Thursday, 07 June 2007 02:34:01
GELAK tawa anak-anak terdengar nyaring saat bermain di antara puing-puing rumah yang diterjang angin puting beliung. Meski udara dingin menerpanya, mereka kelihatan ceria.
Tak tampak kesedihan, seolah cuek dengan musibah yang baru saja meluluhlantakkan tempat tinggalnya. Meski harus tidur tanpa dinding dan hanya beratapkan terpal, anak-anak itu terlihat ceria.
Berbeda dengan sang nenek, Hamsiah (65). Dia terlihat terus merenung. Meski suasana terlihat gelap, lantaran hanya diterangi lampu ukuran lima watt, sorot mata nenek lima cucu ini terus menatap ke onggokan kayu bekas rumahnya yang ditumpuk.
Apalagi, rumah kayu yang berada di tengah persawahan itu merupakan satu-satunya tempat tinggal bersama kedua anaknya dan menantu serta cucunya itu. Karena terkena amukan angin puting beliung, rumah yang berusia dua puluh tahun itu roboh.
Penghuni rumah juga harus rela tidur di atas kasur basah. Untuk mengurangi rasa dingin, kasur tersebut dibungkusnya menggunakan terpal plastik. Selain itu, di depan bekas rumahnya, dia membakar kayu-kayu bekas rumahnya yang hancur dan rata tanah.
"Maklum saja, kami jauh dari sanak saudara. Jadi bingung mau menumpang ke wadah siapa untuk guring. Ya terpaksa guring di tilam basah ini. Semoga tidak masuk angin," ujarnya lirih.
Itulah salah satu gambaran penderitaan warga Jalan Simpang Limau Banjarmasin Timur yang terkena amukan angin puting beliung, Selasa (5/6) sore.
Berdasar pantauan BPost, para warga yang rumahnya hancur total maupun atapnya yang hilang sebanyak 20 rumah. Si penghubi banyak yang memilih tinggal di rumah sanak-saudaranya. Di dekat SDN Simpang Limau, dibangun posko bencana.
Kini, para warga korban angin puting beliung sangat mengharapkan bantuan berupa bahan bangunan, bahan makanan dan bisa bekerja kembali.
Kemarin, General Manager PT Telkom Kalsel Mulyanta menyerahkan bantuan uang sebesar Rp 5 juta dan telepon flexi untuk posko korban angin puting beliung di Simpang Limau.coi/tri
No comments:
Post a Comment