B. Post Thursday, 07 June 2007 02:55
Tidur di kasur yang basah tidaklah enak. Tidur berkelambu langit juga tidak nyaman. Tapi itulah yang dilakukan sebagian para korban puting beliung. Bagi mereka tidak ada pilihan lain, kecuali bertahan dengan penderitaan sambil menunggu datangnya belas kasihan.
Mata Rumisah (46) berkaca-kaca melihat sang anak, Norlianti (12), tertidur di depan pintu beralaskan buntelan pakaian. Rumahnya berukuran 4 X 6 meter yang terbuat dari kayu beratap rumbia itu sebagian besar hancur, akibat serangan angin puting beliung, Selasa (5/6) sore sekitar pukul 15.30 Wita.
Hantaman angin yang begitu mengerikan itu menjebol sebagian besar dinding papan yang memang sudah lapuk. Begitu juga sebagian atap rumbia, terlepas dan terbang berserakan di halaman.
Warga RT 22 Jalan Pematang Panjang, Gambut ini hanya bisa pasrah. Sang suami, Yuni, empat tahun lalu meninggal dunia. Sekarang, jangankan untuk memugar rumah, untuk biaya hidup sehari-hari saja ia sudah kesusahan.
"Saya bingung mesti bagaimana. Untuk membangun rumah tak bisa apa-apa, apalagi biaya. Ketiga anak saya juga perempuan semua," tutur ibu dari Dewi Susanti (14), Norlianti (12) dan Normalini (10) ini.
Saat ini untuk menghidupi ketiga anaknya, ia mesti banting tulang mengambil upah menggarap sawah milik orang. "Tanah atau sawah sendiri saya tak punya, makanya bekerja di sawah milik orang yang mau berbaik hati mempekerjakan saya," ungkapnya datar.
Akibat musibah angin puting beliung, tercatat ada delapan warga Gambut yang menjadi korban. Rumah mereka rusak ringan dan berat. Kerugian ditaksir lebih dari Rp 10 juta.
Sementara, ratusan warga Landasan Ulin Barat (LUB) Kecamatan Landasan Ulin Kota Banjarbaru yang terkena musibah angin puting beliung, Selasa (5/6) mengharapkan bantuan bahan bangunan untuk memperbaiki rumah mereka yang rusak. Sehari pasca kejadian, selain membenahi rumah, warga juga menggelar doa bersama.
"Yang terpenting bagi kami bagaimana tempat berteduh kami segera diperbaiki. Kami perlu bantuan bahan bangunan karena itu lah yang terpenting," kata Yakin, Ketua RT 15 RW 4 mewakili warganya.
Di lingkungannya saja, ungkap Yakin tercatat lebih dari sepuluh rumah yang atapnya terbang terbawa angin. Bahkan, ada rumah warga yang tidak dapat ditempati sama sekali karena kerusakannya sangat parah.
Kerusakan tersebut disaksikan sendiri aparat keamanan dan pejabat setempat. Rabu (6/6), jajaran Dinkesos bersama Lurah LUB Sirajoni dan Camat Landasan Ulin, Erfani bersama Kapolsekta Erwin dan jajaran Koramil setempat terlihat mengunjungi dan mendata korban dan kerugian yang diakibatkan angin puting beliung.
Salah satunya rumah Gimun (43). Di rumah kayu yang ditempati petani sayur dan angon sapi ini mereka melihat langsung bagaimana warganya itu membenahi sebagian ruangan induknya yang hanya beratapkan langit.
Para pejabat ini juga sempat menyaksikan atap rumah warganya itu nyangkut di atas pohon kapuk. Atap rumahnya sampai kemarin belum juga diperbaiki.
"Kami ini terserah saja, mau diberi apa. Namanya juga bantuan. Tapi, mohon atapnya dulu kalau bisa," ungkap Gimun yang terpaksa semalaman tidur darurat di dapur.
Kerusakan lain yang dipantau adalah di rumah Abdul Habi (40). Tukang servis peralatan elektronik ini rumahnya nyaris tak berbentuk. Tiang penyangga rumah kayunya langsung ambruk digoyang angin sampai mengenai tubuh Sarmiyem, istri Habi, yang saat itu berada di dalam rumah.
Walikota Banjarbaru, Rudy Resnawan bersama Kadinkesos setempat berjanji akan memberikan bantuan segera. "Kita data dan melihat dulu apa keperluan warga. Setelah data sudah jelas, berapa yang rusak dan apa saja yang urgen untuk warga bantuan segera turun," jelas Walikota.
Pasca kejadian, malam harinya pihak kelurahan langsung mendrop mi instan ke rumah warga. Bantuan mi per dus satu kepala keluarga ini terus diberikan untuk meringankan beban warga sampai Rabu (6/6) pagi. niz/adi
No comments:
Post a Comment