Seluruh Kalsel Terancam Banjir
Selasa, 13-11-2007 | 02:16:25
- Tala dan Banjar Paling Rawan
- Siapkan Alat Deteksi Dini
BANJARBARU, BPOST - Peringatan bagi warga di Kalimantan Selatan. Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) memprediksi hingga akhir tahun, seluruh wilayah Banua akan diguyur hujan lebat yang berpotensi mengakibatkan banjir di sejumlah tempat.
Hujan deras mencapai puncaknya sejak minggu ketiga November hingga Desember. “Dampaknya ancaman banjir, terutama daerah dataran rendah akibat tumpahan air dari daerah pegunungan,” kata Sucantika Budi, kepala Stasiun Klimatologi (Staklim) Kelas I BMG Kalsel di Banjarbaru, Senin (12/11).
Mengantisipasi kondisi itu, Sucantika mengingatkan warga di dataran rendah agar waspada terhadap ancaman menjadi korban banjir kiriman dari wilayah-wilayah dataran tinggi.
Wilayah paling rawan banjir meliputi Kabupaten Banjar. Dari pengamatan selama ini, dominasi kontur pegunungan di daerah itu sangat berpotensi menumpahkan air ke arah Kecamatan Pengaron dan Kecamatan Astambul.
“Tumpahan air hujan diprediksi akan turun ke arah Kecamatan Sungai Tabuk,” jelas Sucantika.
Staklim I BMG Kalsel mengukur takaran hujan terus mengalami kenaikan cukup signifikan dalam dua hari terakhir. Hujan dengan durasi cukup panjang terjadi sejak Sabtu (10/11) hingga Minggu (11/11), yakni menunjuk pada kisaran 20 menit dan menyentuh takaran 10 milimeter.
Prediksi ancaman banjir itu juga diperkuat Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BP DAS) di Banjarbaru. Potensi banjir besar berada di DAS Kintap di Tanah Laut, juga Riam Kanan dan Kiwa Kabupaten Banjar.
“Jika curah hujan dengan intensitas tinggi, dipastikan tiga DAS tersebut meluap,” jelas Eko Kuncoro MP, kepala BP DAS kepada BPost, kemarin.
Menurut Eko, saat ini tidak lagi hanya melihat kritis tidaknya lahan. Yang pasti, saat hujan turun maka yang perlu diwaspadai adalah DAS Kintap, Riam Kanan dan Riam Kiwa.
Selain ketiga DAS tersebut,aliran sungai di enam kabupaten di Banua Anam juga tidak luput dari ancaman banjir besar. Hulu Sungai Utara, contohnya, wajib waspada mengingat tumpuan di DAS Negara bertemu di sana.
Khusus DAS Kintap, terjadinya luapan sungai lebih banyak disebabkan oleh pendeknya aliran sehingga air lambat turun.
Tidak adanya tutupan berupa vegetasi di atas lahan turut andil menipiskan penahanan air.
Kapasitas penahan air di kawasan itu tidak mampu lagi berfungsi maksimal, mengingat luas DAS Kintap hanya 74.452,68 hektare. Padahal DAS lain seperti di Hulu Sungai luasnya yang mencapai 173.970,08 hektare.
“Kondisi akan bertambah parah tatkala air pasang ikut mengiringi banjir akibat guyuran hujan. Membeludaknya air akan bertahan lebih lama,” urainya.
Selama ini, Kabupaten Banjar, Tanah Laut, Hulu Sungai Utara, Hulu Sungai Tengah, Tabalong dan Tanah Bumbu merupakan langganan banjir tahunan. Hal ini disebabkan menipisnya daerah resapan air di Pegunungan Meratus akibat penebangan liar dan eksploitasi pertambangan.
Deteksi Dini
Mengantisipasi ancaman bencana banjir-banjir besar melanda Banua, BP DAS mengupayakan pemasangan alat pendeteksi dini bencana banjir. Alat itu bernama metigasi banjir.
“Cara kerja alat itu mirip early warning system pada saat gempa atau gelombang tsunami,” kata Eko.
Pendeteksi itu berupa tongkat yang berfungsi sebagai pengukur ketinggian air. Secara online data yang ada bisa diketahui, termasuk jika sewaktu-waktu kondisinya membahayakan.
Selama ini pengamatan banjir dan ketinggian air hanya diterapkan secara manual. Nantinya, setiap pergerakan air baik dalam kategori bahaya, biasa saja atau waspada akan terpantau. “Alarm tanda berbahaya secara otomatis akan berbunyi memperingatkan kepada warga di sekitar DAS,” imbuhnya.
Sayangnya, alat tersebut hingga kini belum bisa dioperasikan oleh BP DAS. Eko mengaku alat itu baru beroperasi 2008 mendatang. “Kita masih dalam tahap persiapan, termasuk sosialisasi kepada warga di sekitar DAS,” katanya. niz
No comments:
Post a Comment