Senin, 01-10-2007 | 01:31:23
- Lagi, Kebakaran Rambah Hutan Meratus
BANJARBARU, BPOST - Kebakaran lahan kembali merambah kawasan hutan lindung juga kawasan konservasi. Akibatnya, habitat satwa khas Kalimantan yang seharusnya dijaga untuk menjaga kelestarian lingkungan rusak.
Data pada Pos Siaga Bencana Kebakaran Lahan dan Kabut Asap Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalsel mencatat pada pekan terakhir September ini setidaknya ada 15 hot spot di kawasan konservasi dan di hutan lindung. Paling banyak di Taman Hutan Rakyat (Tahura) Kabupaten Banjar ada 12 titik panas.
Pantauan satelit NOAA-AVHRR (National Oceanic Atmospheric Administration Advanced Very High Resolution Radiometer) 18/15/12 mendeteksi ada tiga titik panas (hot spot) di Hutan Lindung Meratus.
Hasil potretan satelit ini menunjukkan dua lahan di hutan Kabupaten Tabalong dan satu titik api terlihat di hutan Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS).
Pantauan itu dibuktikan dengan mulai berlariannya satwa khas Kalimantan seperti Owa Owa, lutung dan burung berlarian ke luar hutan guna menyelamatkan diri, saat mengetahui tempat tinggalnya rusak.
“Naluri satwa kan kadang lebih tahu duluan dari manusia, jadi begitu ada tanda kerusakan mereka lari,” ujar Amir Hamzah, kepala BKSDA Kalsel.
Selain itu, aku Amir sejumlah vegetasi khas Kalimantan seperti pohon kayu ulin, meranti dan sejenisnya ikut terbakar. Walau jumlahnya tak banyak. Namun, ia tak merincikan, berapa luasan lahan dan jumlah penghuninya yang ikut terbakar di sana.
Kebakaran di dalam lahan hutan lindung ini, ungkapnya masih tergolong kecil. Jumlahnya hanya 36 persen saja dari keseluruhan titik api yang muncul sebanyak 415. Dominasi pembakarn sebanyak 64 persen justru berada di areal penggunaan lain (APL) seperti ladang penduduk atau semak belukar di luar hutan.
Terbakarnya lahan hutan lindung dan kawasan konservasi itu, ujar Amir memang bukan menjadi sumber awal api. Awalnya api bermula dari pembakaran lahan di areal penggunaan lain oleh penduduk di sekitar hutan.
Namun, karena terik matahari yang cukup menyengat, tak pelak membuat api semakin lama semakin besar. Api akhirnya melalap tumbuhan yang masuk wilayah hutan yang dilindungi tersebut.
Antisipasi dan upaya penanggulangan yang mereka lakukan ialah mempersiapkan 29 daerah operasi (DAOPS) lengkap dengan brigade pengendalian kebakaran hutan (Manggala Agni). niz
baca juga:
Cegah Sejak Awal
KEBAKARAN lahan dan hutan di Kalsel dipandang tak bisa dipandang secara parsial. Pun upaya penanganannya, bukan saatnya lagi hanya ditanggulangi, melainkan harus ada antisipasi.
Berry Nahdian Furqan, direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Kalsel menyarankan, pemerintah tak lagi terlampau melekatkan program penanganan bencana ini dengan labelnya sendiri. Jauh dari itu, masyarakat sebaiknya lebih banyak dilibatkan di dalamnya.
“Saya kira program kebakaran lahan ini memerlukan program terintegrasi antara pemerintah dan masyarakat. Pelibatan masyarakat terutama dalam upaya pencegahan musibah kebakaran lahan sampai merambah ke hutan lindung dan mengancam satwa dan tumbuhan di dalamnya tak terulang terus sangat perlu,” sarannya.
Konkretnya, ungkap Berry sudah saatnya masyarakat diajak melakukan identifikasi di daerah mana saja titik rawan terjadinya kebakaran lahan.
Dia yakin program ini secara tak langsung menyadarkan pentingnya tak membakar lahan tanpa menyalahkan pemerintah. niz
No comments:
Post a Comment