Tuesday, December 18, 2007

Banjir Permukiman Seribu Keluarga di Pelaihari Terendam

Jumat, 23 November 2007

Banjarmasin, Kompas - Ratusan rumah milik 1.000 keluarga di Kota Pelaihari, Kabupaten Tanahlaut, Kalimantan Selatan, Kamis (22/11), terendam banjir setinggi 1-1,5 meter.

Selain itu, 921 rumah di 15 desa Kecamatan Tebing Tinggi dan Awayan, Kabupaten Balangan, Kalsel, juga terendam banjir dengan ketinggian air mencapai 1, 5 meter. Banjir menenggelamkan 120 hektar sawah dan memutuskan tiga jembatan kayu penghubung antardesa.

Banjir itu disebabkan oleh hujan deras yang terjadi terus-menerus, pendangkalan sungai, dan rusaknya hutan.

Banjir di Pelaihari melanda Kelurahan Pelaihari, Karang Taruna, dan Sarang Halang. Tidak ada korban jiwa, dan penduduk masih bertahan di rumahnya.

Kepala Kantor Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Tanah Laut Taufik Kuderat, Kamis di Pelaihari, menyatakan, "Kami menyiapkan perahu karet untuk mengevakuasi warga."

Dari 15 desa yang terendam, delapan desa berada di Kecamatan Tebing Tinggi, yaitu Desa Mayanau, Sungsum, Tebing Tinggi, Gunung Batu, Juuh, Langkap, Simpang Nadung, dan Simpang Bumbuan. Di Kecamatan Awayan ada tujuh desa, yakni Pulantan, Awayan, Awayan Hilir, Putatbasiun, Baramban, Badalungga, dan Badalungga Hilir.

Kepala Humas Pemerintah Kabupaten Balangan Alive Yosfahlove, saat dihubungi Kamis, menyatakan, banjir yang menggenangi dua kecamatan itu akibat luapan Sungai Pitap. "Bupati Balangan Sefek Effendi dan Wakil Bupati Asharuddin melakukan peninjauan ke lokasi," katanya.

Penurunan tanah

Dari Bandung, Jawa Barat, dalam lokakarya nasional "Optimalisasi Pemanfaatan Informasi Geologi Lingkungan dalam Pengelolaan Lingkungan", Kamis, Kepala Badan Geologi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Bambang Dwiyanto menyatakan, bencana alam seperti banjir bandang atau longsor dipicu oleh padatnya penduduk dan perlakuan buruk pada lingkungan.

Perlakuan buruk itu, antara lain, pengambilan air tanah secara berlebihan. Hal itu menjadi penyebab utama penurunan tanah, intrusi air laut, dan penurunan muka air tanah di banyak kota besar di Indonesia.

Bambang menyebutkan, penurunan muka air tanah terjadi di Cekungan Air Tanah Jakarta, Bandung-Soreang, Semarang- Demak, Karanganyar-Boyolali, Pasuruan, dan Denpasar-Pasuruan. Intrusi air laut terjadi di beberapa wilayah Jakarta, seperti Kebon Jeruk, Tanah Abang, Cempaka Putih, Kelapa Gading, dan Cilincing.

Menurut Kepala Pusat Lingkungan Geologi Badan Geologi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Djumarma Wirakusumah, di daerah luar Jawa yang banyak penduduknya, seperti Medan dan Sumatera Utara, penurunan muka air tanah dan tanah juga terjadi.

"Bila dibiarkan, kejadian longsor lumpur di daerah pegunungan atau banjir di daerah pesisir sangat mungkin terjadi," kata Djumarna. (FUL/CHE)

No comments: