu mendeteksi adanya getaran gempa yang terjadi pada pukul 13.56 Wita itu. BMG Staklim justru memperoleh informasi dari warga Kotabaru sendiri, dan informasi itu juga didukung dan diperkuat penjelasannya dari BMG Jogjakarta.
Tampaknya perlu koreksi dan evaluasi kinerja BMG Staklim Kalsel, demi mempertahankan profesionalitas tim pekerja dari dalam dan pembenahan yang menyeluruh. Pastinya, seluruh lapisan masyarakat Kalsel umumnya menuntut tim yang bergerak dengan kompetensinya masing-masing. Terlebih terhadap penanganan dan pendeteksian potensi gempa di berbagai tempat di Indonesia, khususnya Kalsel. Bagaimana tidak, hal itu menyangkut nyawa hidup manusia.
Barangkali mesin boleh saja error. Namanya juga alat, pastinya tidak semaksimal yang diharapkan. Namun, ketika disinggung perihal apakah pernah atau tidaknya Kalimantan digoyang gempa, tenyata BMG Staklim Kalsel justru tidak memiliki jejak rekam tentang gempa di Kalimantan, khususnya Kalsel. Memprihatinkan sekali memang. Namun setidaknya, itu dapat dijadikan referensi dan acuan yang bisa dijadikan umpan balik ke depannya sehingga dapat dipergunakan untuk pembenahan serta kinerja yang maksimal dari BMG Staklim Kalsel itu sendiri.
Mungkinkah gempa tektonik di Laut sulawesi itu berpotensi terjadinya tsunami? Naudzubillahi min dzalik. Tentunya kita semua tidak berharap bencana alam itu menimpa daerah kita.
Jakarta terapung, Banjarmasin ...?
Selain itu, Kalsel harus waspada terhadap bahaya banjir dan angin kencang seperti puting beliung misalnya. Setelah, melihat gejala alam akhir-akhir ini yang menimpa beberapa daerah di Indonesia.
Bencana banjir sekarang memang lagi ngetren di beberapa daerah di Indonesia. Hal itu tentu tidak kita harapkan terjadi di Kalsel. Namun potensi untuk banjir itu memang ada, apalagi Kalsel termasuk daerah konfergensi awan. Sebagai daerah konfergensi awan, perlu kewaspadaan yang lebih bagi kita semua.
Konfergensi awan merupakan daerah pertumbuhan awan yang memanjang dari Lampung hingga NTB. Untuk kawasan Kalsel, berpeluang hujan lebat disertai angin kencang.
Melihat prakiraan fenomena itu, semua pihak dituntut untuk bertindak lebih waspada terhadap musibah banjir. Berbagai langkah awal telah dilakukan oleh Pemerintah Kalsel. Gubernur Rudy Ariffin, telah melayangkan surat yang ditujukan kepada seluruh bupati dan walikota di Kalsel untuk mewaspadai ancaman bencana alam tersebut.
Peringatan dini yang dikeluarkan Gubernur Kalsel itu, tentunya dapat direspon oleh seluruh lapisan masyarakat dengan baik hingga nantinya mampu meminimalkan risiko bencana alam dan melakukan usaha antisipatif.
Di samping, mempersiapkan usaha penanganan bencana alam serta menyusun perencanaan dan kesiagaan daerah berdasarkan tingkat kerawanan bencana. Tentunya juga perlu dipersiapkan perencanaan pembukaan posko dari tingkat kota/kabupaten hingga provinsi, serta perencanaan persiapan tempat pengungsian dengan selengkapnya.
Masyarakat Kalsel tentunya sudah siap dan siaga kapan pun. Apalagi untuk daerah yang berpotensi terjadinya terhadap banjir dan longsor. Menurut data BMG, daerah di Kalsel yang rawan banjir seperti Aranio, Astambul, Gambut, Karang Intan, Sungai Tabuk, Simpang Empat, Angkinang, Daha Selatan, Daha Utara, Kandangan, Simpur, Barabai, Pandawan, Amuntai dan beberapa daerah lainnya.
Langkah yang mungkin dilakukan untuk meminimalkan terjadinya musibah banjir adalah memperhatikan saluran air, sanitasi dan drainase agar tidak tersumbat atau mengakibatkan air hujan tergenang.
Mengingat, hutan yang sesungguhnya mampu menahan/menyimpan air hujan untuk jangka waktu singkat ini tidak bisa diharapkan secara maksimal karena masih maraknya penebangan liar dan pembukaan lahan menjadi permukiman atau pertambangan sehingga lahan hutan kita menjadi kecil.
Intinya adalah esensinya. Langkah akhir yang dapat kita lakukan hanya berdoa. Sesungguhnya doa itu merupakan senjata bagi kita. Insya Allah kita semua dilindungi Allah SWT dari bala, bencana dan musibah. Amin.
e-mail: Nazif_al_wanya@yahoo.co.id |